Anda di halaman 1dari 48

TUGAS BAHASA INDONESIA

KUMPULAN CERITA FABEL

Disusun Oleh:

Nama : Ima Sekarwangi

Kelas : VII D

No : 17

MTs NEGERI 1 PATI


TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017
INDUK BURUNG GAGAK DAN ANAKNYA

Dikisahkan, suatu hari seekor gagak muda mencuri makanan dari rumah Pak Tani dan
membawanya pulang. Alih-alih menasihatinya, ibu gagak malah mengepakkan sayapnya dengan
senang dan memujinya sebagai anak yang baik, karena membawa pulang makanan enak untuk
ibunya yang telah bekerja keras. "Kamu anak pintar sekali, Nak!" serunya. "Ibu bangga padamu.
Lain kali kamu harus membawa pulang daging, atau sesuatu yang lebih berharga, seperti emas,
sendok perak atau cincin."

Gagak muda bahagia karena pujian ibunya, dia kemudian mulai mengambil barang lain dengan
sungguh-sungguh. Tidak berapa lama dia sudah membawa pulang banyak sekali barang berharga
seperti kalung emas, cincin, dan barang barang kecil lain sehingga keluarganya bisa saja
membuka sebuah toko emas. Ibunya berkaok dengan senang dan memberitahukan semua kawan-
kawannya, dalam hati induk gagak berkata " Sungguh memalukan... anak mereka tidak sepintar
anak saya."

Setelah beberapa bulan lamanya, gagak muda yang selalu sibuk itu bosan mencuri dari orang-
orang. Hal itu terlalu mudah baginya, sehingga tidak menyenangkan lagi. Ia lalu mencuri di
sarang burung yang lain, lagipula ibunya masih selalu bilang padanya bahwa ia ada burung yang
terbaik yang pernah ditetaskan seekor gagak. Perbuatannya itu berbahaya sekali, dan ia harus
lebih cerdik. Tetapi pikirnya, bagaimana burung lamban seperti jalak atau bahkan elang bisa
menangkapnya? Tapi, ternyata itulah yang terjadi. Dia tertangkap basah, dan dua ekor burung
elang yang galak menjaganya untuk dihukum. '' Tentunya kamu harus mengerti, bahwa mencuri
dari burung yang lain adalah kejahatan berat!" kata ketua burung Elang.

Setengah burung-burung hutan berkumpul pagi itu untuk menentukan nasibnya. Walaupun para
burung gagak membelanya dengan usaha keras, mereka tidak bisa menyelamatkannya dari
hukuman. Akhirnya ia minta satu permintaan, yaitu untuk bisa berbicara pada ibunya. Tidak ada
yang bisa menolak permintaan yang menyentuh itu, dan semua burung di hutan itu terdiam
menyaksikan ia dan ibunya berdiri berdampingan.

Kemudian..., tanpa basa basi, gagak muda itu mencakari dan mematuki ibunya dengan kasar
sampai burung lain dengan ketakutan memisahkan mereka. Akhirnya dengan babak belur, si
gagak muda itu berhasil meyakinkan mereka untuk mendengarkannya. "Kalian pikir aku adalah
makhluk yang jahat dan kasar," dia bilang. "Dan mungkin memang itulah aku. Tetapi kesalahan
bukan semua milikku. Aku tidak akan berada di sini sekarang jika ibuku mengajariku untuk
berbuat baik. Malah, ia meyakinkanku bahwa perbuatanku itu adalah perbuatan baik. Jika kalian
adil, kalian akan menghukumnya juga. Itulah perkataanku. Sekarang lakukan yang kalian mau!"
Tentu saja cerita si gagak muda itu tidak meringankan hukumannya walaupun semua yang
dikatakannya itu benar. Mereka kemudian mengikatnya di sebuah pohon, sebagai contoh bagi
semua burung yang ingin mencuri dari sesamanya.

Pesan Moral Dongeng Induk Burung Gagak dan Anaknya adalah: Perilaku anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita, terutama lingkungan terdekat yaitu keluarga. Didiklah
anak kita dengan contoh dan perkataan yang mulia. sebagai orang tua, kita harus bisa menjadi
tauladan yang baik buat anak-anak kita.
RUBAH DAN AYAM YANG PANDAI
.

Di sebuah desa kecil hiduplah seorang petani dan seekor ayam betina. Suatu sore, seekor rubah
mengedap-endap di samping rumah pak tani. Pak tani sedang sibuk memasukan kayu bakar ke
dalam dapur. Si Rubah bersembunyi di balik pagar, dia memasang telinganya baik-baik,
memperhatikan gerak-gerik Pak Tani. Kemudian pelan pelan ia berusaha merangkak masuk ke
dalam kandang yang berada di samping dapur, Rubah berhenti sejenak sekali lagi untuk
mendengarkan suara di sekelilingnya. Akhirnya ia berhasil masuk dengan menggali lubang di
bawah kandang ayam, ia lalu memperhatikan kandang yang gelap itu sambil mengendus-endus
mencari ayam kegemarannya. haru unu dia sudah sangat lapar karena sudah dua hari tidak
menemukan buruan.

Dengan matanya yang tajam akhirnya bisa melihat seekor ayam betina yang sedang berdiam diri
di atas tangga yang agak tinggi, jelas saja si ayam jauh dari jangkauannya. " Hai ayam yang
baik!" rubah itu menyapanya dengan suara yang lembut. " Aku membawa beberapa biji bijian
yang enak untukmu. Maukah kamu turun dan melihatnya?"

Tetapi ayam itu adalah ayam betina tua yang bijak. Ia telah sering melihat bagaimana ayam-
ayam yang lain berhasil tertipu oleh binatang licik ini. Ia lalu berkotek, "Aku tidak sedang lapar
sekarang. Terimakasih!"
Rubah, sang ayam hanya terdiam dan dia berpikir sejenak. "Ayam yang manis dan cantik," kata
si rubah,"Aku mendengar bahwa kamu sedang sakit dan aku ingin tahu keadaanmu. Turunlah ke
sini, akan aku periksa denyut nadimu."

Tapi ayam itu masih terlalu pintar baginya. " Betul, aku sedang sakit," ia mengakui. "Tetapi aku
pasti akan mati jika aku turun dari tempat dudukku yang nyaman ini." mendengar itu si Rubah
hanya melongo dan tidak percaya dengan sikap si ayam. " Wah... kenapa sekarang ayam jadi
lebih cerdik ya..." Gumam si Rubah. " Baiklah ayam, kalau kamu tidak mau aku tengok sekarang
mungkin besok aku akan datang lagi untuk melihat kesehatanmu ". Kata si Rubah sambil berlalu
keluar kandang. Dalam hati si Rubah sangat kecewa juga malu, karena tidak berhasil
memperdayai si Ayam. Ayam hanya diam dan hanya melihat si Rubah berlalu dari kandangnya.

Pesan Moral Dongeng Rubah dan Ayam Yang Pandai adalah : Janganlah kita berbuat jahat
kepada sesama, karena sekali saja kita berbuat jahat maka orang kan selalu ingat akan kejahatan
yang kita lakukan. Seperti ayam yang selalu ingat akan kejahatan Rubah yang sering mencelakai
kawanan ayam. Kita harus selalu hati-hati terutama dengan orang yang bermulut manis dan suka
mengumbar janji, karena kadang hanya di mulut saja.
GAJAH DAN KURA-KURA PEMBOHONG

Dahulu kala di sebuah negeri binatang, puncak musim kemarau sedang melanda. Banyak air
sumur, air sungai bahkan mata air yang sudah mengering. Air kubangan tempat hewan-hewan
minum juga sudah mengering. Beberapa hewan banyak yang mati kehausan. Tidak jauh dari
kubangan air yang sudah mengering ada seekor kura-kura yang terperosok ke dalam lubang.
Lubang itu sangat dalam. " Aduh..., kenapa aku bisa terperosok di sini?" kata si kura-kura sambil
berusaha merangkak keluar dari lubang tersebut. Namun, usahanya selalu gagal. Setiap kali ia
berhasil melompat ke sebuah batu sebagai tumpuan akhir agar ia bisa keluar dari lobang,
tubuhnya selalu terjatuh masuk ke dasar lubang lagi. "Wah, gawat kalau sampai malam hari aku
masih terjebak di dalam lubang ini," pikir si kura-kura. "Kalau mengharapkan bantuan teman-
teman rasanya mustahil. Bukankah mereka sudah banyak yang mati kehausan." Akhirnya si
kura-kura pasrah. Ia duduk bersandar di pinggir lobang sambil terus berdo'a, mudah-mudahan
ada teman yang datang membantu mengeluarkannya dari dalam lubang.

Dan tidak berapa lama, ada gajah yang melintas. Dia mendengar sesuatu dari dalam lobang yang
mirip sumur tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian dia melongokkan kepalanya kedalam
sumur tersebut. Namun betapa terkejutnya ia, karena ternyata ada kura-kura yang sedang
mengais-ngais tanah yang nampak berair. "Aneh," pikir si Gajah. "Kenapa si kura-kura berada di
dalam lubang ini? Apa yang dikerjakannya di dalam lubang?" Kemudian si Gajah berusaha
menyapa temannya itu. " Hai kawan," kata si Gajah. "Kenapa kamu ada di situ?" Si kura-kura
sebenarnya sudah mengetahui kedatangan si Gajah. Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan
kesedihannya karena tidak bisa keluar dari dalam lobang. Ia pura-pura menggali tanah, lalu
membasahi tanah tersebut dengan air kencingnya sendiri. "Hai juga, Gajah," jawab si kura-kura.
"Aku lagi sibuk, nih." lanjut kura-kura sambil terus pura-pura menggali tanah di sekitarnya. Si
Gajah terus memperhatikan si kura-kura. "Iya, kamu lagi ngapain di dalam sana?" Si kura-kura
merasa senang sebab si gajah mulai penasaran dengan aktifitasnya. Ia berpikir keras agar dirinya
bisa keluar dari lubang. "Begini, Gajah," kata si kura-kura. "Aku ada di dalam lubang untuk
menggali sumur. Aku kasihan melihat banyak teman kita yang mati kehausan. Aku berpikir
bahwa hanya dengan menggali sumur inilah salah satu cara untuk bisa menyelamatkan teman-
teman kita dari bencana kekeringan." "Tapi....bukankah sumber mata air kita tidak keluar airnya.
Lalu, mana mungkin di lubang ini ada airnya?" tanya si Gajah. "Eitssss...jangan bilang begitu,
teman," kata si kura-kura mulai menyusun siasat mengelabui si gajah. "Tidakkah engkau lihat
tanah yang kuinjak sekarang ini mulai basah. Itu artinya, aku telah menemukan sumber mata air.
Sepertinya jumlah air di dalamnya cukup banyak. Dan tidak lama lagi aku akan memiliki
cadangan air yang banyak" lanjut si kura-kura sambil menari dan menyanyi kegirangan.
Si gajah rupanya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan si kura-kura hanyalah pura-pura
saja. "Hoi, kura-kura. Bolehkah kita bekerjasama mendapatkan sumber air tersebut?" "Apa
maksudmu, gajah?" "Hemmm....aku ingin membantumu mengeluarkan mata air itu...asalkan aku
nanti mendapat jatah air juga." Si kura-kura berpura-pura berpikir. Dia berjalan mondar-mandir
sambil mengangguk-anggukan kelapa. Kemudian ia berteriak dan menyetujui usulan si Gajah.
"Baiklah, Gajah," kata si kura-kura. "Begini kawan, sumber mata air itu ada di bawah batu yang
kuinjak ini. Aku hanya perlu sedikit air agar batu ini bisa tenggelam. Nah, biasanya kamu khan
menyimpan cadangan air di mulutmu. Bolehkah kamu keluarkan air tersebut untuk
menenggelamkan batu itu? Nah... kalau batu itu terlepas maka sumber mata air akan terbuka dan
kita bisa memiliki banyak cadangan air." Sebenarnya si Gajah mulai ragu dengan rencana si
kura-kura. Dia keberatan apabila harus mengeluarkan cadangan air dari mulutnya. Sebab
cadangan air tersebut akan diberikan kepada anak-anaknya. "Tapi....benarkah di dalam sana ada
sumber air? Kalau tidak ada bagaimana, kura-kura?" tanya si gajah. "Wah ...kamu kok jadi ragu
begitu? Ya sudahlah...tidak usah bekerjasama denganku. Biarlah sumber air ini aku miliki sendiri
saja..."

Si gajah semakin bingung. Kalau ia menyetujui rencana si kura-kura maka cadangan air untuk
anak-anaknya akan hilang. Bila ternyata sumber air itu tidak ada tentu anak-anaknya akan
kehausan karena tidak mendapatkan air minum. Namun, bila ia menolak rencana si kura-kura
maka ia akan lebih menderita karena si kura-kura tidak akan memberikan jatah airnya. Dan ia
harus berjalan jauh untuk mendapatkan air minum.
"Iya dech...aku setuju dengan rencanamu , kura-kura," kata si gajah. Lalu dia menyemprotkan
cadangan air minumnya ke dalam lobang. Serrrrrrrrrrrtttttttt.....!!!!. Si kura-kura merasa senang,
sebab rencananya berhasil. Air yang disemprotkan si gajah cukup banyak. Ketika air telah
mencapai permukaan, tiba-tiba si kura-kura secepatnya berenang. Lalu, dengan sekali lompatan
ia telah berhasil keluar dari dalam lubang. Kemudian, tanpa memperhatikan si gajah ia berlari
sekencang-kencangnya masuk ke semak-semak dan menghilang.

Si Gajah terkejut. Ia segera menghentikan menyemprotkan air. Rupanya ia sadar bahwa si kura-
kura telah menipu dirinya. "Hai....mau lari kemana penipu !!!" teriak si gajah sambil mengejar si
kura-kura yang telah menghilang di balik semak-semak yang sudah mengering. Dia terus
berusaha mencari ke sana kemari, namun si kura-kura telah menghilang. Si gajah akhirnya
pulang sambil menahan kekecewaan. Dia sadar telah ditipu kura-kura. Dia seharusnya tidak
menghambur-hamburkan air minum di saat musim kemarau datang. Dia seharusnya tidak mudah
tertipu dengan janji si kura-kura.

Pesan Moral Dongeng Buat Adik-adik: Jangan mudah percaya dengan janji manis seseorang,
dan janganlah suka menipu sesama karena itu adalah perbuatan tercela dan dibenci Tuhan
KAMBING YANG KERAS KEPALA

Di suatu hari yang cerah di tepian hutan, Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah
yang berlawanan di atas lembah yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan
masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras.
Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon
yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan
oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing.

Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi
ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong, gengsi dan
keras kepala mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih
dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak
mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu
di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong
dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan
tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.

Pesan Moral : Segala-sesuatu yang dilakukan dengan ceroboh, dan mementingkan gengsi., akan
membawa kesialan dalam hidup. Ada baiknya kita mengalah untuk sesuatu kebaikan bersama,
daripada kita saling memaksakan kehendak dan akhirnya merugikan kita dan orang lain.
Kancil Yang Cerdik
Pada zaman dahulu. Hiduplah seekor kancil yang cerdik dan kawan-kawannya di sebuah hutan.
Mereka sedang berpesta di kerajaan Raja Sulaeman. Ada burung, buaya, gajah, tikus, harimau,
monyet, kerbau dan lain-lain. Usai berpesta, mereka semua kembali ke hutan. Kancil dan buaya
kembali bersama-sama. Buaya yang masih kelaparan hendak memangsa kancil, tapi kancil
berlari untuk meloloskan diri.

Setelah lama berlari kancil tak sadar tengah berada di tenda pemburu. Kancil mengendap-endap
hendak kembali kehutan. Suara langkah kaki terdengar jelas. Kancil tahu bahwa jika ia pergi
sekarang, pemburu akan melihat dan mengejarnya. Kancil bersembunyi di dekat tenda, keluarlah
seorang gadis yang cantik. Kancil jatuh hati pada gadis itu. Tapi kancil tahu bahwa dirinya tak
mungkin dapat bersama sang gadis. Setelah keadaan aman, kancil kembali ke hutan dan
menceritakan pada teman-temannya bahwa ada sang pemburu yang akan menangkap mereka
semua.

Kancil terus memikirkan gadis itu. Keesokan hari, kancil pergi lagi ke sana. Tempat yang
berbahaya untuknya. Tapi kancil tak memikirkan hal itu, ia selalu membayangi wajah gadis itu.
Setiap kali memikirkannya kancil merasa ingin sekali ditangkap gadis itu. “Tapi jika aku ke sana
dalam keadaan seperti ini, ia tak akan mungkin mau bersamaku. Aku hanya akan jadi santapan
mereka” katanya. Kancil kembali ke hutan, tempat gadis itu tak jauh dari tempatnya tinggal.

Berhari-hari kancil memikirkan cara untuk bertemu gadis itu. Kancil berkumpul dengan kawan-
kawannya. Gajah berlari menghampiri mereka dan berkata “Kawan-kawan, Pemburu. Pemburu
menangkap harimau dan membunuh ular. Aku melihatnya dan berlari untuk memberitahu kalian.
Kancil benar ada pemburuuuuu”. “Benarkah gajah? Kancil bagaimna ini? Bukankah kau cerdik?
Lakukanlah sesuatu” monyet menimpali. “Harimau sudah tertangkap. Siapa yang akan jadi raja
Rimba? Aku memang cerdik. Tapi si pemburu sangatlah licik” Kata kancil “Bagaimana ini?”.
“Iya bagaimana?”. “Andai saja salah satu di antara kita mau berbicara dengan si pemburu. Pasti
semuanya tidak akan apa-apa” kata kelinci. “Biar aku yang bicara dengan si pemburu”. “Ah
benarkah monyet? Kau akan bicara dengan si pemburu?” Tanya kelinci. “Halah, Harimau saja
kalah apalagi kaulah. Bagaimana ini tak ada yang bisa berbicara dengan si pemburu lah” Kata
gajah. “Kancil, Bagaimana kalau kau minta raja sulaeman untuk bicara pada mereka” Kata tikus
mengusulkan. Kancil yang cerdik mendapat ide untuk bertemu sang gadis cantik. “Aku akan
pergi ke istana raja sulaeman” Kata kancil.

Kancil berlari ke istana raja sulaeman. Hutan tempat kancil dan kawan-kawannya tinggal
sangatlah jauh kekerajaan raja sulaeman. Kancil terus berjalan dengan terus membayangkan
wajah gadis itu. Setelah lama berjalan, kancil sampai di kerajaan raja sulaeman. “Kancil. Ia itu
kancil. Biarkan gerbang terbuka untuknya, cepat prajurit”. Kancil masuk kedalam istana dan
bertemu raja sulaeman. Ia menceritakan yang telah terjadi di hutan. Raja sulaeman sangat
terkejut atas permintaan kancil. Tapi raja sulaeman tak ragu dengan perkataan kancil, raja
sulaeman tahu bahwa kancil selalu berkata jujur. Kancil sangat baik hati dan raja sulaeman
sangat mempercayainya.

“Jadi ada segerombolan manusia yang tinggal di hutan dan memburu semua kawan-kawanmu?”.
“Iya tuanku raja sulaeman. Aku ingin menolong mereka dan berbicara dengan para pemburu.
Tapi keadaanku yang seperti ini tak akan mungkin bisa”. “Baiklah, Apa yang kau inginkan
kancil? Aku akan mengabulkannya”. “Benarkah tuanku raja sulaeman? Aku ingin menjadi
seorang manusia”.

Kancil kembali ke dalam hutan dengan kedua kakinya. Kancil menemui teman-temannya.
“Pemburu, Pemburu” Tikus berlari menghampiri mereka yang tengah menunggu kedatangan
kancil. Tikus melihat seorang anak laki-laki yang telah menangkap kelinci. Kemudian kelinci
datang menghampiri mereka dan berkata “Kancil telah kembali kawan-kawan”. “Kelinci,
Bukankah kau ditangkap si pemburu?”. “Aku memang ditangkap tap…”. Belum selesai kelinci
menjelaskan mereka telah berlari berhamburan setelah anak laki-laki itu datang menghampiri
mereka. “Kawan-kawan ini aku, Aku kancil”. “Halah, Kau ini. Aku belum menceritakan
semuanya pada mereka kau sudah ke sini” Kata kelinci.

Kancil berjalan ke arah gadis itu berada. Tapi tenda dan lain-lainnya sudah tak lagi berada di
sana. Kancil merasa sangat sedih dan kecewa. Suara hantaman keras, kancil berlari ke arah
sumber suara. Kancil tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Buaya tengah memangsa sang
gadis. Kancil sangat marah dan memukul buaya dengan keras. Kancil membawa sang gadis ke
dalam hutan. Setelah kelinci menjelaskan semuanya, mereka menghampiri kancil yang tengah
menangis. “Kancil? Kau sedang apa? Hah si pemburu”. “Dia bukan si pemburu, dia hanyalah
gadis yang butuh pertolongan” kata kancil. “Hah, Dia si pemburu yang menangkap harimau”
kata gajah. “Bukan, Dia bukan si pemburu. Mereka telah pergi. Aku harus menyelamatkannya”.
“Apa yang terjadi padamu dan padanya kancil?” Tanya tikus. “Hei kan aku sudah jelaskan pada
kalian” Jawab kelinci. “Gadis ini terluka, Tolonglah kawan-kawan”. “Hah, Aku akan carikan
obat” Kata monyet. Lalu monyet terus bergelantung pada pohon ke pohon untuk mencari obat.

Beberapa hari kemudian. Si pemburu kembali untuk menemukan mayat sang gadis. Setelah
diobati beberapa kali, akhirnya gadis itu sembuh. Tapi kesadarannya masih belum pulih. Si
pemburu menemukan kancil dan sang gadis. Mereka adalah kedua orangtua sang gadis. Mereka
menanyakan bagaimana bisa kancil menyelamatkan sang gadis dari terkaman buaya. Kancil
menceritakan semuanya.

Sang gadis sadar dan bertanya apa yang telah terjadi dengannya. Semuanya saling menatap.
“Siapa kamu?” Katanya. “Aku kancil. Aku yang sudah menyelamatkanmu” Kata kancil. Kancil
sangat bahagia tapi permintaan sang gadis sangatlah membuatnya bersedih. Sang gadis
berterimakasih atas bantuan kancil dan jatuh hati pada kancil, tapi sang gadis tidak mau pulang
sebelum kancil mau membunuh semua hewan yang ada di hutan. Kancil harus membunuh
kawan-kawannya. Demi cintanya pada sang gadis kancil rela melakukan apapun.

Kancil pergi ke hutan menemui kawan-kawannya. Kancil berkata akan mengadakan pesta
bersama mereka. Kancil berterimakasih dan meminta maaf karena kancil akan ikut bersama sang
pemburu demi melindungi mereka.

Pesta berlangsung sangat meriah. Terdapat banyak makanan yang dihidangkan. Tapi tak ada
yang menyangka bahwa kancil tega mencampuri semua makanan dengan racun. Kawan-kawan
yang sudah makan makanan tersebut tergeletak tak bernyawa. Kancil merasa sedih namun juga
bahagia.

Raja sulaeman yang mengetahui hal ini sangat marah. Kepercayaan yang telah diberikannya
dihancurkan dengan cara seperti itu. Kancil kembali kepada sang gadis dengan membawa semua
mayat kawan-kawannya. Sang gadis tersenyum dan menusukkan pisau ke perut kancil. Kancil
tergoletak, gadis yang dicintainya telah membohonginya. Ia amat begitu menyesal, kancil sangat
marah dan membalas dendam. Membunuh mereka semua dengan amarah yang telah membakar
hatinya. Kawan-kawan yang dicintainya telah pergi meninggalkan kancil atas kebodohannya.
Kancil dibutakan cinta dan mempercayai perkataan orang yang baru dikenalnya.

Sekarang kancil tinggal sendirian di dalam hutan, kancil segan menemui raja sulaeman dan
menceritakan semua yang telah terjadi. Raja sulaeman datang menghampiri kancil, sebagai
hukuman. Kancil harus pergi ke sebuah goa untuk bertapa dan mensucikan diri. Setelah sekian
lama, Kini kancil kembali ke dalam hutan dengan keadaan seperti semula. Raja sulaeman telah
memberinya kesempatan, memaafkan semua yang telah kancil lakukan. Saat kembali ke dalam
hutan, kancil menemukan kawan-kawannya sedang menunggu kepulangannya. Kini kancil
berjanji tak akan mengulangi kesalahannya dan mereka hidup bahagia di dalam hutan.
Keluarga Baru Pupu Kerapu
Di sebuah lautan yang sangat luas hiduplah seekor ikan kerapu bernama Pupu. Pupu baru saja
kehilangan rumah dan semua keluarganya akibat bom yang dilemparkan oleh nelayan untuk
menangkap ikan. Pupu merasa sedih atas kejadian itu, tetapi Pupu tidak menyerah pada keadaan.
Pupu tetap bangkit dan bersiap untuk menjalani kehidupan barunya tanpa keluarga dan orang-
orang yang sangat dicintainya.

Pupu lalu bergegas meninggalkan rumah lamanya yang sudah hancur dan mencari tempat baru
untuk menjadi tempat tinggalnya.
“Kemana harus kucari, aku pergi seorang diri. Tanpa tau arah…,” batin Pupu dalam hati sambil
terisak.

Tak lama kemudian, Pupu telah sampai di suatu tempat yang terdapat banyak jenis ikan dan
hewan laut lainnya. Pupu mengutarakan maksudnya untuk tinggal di tempat itu.
“Halo kalian semua, perkenalkan namaku Pupu. Bolehkah aku tinggal di sini?,” sapa Pupu
kepada semua hewan laut di tempat itu.
Hewan laut di situ hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa.
“Ehm, rumah lamaku sudah hancur akibat bom yang dijatuhkan nelayan. Keluargaku semua
sudah tiada, jadi bolehkah aku tinggal di sini?,” terang Pupu dengan amat sangat memohon.
“Oh, kasihan sekali ikan kecil yang malang ini, mari kita bantu dia,” ucap Ibu Kuda Laut yang
merasa iba.
“Tidak! jangan izinkan dia tinggal di sini, dia hanya akan merusak kehidupan kita,” bantah Kiki
Kepiting.
“Ya betul itu, dia hanya akan merusak kehidupan kita!,” seru hewan laut lainnya.

Tiba-tiba datanglah Kakek Penyu.


“Ada apa ini, kenapa ribut-ribut seperti ini?,” ucap Kakek Penyu.
“Ini Kek, ada seekor ikan kerapu yang ingin tinggal di sini. Kita melarangnya, kita takut dia akan
merusak kehidupan kita semua,” jawab Mimi Cumi-cumi.
“Apa benar kerapu, kau ingin tinggal di sini?,” tanya Kakek Penyu pada Pupu.
“Betul Kek, rumah saya sudah hancur akibat bom nelayan. Keluargaku sudah tak ada semua,”
jawab Pupu sambil menangis.
Kakek Penyu merasa iba kepada Pupu, tetapi bagaimanapun juga Ia harus mengambil keputusan.
“Kerapu, maaf kau tidak boleh tinggal di sini. Kerapu adalah ikan yang paling sering dicari oleh
nelayan, kita semua takut jika nelayan nanti juga mengebom tempat ini. Sebaiknya kamu
mencari tempat lain saja, berenanglah ke arah selatan cobalah cari tempat baru,” ujar Kakek
Penyu.
“Baik kek, terima kasih,” jawab Pupu dengan berat hati.

Pupu lalu berenang ke arah selatan, meskipun sudah berenang cukup lama Pupu tetap tidak
menemukan tempat baru untuk menjadi tempat tinggalnya.
Tak lama kemudian, dia melihat ada perahu nelayan. Pupu lalu mendekat ke permukaan dan
berusaha untuk mendengarkan percakapan para nelayan itu.
“Mari kita lakukan penangkapan besar-besaran hari ini, kudengar daerah bagian utara terdapat
banyak ikan yang bisa kita tangkap. Kita akan menjadi kaya, hahaha!,” seru nelayan itu kepada
temannya.
“Betul, daerah bagian utara memang kaya akan ikan-ikan yang bisa memberi kita kekayaan.
Siapkan bomnya dan kita akan kaya!,” jawab teman nelayan itu.
Pupu yang mendengar hal itu merasa kaget, daerah bagian utara adalah tempat tinggal Kakek
Penyu.
“Aku harus menyelamatkan mereka semua,” tekad Pupu dalam hati.

Pupu lalu berenang secepat-cepatnya ke daerah bagian utara, setelah mendekati bagian utara
Pupu lalu menyanyikan sebuah lagu yang terlintas dibenaknya.
“Bum bum, bunyi benda berdebum
Dijatuhkan seseorang dari atas kapal
Bum bum, bunyi berdebum
Mereka akan datang, membuat kehidupan kita berubah
Bum bum, bunyi berdebum
Mari waspada, selamatkan semua
Bum… Bum… Bum..”

Suara Pupu mengejutkan mereka semua. Kakek Penyu pun menyadari suara itu. Suara Pupu
yang memberikan isyarat bahwa akan terjadi pengeboman dan eksploitai ikan besar-besaran.
Tanpa berpikir panjang, Kakek Penyu segera memperingatkan semua penghuni lautan bagian
utara itu untuk segera meninggalkan tempat tinggal mereka.
“Perhatian kepada seluruh penghuni lautan utara, segeralah pergi dari sini. Akan ada bahaya
besar menghadang kita, “ ucap kakek penyu dengan bijaksana.
“Tidak! Itu hanya suara nyanyian Pupu Kerapu karena depresi kehilangan keluarganya. Pupu
Kerapu sudah gila jangan percaya kepadanya,“ tegas Mimi Cumi Cumi
Tiba tiba datanglah Pupu Kerapu dengan wajah panik.
“Teman teman, segeralah tinggalkan tempat ini. Para nelayan kejam itu akan segera kemari
untuk menghancurkan tempat ini dan membunuh kita semua!,“ ucap Pupu Kerapu dengan panik.
Dengan terpaksa mereka mempercayai Pupu Kerapu dan melaksanakan perintah Kakek Penyu,
kecuali Mimi Cumi Cumi. Ia membangkang perintah Kakek Penyu dan menganggap Pupu
Kerapu sudah gila.

“Duar, Duaaar!,“ suara bom.


“Cepat! cepat!, tinggalkan tempat ini! selamatkan diri kalian!”, ucap Kakek Penyu dengan panik.
Akhirnya, mereka semua meninggalkan rumah mereka masing masing. Akan tetapi, Mimi Cumi
Cumi tetap membangkang dan tidak mau meninggalkan tempat itu. Mimi Cumi Cumi hampir
terkena bom itu, tetapi Pupu Kerapu yang menyadari hal itu segera berenang kembali ke lautan
utara dan menyelamatkan Mimi Cumi Cumi.
Mimi Cumi Cumi merasa bersalah telah menuduh Pupu Kerapu gila. Mimi Cumi Cumi pun
meminta maaf kepada Pupu Kerapu, ia berhutang budi padanya. Mimi Cumi Cumi berjanji tidak
akan mengulangi kejahatannya lagi. Akhirnya, Pupu Kerapu mendapatkan tempat tingal baru dan
keluarga baru. Mereka pun hidup dengan damai.
Kuda Berkulit Harimau
Pada suatu pagi yang cerah, ada seekor kuda yang sedang berjalan dari sebuah ladang jagung
menuju ke sebuah hutan yang lebat. Kuda itu sudah sudah puas memakan jagung yang ada di
sana dan terlihat gembira karena tidak ada petani jagung yang memergokinya.

Ketika sang kuda berada di hutan, dia melihat dengan heran sesuatu yang menyerupai kulit singa.
“Apa itu? Sepertinya kulit harimau,” pikirnya. Kemudian sang kuda menduga-duganya.
Setelah didekati…
“Ternyata benar dugaanku bahwa kulit ini adalah kulit harimau. Mungkin tak sengaja
ditinggalkan oleh pemburu.” Dugaan sang kuda benar.
Kemudian terlintas dalam benaknya untuk menjahili hewan-hewan lain yang ada di hutan itu.
“Hmm… sepertinya aku punya ide yang bagus,” pikir sang kuda.

Kemudian sang kuda mencoba memakai kulit harimau yang baru saja ditemukannya itu.
“Untung saja ukurannya pas di tubuhku. Aku tinggal melancarkan aksinya dan… oh iya, aku
harus bersembunyi.”
Sang kuda bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya, dia menemukan semak-
semak yang sering dilalui hewan-hewan yang ada di sana.

Tak lama kemudian, domba-domba menghampiri semak tempat persembunyiannya untuk


mencari makan.
“Ayo kawan-kawan, kita makan rumput sebelah sana saja!” Perintah satu domba kepada
kawanannya.
Tiba-tiba kuda berkulit harimau itu meloncat ke arah domba-domba itu. Karena takut takut
dimangsa, secara spontan domba-domba itu berlarian ke sana kemari.
“Lari… kabur… ada singa!” kata domba-domba dengan panik.
Lalu sang kuda kembali ke tempat persembunyiannya untuk bersiap-siap mengejutkan hewan
lainnya.

Dari kejauhan, tampaklah seekor tapir yang berjalan mendekati semak-semak tempat
persembunyiannya itu.
“Aku sangat lelah, ingin beristirahat,” kata tapir yang berjalan menuju semak tempat
persembunyian sang kuda.
Sepertinya tapir itu sangat kelelahan ingin beristirahat. Kemudian meloncatlah sang kuda ke arah
tapir. Tanpa menunggu lama, tapir itu berlari sekencang-kencangnya saking ketakutan diterkam.
Sang kuda semakin senang menjahili hewan-hewan yang lain lagi.

Belum puas menjahili domba-domba dan tapir, terlintas pula dalam benaknya untuk menjahili
seekor kucing hutan yang sedang membawa tikus di mulutnya. Kuda itu berjalan dengan hati-
hati mendekati kucing hutan. Sang kuda akan mengejutkannya dengan mengaum. Ketika dia
mulai mengaum…
“Suara apa itu? (menoleh ke arah kuda) Ha… ha… ha. Rupanya harimau tetapi suaranya kuda.”
Kucing hutan itu melepaskan tikus di mulutnya dan tertawa terbahak-bahak. Sang kuda baru
tersadar bahwa aumannya itu tidak menyerupai suara singa, melainkan yang keluar adalah
suaranya. Sehingga suara sang kuda itu menarik perhatian seekor singa yang kelaparan. Tanpa
sepengetahuannya, singa itu menerkamnya dari belakang. Sang kuda langsung berlari
menyelamatkan diri. Terjadilah kejar-kejaran antara keduanya.

Melihat kejadian itu, domba-domba, tapir, dan kucing hutan yang tak jauh dari tempat itu,
bekerja sama agar sang singa tidak memangsa sang kuda.
“Teman-teman, kita harus menyelamatkan kuda itu!” kata seekor domba.
“Untuk apa kita menolongnya, sedangkan dia sendiri sudah menjahili kita,” kata tapir.
“Iya, betul!” Kata kucing hutan menyetujui perkataan tapir.
“Ssst, tidak boleh begitu. Kita harus menolong sesama kita yang sedang kesulitan,” kata seeokor
domba yang disetujui oleh kawanan domba lainnya.
“Baiklah,” kata tapir dan kucing yang menyetujui juga usul dari seekor domba itu.

Domba-domba dan tapir terus menindih-nindih tubuh sang singa, sedangkan kucing hutan
mencakar-cakar tubuhnya. Akhirnya, sang singa pun kalah dan lari, sehingga sang kuda berhasil
diselamatkan.

“Teman-teman, aku minta maaf karena sudah menjhili kalian. Aku juga berterima kasih karena
kalian telah menyelamatkan nyawaku. Aku harap kalian menerima permintaan penyelesalanku,”
kata sang kuda menyesal.
“Iya, kami memaafkanmu,” kata domba-domba, tapir, dan kucing hutan serempak.

Setelah kejadian itu, sang kuda menjadi baik kepada mereka.. Akhirnya mereka berteman dan
hidup rukun, mereka juga selalu pergi bersama dan saling membantu satu sama lain jika sedang
berada dalan kesulitan. Perbuatan sang kuda yang menjahili hewan-hewan di hutan sangat tidak
patut ditiru karena akan merugikan orang lain maupun diri sendiri.
KANCIL, SINGA dan TIKUS
Fabel Kancil, Singa, dan Tikus - Di daratan Eutopia, ada salah satu hewan yang dijuluki juga
sebagai raja hutan selain Harimau. Dia adalah sang Singa. Namun singa lebih senang hidup di
padang rumput dengan alam yang lebih terbuka. Dia selalu menjaga wilayahnya dari para hewan
yang ingin berbuat onar di daerah kekuasaanya. Sebagaimana si Harimau, singa juga memiliki
sifat yang sombong sebagaimana seorang raja. Dia cukup angkuh dan merasa tidak terkalahkan.
Bahkan dia sering memandang rendah hewan yang lebih lemah darinya. Si kancil pernah
beberapa kali bertemu dengan singa, namun dia bisa bersembunyi untuk menghindar. Berbeda
dengan harimau, sifat singa sedikit lebih tenang. Bahkan terkesan cukup malas. Hari-harinya
selalu di isi dengan tidur. Dia hanya berburu ketika perutnya sedang lapar saja.
Pada suatu hari ketika si singa tengah tertidur nyenyak, ada seekor tikus yang tidak sengaja
tersesat ke sarangnya. Tikus itu tanpa sengaja membangunkan singa yang sedang tertidur itu.
Kontan saja singa yanf merasa terusik itu sangat marah dan mengaum dengan keras. Auman
singa cukup menakutkan bagi setiap yang mendengar. Bahkan aumanya dapat di dengar hingga
jarak cukup jauh di seluruh penjuru hutan. Melihat singa yang marah, tikus yang malang itu
merasa sangat ketakutan. Dia merasa kini ajalnya mungkin akan datang karena di makan oleh
singa. Namun tiba-tiba saja si kancil datang, dia mencoba menengahi untuk menenangkan singa
tersebut.
"Eh.. singa.. tunggu dulu. Jika kau memakan tikus malang ini, maka martabat mu sebagai raja
hutan akan tercoreng. Kau akan sangat rugi. Selain tidak kenyang.. kau juga akan di kenal
sebagai hewan rakus yang bahkan memakan tikus yang kurang bergizi". Kata kancil.
"Apa maksut mu cil..? Apa kau meledek ku?". Kata singa masih geram.
"Bukan itu masalahnya.. aku hanya ingin menyelamatkan harga diri mu. Jika kau memakan tikus
ini, maka kau tak lebih dari hewan berkuku dengan taring besar.. namun selera makan mu
kacangan dan tak bermutu. Bayangkan saja jika seluruh penghuni hutan tahu, pasti mereka akan
menertawakan mu". Jelas kancil.

"Lalu.. apa yang harus aku lakukan? Tikus ini sudah mengganggu tidur ku". Tanya singa lagi.
"Sebagai raja.. kau harus belajar untuk mengampuni. Biarkan dia pergi. Mungkin saja kelak dia
justru bisa menolong mu ketika kau kesusahan". Jawab kancil.
"Hahahahaha... aku? Kesusahan? Lalu ditolong tikus? Mana mungkin.?? Aku ini raja hutan yang
paling kuat. Bahkan harimau saja tak sebanding. Tak ada yang berani macam-macam dengan ku.
Itu mustahil.. hahahaha..". Kata singa dengan sombongnya.
"Baiklah.. mau mustahil atau tidak, roda nasib tak ada yang tahu. Jadi bagaimana singa? Apa kau
mau melepaskanya?". Tanya kancil lagi.
"Baiklah.. kali ini dia aku lepaskan. Tapi bukan karena alasan yang kau sebutkan.. tapi memang
karena aku masih kenyang.. jadi, cepat pergi sebelum aku berubah fikiran..". Kata singa sambil
kembali memejamkan mata untuk melanjutkan tidurnya. Sementara kancil dan tikus segera pergi
dari tempat itu. Beberapa bulan berlalu setelah kejadian itu. Hingga pada suatu hari, singa di
timpa musibah. Ketika tengah mencari mangsa, singa terjerat oleh jaring yang di pasang
pemburu. Dia sudah berusaha lepas, tapi tak berhasil. Jaring itu dirajut dengan tali yang cukup
kuat. Hingga dua hari lamanya singa terjebak. Tanpa makan dan minum, sehingga membuat
singa lemas kehabisan tenaga. Bahkan untuk mengaum saja dia sudah tidak sanggup. Namun
takdir sepertinya masih berpihak pada si singa. Tikus yang dulu dia lepaskan, tidak sengaja lewat
tempat itu. Melihat singa yang sekarat, tikus itu langsung berusaha menolongnya. Dia menggigit
setiap tali jaring itu hingga putus. Setelah semua tali putus, singa itu akhirnya bisa bebas. Melihat
bahwa nyawanya diselamatkan oleh seekor tikus yang dulu dia remehkan, membuat singa
merasa malu. Kini dia belajar akan satu hal.. kemampuan itu tidak hanya dilihat dari penampilan
luar saja. Singa merasa bersyukur, bahwa dulu dia mengambil keputusan yang benar dengan
melepaskan si tikus. Andai saja dulu dia tidak melepaskan si tikus, niscaya nyawanya sudah
tidak tertolong. Singa mengucapkan terimakasih kepada tikus. Dia juga meminta ma'af jika
dahulu dia menghina si tikus. Tikus itu hanya tersenym, karena dia sudah lama mema'afkan
singa dan merasa tidak terjadi masalah. Sejak saat itu, tikus dan singa menjadi sahabat. Singa
berjanji akan dengan senang hati membantu tikus ketika tikus dalam kesulitan. Sebagai wujut
balas budi di hari itu.
CERITA SI ANAK IKAN
Dahulu kala, ada seekor anak ikan dan ibunya yang sedang berenang-renang di lautan dalam. Ibu
ikan sedang mengajar anak kesayangannya akan erti kehidupan danrealiti yang mereka hadapi.
Anak ikan ini bertanya, “Apa banyakkah perkara yang anakanda tidak ketahui wahai ibu?”.Ibu
ikan ini pun berkata, “Duhai anakku yang ku kasihi, sesungguhnya terdapat suatuperkara yang
amat penting yang ibu ingin sampaikan…ajaran ini telah disampaikan olehpendita-pendita ikan
yang terulung sejak zaman berzaman, telah disebarkan kepadaseluruh warga alam air ini dan ibu
harap anakanda juga ambil berat apa yang ingin ibu katakan…Suatu hari nanti, anakanda akan
beruji dengan godaan-godaan yang mengelirukan akal… akan anakanda jumpa cacing yang
sungguh enak sedang dicucukoleh mata kail dan diikat pada tali yang tidak nampak oleh mata
kasar. Cacing itu kelihatan sungguh mengiurkan, sungguh lazat sehinggakan anakanda tidak
terfikir akanapapun kecuali utk menikmati juadah yang enak itu… tetapi anakanda kena ingat
ituhanyalah muslihat manusia, mengumpan anakanda ke alam lain yang penuh sengsara.”

“Alam apa itu ibu?” “Jika anakanda terjerumus ke perangkap manusia itu.. leher anakanda akan
disentapoleh besi yang bercangkuk tajam dan akananda akan merasa kesakitan di muluanakanda.
Kemudian, mereka akan tarik anakanda ke arah sesuatu yang menyilaupandangan sehingga
anakanda rasa anakanda akan buta… anakanda akan di campakumpama sampah di perut perahu
mereka dan anakanda akan berasa sesak keranaanakanda bukan lagi dikelilingi oleh air tetapi
udara…

Kemudian mereka akan membawaanakanda ke pasar, mereka letakkan harga..ada manusia yang
datang danmencocok-cocok badan anakanda sebelum ada yang membawa anakanda ke
rumahmereka. Siksaan mereka belum selesai…manusia itu akan mengelar- ngelar
anakanda,menghiris daging dan meletakkan garam dan .. pedihnya ibu tak dapat bayangkan
danceritakan..”, sambil si ibu tunduk sayu dan ketakutan.

“Setelah dikelar-kelar… anakanda akan melihat minyak yang panas mengelegak, sehingga
percikannya bisa meleburkan kulit anakanda yang halus itu… manusia kemudiannya akan
menurunkan anakanda ke dalam minyak yang panas itu sehingga segala daging dan kulit
anakanda melecur dan bertukar warna…

Akhirnya.. anakanda akan dilapah, dimamah dan dikunyah oleh gigi-gigi manusia yang tidak
mengenal erti belas kasihan itu… Semua siksaan itu berpunca dari godaan yang sedikit… ibu
berpesan agar anakanda ingat dan berhati-hati di laut lepas tu…”

Si anak..hanya mengangguk-anggukkan kepalanya… dalam hatinya masih tidak yakin..kerana


belum pernah ketemu cacing yang sebegitu… Suatu hari.. setelah di anak ini remaja..dan bersiar-
siar dengan kawan-kawannya..mereka terlihat seekor cacing yang amat besar, tampak lazat
berseri-seri… semuaikan-kan itu telah mendengar cerita dari orang tua masing-masing.. cuma
baru sekarangmelihatnya dengan mata kasar sendiri.. masing- masing menolak satu sama lain..
dan mencabar-cabar agar pergi menjamah juadah itu.. akhirnya si anak yang tidak yakindengan
ceritaibunya tadi berkata, “

Ahhhh…masakan benar kata-kata ibuku.. makanan selazat ini tidak akanmendatangkan apa-apa
kecuali kenyang perutku. Ini habuanku….”, terlintas nafsu yangdtg menggoda… lalu.. setelah si
anak itu mengangakan mulutnya luas-luas dan denganrakusnya membaham cacing itu… mulut
dan tekaknya terasa kesakitan yang amatsangat…setelah puas cuba melepaskan diri.. si anak tadi
berasa kesal dan sedih dalamdirinya.. kerana dia tahu…apa yang ibu katakan memang
benar…cuma segalanya sudah terlambat..hanya kerana nafsu.
KURA-KURA DAN SEPASANG ITIK

Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya,
dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu
berusaha. Ada yang mengatakan bahwa dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-
kura tersebut sangat malas dan lebih senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan
dewa Jupiter, walaupun dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.

Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa menghadiri pesta
pernikahan. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit
dan bagaimana kelinci dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa
sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas.
Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu
kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan.

Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya. Kura-kura
dan Itik"Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah pada
kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana kamu bisa
melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu
akan sangat menyesal."

Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat
dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan
mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.

Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang
dilihatnya dan berkata: "Kamu pastilah Raja dari kura-kura!" "Pasti saja......" kura-kura mulai
berkata. Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia
kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya
terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.

Pesan Moral Dongeng Kura-Kura : Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering
menyebabkan kesialan.
SERULING AJAIB
Pada suatu hari, Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu. “Ternyata enak juga jalan-jalan
dihutan bambu, sejuk dan begitu damai,” kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia
lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi
yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. “Tolong! Tolong!” teriak
kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap
mudah-mudahan ada binatang lain yang menolongnya.
Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil mendengarkan kicauan
burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. “Andai aku bisa bernyanyi seperti burung,
tapi siapa yang mau mengajari aku bernyanyi ya ?”, tanyanya dalam hati. Semilir angin membuat
harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit-derit. Suara
itu semakin nyaring karena terbawa angin. “Suara apa ya itu ?” kata harimau.
“Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu,
lebih baik aku selidiki saja,” ujar si harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan
bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu. “Wah
aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia”, ujar harimau
kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang gemuk. Kancil sangat
ketakutan.”Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat ?”, pikir si kancil.
“Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan
mengenyangkanmu.” “Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini,” ujar si
harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet….kriet… “Suara apa itu ?”, Tanya Harimau
penasaran. “Itu suara seruling ajaibku,” jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik telah
menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. “Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak
memangsaku, bagaimana ?” Tanya si kancil. Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena
ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah hebat
dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan
hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius. “Koq lagunya hanya seperti
itu ?”, Tanya harimau. “ini baru nada dasar”, jawab kancil.
“Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku”, kata si
kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari
jepitan pohon bambu. “Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang
bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan ,” Kancil menerangkan dengan serius. “Jangan heran ya,
kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho.” “Untung
ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib,” kata kancil dalam hati.
“Harimau yang telah terjepit diantara batang bamboo tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si
kancil. “Kau mau pergi kemana, Cil ?”, Tanya harimau. “Aku mau minum dulu, tenggorokanku
kering karena kebanyakan meniup seuling,” jawab si kancil. “Masa aku harus belajar sendiri ?”,
tanya harimau lagi. “Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa
meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.
Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang.
Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. “Hore aku bisa !”,
seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di
antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang
bambu. “Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini !, pasti bunyi
berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. “Grr, benar-benar keterlaluan, kalau
ketemu nanti akan ku hajar si kancil”, kata harimau.
KASUARI DAN DARA MAHKOTA
Zaman dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap
yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa
dengan mudah mencari makan di atas tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung
yang sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika teman-
temannya yang lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk
menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa
melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah sehingga
Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka
punya sayap yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”
Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung lainnya. Mereka menganggap Kasuari
sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul
untuk membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk
mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang sebanding
dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang
dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota
hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan
kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa
lawannya. “Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga
burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”
“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap
selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah
aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”
Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada
ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata
pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.
Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut.
Meski tidak terlalu yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan
pertandingan tersebut. Diam-diam Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya.
Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil
tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa menang
melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara
Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.
Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK!
Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya
bunyi tadi berasal dari ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran
Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk sayap
Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari
yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.
Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota
dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang
mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara
Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba
mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke
bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai
lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah
bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah.
KISAH KELEDAI DAN KUDA
Disuatu siang yang terik, Pak pedagang berjalan menyusuri perbukitan hendak pulang dari pasar.
Di belakangnya berjalan seekor Keledai dan seekor Kuda peliharaannya. Mereka memang biasa
diajak ke pasar untuk mengangkut dagangan atau belanjaan dari pasar.

Tampak si Keledai sudah kelelahan, dia berjalan sangat pelan karena di punggungnya penuh
dengan barang bawaan yang tampaknya cukup berat baginya. "Kuda..!!! Tolong.... gantian
bawakan barang ini, saya sudah sangat lelah dan tidak kuat lagi". keluh si Keledai kepada si
Kuda. "Tidak!" kata si Kuda dengan tegas, dia menghentak-hentakkan kakinya sambil terus
berjalan seolah mengejek. "Tolonglah!" pinta si Keledai, ia tersungkur karena kelelahan. Ia
berusaha untuk berdiri dengan barang bawaan yang berat di punggungnya. "Tolong ambil
beberapa bebanku saja, atau aku bisa mati karena beban yang terlalu berat ini." Si kuda
menjawab dengan meledek, "Itu bukan tugasku, kenapa aku harus mengangkat barang
bawaanmu itu?"

Mereka lalu tetap berjalan, berbaris di jalan kecil yang naik turun di atas pegunungan. Si kuda
berjalan dengan nyaman sambil memakan rumput-rumput yang menghijau. Tetapi si Keledai
berjalan dengan kepala tertunduk, ekornya bergoyang-goyang mengusir kumpulan lalat yang
mengganggunya. Terengah-engah ia berusaha berjalan dengan beban yang begitu berat di
punggungnya. Tiba-tiba keledai itu jatuh tersungkur untuk yang kedua kalinya. Lututnya terluka,
tertindih di bawah tubuhnya yang terjerembab di tanah.

Pak Pedagang yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, melihat apa yang terjadi dan
dengan cepat menghampiri Keledai itu. Ia melonggarkan tali yang mengikat beban si Keledai
dan dengan cepat meletakkannya di atas punggung si Kuda. Ia lalu mengikat kaki-kaki keledai
yang jatuh itu menjadi satu dan lalu menaikkan keledai di atas punggung si Kuda. "Benar-benar
Apes saya!" si kuda terengah-engah sambil menggerutu. "Aku tidak kuat lagi mengangkat beban
dan tubuh keledai sekaligus! Jika aku tahu bakal begini jadinya, aku tadi pasti menolongnya...
Mengangkat barang bawaan saja tanpa ditambah tubuh si jelek Keledai ini.... Huuuhhh...!! Tapi
bagaimana aku bisa tahu akan begini jadinya?"

Pesan Moral Dongeng Kisah Keledai dan Kuda adalah : Penyesalan selalu datang terlambat,
Berbuat baik tidak akan merugikan kita. dengan berbuat baik, bBisa jadi kita bisa memperoleh
kebaikan yang lain atau bisa jadi kita terhindar dari hal buruk. Menunda kebaikan bisa jadi akan
mendatangkan hal buruk pada kita. Seperti halnya si Kuda, ia tidak mau menolong si keledai
akibatnya dia bukan hanya harus mengangkut barang bawaan si keledai, tapi dia juga harus
mengangkut tubuh si keledai diatas punggungnya karena si keledai sudah tidak bisa berjalan.
KISAH RAJA KODOK
Dahulu kala, di sebuah kolam di tepi hutan. Hiduplah ratusan ekor kodok yang bisa bicara.
Mereka sedang memberbicarakan tentang raja mereka yang telah meninggal dunia. Kodok kodok
itu berkumpul di tepian kolam untuk memilih raja Kodok yang baru agar ada yang bisa
memimpin dan melindungi mereka dari bahaya. Namun diantara mereka tidak ada satupun yang
mau untuk dijadikan raja bagi kawanan Kodok tersebut. Alasanya macam-macam, ada yang
beralasan karena dia tidak bisa berkelahi sehingga tidak mampu melindungi rakyatnya. Ada pula
yang beralasan lebih suka jadi rakyat biasa agar tidak pusing memikirkan rakyat, dll. Tak ayal
acara pemilihan Raja itu pun menemui jalan buntu. Lalu kodok Tua maju ke depan dan berkata,
"Saudara-saudara sekalian, pemilihan Raja kali ini saya rasa sudah tidak bisa kita lanjutkan.
Semua sudah menyatakan tidak bersedia untuk dipilih". Kodok Tua diam beberapa saat lalu
melanjutkan bicaranya, "Bagaimana jika kita memintanya langsung kepada Tuhan, siapa tahu
akan didatangkan raja yang baik, bijak dalam memerintah dan kuat untuk melindungi kita".
Kawanan Kodok serempak menjawab, "Setujuuuu...!!!". Lalu mereka berdoa dengan suara
nyaring bersahut-sahutan agar mereka dipilihkan seorang raja oleh Tuhan.

Tiba tiba sebatang batang pohon jatuh dari langit. Batang pohon itu tercebur ke dalam kolam, air
terciprat ke semua arah, menghujani ratusan kodok yang masih berkumpul di pinggir kolam.
Diatas kayu yang jatuh tadi, tampak seekor Kodok muda belia. "Apakah itu rupa Raja baru
kita?". Tanya seekor Kodok yang ada di tepian kolam pada rekannya. "Mungkin iya, tapi apa
mungkin Raja kita masih muda seperti itu?" dia balik bertanya. Sehari semalam kodok-kodok itu
bersembunyi di bawah daun teratai yang mengapung di tepian kolam, tidak satu pun berani
melangkah terlalu dekat dengan raja baru mereka. Seekor kodok yang paling berani di antara
mereka lalu keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mendekat dengan hati hati dan
mengamati sang raja Muda itu. Akhirnya yang lain ikut maju dan berenang hati hati di sekeliling
batang pohon yang mengapung itu. "Raja kita kok lucu ya?," ucap seekor kodok meledek.
Mereka akhirnya menyadari sang raja tidak bisa menolong atau memerintah mereka. Segera
mereka berdoa lagi bersahut sahutan meminta raja yang lain.

Tak berapa lama, seekor burung bangau yang besar hinggap di tepi kolam. Sebuah mahkota emas
berkilauan tampak di kepalanya. "Wahai para kodok, saya adalah raja kalian yang baru!" seru
sang bangau dengan suara keras. Sebelum para kodok berekasi, sang Bangau berjalan cepat ke
dalam kolam dan dengan cepat ia menelan para kodok itu. Para kodok berlompatan ketakutan,
mereka berusaha menyelamatkan diri dari serangan si Bangau, tapi kali ini mereka tidak bisa
menghindari kecepatan paruh sang bangau. "Oh kenapa, kenapa kita tidak berusaha menjadi
pemimpin bagi diri kita sendiri saja?" ucap seekor kodok bersedih dan menyesali kesalahannya.
Sang bangau yang sudah kenyang lalu terbang pergi. Tapi para kodok itu sekarang tak bisa
berbicara karena begitu ketakutan. Mulai saat itu yang bisa mereka lakukan hanyalah
mengeluarkan suara Kroook ..Kroook...dododok...Krookk.
SINGA YANG SAKIT
Disebuah belantara, digemparkan oleh kabar tentang sakinya sang raja hutan Singa. Tidak ada
yang tahu bagaimana berita itu bisa tersebar, tetapi semua binatang sekarang membicarakannya.
Singa sedang sakit keras dan sedang terbaring lemah di rumahnya yang berupa Goa. Dia ingin
semua rakyatnya menjenguknya dan mendengarkan wasiat warisan yang akan diberikannya pada
mereka, jika sakitnya tidak kunjung sembuh dan dia mati nanti.

Mendengar kabar tersebut, Sang rubah, yang selalu hadir ketika ada yang diberikan cuma-cuma,
cepat-cepat pergi ke sarang Singa lebih cepat daripada binatang lain. Tetapi ketika ia semakin
dekat, dia berjalan lebih lambat. Dia sedang berpikir keras. Ketika ia sudah sampai di depan
mulut gua tempat tinggal singa, dia tidak jadi masuk, malah bersembunyi di balik semak dan
memperhatikan apa yang akan terjadi.

Dia tidak perlu menunggu lama. Satu menit kemudian datang seekor Lembu, dia berjalan cepat-
cepat sepertinya tidak mau terlambat masuk ke dalam gua untuk mendengarkan wasiat dari sang
raja hutan itu. Rubah itu diam dan menatap mulut gua dengan mata bulatnya yang tajam
kekuningan. Dia ingin tahu hadiah warisan apa yang diperoleh si Lembu itu, atau mungkin
wasiat apa yang diperolehnya dari singa yang sedang sakit itu. Ternyata dia harus menunggu
lama, karena si Lembu ternyata tidak juga kembali. "Betah amat si Lembu di tempat Singa??"
Pikir Rubah. Beberapa saat kemudian seekor Domba datang dan seperti si Lembu, dia juga
tampak buru-buru masuk ke dalam gua. Ternyata dia juga tinggal lama di dalamnya.

Belum habis tanda tanya dalam fikiran si Rubah, tiba-tiba datang seekor Keledai, seekor
Kambing, dan lima ekor Kelinci yang masuk dengan tergesa-gesa ke dalam gua, dan semuanya
diamati oleh si Rubah. Selang beberapa saat dia menunggu, mereka pun tidak kunjung muncul
dari mulut Goa. Si Rubah berpikir bahwa Singa itu mungkin sedang membacakan banyak wasiat
untuk mereka, sehingga para tamunya tidak kunjung kembali.

Dia pun bermaksud untuk masuk ke dalam Goa tersebut. Namun di mulut Goa dia kembali
berfikir, "Masa sudah hampir setengah hari mereka tidak ada satu pun yang keluar, ini tidak
masuk akal". Pikir si Rubah. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan bernaksud untuk pulang.
Namun ketika ia hendak beranjak pergi, betapa terkejutnya ia ketika melihat sang Singa muncul
di mulut Goa dan menyapanya dengan berwibawa. "Masuklah! Masuklah, kawanku rubah!".
Singa itu memanggilnya. "Aku punya beberapa pesan dan beberapa warisan untukmu!". Rubah
menggelengkan kepalanya. "Katanya singa sedang sakit keras, kenapa dia segar bugar dan
tampak sehat sekali??". Fikir si Rubah. "Jika anda tidak berkeberatan tuanku!" jawabnya, "Aku
akan menunggu besok saja. Dari jejak kaki yang masuk ke dalam Rumahmu, aku lihat banyak
rakyatmu yang sedang mengunjungimu. Aku tidak tahan keramaian, rasanya pengap, sumpek
dan saya bisa pingsan. Saya janji, sebelum mereka keluar, aku akan mengunjungimu." jawab si
Rubah melanjutkan.

Mendengar jawaban itu, tampaknya singa tidak senang. Singa itu mengaum, lalu berlari ke arah
Rubah, secepat kilat Rubah yang sudah ambil ancang-ancang untuk kabur segera berlari. Singa
terus mengejarnya hingga beberapa lama. Tetapi singa itu tidak bisa menangkapnya. Rubah yang
sudah ngos-ngosan bersembunyi di balik semak-semak sambil ketakutan. Sementara si Singa
berhenti kelelahan dan berbaring seharian di semak semak dengan perut kenyang karena sudah
memakan Lembu, Keledai, Kambing, Domba dan Kelinci.
INDUK BURUNG GAGAK DAN ANAKNYA
Dikisahkan, suatu hari seekor gagak muda mencuri makanan dari rumah Pak Tani dan
membawanya pulang. Alih-alih menasihatinya, ibu gagak malah mengepakkan sayapnya dengan
senang dan memujinya sebagai anak yang baik, karena membawa pulang makanan enak untuk
ibunya yang telah bekerja keras. "Kamu anak pintar sekali, Nak!" serunya. "Ibu bangga padamu.
Lain kali kamu harus membawa pulang daging, atau sesuatu yang lebih berharga, seperti emas,
sendok perak atau cincin."

Gagak muda bahagia karena pujian ibunya, dia kemudian mulai mengambil barang lain dengan
sungguh-sungguh. Tidak berapa lama dia sudah membawa pulang banyak sekali barang berharga
seperti kalung emas, cincin, dan barang barang kecil lain sehingga keluarganya bisa saja
membuka sebuah toko emas. Ibunya berkaok dengan senang dan memberitahukan semua kawan-
kawannya, dalam hati induk gagak berkata " Sungguh memalukan... anak mereka tidak sepintar
anak saya."

Setelah beberapa bulan lamanya, gagak muda yang selalu sibuk itu bosan mencuri dari orang-
orang. Hal itu terlalu mudah baginya, sehingga tidak menyenangkan lagi. Ia lalu mencuri di
sarang burung yang lain, lagipula ibunya masih selalu bilang padanya bahwa ia ada burung yang
terbaik yang pernah ditetaskan seekor gagak. Perbuatannya itu berbahaya sekali, dan ia harus
lebih cerdik. Tetapi pikirnya, bagaimana burung lamban seperti jalak atau bahkan elang bisa
menangkapnya? Tapi, ternyata itulah yang terjadi. Dia tertangkap basah, dan dua ekor burung
elang yang galak menjaganya untuk dihukum. '' Tentunya kamu harus mengerti, bahwa mencuri
dari burung yang lain adalah kejahatan berat!" kata ketua burung Elang.

Setengah burung-burung hutan berkumpul pagi itu untuk menentukan nasibnya. Walaupun para
burung gagak membelanya dengan usaha keras, mereka tidak bisa menyelamatkannya dari
hukuman. Akhirnya ia minta satu permintaan, yaitu untuk bisa berbicara pada ibunya. Tidak ada
yang bisa menolak permintaan yang menyentuh itu, dan semua burung di hutan itu terdiam
menyaksikan ia dan ibunya berdiri berdampingan.

Kemudian..., tanpa basa basi, gagak muda itu mencakari dan mematuki ibunya dengan kasar
sampai burung lain dengan ketakutan memisahkan mereka. Akhirnya dengan babak belur, si
gagak muda itu berhasil meyakinkan mereka untuk mendengarkannya. "Kalian pikir aku adalah
makhluk yang jahat dan kasar," dia bilang. "Dan mungkin memang itulah aku. Tetapi kesalahan
bukan semua milikku. Aku tidak akan berada di sini sekarang jika ibuku mengajariku untuk
berbuat baik. Malah, ia meyakinkanku bahwa perbuatanku itu adalah perbuatan baik. Jika kalian
adil, kalian akan menghukumnya juga. Itulah perkataanku. Sekarang lakukan yang kalian mau!"
Tentu saja cerita si gagak muda itu tidak meringankan hukumannya walaupun semua yang
dikatakannya itu benar. Mereka kemudian mengikatnya di sebuah pohon, sebagai contoh bagi
semua burung yang ingin mencuri dari sesamanya.
DONGENG LEBAH DAN TAWON YANG BEREBUT

SARANG MADU

Dongeng lebah dan tawon yang berebut sarang madu - Sebuah sarang yang berisikan madu telah
ditemukan di sebuah pohon yang berongga, dan Tawon menyatakan sarang itu adalah milik
mereka. Lebah pun yakin bahwa harta karun itu adalah milik mereka. Argumen dan perdebatan
itu makin lama makin meruncing, dan tampaknya, peristiwa itu tidak bisa diselesaikan tanpa
pertempuran. Tetapi pada akhirnya, mereka berdua setuju untuk membiarkan seorang hakim
yang akan memutuskan masalah ini. Jadi mereka kemudian membawa kasus ini ke hadapan
seekor tabuhan (hornet) yang bertindak sebagai hakim yang adil di seluruh hutan.

Ketika Hakim mulai memanggil saksi-saksi, saksi menyatakan bahwa mereka melihat bahwa
yang membangun sarang madu tersebut adalah serangga bersayap yang hidup di lingkungan
pohon berongga, yang mendengung keras, dan tubuhnya bergaris kuning dan hitam, seperti
Lebah.
Tetapi pihak tawon segera bersikeras bahwa secara garis besar, ciri-ciri tersebut juga dimiliki
oleh tawon.
Bukti tersebut tidak dapat menunjukkan secara jelas siapa pemilik sarang yang sah, sehingga
sang Hakim pun mendunda pengadilan selama enam minggu untuk memberinya waktu agar
dapat memikirkan hal itu. Ketika kasus ini disidangkan kembali, kedua belah pihak memiliki
lebih banyak lagi saksi. Saat saksi-saksi mulai diajukan kembali, seekor lebah tua yang bijaksana
berkata:
"Yang Mulia," katanya, "kasus ini kini telah tertunda selama enam minggu. Jika tidak segera
diputuskan, madu dalam sarang tersebut akan rusak. Perintahkanlah keduanya untuk membangun
sarang madu seperti itu, dan kita akan segera melihat siapa pemilik madu yang sebenarnya."
Tawon memprotes dengan keras. Tetapi Hakim yang bijaksana langsung mengerti mengapa
tawon memprotesnya. Karena Tawon tahu bahwa mereka tidak bisa membangun sebuah sarang
madu dan mengisinya dengan madu.
"Sudah jelas terlihat di sini," kata Hakim, "yang bisa membuat sarang madu dan yang tidak bisa
membuatnya. Saya memutuskan bahwa madu itu adalah milik Lebah."
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng lebah dan tawon yang berebut sarang
madu ini adalah
Kemampuan akan dibuktikan dengan tindakan dan janganlah mengakui hak yang bukan
miliknya.
DONGENG RUSA DAN KURA-KURA

Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong lagi pemarah. Sering ia
meremehkan kemampuan hewan lain.
Pada suatu hari si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia bertemu dengan kura-kura yang terlihat
hanya mondar-mandir saja. "Kura-kura, apa yang sedang engkau lakukan di sini?"
"Aku sedang mencari sumber penghidupan," jawab si kura-kura.
Si rusa tiba-tiba marah mendengar jawaban si kura-kura. "Jangan berlagak engkau, hei kura-
kura! Engkau hanya mondar-mandir saja namun berlagak tengah mencari sumber penghidupan!"
Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun si rusa tetap marah. Bahkan, si rusa mengancam akan
menginjak tubuh si kura-kura. Si kura-kura yang jengkel akhirnya menantang untuk mengadu
kekuatan betis kaki.
Si rusa sangat marah mendengar tantangan si kura-kura untuk mengadu betis. Ia pun meminta
agar si kura-kura menendang betisnya terlebih dahulu. "Tendanglah sekeras-kerasnya, semampu
yang engkau bisa lakukan!"
Si kura-kura tidak bersedia melakukannya. Katanya, "Jika aku menendang betismu, engkau akan
jatuh dan tidak bisa membalas menendangku."
Si rusa kian marah mendengar ucapan si kura- kura. Ia pun bersiap-siap untuk menendang. Ia
berancang-ancang. Ketika dirasanya tepat, ia pun menendang dengan kaki depannya sekuat-
kuatnya.
Ketika si rusa mengayunkan kakinya, si kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke dalam
tempurungnya. Tendangan rusa hanya mengenai tempat kosong. Si rusa sangat marah mendapati
tendangannya tidak mengena. Ia lantas menginjak tempurung si kura-kura dengan kuat.
Akibatnya tubuh si kura-kura terbenam ke dalam tanah. Si Rusa menyangka si kura-kura telah
mati. Ia pun meninggalkan si kura-kura.
Si kura-kura berusaha keras keluar dari tanah. Setelah seminggu berusaha, si kura-kura akhirnya
berhasil keluar dari tanah. Ia lalu mencari si rusa. Ditemukannya si rusa setelah beberapa hari
mencari. "Bersiaplah Rusa, kini giliranku untuk menendang."
Si rusa hanya memandang remeh kemampuan si kura-kura. "Kerahkan segenap kemampuanmu
untuk menendang betisku. Ayo, jangan ragu-ragu!"
Si kura-kura bersiaga dan mengambil ancang-ancang di tempat tinggi. Ia lalu menggelindingkan
tubuhnya. Ketika hampir tiba di dekat tubuh si rusa, ia pun menaikkan tubuhnya hingga
tubuhnya melayang. Si kura-kura mengincar hidung si rusa. Begitu kerasnya tempurung si kura-
kura mengena hingga hidung si rusa putus. Seketika itu si rusa yang sombong itu pun mati.
PERTOLONGAN MEMBAWA BAHAGIA

Di sebuah tembok rumah yang indah, terdapat beberapa ekor cicak yang sedang melata. Salah
satunya adalah cicak buruk rupa yang nasibnya selalu malang. Ia selalu diejek oleh teman-
temannya.
Suatu hari, ia merambat pada sebuah dinding sambil merenung. Berbagai bayangan dan impian
menyatu dalam pikirannya.
“Kenapa nasibku begitu malang? Kenapa semua teman-temanku selalu membenciku? Akankah
aku bahagia seperti hewan lain?” kata cicak. Tiba-tiba datang seekor nyamuk, sahabat cicak.
“Kenapa kau murung, wahai cicak?” tanya nyamuk khawatir
“Nyamuk sahabatku, kenapa aku merasa selalu malang?”
“Cicak, sebenarnya kau diciptakan penuh kelebihan. Kau dapat merambat di dinding tanpa jatuh.
Kau dapat mengecoh lawanmu dengan memutus ekormu saat kau ada dalam bahaya. Mengapa
kau masih saja bersedih?”
“Aku tidak disukai teman-temanku karena aku berwajah buruk!”
“Tenanglah, teman! Semuanya pasti akan berakhir, asalkan kau sabar.” Nyamuk terus menghibur
hati cicak.
“Terima kasih kau telah membuatku kembali bersemangat.” Nyamuk hanya tersenyum.
Kemudian pergi meninggalkan cicak.
Cicak pulang dengan hati yang tenang. Dalam hati ia berjanji untuk tidak menyakiti nyamuk,
apalagi memakannya. Di tengah jalan, ia melihat rombongan teman-temannya yang sedang
mencari makanan, yaitu nyamuk. Cicak berusaha mencegah. Ia takut kalau nyamuk sahabatnya
akan menjadi mangsa teman-temannya. Namun, teman-teman cicak justru marah ketika
mendengar larangan cicak. Cicak pun menggunakan berbagai cara untuk mencegah teman-
temannya.
“Nyamuk-nyamuk itu juga berhak hidup seperti kita. Jadi kita tidak berhak merampas kehidupan
yang diberikan Tuhan pada nyamuk nyamuk itu. Bukankah kita bisa mencari makanan yang lain,
yang tidak merugikan makhluk lain?” mendengar itu, cicak-cicak sadar kalau selama ini mereka
telah berbuat salah. Mereka segera meminta maaf pada cicak. Dan mereka berjanji tidak akan
menyakiti, bahkan memakan nyamuk lagi. Cicak merasa puas. Ia bisa menyadarkan teman-
temannya, juga melindungi nyamu, sahabatnya. Hari ini cicak sangat senang, karena hari ini ia
dapat berguna bagi makhluk lain.
HIKAYAT SAPI DAN KERBAU

Al-kisah pada zaman dahulu kala sapi dan kerbau adalah sahabat karib.pada masa itu sapi mempunyai
kulit berwarna hitam kecoklatan,sedangkan kerbau berkulit putih. Pada suatu hari...datang seorang
pendatang di padang rumput tempat para sapi dan kerbau tinggal,hewan itu adalah banteng. Dengan
tanduk yang besar dan runcing serta warna kulit hitam gelap membuatnya tampak sangat gagah.
Sehingga membuat para sapi dan kerbau betina sangat mengaguminya. Dengan cepat "kabar angin"
tentang kegagahan banteng tersebar ke penjuru padang rumput.Sehingga banteng menjadi "buah bibir"
di kalangan para sapi dan kerbau betina. Sapi tak terlalu memperdulikan akan kabar itu,karena dia
mensyukuri karunia yang di berikan tuhan padanya. Tapi tak begitu dengan si kerbau,dia merasa iri dan
cemburu pada si banteng.
"Huh..apa hebatnya si banteng itu?padahal aku tak jauh beda dari
dia.Tanduk ku juga besar dan runcing,badan ku juga gagah..cuma beda
warna kulit saja..".Gerutu si kerbau dalam hati.
"hmm..mungkin saja jika warna kulit ku hitam,aku bisa lebih gagah dari
si banteng,dan aku akan ganti jadi terkenal.Kalau begitu,aku ada ide
untuk menipu sapi agar mau bertukar kulit dengan ku.hahaha...".Mulai
timbul fikiran licik di otak si kerbau. Ahirnya si kerbau pun menemuai si sapi yang waktu itu sedang
berendam di sungai.Si kerbau pun mulai membujuk dan merayu sapi agar mau bertukar kulit.Tapi si sapi
tak mau karena dia sudah merasa mensyukuri apa yang dia miliki. Tapi si kerbau tak mau
menyerah..sampai dia merengek rengek dan memohon atas nama persahabatan pada si sapi.
Karena terus di desak dan merasa kasihan,si sapi pun ahirnya mau.Tapi si kerbau harus berjanji setelah
mereka bertukar kulit,kerbau harus mensyukuri apapun yang dia miliki dan tak menyesali tiap hal yang
dia minta sendiri.Tanpa fikir panjang karena terbawa nafsu,si kerbau pun menyanggupi. Dan ahirnya
mereka bertukar kulit,si sapi jadi berwarna putih sedang kerbau berwarna hitam kecoklatan. Tapi
setelah bertukar...ternyata kulit sapi terlalu kecil untuk ukuran tubuah kerbau yang kekar dan
besar,sehingga kulit itu terasa sesak,terlalu ketat,dan membuat kerbau tak nyaman. Sedangkan kulit
kerbau yang di pakai sapi ternyata kebesaran,bahkan bagian leher terlihat menggelambir dan terasa
longgar.Sehingga membuat sapi merasa sejuk dan bebas bergerak. Tapi karena merasa kurang nyaman
dengan kulit barunya,si kerbau pun kembali mengajak untuk bertukar kulit,tapi si sapi tidak mau lagi
karena sebelumnya si kerbau telah berjanji. Berulang kali si kerbau merengek dan merayu untuk
bertukar lagi,tapi si sapi tetap tak mau. Bahkan taip bertemu di manapun dan kapanpun,si kerbau tetap
berusaha membujuk.Tapi si sapi selalu bilang "tidak mau".
KECERDIKAN MENUMBUHKAN KEBAIKAN
Di sebuah gurun pasir, hiduplah ular dan tikus pasir. Sebenarnya ular sangat ingin memangsa
tikus. Sedangkan tikus berusaha mencari akal agar ular tidak lagi berniat memangsanya. Saat itu
ular sangat lapar, padahal ia sedang tidak mempunyai sedikit pun makanan. Sedangkan tikus
yang berada tidak jauh dari ular sedang asyik melahap makanannya. Ular merasa tidak senang
melihat kelakuan tikus.
“Dengarkan ucapanku, wahai, tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang
mungil dan lezat itu!” teriak ular mengancam tikus.
“Hei, Ular. Berusaha dan bekerjalah. Jangan hanya berani mengancam. Kalau hanya
mengancam, seekor semut pun bisa!” ular sangat marah mendengar ejekan tikus. Ia lalu kembali
ke sarangnya dengan perut yang lapar. Sedangkan tikus masih lahap dengan makanannya.
Waktu terus berjalan, tetapi ular tidak juga menemukan makanan. Ia juga enggan untuk keluar
dari sarangnya. Sementara itu tikus sudah lelap dalam sarangnya. Ular yang masih dalam
keadaan lapar segera mengandap-endap mendekati sarang tikus meski ia masih sangat kesal
terhadap tikus. Dan kini ular telah berada di sisi tikus yang sedang tidur pulas.
“Hei, Tikus. Aku sudah berada di sebelahmu dan siap untuk menyantapmu!” kata ular
mengagetkan tikus. Tikus segera terbangun dari tidurnya. Sambil berpura-pura menguap, ia
mulai memutar otak agar bisa lolos dari cengkraman ular.
“Tunggu dulu Ular, sahabatku. Kalau kau ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kita hanya
berdua di sini, tidak ada hewan lain. Jika kau memakanku maka kau akan sendiri. Kau tidak akan
mempunyai teman yang dapat kauajak mencari makan. Kalau begitu kau tidak akan makan dan
akhirnya kau akan mati!” sejenak ular terdiam. Ia mencoba merenungkan nasehat tikus.
“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?”
“Tentu. Bukankah kita bisa berteman dan tentunya kita dapat mencari makan bersama. Bukankah
itu lebih menyenangkan daripada nantinya setelah kau memakanku kau hanya akan hidup
sendiri.” Ular mengangguk tanda mengerti.
“Baiklah kalau begitu maafkan aku!” Tikus pun memaafkan ular. Mereka tersenyum bahagia,
kemudian beranjak mencari makanan bersama-sama.
PATIH BUAYA YANG KORUPSI

Di sebuah sungai, tinggallah sekelompok buaya yang dipimpin oleh seorang raja yang arif
bijaksana. Raja buaya selalu memikirkan kehidupan rakyatnya, sehingga raja sangat disayangi
dan dicintai rakyatnya. Rakyat buaya pun hidup makmur dan tenteram.
Pada musim penghujan, keadaan buaya sedang menderita karena banjir melanda sungai. Rakyat
buaya kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Melihat rakyat buaya menderita, raja
merasa harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Semakin hari raja semakin prihatin melihat
pemderitaan yang dialami rakyatnya. Akhirnya raja memutuskan untuk membagikan makanan
yang disimpannya untuk berjaga-jaga sewaktu musim hujan tiba. Dengan segera raja mengutus
kedua patihnya untuk membagikan makanan itu pada rakyatnya secara adil. Kedua patih
kepercayaan raja buaya dengan senang hati menerima titah rajanya.
Kedua patih itu segera membagi-bagikan makanan seperti apa yang diperintahkan raja. Namun
pada waktu itu patih Karta melihat patih Narta mengurangi setengah dari makanan yang akan
dibagikan pada rakyat.
“Hai, Patih Narta. Kenapa kau memakan sebagian makanan yang seharusnya diberikan pada
rakyat?” Namun rupanya patih Narta tidak mempedulikan larangan patih Karta. Ia bahkan
mengatakan kalau patih Karta iri melihat keberhasilannya mendapat sebagian dari makanan
rakyat.
Dengan sabar patih Karta menasehati patih Narta. Namun patih Narta justru mengejek nasehat
patih Karta sehingga terjadilah adu mulut antara keduanya.
“Apa hakmu melarangku berbuat sesuatu yang aku sukai?”
“Tapi ini makanan milik rakyat! Lihatlah di luar sana rakyat buaya sangat menderita. Mereka
sedang kelaparan! Kalau kau terus begini, kau akan kulaporkan kepada raja, agar kau dihukum
dengan setimpal!”
Namun belum sempat Patih Karta melapor ke raja, Patih Narta menyerangnya dari belakang. Di
antara mereka terjadi perkelahian hebat. Keduanya sama-sama kuat. Namun di mana pun
kejahatan pasti kalah oleh kebenaran. Begitu juga dengan patih Narta. Ia pun mati. Kematiannya
bukan karena serangan patih Karta, melainkan kepalanya membentur batu besar di tepi sungai
karena terlalu bernafsu menyerang Patih Karta.
Hari itu juga Patih Karta melaporkan kejadian itu pada raja buaya. Ia juga menceritakan tingkah
laku Patih Narta. Mendengar itu raja buaya sangat bangga pada Patih Karta yang sangat setia
padanya. Sejak itu kehidupan rakyat buaya semakin aman dan tenteram karena dipimpin raja
yang arif dengan seorang patih yang sangat setia.
AKHIR RIWAYAT SANG LUTUNG

Seekor lutung (kera hitam) berjalan terseok-seok di pasir. Akibat jatuh dari pohon, tubuhnya
menjadi lemah tak bertenaga. Ia lapar sekali, sementara hutan masih jauh. Dengan memaksa diri,
ia tiba di tepi muara sungai. Ia minum dengan rakusnya. “Kenapa kamu pucat lutung? Kamu
sakit payah?” tegur seekor ayam hutan besar yang mematuk-matuk udang di tepi muara. “Ya,
tolong terbangkan aku ke hutan di seberang muara ini,” pinta lutung. Ayam hutan merasa iba dan
setuju, ia terbang membawa lutung yang berpegangan erat di kakinya.

Sesampainya di hutan, lutung tak mau melepaskan kaki ayam hutan. Ia bahkan mencabuti semua
bulu ayam hutan yang berwarna kuning keemasan itu. Sang ayam hutan pingsan karena
kesakitan. Dia sudah mati, pikir lutung. Kemudian bangkai ayam hutan disembunyikannya di
dalam semak belukar, sementara ia pergi mencari api di dalam hutan.

Sang Ayam Hutan kemudian sadar. Dia menangis tersedu-sedu sebab kehilangan semua bulunya.
“He, kenapa badanmu, siapa yang telah mencabuti bulu-bulumu?” tanya seekor sapi dengan
heran. Ayam hutan menceritakan semua pengalamannya. Alangkah marahnya sapi terhadap
perlakuan si lutung. “Kurang ajar!” Biarlah kuberi pelajaran lutung itu. Sembunyilah kau di
tempat lain,” ujar sapi. Ayam hutan menurutinya. Ketika lutung datang membawa obor dan
menanyakan di mana ayam hutan, sampi membohonginya. “Ayam hutan itu rupanya belum mati,
ia berenang ke tengah laut,” kata sapi. Lutung meminta sapi mengantarnya ke gundukan batu
karang di tengah laut, di mana ia mengira si ayam hutan bersembunyi. Dengan ramah sapi
bersedia mengantarnya. Tanpa pikir panjang lutung naik ke punggung sapi yang kemudian
berenang ke gundukan batu karang di tengah laut. Akan tetapi, setelah lutung loncat ke gundukan
batu karan gitu, segera sapi meninggalkannya. “Semoga kau mampus disergap ikan gurita” ujar
sapi. Lutung duduk di puncak batu karang dan menangis. “Mengapa kamu menangis?” tegur
seekor penyu. “Aku heran, bagaimana kau dapat ke sini.” Aku naik sampan, kemudian sampanku
terbalik dan aku terdampar disini,” jawab lutung berbohong. Karena kasihan, penyu
mengantarkan lutung ke pantai. Lutung naik ke punggung penyu.

“Bagaimana kau dapat berenang dengan cepat?” tanya lutung. “Dengan kayuhan kaki-kakiku,”
jawab penyu tanpa curiga. Ketika di pantai, lutung ingin melihat kaki penyu. Penyu setuju dan
segera tubuhnya dibalikkan oleh lutung. Ternyata lutung segera meninggalkan penyu dalam
keadaan terbalik. Ia bermaksud mencari harimau, karena hanya harimaulah yang dapat
mengeluarkan daging penyu dari kulitnya yang keras itu.

Penyu menangis dan berteriak-teriak minta tolong. “Mengapa kamu?” tanya seekor tikus yang
mendekat. Penyu lalu menceritakan pengalamannya. Tikus pun mejadi sangat marah terhadap
lutung yang tak tahu membalas budi itu. Ia bersama tikus-tikus lain menggali pasir di bawah
badan penyu, dengan harapan apabila air pasang naik penyu dapat membalikkan tubuhnya
dengan mudah. Sementara menunggu kedatangan lutung, tikus-tikus itu menutupi tubuh penyu
dengan tubuh mereka sendiri. Dan menari-nari sambil bersayir : “Mari kita ikut gembira ria …
bersama sang lutung yang jenaka … yang berhasil menipu Raja Rimba … yang mengira betul
ada penyu, padahala hanya kita yang ada…” Lutung yang datang bersama harimau sangan heran,
dimanakah penyu? Mendengar syair tikus-tikus, harimau pun menjadi marah karena merasa
ditipu. “Mana penyu yang kau katakan itu?” geramnya. Kemudian lutung itu diterkam oleh sang
Harimau, dibawa lari kedalam hutan.

(SELESAI)
SEEKOR MONYET DAN SRIGALA

Di sebuah belantara, hiduplah seekor srigala yang sedang hamil. Ia berjalan menyusuri hutan
mencari mangsa, tiba-tiba terdengar bayi yang sedang menangis di sela-sela semak belukar.
Ketika serigala itu menghampiri, ternyata seekor anak monyet yang masih bayi tergolek
sendirian tanpa diketahui dimana dan siapa induknya. Serigala iba melihatnya. Karena ia merasa
lelah dan terasa akan melahirkan, maka ia memutuskan untuk istirahat, sampai akhirnya ia
melahirkan dua ekor bayi. Meskipun demikian, induk serigala tidak ingin meninggalkan anak
monyet tersebut sendirian. Maka ia berniat mengurus tiga anak, di antaranya 1 anak monyet, dan
dua lagi anaknya. Dengan penuh kasih, induk serigala tersebut mengasuh dan menyusui
ketiganya.

Semakin lama ketiga anak tersebut semakin besar dan mulai bisa berjalan, tetapi anak monyet itu
masih merasa bahwa induk serigala adalah ibunya. Setelah mereka mulai bisa makan dan
beranjak remaja, barulah terasa ada perbedaan diantara mereka. Anak monyet gemar memakan
buah-buahan. Berbeda dengan anak-anak serigala. Mereka lebih suka memakan daging dan
kerap kali induk serigala membawa mangsanya untuk diberikan kepada anak-anaknya. Setelah
anak-anak serigala itu dapat mencari makanannya sendiri, barulah induk serigala melepasnya.

Ketika mereka semakin dewasa, anak-anak serigala dan monyet pun akhirnya mulai mandiri.
Mereka bertiga bermain, mencari mangsa dan tidur bersama. Dalam perjalan mencari mangsa
yang jauh, tanpa disadari satu dari anak serigala itu terpisah dari mereka dan hilang entah
kemana, sehingga mereka tinggal berdua menyusuri hutan belantara. Tiba-tiba mereka
mendengar lolongan serigala yang minta tolong, suaranya sayup-sayup terdengar amat jauh.
Keduanya baru mengetahui bahwa satu diantaranya tidak ada. Mereka berpikir bagaimana
caranya menemukan anak serigala yang hilang itu.

Anak monyet yang bisa memanjat, di mencarinya sambil bergelantung di atas pohon. Anak
serigala yang satu berlari mengikuti monyet dari bawah. Sangat sulit menembus hutan belantara
yang lebat itu. Lolongan serigala itu pun tiada henti dan semakin lama terdengar semakin dekat.
Anak serigala mulai mengendus-endus dengan penciumannya yang tajam. Akhirnya, karena
kecerdikannya, mereka berhasil menemukan tempat dimana anak serigala itu berada. Ternyata ia
tercebur ke dalam sumur perangkap yang dibuat para pemburu.

Untuk menolong saudaranya, monyet membuat tali yang terbuat dari kulit pohon yang ada di
sekitar tempat itu. Dimasukkannya tali tersebut kedalam sumur. Sementara anak serigala yang
satu menggigit ujung tali tersebut dengan giginya yang sangat kuat dari atas, anak monyet masuk
ke dalam sumur. Setelah sampai dibawah, monyet merasa iba melihat keadaan anak serigala
yang lemas tak berdaya. “Kasihan sekali engkau, sudah dua hari lamanya kita berpisah, dan pasti
kau tidak makan apapun selama itu.” Akhirnya mereka berhasil menarik anak serigala itu dari
dalam sumur. Anak serigala yang satu terharu melihat keadaan saudaranya lemas hampir tanpa
daya.

Dengan cepat monyet memanjat pohon unyuk mencari minum untuk saudaranya itu. Tidak
beberapa lama setelah itu, sang anak serigala pun dengan perlahan kembali segar. Keduanya
amat berterima-kasih kepada monyet karena telah menyelamatkannya. Mereka pun bersepakat
untuk pulang ke sarang menemui induk serigala. Sesampai di sarang, mereka mendapati induk
serigala sedang berjalan kesana-kemari dengan gelisah. Begitu melihat ketiga anaknya, ia pun
berseru, “Anak-anakku, kemana saja kalian selama ini? Aku mencari kalian kemana-mana,
bahkan aku berpikir bahwa kalian habis di mangsa singa atau di makan oleh pemburu.”

Kedua anak serigala itu pun akhirnya menceritakan semua peristiwa yang baru saja mereka
alami. Induk serigala merasa terharu dan amat berterimakasih kepada anak monyet. Ia juga tak
henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena mereka semua dapat bertemu kembali.
Setelah keadaan tenang, induk serigala berkata kepada anak-anaknya, “Anak-anakku, sekarang
aku sudah mulai tua, tidak kuat lagi mencari mangsa terlalu jauh. Karena itu, jika kalian berburu,
jangan terlalu lama. Cepat kembali ke sarang iani untuk melihatku.” Tanpa diminta anak monyet
berkata, “Aku, akulah yang akan menemanimu, ibu. Bagiku mencari makan tidak harus jauh, di
sekitar sini buah-buahhan dan daun-daun muda masih cukup banyak. Biarlah anak-anak ibu yang
lain pergi jauh mencari mangsa, nanti aku akan memberitahukan keadaanmu pada mereka.”

Mendengar apa yang dikatakan monyet padanya, maka tenanglah induk serigala. Ia bisa
menikmati hari tuanya di temani oleh monyet dan kedua anaknya. Mereka bisa saling berbagi
disaat suka maupun duka. Monyet pun merasa puas dengan keadaan ini. Ia bersyukur di berikan
kesempatan oleh Tuhan untuk membalas kebaikan serigala.

Pesan Moral Cerita Dongeng : Kita menolong orang tidak boleh memandang pada keturunan
juga golongan. Kita harus tulus seperti halnya srigala yang tulus menolong anak monyet
walaupun ia tau monyet bukan bagian dari jenis dan bangsanya tapi dia mau merawatnya hingga
dewasa hidup bersama selamanya.
DONGENG NYAMUK PERTAMA

Sang istri yang cantik itu tidak puas dengan keadaan mereka. Dia merasa, sudah selayaknya jika
suaminya berpenghasilan lebih besar supaya dia bisa merawat kecantikannya. Untuk memenuhi
tuntutan istrinya, petani itu bekerja lebih keras. Namun, sekeras apa pun kerja si petani, dia tak
mampu memenuhi tuntutan istrinya. Selain minta dibelikan obat-obatan yang dapat menjaga
kecantikanya, istrinya juga suka minta dibelikan pakaian yang bagus-bagus --yang tentunya
sangat mahal. “Bagaimana bisa kelihatan cantik kalau pakaianku buruk,” kata sang istri.
Karena hanya sibuk mengurusi penampilan, istri yang cantik itu tidak memperhatikan
kesehatannya. Dia jatuh sakit. Sakitnya makin parah hingga akhirnya meninggal dunia.
Suaminya begitu sedih. Sepanjang hari dia menangisi istrinya yang kini terbujur tanpa daya.
Karena tak ingin kehilangan, petani itu tak mau mengubur tubuh istrinya yang amat dicintainya
itu. Dia ingin menghidupkan kembali istrinya.
Esok harinya suami yang malang itu menjual semua miliknya dan membeli sebuah sampan.
Dengan sampan itu dia membawa jasad istrinya menyusuri sungai menuju tempat yang diyakini
sebagai persemayaman para dewa. Dewa tentu mau menghidupkan kembali istriku, begitu
pikirnya.
Meskipun tak tahu persis tempat persemayaman para dewa, petani itu terus mengayuh
sampannya. Dia mengayuh dan mengayuh tak kenal lelah. Suatu hari, kabut tebal menghalangi
pandangannya sehingga sampannya tersangkut. Ketika kabut menguap, di hadapannya berdiri
sebuah gunung yang amat tinggi, yang puncaknya menembus awan. Di sinilah tempat tinggal
para dewa, pikir Petani. Dia lalu mendaki gunung itu sambil membawa jasad istrinya.
Dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki tua. “Kau pasti dewa penghuni kayangan
ini,” seru si petani dengan gembira. Dikatakannya maksud kedatangannya ke tempat itu. Laki-
laki tua itu tersenyum. “Sungguh kau suami yang baik. Tapi, apa gunanya menghidupkan
kembali istrimu?” “Dia sangat berarti bagiku. Dialah yang membuat aku bersemangat. Maka
hidupkanlah dia kembali,” kata si petani. Laki-laki tua itu menganggukkan kepalanya. “Baiklah
kalau begitu. Akan kuturuti permintaanmu. Sebagai balasan atas kebaikan dan kerja kerasmu
selama ini, aku akan memberimu rahasia bagaimana cara menghidupkan kembali istrimu. Tusuk
ujung jarimu, lalu percikkan tiga tetes darah ke mulutnya. Niscaya dia akan hidup kembali. Jika
setelah itu istrimu macam-macam, ingatkan bahwa dia hidup dari tiga tetes darahmu.” Petani itu
segera melaksanakan pesan dewa itu. Ajaib, istrinya benar-benar hidup kembali.
Tanpa pikir panjang, suami yang bahagia itu pun membawa pulang istrinya. Tapi, sang istri tahu,
selain sampan yang dinaiki mereka, kini suaminya tak punya apa-apa lagi. Lalu, dengan apa dia
merawat kecantikannya?
Suatu hari, sampailah suami-istri itu di sebuah pelabuhan yang sangat ramai. Petani turun dari
sampan dan pergi ke pasar untuk membeli bekal perjalanan dan meninggalkan istrinya sendirian
di sampan. Kebetulan, di sebelah sampan mereka bersandar sebuah perahu yang sangat indah
milik seorang saudagar kaya yang sedang singgah di tempat itu. Melihat kecantkan istri si petani,
pemiliik perahu itu jatuh cinta dan membujuk perempuan cantik itu untuk ikut bersamanya.
“Kalau kau mau ikut denganku, akan aku belikan apa saja yang kau minta,” kata sang saudagar.
Sang istri petani tergoda. Dia lalu pergi dengan saudagar itu.
Pulang dari pasar Petani terkejut karena istrinya tak ada lagi di sampannya. Dia mencari ke sana-
kemari, tetapi sia-sia. Setahun kemudian, bertemulah dia dengan istrinya, tetapi istrinya menolak
kembali kepadanya. Petani lalu teringat kepada dewa yang memberinya rahasia menghidupkan
kembali istrinya. “Sungguh kau tak tahu berterima kasih. Asal tahu saja, kau hidup kembali
karena minum tiga tetes darahku.” Istrinya tertawa mengejek. “Jadi, aku harus mengembalikan
tiga tetes darahmu? Baiklah…”
Sang istri pun menusuk salah satu jarinya dengan maksud memberi tiga tetes darahnya kepada
suaminya. Namun, begitu tetes darah ketiga menitik dari jarinya, wajahnya memucat, tubuhnya
lemas, makin lemas, hingga akhirnya jatuh tak berdaya. Mati.

Setelah mati, dia menjelma menjadi nyamuk. Sejak itu, setiap malam nyamuk jelmaan wanita
cantik itu berusaha menghisap darah manusia agar dapat kembali ke ujudnya semula.
SI KANCIL KENA BATUNYA

Pada zaman dahulu, Suatu hari yang cerah, angin yang berhembus semilir-semilir sepoi-sepoi
membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa
kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia
berkata,”Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti
selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya.
Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah,
Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.

Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk
dibongkahan batu yang besar. Si siput berkata,”Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian.
Ada apa? Kamu sedang bergembira ?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia
menemukan letak si siput.

“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?”. Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !.
“Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar si kancil.
Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu
siputpun berkata,”Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku
menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.

Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta
tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba.
“Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul
jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil,” kata siput.

Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah
memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan
memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil
berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil
memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,”Hai Kancil ! Aku sudah
sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia
memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil
berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran,
kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput,
tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi
pemenang perlombaan.

Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil
berkata,”Kancil memang tiada duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang
sudah duduk di atas batu besar. “Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai
ya berlari ?”. Ejek siput. “Tidak mungkin !”, “Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal
aku berlari sangat kencang”, seru si kancil.

“Sudahlah akui saja kekalahanmu,”ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a
dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui
kekalahannya. “Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu
ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan
setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar siput.
Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.
GAJAH DAN KURA-KURA PEMBOHONG

Dahulu kala di sebuah negeri binatang, puncak musim kemarau sedang melanda. Banyak air
sumur, air sungai bahkan mata air yang sudah mengering. Air kubangan tempat hewan-hewan
minum juga sudah mengering. Beberapa hewan banyak yang mati kehausan. Tidak jauh dari
kubangan air yang sudah mengering ada seekor kura-kura yang terperosok ke dalam lubang.
Lubang itu sangat dalam. " Aduh..., kenapa aku bisa terperosok di sini?" kata si kura-kura sambil
berusaha merangkak keluar dari lubang tersebut. Namun, usahanya selalu gagal. Setiap kali ia
berhasil melompat ke sebuah batu sebagai tumpuan akhir agar ia bisa keluar dari lobang,
tubuhnya selalu terjatuh masuk ke dasar lubang lagi. "Wah, gawat kalau sampai malam hari aku
masih terjebak di dalam lubang ini," pikir si kura-kura. "Kalau mengharapkan bantuan teman-
teman rasanya mustahil. Bukankah mereka sudah banyak yang mati kehausan." Akhirnya si
kura-kura pasrah. Ia duduk bersandar di pinggir lobang sambil terus berdo'a, mudah-mudahan
ada teman yang datang membantu mengeluarkannya dari dalam lubang.

Dan tidak berapa lama, ada gajah yang melintas. Dia mendengar sesuatu dari dalam lobang yang
mirip sumur tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian dia melongokkan kepalanya kedalam
sumur tersebut. Namun betapa terkejutnya ia, karena ternyata ada kura-kura yang sedang
mengais-ngais tanah yang nampak berair. "Aneh," pikir si Gajah. "Kenapa si kura-kura berada di
dalam lubang ini? Apa yang dikerjakannya di dalam lubang?" Kemudian si Gajah berusaha
menyapa temannya itu. " Hai kawan," kata si Gajah. "Kenapa kamu ada di situ?" Si kura-kura
sebenarnya sudah mengetahui kedatangan si Gajah. Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan
kesedihannya karena tidak bisa keluar dari dalam lobang. Ia pura-pura menggali tanah, lalu
membasahi tanah tersebut dengan air kencingnya sendiri. "Hai juga, Gajah," jawab si kura-kura.
"Aku lagi sibuk, nih." lanjut kura-kura sambil terus pura-pura menggali tanah di sekitarnya. Si
Gajah terus memperhatikan si kura-kura. "Iya, kamu lagi ngapain di dalam sana?" Si kura-kura
merasa senang sebab si gajah mulai penasaran dengan aktifitasnya. Ia berpikir keras agar dirinya
bisa keluar dari lubang. "Begini, Gajah," kata si kura-kura. "Aku ada di dalam lubang untuk
menggali sumur. Aku kasihan melihat banyak teman kita yang mati kehausan. Aku berpikir
bahwa hanya dengan menggali sumur inilah salah satu cara untuk bisa menyelamatkan teman-
teman kita dari bencana kekeringan." "Tapi....bukankah sumber mata air kita tidak keluar airnya.
Lalu, mana mungkin di lubang ini ada airnya?" tanya si Gajah. "Eitssss...jangan bilang begitu,
teman," kata si kura-kura mulai menyusun siasat mengelabui si gajah. "Tidakkah engkau lihat
tanah yang kuinjak sekarang ini mulai basah. Itu artinya, aku telah menemukan sumber mata air.
Sepertinya jumlah air di dalamnya cukup banyak. Dan tidak lama lagi aku akan memiliki
cadangan air yang banyak" lanjut si kura-kura sambil menari dan menyanyi kegirangan.
Si gajah rupanya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan si kura-kura hanyalah pura-pura
saja. "Hoi, kura-kura. Bolehkah kita bekerjasama mendapatkan sumber air tersebut?" "Apa
maksudmu, gajah?" "Hemmm....aku ingin membantumu mengeluarkan mata air itu...asalkan aku
nanti mendapat jatah air juga." Si kura-kura berpura-pura berpikir. Dia berjalan mondar-mandir
sambil mengangguk-anggukan kelapa. Kemudian ia berteriak dan menyetujui usulan si Gajah.
"Baiklah, Gajah," kata si kura-kura. "Begini kawan, sumber mata air itu ada di bawah batu yang
kuinjak ini. Aku hanya perlu sedikit air agar batu ini bisa tenggelam. Nah, biasanya kamu khan
menyimpan cadangan air di mulutmu. Bolehkah kamu keluarkan air tersebut untuk
menenggelamkan batu itu? Nah... kalau batu itu terlepas maka sumber mata air akan terbuka dan
kita bisa memiliki banyak cadangan air." Sebenarnya si Gajah mulai ragu dengan rencana si
kura-kura. Dia keberatan apabila harus mengeluarkan cadangan air dari mulutnya. Sebab
cadangan air tersebut akan diberikan kepada anak-anaknya. "Tapi....benarkah di dalam sana ada
sumber air? Kalau tidak ada bagaimana, kura-kura?" tanya si gajah. "Wah ...kamu kok jadi ragu
begitu? Ya sudahlah...tidak usah bekerjasama denganku. Biarlah sumber air ini aku miliki sendiri
saja..."

Si gajah semakin bingung. Kalau ia menyetujui rencana si kura-kura maka cadangan air untuk
anak-anaknya akan hilang. Bila ternyata sumber air itu tidak ada tentu anak-anaknya akan
kehausan karena tidak mendapatkan air minum. Namun, bila ia menolak rencana si kura-kura
maka ia akan lebih menderita karena si kura-kura tidak akan memberikan jatah airnya. Dan ia
harus berjalan jauh untuk mendapatkan air minum.
"Iya dech...aku setuju dengan rencanamu , kura-kura," kata si gajah. Lalu dia menyemprotkan
cadangan air minumnya ke dalam lobang. Serrrrrrrrrrrtttttttt.....!!!!. Si kura-kura merasa senang,
sebab rencananya berhasil. Air yang disemprotkan si gajah cukup banyak. Ketika air telah
mencapai permukaan, tiba-tiba si kura-kura secepatnya berenang. Lalu, dengan sekali lompatan
ia telah berhasil keluar dari dalam lubang. Kemudian, tanpa memperhatikan si gajah ia berlari
sekencang-kencangnya masuk ke semak-semak dan menghilang.

Si Gajah terkejut. Ia segera menghentikan menyemprotkan air. Rupanya ia sadar bahwa si kura-
kura telah menipu dirinya. "Hai....mau lari kemana penipu !!!" teriak si gajah sambil mengejar si
kura-kura yang telah menghilang di balik semak-semak yang sudah mengering. Dia terus
berusaha mencari ke sana kemari, namun si kura-kura telah menghilang. Si gajah akhirnya
pulang sambil menahan kekecewaan. Dia sadar telah ditipu kura-kura. Dia seharusnya tidak
menghambur-hamburkan air minum di saat musim kemarau datang. Dia seharusnya tidak mudah
tertipu dengan janji si kura-kura.

Pesan Moral Dongeng Buat Adik-adik: Jangan mudah percaya dengan janji manis seseorang,
dan janganlah suka menipu sesama karena itu adalah perbuatan tercela dan dibenci Tuhan
KEPOMPONG DAN SEMUT SOMBONG

Pada zaman dahulu kala di sebuah hutan belantara yang sangat lebat, tinggalah sekawanan
hewan, mereka hidup dalam damai dan bahagia, diantara mereka ada dari kawanan semut, gajah,
harimau, singa, burung, ular dan sebagainya. Pada suatu hari datanglah badai yang sangat
dahsyat melanda hutan. Badai itu datang seketika sehingga membuat panik seluruh hewan
penghuni hutan itu. Semua hewan berlari ketakutan berusaha menyelamatkan diri dan
menghindari badai yang datang tersebut.

Keesokan harinya, matahari muncul dengan sangat hangatnya dan kicauan burung terdengar
dengan merdunya, namun apa yang terjadi? banyak pohon di hutan tersebut tumbang berserakan
sehingga membuat hutan tersebut menjadi hutan yang berantakan.

Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi di sebuah pohon
yang sudah tumbang. “Hu..huu…betapa sedihnya kita, diterjang badai tapi tak ada tempat
satupun yang aman untuk berlindung..huhu..” sedih sang Kepompong meratapi keadaan.

Dari dalam lubang tanah, muncul seekor semut yang dengan sombongnya berkata “Hai
kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada diatas
tanah, lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang dan tidak bisa berlindung
dari badai” kata sang Semut dengan sombongnya.

Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan
tersebut, sampai pada suatu hari si Semut berjalan diatas lumpur hidup. Si Semut tidak tahu
kalau ia berjalan diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan menariknya kedalam lumpur
tersebut.

“Tolong…tolong….aku terjebak di lumpur hidup..tolong”, teriak si semut. Lalu terdengar suara


dari atas, “Kayaknya kamu lagi sedang kesulitan ya, semut?” si Semut menengok ke atas
mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu yang sedang
terbang diatas lumpur hidup tadi.

“Siapa kau?” tanya si Semut galau. “Aku adalah kepompong yang waktu itu kau hina” jawab si
Kupu-kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan si Kupu-kupu untuk menolong dia
dari lumpur yang menghisapnya. “Tolong aku kupu-kupu, aku minta maaf waktu itu aku sangat
sombong sekali bisa bertahan dari badai cuma hanya karena aku berlindung dibawah tanah”. Si
kupu-kupu akhirnya menolong si Semut dan semutpun selamat serta berjanji ia tidak akan
menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di hutan tersebut.

Pesan Moral dan Hikmah Dongeng: Sebagai sesama makhluk, kita harus menyayangi dan
menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan. Intinya semua ciptaan Tuhan harus kita kasihi dan
tidak boleh kita menghina makhluk yang lain.
ASAL MULA RUMAH SIPUT

Cerita Dongeng Indonesia - Dongeng Asal Mula Rumah Siput. Dongeng Asal Mula Rumah
Siput. Pada zaman dahulu kala, siput tidak memiliki rumah seperti sekarang ini. Karena tak
memiliki rumah, siput tinggal dari satu tempat ke tempat lainya. Dia terus berpindah-pindah
demi mencari tempat yang tepat untuk di jadikan rumahnya.

Dahulu siput tinggal di atas pohon. Dia mendiami sarang burung yang telah di tinggal
pemiliknya. Waktu pertama kali dia menempati sarang burung itu, siput merasa sangat nyaman.
Daun dan dahan-dahan pohon melindunginya dari terpaan sinar mata hari. Sedangkan hangatnya
sarang, melindunginya dari udara dingin di malam hari. Tapi semua tak berjalan lama, karena
ketika musim hujan tiba siput tak bisa berbuat apa-apa. Karena daun dan ranting pohon tak bisa
melindunginya dari terpaan air hujan. Sehingga siput merasa sangat kedinginan.

Akhirnya dia pun berpindah dari sarang burung itu, kemudian dia melihat sebuah lubang di
batang pohon. Siput pun memutuskan untuk tinggal dan menjadikan lubang itu sebagai rumah
barunya. Dia merasa nyaman, karena dia tak akan terpapar panasnya terik mentari dan tak
kedinginan terguyur oleh air hujan. Tapi lagi-lagi ketenanganya tak bertahan lama. Karena pada
suatu hari ada seekor burung pelatuk yang mematuk pohon tempat siput tinggal. Siput menjadi
sangat terganggu dan tak bisa beristirahat dengan tenang, akhirnya dia kembali pindah dan turun
dari atas pohon untuk mencari rumah baru.

Kemudian siput menemukan sebuah lubang di tanah. Dia pun mencoba untuk tinggal dan
menjadikan lubang itu sebagai rumahnya. Suasana lubang yang hangat membuat siput sangat
senang dan nyaman. Tapi gangguan kembali datang. Ketika malam tiba, para tikus datang dan
menggali tanah tempat siput berada. Dan akhirnya rumah barunya kembali porak poranda. Dan
siput akhirnya terpaksa untuk kembali pergi mencari rumah idamanya.

Hingga sampailah siput di tepi sebuah pantai. Dia menemukan sebuah lubang di batu karang dan
mencoba untuk tinggal disana. "Mungkin ini bisa menjadi rumah yang tepat bagi ku. Aku tak
akan kepanasan ataupun kehujanan. Tak akan ada burung pelatuk yang mengganggu ku, dan tak
ada tikus yang mampu menggali batu karang ini untuk mengusik aku." kata siput dalam hati.
Tapi lagi-lagi semua di luar perkiraanya. Ketika air laut pasang, rumah barunya ikut terendam
dan membuat siput tersapu oleh ombak. Dan akhirnya dengan hampir berputus asa siput
memutuskan untuk kembali mencari rumah baru.

Siput berjalan gontai menyisiri pantai. Rasa lelah membuatnya lemas. Akhirnya, dia menemukan
sebuah cangkang kosong yang sangat cantik. Dan diapun masuk ke cangkang itu untuk
beristirahat sementara waktu sebelum melanjutkan pencarianya. Tapi ketika pagi tiba dan siput
terbangun, dia mulai sadar bahwa cangkang itu terasa sangat nyaman dan pas untuknya.
Bentuknya yang indah dan cukup ringan, membuatnya leluasa untuk di bawa kemanapun siput
pergi. Akhirnya, siput memutuskan untuk menjadikan cangkang itu sebagai rumah barunya yang
sangat nyaman dan bebas dari gangguan.

Pesan Moral Dongeng dan Cerita : Janganlah menyerah untuk terus berusaha. Karena sebuah
kegagalan adalah wujud dari keberhasilan yang tertunda.
ANJING PEMBOHONG YANG SERAKAH

Zaman dahulu di sebuah desa terpencil hiduplah seorang petani dengan dua hewan peliharaanya.
seekor ayam, dan seekor anjing yang mempunyai sifat kurang baik, walaupun didepan pak tani
selalu bersikap hormat dan setia. Namun di belakang dia suka berbohong pada majikannya. Pagi
itu pak tani hendak berladang, dia menitipkan ayam satu-satunya untuk dijaga oleh anjingnya.
"saya mau menengok tanaman di ladang sebentar, kamu saya tugasi untuk menjaga ayam dengan
baik, awasi jangan sampai ada musang yang datang mendekatinya". Pinta pak tani kepada anjing.
"Siap tuan, hamba akan laksanakan tugas itu dengan baik". jawab anjing. Tentu saja tugas itu
disanggupi oleh si anjing demi menutupi sifat buruknya.

Pak Tani berlalu meninggalkan anjing, sementara si ayam masih di kandangnya. Dalam hati si
anjing berkata "Hmmmm... Ini kesempatan paling baik untuk aku menyingkirkan si ayam, akan
saya makan dan jika pak tani nanti tanya, akan saya katakan kalau ayam pergi tanpa pamit
padaku, kan beres urusan". dengan hati-hati si anjing mendekati sia ayam yang sedang mengais
makanan di samping gubuk pak tani. Tanpa banyak bicara, disergapnya ayam itu dari belakang.
si ayam yang tidak tahu akan ada serangan dari anjing tentu tak sempat menghindar. hanya
dengan sekali gigit, matilah si ayam oleh anjing itu. dengan lahap dia memakan habis tubuh si
ayam. dibersihkannya ceceran darah dan bulu-bulu yang berserakan agar pak tani tidak curiga.

Hari menjelang sore, pak tani yang baru pulang langsung menanyakan keadaan si yam
kesayanganya. denga wajah yang dibuat-buat seolah sedih, anjing berlutut sambil minta ampun
kepada pak tani. "Ampun tuanku, hamba tidak becus mkenjadi penjaga yang baik, hamba yang
salah. hamba tak bisa mencegah kemauan ayam. Dia minggat tuanku !". kata anjing sambil terus
berlutut. "Apa!!! Minggat??? bagaimana bisa si ayam kan sangat saya sayang dan tiap hari saya
beri makan seperti halnya kamu? bagaimana mungkin dia minggat begitu saja?". Pak tani masih
tidak percaya. namun dengan kelicikan si Anjing, akhirnya pak tani percaya pap yang diceritakan
anjingnya itu. "baiklah, mungkin ayam memang sudah tidak kerasan tinggal digubuk ini.
mungkin di luar sana dia akan lebih bahagia". kata pak Tani. mendengar ucapan pak tani, Anjing
merasa telah menang dan bisa mengelabui pak tani. "hehehee..... ternyata mudah sekali pak tani
dibohongi". Anjing berkata dalam hati.

Malam itu pak tani masih kepikiran soal si ayam yang tiba-tiba kabur dari rumah, sebenarnya dia
tidak sepenuhnya percaya pada omongan anjingnya. Dia duduk di emperan gubuk ditemani
anjingnya. "saya masih tidak percaya kalau si ayam benar-benar pergi tanpa sebab" gumam pak
tani. "Besok ada undangan dari desa seberang, akan ada acara kenduri. Kau ikutlah temani saya
besok". kata pak tani kepada anjing. "baik Tuanku....hamba pasti akan ikut dengan tuanku.."
Jawab si anjing dengan gembira. Dia membayangkan kalau kenduri pasti banyak makanan enak
dan dia akan kenyang sekali.

Pagi-pagi sekali pak tani berangkat dengan didampingi anjingnya. hampir setengah jam mereka
tiba di tempat kenduri. banyak sekali makanan dari daging tersedia di acara tersebut. Si anjing
yang berdiri diluar hanya bisa menciun aroma daging panggang yang ada di dalam ruangan
kenduri. Air liurnya meleleh ingin sekali ikut makan di dalam acara tersebut. Namun sayang, dia
hanya boleh ikut hanya sampai di halaman.

Setelah acara kenduri selesai, pak tani pun keluar. Ia memberikan si Anjing sepotong tulang
berukuran besar, anjing sangat gembira, saking senangnya sampai si anjing lupa dengan pak tani
yang telah memberinya Tulang. Dia pun berlari kencang pulang meninggalkan pak Tani. si
anjing sudah sampai di tepian hutan dekat kampung pak tani. Dia sangat merasa haus. Ketika dia
melewati sebuah sungai, buru-buru dia membungkukkan badannya untuk minum. Dia kaget, di
melihat bayangan dirinya terpantul dari air. Anjing yang serakah itu mengira dirinya melihat
seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya. Tanpa fikir panjang
ia menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai untuk merebut
bayangan tulang itu. air yang deras menghanyutkannya. Dan Anjing yang serakah tersebut
akhirnya mati terbawa arus sungai. Dia mati tanpa pernah tau dan menyadari betapa bodoh dan
jahatnya dirinya.

Pesan Moral Dongeng Anjing Pembohong Yang Serakah adalah : Ketika kita dipercaya dan
diberi amanah olah siapapun, hendaknya kita bisa menjaga kepercayaan itu dengan baik, jangan
pernah berkhianat dan berbohong apalagi kepada orang yang telah banyak berjasa kepada kita.
Jauhi sifat tamak, rakus dan serakah, karena sifat tersebuta mat tercela dan sangat di benci
Tuhan.
Burung Bangau dan Seekor Anjing

Suatu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke sebuah danau, disana terkadang terdapat
beberapa makanan terkadang pula tidak sama sekali ada makanan untuk sang anjing. Sang anjing
menggunakan penciuman, mata dan telingannya untuk mencari makanan hingga ketika dia
berjalan sang anjing mencium bau anyir lalu dia mengikuti arah bau itu dan sampailah dia tepat
dimana bau itu berasal namun dia tidak menemukan ikan itu di tanah maupun dekat air danau.
Ketika dia melihat ke atas ternyata seekor bangau bertengger di sebuah pohon, paruhnya yang
besar sedang memegang ikan di paruhnya. Burung bangau itu bukanlah burung yang sering
dilihat oleh sang anjing.

Sang anjing tersenyum bahagia karena dia telah menemukan makanan, meskipun makanan itu
dipegang oleh seekor burung bangau yang besar “ah aku tidak perlu mencari ke tempat yang jauh
karena aku sudah menemukan makanan yang aku cari dan makanan itu cukup untuk membuatku
kenyang.” pikir sang anjing. Sang anjing kini melihat sang burung bangau yang bertengger di
pohon itu dengan penuh rasa kagum lalu sang anjing berkata sambil berteriak dengan keras “hai
burung yang indah dan cantik, kau kelihatan sangat indah ketika bertengger di dahan itu.” sang
burung bangau menoleh ke arah sang anjing dengan memiringkan kepalanya dia memperhatikan
sang anjing dengan sangat curiga, sang burung bangau tetap menutup paruhnya dan tidak
membalas sahutan sang anjing.

“Lihatlah kakimu yang besar dan kuat itu” kata sang anjing “tubuhmu yang besar dan warna
bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangat cantik dan paruhmu yang
panjang itu sangat indah.” rayu sang anjing, “burung indah seperti dirimu pasti memiliki suara
yang cukup bagus dan merdu, kau adalah burung sempurna ketika kau bernyanyi dengan indah
dan aku akan memujimu selayaknya sang ratu burung yang indah.” Mendengar rayuan sang
anjing yang begitu membuat senang sang burung bangau, sang burung bangau kini lupa akan
rasa curiga dan ikan besar yang dipegang oleh mulutnya.

Sang burung bangau ingin sekali disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan kini dia membuka
mulutnya dan mengeluarkan suara-suaranya yang cukup keras. Tidak sadar sang burung telah
menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing.

Sang anjing berhasil mengelabui sang burung, ketika ikan itu jatuh ke tanah sang anjing
menginjak itu sambil berkata “Kau memang burung besar dan cantik, kau memiliki suara
meskipun tidak semerdu burung lain tapi dimanakah otakmu kau menjatuhkan ikan yang cukup
besar ini, aku sangat berterima kasih.” Sang anjing menggigit dan pergi dari sang burung sambil
tersenyum manis dan sang burung kini menyesali perbuatannya.
Kijang dan Seekor Kambing

Suatu hari seekor kijang keluar dari sebuah hutan untuk mencari makanan, kijang itu pergi ke
sebuah peternakan kambing dimana disana terdapat berbagai macan makanan dan berharap dia
bisa meminjamnya dari para kambing tapi dia berniat untuk tidak mengembalikan apa yang telah
dia pinjam. Sang kijang harus menempuh jarak yang jauh untuk mencapai tempat peternakan
kambing, setelah sampai disana dia melihat seekor kambing membawa sesuatu dipunggungnya
sang kijang penasaran dengan benda yang ada dipunggung sang kambing kemudian dia
mendekati sang kambing sambil memasang wajah sedih.

Ketika sang kijang menghampiri sang kambing dia bertanya kepada sang kambing mengenai
benda yang dia bawa dipunggungnya dan sang kambing menjawab bahwa benda itu adalah
sekantong gandum terbaik diladang petani dan gandum itu merupakan gandum pilihan.

Mendengar penjelasan sang kambing, sang kijang memohon kepada sang kambing untuk
meninjamkannya karena dia tidak memiliki makanan lagi dan sulitnya mencari makanan di
hutan. Sang kambing tidak percaya begitu saja dengan apa yang telah dikatakan sang kijang
“Kenapa aku harus meminjamkan gandum ini kepadamu?” Tanya sang kambing dengan curiga
“karena di hutan sulit sekali mencari makanan, lagi pula aku ini makhluk yang dapat dipercaya.”
jawab sang kijang sambil meyakinkan sang kambing, sang kambing berpikir jika dia
meminjamkan gandum ini kepada sang kijang apa sang kijang tidak akan kabur jika aku
menagihnya karena larinya lebih cepat dariku, aku takut sang kijang hanya memperdayaiku “apa
jaminan jika aku meminjamkan gandum ini kepadamu dan jika aku menagihnya kau tidak akan
lari dariku?” Tanya sang kambing dengan tegas “yakinlah padaku wahai tuan kambing.” kata
sang kijang “aku akan mengembalikan apa yang telah aku pinjam dan aku tidak akan lari jika
kau menagih padaku.” kata sang kijang meyakinkan sang kambing.

Sang kambing tetap saja tidak mempercayainya “aku masih tidak percaya.” kata sang kambing
“tuan kambing kata-kataku ini mampu kau pegang sang serigala bisa menjamin kejujuran ku.”
kata sang kijang “Serigala katamu?” teriak sang kambing “aku mengenal sang serigala dengan
sangat baik, dia memang mahkluk yang dapat dipercaya.” singgung sang kambing “bahkan
saking jujurnya apapun yang dia mau dia ambil dan tidak pernah aku melihat apa yang dia ambil
itu dikembalikan, dia seenaknya saja membawa sesuatu yang bukan miliknya tanpa merasa
bersalah.” tegas sang kambing “tuan kijang, mungkin anda sama seperti tuan serigala, kau bisa
saja lari ketika aku menagih hutangmu padaku.” jelas sang kambing. Sang kambing tidak
mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut seorang penjahat maka dari itu dia tidak
meminjamkan gandumnya kepada sang kijang dan pergi meninggalkan sang kijang.
Kucing Kota Dan Kucing Desa

Suatu hari di saat matahari hampir tenggelam seekor kucing kota dengan bulu lebat dan
menawan datang menjenguk saudaranya di sebuah desa, kucing desa amat senang dengan
kedatangan sang kucing kota, sang kucing kota berbincang-bincang mengenai pengalamanya,
dan sang kucing desa hanya mendengarkan cerita itu. Sang kucing desa menjamu sang kucing
kota dengan makanan yang sederhana. Sang kucing kota mengunyah makanan-makanan
hidangan itu dengan sangat sopan meskipun itu hanyalah sekedar basa-basi belaka. Sang kucing
desa sangat tertarik mendengar cerita dari kucing kota itu sang kucing ingin sekali mencicipi
bagaimana enaknya hidup di sebuah perkotaan yang penuh dengan makanan.

Hingga akhirnya mereka tidur berdua dengan tenang dan nyaman di atas rerumputan dan jerami
kering di bawah sebuah pohon yang rindang hingga ayam berkokok menandakan pagi hari telah
tiba. Ketika tidur semalam sang kucing desa bermimpi hidup di sebuah kota dengan segala
kemewahaannya hingga dia mau ketika sang kota mengajaknya untuk pergi ke kota bersamanya
dengan janji bahwa sang kucing kota akan memberikan kesenangan, kemewahan dari kehidupan
kota. Lalu mereka berdua berangkat ke kota dengan penuh harapan.

Sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar dan mewah ketika mereka masuk sang
kucing desa kaget dengan makanan di atas meja, dia mencium aroma yang sangat enak dan lezat
hingga semangat makannya kini meningkat. Tidak lama kemudian penghuni rumah datang dan
melihat sang kucing desa telah berada di meja makan mengendus-ngendus makanan mereka.

Dengan penuh amarah penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul sang kucing desa, sang
kucing desa merasa ketakutan dengan kelakuan penghuni rumah dia berlari menjauh darinya,
lalu sang kucing kota menjelaskan kepada kucing desa bahwa bukan begitu cara mendapatkan
makanan disini. “Pertama biarkan para penghuni rumah makan dengan tenang, kemudian kau
harus mendekatinya sambil meminta-minta dan mengesek-gesekan tubuhmu ke penghuni rumah
itu maka cara itu akan berhasil kau pasti mendapatkan makanan dari penghuni rumah.” jelas sang
kucing kota, sang kucing desa mencoba apa yang dikatakan sang kucing kota, memang benar dia
mendapatkan makanan dari penghuni rumah namun makanan itu adalah makanan sisa seperti
tulang belulang.

Sang kucing desa kecewa dengan keadaannya di kota dia berbicara kepada sang kucing kota
“aku memang memiliki kemewahan disini tapi apa mewahnya jika aku hanya mendapatkan sisa
makanan, dan hidupku tidak tenang ketika aku akan mencicipi makanan di meja itu sebilah kayu
menghantam tubuhku.” lalu sang kucing keluar dan meninggalkan kota tersebut, kini dia kembali
ke desa dengan makanan yang sederhana namun penuh dengan kedamaian dan ketenangan.
Dongeng Rusa dan Kura-Kura

Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong lagi pemarah. Sering ia
meremehkan kemampuan hewan lain.

Pada suatu hari si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia bertemu dengan kura-kura yang terlihat
hanya mondar-mandir saja. “Kura-kura, apa yang sedang engkau lakukan di sini?”

“Aku sedang mencari sumber penghidupan,” jawab si kura-kura.

Si rusa tiba-tiba marah mendengar jawaban si kura-kura. “Jangan berlagak engkau, hei kura-
kura! Engkau hanya mondar-mandir saja namun berlagak tengah mencari sumber penghidupan!”

Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun si rusa tetap marah. Bahkan, si rusa mengancam akan
menginjak tubuh si kura-kura. Si kura-kura yang jengkel akhirnya menantang untuk mengadu
kekuatan betis kaki.

Si rusa sangat marah mendengar tantangan si kura-kura untuk mengadu betis. Ia pun meminta
agar si kura-kura menendang betisnya terlebih dahulu. “Tendanglah sekeras-kerasnya, semampu
yang engkau bisa lakukan!”

Si kura-kura tidak bersedia melakukannya. Katanya, “Jika aku menendang betismu, engkau akan
jatuh dan tidak bisa membalas menendangku.”

Si rusa kian marah mendengar ucapan si kura- kura. Ia pun bersiap-siap untuk menendang. Ia
berancang-ancang. Ketika dirasanya tepat, ia pun menendang dengan kaki depannya sekuat-
kuatnya.

Ketika si rusa mengayunkan kakinya, si kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke dalam


tempurungnya. Tendangan rusa hanya mengenai tempat kosong. Si rusa sangat marah mendapati
tendangannya tidak mengena. Ia lantas menginjak tempurung si kura-kura dengan kuat.
Akibatnya tubuh si kura-kura terbenam ke dalam tanah. Si Rusa menyangka si kura-kura telah
mati. Ia pun meninggalkan si kura-kura.

Si kura-kura berusaha keras keluar dari tanah. Setelah seminggu berusaha, si kura-kura akhirnya
berhasil keluar dari tanah. Ia lalu mencari si rusa. Ditemukannya si rusa setelah beberapa hari
mencari. “Bersiaplah Rusa, kini giliranku untuk menendang.”

Si rusa hanya memandang remeh kemampuan si kura-kura. “Kerahkan segenap kemampuanmu


untuk menendang betisku. Ayo, jangan ragu-ragu!”

Si kura-kura bersiaga dan mengambil ancang-ancang di tempat tinggi. Ia lalu menggelindingkan


tubuhnya. Ketika hampir tiba di dekat tubuh si rusa, ia pun menaikkan tubuhnya hingga
tubuhnya melayang. Si kura-kura mengincar hidung si rusa. Begitu kerasnya tempurung si kura-
kura mengena hingga hidung si rusa putus. Seketika itu si rusa yang sombong itu pun mati.
Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul

Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat
tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing gunung untuk berburu bersama di sebuah hutan yang
cukup lebat dan tidak lama keledai itu menaiki gunung akhirnya dia menemukan seekor anjing
gunung sedang berjalan. Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu bersama dan akhirnya
anjing gunung itu menerima ajakan dari sang keledai, kini sang keledai dan anjing gunung pergi
ke hutan lebat itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu sang keledai menemui seekor
mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar. Sang keledai kemudian mengajak
macan tutul itu pergi berburu bersama dan macan tutul itupun menerima ajakan sang keledai.

Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan Tutul
kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburu bersama, mereka
menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang baik hewan apapun bisa mereka tangkap
dengan mudah mereka berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari. Mereka berhasil
mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka bawa ke tempat terbuka dan
mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan hasil buruan mereka terdiri dari
seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini waktunya mereka membagi-bgaikan
hewan tangkapan mereka.

Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu “Keledai silahkan
kau bagi makanan-makanan itu” Perintah sang macan tutul lalu keledai itu menghitung dengan
cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia membagikan hewan-hewan itu
secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama banyak. Melihat pembagian itu sang macan
tutul sangat marah kemudian dia menerkam sang keledai hingga keledai itu mati dan kini
tumpukan makanan telah bertambah. Kemudian sang macan tutul menoleh ke arah anjing
gunung “Sekarang kamu bagikan hewan-hewan itu”. Perintahnya dengan marah, kini sang anjing
gunung mendekati makanan itu dia menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan
oleh sang kedelai menjadi tumpukan yang besar kemudian dia menggigit seekor kelinci di
mulutnya untuk dirinya sendiri, itupun hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan
tidak begitu berarti untuk sang macan tutul.

Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat keputusan sang anjing gunung
dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai anjing
gunung, kau membagikan makanan ini dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari sang
keledai?”. Tanya sang macan tutul “Ya aku belajar dari sang keledai” jawab anjing gunung itu
sambil pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga tidak mau mengulangi nasib sama dengan
keledai itu” celetuk sang anjing. Dalam hatinya anjing gunung sangat kecewa dengan
keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan membantu macan tutul di
kemudian hari.

Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel : Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul
adalah sifat serakah dan curang akan membuat orang lain menjauhi kita. Dan pada suatu saat kita
butuh bantuan orang lain mereka tidak akan mau membantu.
Kadal dan Ular Air

Disebuah kolam yang cukup besar dan dalam seekor kadal sedang berjalan di pinggiran kolam
kadal itu sedang mencari kegiatan baru kadal itu sangat ingin mencoba sesuati yang baru, dia
sangat ingin berpetualang ketika dia berjalan dipinggiran kolam sambil mengeluarkan lidahnya
dia melihat sesuatu muncul dari dalam air hal pertama yang dilihat oleh kadal itu adalah sebuah
kepala yang melenggak lenggok kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu kemudian kadal
itu mendekati mahkluk yang muncul dari dalam air itu dan dia sedikit kaget ternyata dia melihat
seekor ular air.

Ketika itu ular air juga melihat kehadiran sang kadal lalu mendekatinya, setelah sampai dekat
dengan sang kadal ular itu meninggikan kepalanya dan berkata :”Apa yang sedang dilakukan
oleh seekor kadal gemuk ini dipinggiran kolam?” kadal itu menjauh dari sang ular karena dia
takut dimangsa olehnya “Aku hanya sedang mencari kegiatan baru, aku hanya ingin mencari
sebuah petualangan”. Kata sang kadal. “Kenapa kau menghindar dariku? Aku tidak memakan
mu aku telah kenyang memakan ikan kecil yang ada di kolam itu” kata sang ular “jadi kau ingin
sebuah petualangan yang seru” kata ular sambil mendesis “Ya itu benar aku ingin sekali
mencoba sesuatu yang baru” kata sang kadal dengan penuh semangat “apa kau pernah melewati
kolam ini sendiri?” Tanya sang ular.

“Aku tidak pernah melewatinya kolam ini terlalu luas untuk aku sebrangi meskipun aku bisa
sedikit berenang tapi aku takut untuk menyebrangi kolam ini dari satu tepian ketepian lainnya”.
Jawan sang kadal “apa kau mau menyebaranginya aku akan membantunya” ajak sang ular. Sang
kadal sangat ingin sekali menyebranginya dan tanpa berpikir panjang kadal itu menerima ajakan
dari sang ular “Baiklah kalo begitu carilah sesuatu yang bisa dijadikan sebagai tali!” Pinta sang
ular “Untuk apa tali itu?” Tanya sang kadal dengan heran “Tali itu untuk kau ikatkan ke ekorku
ketika kita berenang menyebrangi kolam ini kau tidak akan tenggelam, aku akan menarikmu
kepermukaan”. jelas sang ular.

Lalu sang kadal mencari tali di pinggiran kolam dan dia mendapatkan nya, setelah itu sang kadal
menalikan kaki depannya ke ekor sang ular dengan sangat kuat. Selesai itu kini sang ular dan
sang kadal berenang menyebrangi kolam luas itu namun di tengah-tengah kolam sang ular
berpikir untuk menenggelamkan sang kadal sebelum mencapai tepian, ketika hal itu akan
dilakukan oleh sang ular tiba-tiba tibuhnya tertarik ke atas dia mencoba melepaskan diri dengan
sekuat tenaga namun hal itu percuma ternyata sang kadal disambar oleh seekor burung alap-alap
sehingga tubuh ular itu bergelantungan di udara. Saat itu sang alap-alap melihat bukan hanya
kadal saja yang dia tangkap namun begitu juga seekor ular air dimana ekornya terikat pada kaki
sang kadal.
Kelinci dan Anjing Petani

Disebuah perkebunan jagung yang cukup luas terdapat seekor anjing petani sedang mencari
kelinci yang berkeliaran untuk dimangsa. Anjing itu dilatih untuk mengejar hewan pengganggu
perkebunan jagung ketika jagung masih muda. Daun jagung itu sering dimakan oleh kelinci
sehingga tanaman jagung itu tidak dapat tumbuh dengan baik dan jika tanaman itu tidak tumbuh
dengan baik hasil panen jagung juga akan sangat berkurang, maka dari itu sang petani
menempatkan seekor anjing terlatih di perkebunan itu. Setiap hari anjing itu berkeliaran
memeriksa hewan pengganggu tanaman jagung di perkebunan petani.

Pada suatu pagi anjing itu bangun dari tidurnya kemudian dia berjalan mengitari perkebunan
jagung itu sambil mengendus-ngendus bau hewan lain dengan hidung nya, penciuman anjing itu
sangat tajam bahkan anjing itu mampu mencium bau kelinci dari jarak yang sangat jauh, ketika
dia berjalan anjing itu mencium bau kelinci dari kejauhan anjing itu mengikuti arah bau itu
sampai akhirnya dia melihat seekor kelinci sedang asik memakan pucuk jagung yang masih
muda. Anjing itu berjalan perlahan mendekati kelinci tersebut ketika dia sudah sangat dekat
dengan kelinci itu sang anjing langsung mengejarnya dengan sangat cepat, namun sang kelinci
mendengar langkah anjing itu karena kelinci memiliki telinga yang panjang dan sangat peka
terhadap suara. Kelinci itu menhindari sang anjing dengan cepat dia melompat dengan sangat
cepat dan lompatan kelinci itu sangat jauh.

Sang anjing terus mengejarnya meskipun kelinci itu semakin menjauh dari jarak sang anjing
namun sang anjing tidak menyerah begitu saja. Anjing itu memiliki kemampuan berlari tanpa
henti sehingga dia mampu mengejar sang kelinci tanpa kelelahan. Meskipun demikian sang
kelinci yang sangat cepat melompat menghindari kejaran anjing itu membuat anjing itu
kehilangan jejaknya, anjing itu mulai mengendus-ngendus bau sang kelinci dan tidak lama
kemudian dia menemukan kelinci itu kini dia mengejarnya lebih cepat dari sebelumnya namun
sang kelinci itu tidak dapat dia kejar hingga akhirnya anjing itu menyerah dan tidak melakukan
pengejaran terhadap kelinci itu lagi.

Ternyata kejadian itu ditonton oleh seekor burung gagak yang sedang bertengger di sebuah
pohon yang daunnya sedang gugur ketika anjing itu melewati pohon tersebut sang gagak
bertanya kepadanya “Ternyata kelinci itu lebih kencang dibandingkan dengan dirimu” kemudian
sang anjing berkata dengan tenang “Apa kau tidak melihat perbedaan yang begitu mencolok
antara aku dengan kelinci itu?” sang gagak menjawab “aku tidak melihat perbedaan itu, memang
apa perbedaan yang kau maksudkan itu?” Sang anjing menjawab “Aku berlari untuk menangkap
makanan sedangkan dia berlari mempertahankan hidupnya, sebuah keinginan akan menentukan
kerasnya sebuah usaha”.
Kuda yang memakai kulit harimau

Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat, kuda
itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu dia terlihat gembira karena tidak ada
petani gandum menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat di tengah jalan sang kuda melihat sesuatu dengan heran seperti
sebuah kulit harimau lalu kuda itu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dia lihat
adalah sebuah kulit harimau yang tidak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu harimau. Kuda
itu mencoba memakai kulit harimau itu dan ternyata pas ditubuhnya.

Lalu terlintas di benak kuda itu untuk menakuti hewan-hewan hutan yang melewati dirinya, kuda
itu bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Tempat itu harus terlihat gelap dan sering
dilalui oleh beberapa hewan hutan. Akhirnya dia menemukan semak-semak yang cukup gelap
untuk bersembunyi dan kuda itupun masuk ke semak-semak dengan menggunakan kulit
harimaunya, di semak-semak kuda itu bersembunyi menunggu hewan hutan yang melewatinya
dan tidak lama kemudian beberpa domba gunung berjalan ke arah dirinya kuda itu kini bersiap-
siap untuk meloncat.

Ketika domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi kuda itu meloncat ke arah
domba-domba itu dan serentak domba-domba itu berlarian kesana kemari mereka ketakukan
dengan kulit harimau yang di pakai oleh kuda itu. Sang kuda hanya tertawa setelah domba-
domba itu berlarian dia amat senang sekali menjaili domba-doma itu.

Lalu sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia menunggu hewan lain datang
melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat seekor tapir berjalan sambil mengunyah sesuatu
dimulutnya, tapir itu berjalan dengan sangat lambat mendekati semak-semak namun ketika kuda
itu meloncat ke arah tapir itu sang tapir terkejut dan lari sekencang-kencangnya menghindari
menghindari kuda yang memakai kulit harimau itu. Sang kuda kini semakin senang mengganggu
hewan-hewan lainnya dan dia kembali ke semak-semak itu menunggu hewan lain untuk dia
kagetkan.

Kini sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal itu tidak membuatnya bosan tiba-
tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus dimulutnya. Kucing itu tidak
melewati semak-semak kucing itu hanya duduk menyantap tikus yang ia tangkap di dekat pohon
besar, melihat hal itu sang kuda berinisiatif untuk mengagetkannya dari arah belakang. Kuda itu
keluar dari semak-semak dan berjalan dengan hati hati agar lebih dekat dengan sang kucing
ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum seperti halnya seekor harimau
namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah suara harimau melainkan suara
seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing menoleh ke belakang dan dia melihat kuda itu
dengan kulit harimau namun bersuara kuda.

Hal itu membuat sang kucing tertawa terbahak-bahak “Apabila aku melihatmu memakai kulit
harimau itu aku akan lari ketakutan tapi auman suaramu itu tetap bukan suara harimau melainkan
suara seekor kuda”.
Semut dan Belalang

Di musim panas yang hangat dan cerah sedikit menggoda Belalang untuk memainkan biola
kesayangan sambil bernyanyi dan menari. Hampir setiap harinya itulah yang dilakukan belalang.
Ia tidak terpikir untuk melakukan aktifitas lainnya seperti bekerja atau bersiap untuk
mengumpulkan bekal musim dingin.

Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak belalang bahwa musim panas yang sedang
dinikmatinya sekarang sudah akan berakhir. Musim panas yang membuatnya ceria sudah akan
berganti ke musim dingin, dimana hujan akan turun dengan lebat disertai suhu udara yang sangat
rendah.

Disaat belalang sedang asiknya bermain biola, dia melihat semut yang sedang giat melewati
rumahnya. Belalang yang masih riang tersebut ingin mengajak semut bermain bersama dan
semut pun diundangnya untuk bersenang-senang ke kediaman belalang.

Tak disangka belalang ternyata semut menolak undangan belalang dengan santun, semut berkata
pada belalang,
“Maaf Belalang, aku masih ingin bekerja untuk bekal di musim dingin. Aku harus
mengumpulkan cadangan makanan yang banyak serta memperbaiki tempat tinggal agar lebih
hangat.”

“Berhentilah memikirkan hal yang tidak penting semut, mari kita bernyanyi dan bersenang-
senang, ayolah nikmati hidup kita”, Sanggah belalang. Belalang pun masih dengan kebiasaannya
untuk bersenang-senang tanpa memikirkan apapun.

Tidak disangka musim panas berakhir jauh lebih cepat dari pada biasanya. Belalang yang
terbiasa gembira lantas panik bukan main. Ia tidak memiliki persediaan makanan yang cukup
ditambah rumahnya yang rusak dan tidak layak huni karena diterjang badai.

Dengan harapan tinggi dan lunglai belalang menuju rumah semut dan meminta bantuan untuk
diperbolehkan tinggal bersama dan meminta makan. Mendengar permohonan tersebut semut
menjawab, “Maafkan aku belalang aku tidak bisa membantumu, rumahku terlalu sempit
untukmu, dan bekalku hanya cukup untuk keluargaku saja”.
Belalang akhirnya pun meninggalkan rumah semut dengan rasa menyesal dan sedih. Dalam hati
ia bergumam, “Andai saja aku mengikuti nasihat semut saat itu untuk bekerja keras, pasti saat ini
aku bisa kenyang dan tidur nyenyak di dalam rumah”.
Rubah dan Kambing (Karya Tony Ireland)

Di suatu malam yang gelap, adalah waktu yang biasa bagi Rubah untuk berjalan-jalan di sekitar
hutan belantara. Malangnya, tepat malam itu rubah terjatuh ke dalam sumur yang cukup dalam.
Berbagai cara dilakukan rubah untuk dapat mengeluarkan dirinya dari sumur itu seperti
melompat, memanjat, bahkan meminta tolong dengan berteriak.
Sayangnya, usaha tersebut tidak ada yang berhasil. Dengan tidak adanya jalan keluar bagi si
rubah, pada akhirnya ia harus menerima bermalam di dalam sumur dan menunggu pertolongan
esok hari.

Esok paginya, seekor kambing melewati sumur yang dihuni rubah semalaman. Kambing yang
polos tertarik untuk melihat kedalam sumur dan alangkah terkejutnya kambing melihat rubah ada
di dalam sumur yang dalam itu. Kambing pun bertanya kepada rubah,

“Maaf rubah, apa yang kau lakukan di dalam sumur?”


“Aku turun ke sumur ini karena sedang haus, ternyata air yang ada dalam sumur ini adalah air
terbaik yang pernah ada, kalau kau ingin mencoba merasakannya turunlah kesini”, jawab rubah
dengan niat liciknya.

Dengan polosnya dan tanpa pikir panjang, kambing turun ke dalam sumur dan meminum air
sebanyak-banyaknya. Namun setelah kenyang, justru kambing panik karena tidak bisa keluar
dari dalam sumur tersebut. Akal licik rubah kembali muncul dan berkata, “ Kambing, aku punya
ide. Cobalah berdiri dengan kaki belakangmu dan antar aku keluar setelah itu aku akan
membantumu dari atas”.

Kambing pun tidak berpikir lagi dan segera menuruti ide rubah yang sebenarnya justru
mencelakainya. Dia membantu rubah keluar dengan kakinya, sementara rubah malah berkata,

“Andaikan saja kau cerdas, kau tidak akan masuk ke tempat tanpa berpikir cara keluar dari
tempat itu”. Rubah pun melenggang dengan meninggalkan kambing yang terjebak dalam sumur.

Anda mungkin juga menyukai