"Hai buaya, apakah kau sudah makan siang?" tanya kancil dengan suara yang
dikeraskan.
Tak lama kemudian, munculah seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang
berteriak siang-siang begini? Mengganggu tidur saja."
"Hai kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu," timpal buaya yang
lain.
"Aku datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari raja hutan, jadi
janganlah kau makan aku dulu," jawab kancil.
"Baiklah. Raja hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di
sini. Raja hutan hendak memberikan hadiah untuk kalian," ujar kancil.
Mendengar hal itu, buaya sangat senang dan langsung memanggil semua
kawannya untuk berbaris berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka
semua ternyata hanya diperdaya oleh si kancil.
Pesan moral: dari cerita ini, detikers bisa memetik pesan moral bahwa
kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan fisik, walaupun kamu berada di
situasi sesulit apapun. Akan tetapi, berbohong juga tidak boleh dilakukan ya.
2. Malin Kundang
Pada dahulu kala, hiduplah seorang perempuan miskin bersama anak
tunggalnya, bernama Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja
sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tidak bisa mencukupi kebutuhan
sehari-hari sehingga mereka hidup berkekurangan.
Suatu hari Malin ingin melihat keadaan desanya yang sudah lama ditinggali
selama bertahun-tahun. Dia datang membawa banyak uang untuk dibagi-
bagikan kepada para penduduk.
"Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang
kaya," seru tetangga itu.
"Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar
darinya," ucap ibu Malin, terkejut.
"Malin, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?"
katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Malin yang merasa malu mengakui ibunya yang berpakaian lusuh tersebut
bergegas melepaskan pelukan ibunya.
"Apa benar orang tua ini adalah ibumu?" tanya istri Malin, bingung.
"Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku," jawab
Malin.
Mendengar hal itu, ibunya sangat sakit hati atas perbuatan Malin, hingga
akhirnya ibu Malin mengutuknya menjadi sebuah batu. Yang mana batu
tersebut sekarang terkenal menjadi sebuah cerita rakyat Malin Kundang.
"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang
emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.
"Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur
emas setiap hari agar aku cepat kaya," kata petani.
Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani
masih belum puas juga.
"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu
besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil
seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.
Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun betapa kagetnya dia. Alih-alih
menemukan banyak telur emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam
tubuh angsa.
Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih
angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti masih bisa
mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.
Pesan moral: dari cerita dongen ini, kamu bisa mengajarkan si kecil untuk
menghindari sifat serakah. Sebab, orang yang serakah dan tidak sabar akan
mendapat kerugian besar di dalam hidupnya.
"Gagak kan burung yang sombong. Aku akan memujinya agar dia berbicara,
sehingga kemudian daging di paruhnya terjatuh," pikir Rubah.
"Hai gagak yang cantik. Maukah kau menjadi temanku?" sapa Rubah.
"Kau memiliki mata yang sangat indah dan bulu yang istimewa," ucap Rubah.
"Kakimu juga sungguh indah. Aku sangat ingin melihat kaki indahmu dari
dekat," ujar Rubah.
"Aku sudah memujinya, tetapi ia tetap tak mau bicara. Kali ini aku akan
menghinanya," pikir Rubah.
"Hei gagak yang sombong. Kau memang memiliki mata dan kaki yang indah.
Kau pantas menjadi ratu burung. Tetapi sayang kau bisu dan tak bisa
bicara," seru Rubah.
Mendengar hal itu, Gagak langsung marah. Ia langsung bersuara keras.
"Kaaak! Kaaak!" seru Gagak. Daging yang berada di paruh Gagak otomatis
jatuh. Dan... hap! Rubah dengan sigap menangkap daging itu.
"Terima kasih Gagak, kau telah memberikan daging yang lezat ini untukku,"
ujar Rubah.
"Ah, ini karena kebodohanku," sesal Gagak. Gagak lalu pulang tanpa membawa
sedikit pun daging. Ia menyesal karena sering berlaku sombong selama ini.
5. Timun Mas
Timun Mas atau Timun Emas adalah cerita rakyat Jawa Tengah yang
berkisah tentang seorang gadis cantik terlahir dari buah timun berwarna
emas.
Buah timun tersebut ditanam oleh Mbok Srini, janda tua yang mendapatkan
petunjuk dari raksasa di dalam mimpinya untuk menanam timun tersebut.
Sang raksasa menyuruh Mbok Srini untuk menanam biji timun yang akan
melahirkan seorang anak gadis.
Namun apabila lahir dan tumbuh besar, sang raksasa akan kembali dan
memintanya sebagai santapan. Dengan usaha keras, Timun Mas akhirnya bisa
selamat dari raksasa yang ingin menyantapnya.
Pesan moral: dari cerita ini, kita bisa memetik pesan moral bahwa hidup akan
berakhir indah apabila dilalui dengan kerja keras dan terus berusaha secara
ikhlas. Jangan mudah menyerah ketika sedang menghadapi kesulitan.
Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang
Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.
"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri.
"Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti
saya."
Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di
dekatnya.
"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk
membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"
Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal
dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang
lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa
harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.