Anda di halaman 1dari 32

TIPUAN KUCING

Ada sekelompok tikus yang tinggal di salah satu


rumah manusia. Di sana juga terdapat seekor
kucing yang ganas. Kucing itu suka sekali
membuat tipuan agar bisa menangkap tikus
dengan mudah.

Suatu hari, kucing berpura-pura mati. Ia sengaja


menggantungkan kedua kakinya di atas rak.
Kepalanya menghadap ke bawah. Melihat hal itu,
para tikus tak curiga. Mereka mengira kucing
benar-benar telah mati.

"Mungkin dia telah berbuat kesalahan sehingga


majikannya menggantungnya seperti itu," ucap
salah satu tikus.
"Kalau dia sudah mati, itu artinya kita aman. Tak
ada lagi tikus di rumah ini," balas tikus lainnya.
Mereka pun bersorak senang.

Tikus-tikus itu mendekati kucing yang mereka


pikir sudah mati. Kucing masih pura-pura diam.
Para tikus lalu menari dengan senang. Mereka
pikir mereka sudah menang.

Saat para tikus menari, kucing langsung


melompat. Hap! Beberapa tikus berhasil ia
tangkap. Semua tikus pun lari berhamburan.

"Rupanya itu tipuan kucing," seru salah satu


tikus.

Beberapa hari setelah kejadian itu, para tikus


lebih berhati-hati. Mereka takut kucing akan
memperdaya mereka lagi. Kucing tak kehabisan
akal. Ia selalu saja memiliki ide untuk mengelabui
tikus.

Hari ini, kucing menggulingkan tubuhnya ke


tepung. Kemudian ia berdiam diri di atas
gumpalan tepung itu. Kucing pun jadi tampak
seperti adonan kue.
Tikus keluar dari sarangnya. Merasa aman,
mereka pun mengendap-endap ke arah dapur.
Mereka melihat adonan kue.

"Sepertinya adonan kue itu enak. Bagaimana


kalau kita mengambilnya?" tanya tikus yang
paling kecil.

"Sebentar, Jangan terburu-buru.” ucap salah


seekor tikus tua yang sudah tak berekor. Ekornya
terputus saat melarikan diri dari kucing.

Tikus tua itu memperhatikan gumpalan tepung


tersebut. Ia merasa ada yang aneh. Gumpalan itu
seperti ada matanya. Ya, kucing memang
melumuri tubuhnya dengan tepung. Namun,
matanya masih tampak berkedip.

"Jangan ke sana, itu adalah tipuan kucing! Kalian


harus selalu berhati-hati," seru tikus tua.

"Bagaimana kau tahu bahwa itu adalah tipuan


kucing?"tanya salah satu tikus.

"Lihatlah tepung itu baik-baik. Ada mata yang


berkedip di sana. Itu adalah mata kucing," balas
tikus tua.
Tikus lain bersyukur. Untung saja tikus tua
waspada dan berhati-hati. Kalau saja tadi mereka
ceroboh, mungkin kucing sudah menangkap
mereka.

"Jangan sampai kita tertipu lagi," ucap tikus tua.

Kisah Angsa Dan Telur Emas

Tersebutlah di jaman dahulu, hiduplah seorang


petani miskin yang mempunyai seekor angsa yang
sangat cantik. Petani itu merwat si angsa dengan
baik hingga suatu hari pada saat petani tersebut
mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah
menelurkan sebuah telur emas yang berkilauan.

Petani tersebut mengambil dan membawa telur


emas tersebut ke pasar dan menjualnya. Kejadian
yang sama terulang untuk hari-hari berikutnya,
sehingga dalam waktu yang singkat petani
tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama
kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran
petani itu terhadap sang Angsa muncul karena
sang Angsa hanya memberikan sebuah telur
setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan
cepat menjadi kaya dengan cara begitu.

Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah


gagasan muncul di kepala petani, gagasan bahwa
dia akan mendapatkan semua telur emas sang
Angsa sekaligus dengan cara memotong sang
Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut
dilaksanakan, tidak ada sebuah telur yang dapat
dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga
terlanjur mati dipotong.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari


dongeng angsa dan telur emas ini adalah

Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan


berlimpah, tetapi serakah dan menginginkan yang
lebih lagi, akan kehilangan semua yang
dimilikinya. Maka bersyukurlah dengan segala
sesuatu yang kita miliki.
Kisah Gunung

Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas


gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka
dan berteriak :

“Aduuuhhhhhh!!!!!!!.” Tetapi Ia sangat kaget


mendengar ada suara pantulan dari gunung
sebelah.”Aduuuuuuuuhhhhhhh!!!!!!!.”

Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali


berteriak : “Siapa kamu?” Diapun menerima
kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?” dan
kemudian dia berteriak ke gunung itu: “Saya
mengagumimu!” dan suara itupun kembali : “Saya
mengagumimu!.”
Dengan muka marah pada jawaban itu, dia
berteriak : “Penakut” Dia masih menerima
jawaban yang sama, “Penakut!.”

Dia menatap ayahnya dan bertanya : “Apa yang


sedang terjadi?” Ayahnya sembari tersenyum dan
berkata : “Sayang, perhatikan.” Kembali ayah
akan berteriak : “Kamu Juara.” Diapun menerima
jawaban yang sama : “Kamu Juara.”

Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti


mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya
menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan
ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya
hidup.

Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang


kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita
secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan
yang kita perbuat.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari


Cerita Dongeng Anak : Kisah Gunung ini adalah
jika kita menjadi orang yang baik maka kehidupan
akan memberikan kebaikan juga untuk kita,
namun apabila kita berperilaku buruk maka
kehidupan akan akan membuat kita sengsara dan
tidak bahagia.

Anjing Dan Tiram (Kerang)

Hiduplah seekor anjing yang sangat senang


makan telur. Anjing itu sering masuk ke kandang
ayam dan dengan rakusnya menelan telur ayam
bulat-bulat.

Suatu hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran


pantai. Anjing tersebut melihat seekor tiram, dan
dalam sekejap sang Anjing menelan bulat-bulat
tiram (kerang) yang disangkanya telur.

Tidak berapa lama kemudian, seperti yang kita


duga, sang Anjing merasakan sakit yang hebat di
perutnya.
“Saya akhirnya mengerti bahwa tidak semua
benda yang berbentuk bulat, adalah telur,”
katanya sambil mengerang kesakitan.

Jadi hikmah yang bisa kita petik dari Cerita


Dongeng Fabel Anak : Anjing Dan Tiram ini adalah
bertindak terlalu tergesa-gesa akan
mengakibatkan sesuatu yang buruk.

Pasir Dan Batu

Dua orang sahabat sedang berjalan di padang


pasir. Selama dalam perjalanan mereka berdebat
tentang sesuatu. Salah seorang dari kedua
sahabat itu menampar temannya, dan yang
ditampar itu merasa sakit tetapi dia tak berkata
apa apa, hanya menulis diatas tanah:

“HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU”


Mereka tetap berjalan sampai mereka menemukan
sebuah oasis (sumber air), mereka sepakat untuk
mandi, teman yang telah ditampar tergelincir dan
hampir saja tenggelam di oasis tersebut, tetapi
temannya datang dan menolongnya, dan setelah
diselamatkan oleh temannya dari bahaya, dia
menulis di Batu

“HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN


NYAWAKU”

Teman yang telah menampar dan yang telah


menyelamatkan nyawa teman baiknya itu
bertanya kepadanya, “Setelah saya menyakitimu,
kamu menulisnya di tanah dan sekarang, kamu
menulisnya diatas batu, mengapa?

Temannya pun menjawab : “Ketika seseorang


menyakiti kita, kita harus menulisnya diatas
tanah, agar angin dapat menerbangkannya dan
dapat menghapusnya sehingga dapat termaafkan.
Tetapi ketika seseorang melakukan sesuatu yang
baik kepada kita, kita harus mengukirnya diatas
batu dimana tak ada angin yang dapat
menghapusnya”
Hikmah yang dapat diambil dari Cerita Anak
Dongeng Persahabatan : Pasir Dan Batu adalah
teman yang baik akan melupakan dan memaafkan
perilaku buruk yang diterimanya dan teman yang
baik akan mengingat selalu kebaikan temannya.

Anjing dan Bayangannya

Suatu hari seekor anjing bermain-main di dekat


rumah seorang wanita tua yang baik hati. Wanita
itu memberikan tulang-tulang yang besar untuk
anjing tersebut. Dengan senang hati, anjing
langsung membawa tulang-tulang itu untuk
dimakannya di rumah.

Namun, anjing harus melewati sungai yang


panjang. Ketika tiba di tengah sungai, dia melihat
sebuah bayangan yang terpantul di air. Dia
melihat bayangan anjing lain yang membawa
tulang lebih besar darinya.

"Wah, di dasar sungai ada tulang yang lebih besar


dari yang kubawa. Aku akan segera
mengambilnya, sebelum ada anjing lain yang
datang," gumam si anjing.

Tanpa pikir panjang, si anjing langsung masuk ke


dalam sungai. Tulang yang dia dapat dari wanita
tua pun dibiarkannya begitu saja.

Andai si anjing tidak serakah dan mau berpikir


sejenak, pastilah is akan menyadari bahwa yang
ada di dasar sungai itu hanyalah bayangannya.
Dia pun tidak akan bersusah payah berenang
untuk menggapai tulang bayangannya.

Sesampainya si anjing di tepi sungai, barulah dia


tersadar. Apa yang dilakukannya adalah
kebodohan dan keserakahan. Kini, si anjing hanya
bisa bersedih menyesali perbuatannya. Ternyata
tulang yang didapatkannya dari wanita tua sudah
hilang entah ke mana.

"Sungguh bodohnya aku. Andai saja aku tak


serakah, pasti aku tak akan kehilangan tulang
milikku," isak anjing itu sambil berjalan pulang
tanpa membawa apa-apa.

Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Pendek


adalah selalu bersikap baiklah dengan siapa pun,
maka kamu akan mendapatkan kebaikan pula.

Monyet Yang Rakus Dan Licik Tipu Seekor


Kerbau

Pada suatu hari, ada seekor monyet yang sangat


nakal sekali, selain nakal monyet tersebut rakus
dan suka mencuri buah-buahan para petani.
Perbuatannya membuat para petani resah dan
para petani pun menjaga ladang mereka dengan
ketat.
Dan tentu saja hal itu membuat si monyet
kebingungan, karena jika sampai tertangkap,
nyawanya bisa melayang.

Suatu hari si monyet meringis menahan lapar, dia


melihat burung gagak sedang membawa buah
anggur. Melihat itu air liur si monyet mulai
berjatuhan.

Si monyet berteriak kepada si gagak, "Hai gagak,"

Merasa di panggil gagak pun berhenti dan


bertengger didekat monyet.

"Gagak, dari mana kau dapat buah anggur yang


ranum itu?" tanya si monyet

"Aku mendapatkan buah ini dari kebun


diseberang sungai, para petaninya baik hati,
mereka tidak akan mengusir dan melukai jika
hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke
tanah. Asal jangan makan buah-buahan yang
masih ada dipohonnya." jawab si gagak.
Mendengar jawaban si gagak, monyet pun menjadi
sangat girang. Dia pun segera menuju kebun
diseberang sungai yang diceritakan si gagak.

Tapi sial, ia tidak bisa menyebrangi sungai karena


airnya sedang meluap. Hal tersebut membuat si
Monyet menjadi kebingungan, karena ia tidak bisa
berenang untuk menyebrangi sungai.

Monyet pun terdiam berfikir untuk bisa


menyebrangi sungai tersebut. Akhirnya si monyet
teringat kepada sahabatnya si kerbau. Si monyet
pun segera mencari si kerbau.

"Hai, kerbau sahabatku," sapa si monyet

"Ada apa monyet? wah monyet kau sekarang


terlihat gemuk," kata si kerbau.

"Hehe... bagaimana aku tidak gemuk kerbau, aku


makan enak setiap hari, petani disebrang sungai
sana selalu memberikan makanan enak kepada
ku. Dan aku diperbolehkan menghabiskan buah-
buahan di kebunnya," kata si monyet mulai
merayu dan berbohong kepada si kerbau.

"Waahh... benarkah itu monyet? beruntung sekali


kau, pantas saja kau terlihat tambah gemuk."
kata sikerbau tanpa sedikit pun curiga kepada si
monyet.

"Apakah kau mau ikut dengan ku sahabatku, kita


makan sama-sama disana...!" monyet mulai
menipu si kerbau.

"Kau baik sekali monyet, baiklah aku ikut dengan


mu, ayo kita kesana monyet," kata kerbau sangat
girang.

"Tapi tunggu sebentar kerbau sahabatku, saat ini


untuk kesana agak susah karena air sungai
sedang meluap dan aku tidak bisa berenang," kata
si monyet.

"Itu masalah gampang monyet, aku bisa berenang.


Nanti kau bisa naik kepunggung ku," jawab si
kerbau tanpa curiga.
Merasa rayu tipunya berhasil, si monyet merasa
sanagt senang, akhirnya si monyet dan si kerbau
pun segera pergi menuju kebun di sebrang sungai.
Dan saat menyebrangi sungai si monyet naik di
punggung si kerbau.

Setelah sampai di kebun, monyet pun si monyet


yang rakus segera makan buah-buahan dengan
lahapnya. Ia tidak memperdulikan buah yang
masih ada di pohon, semuanya di makan.

Begitu pula si kerbau, ia pun makan dengan


lahap. Karena si kerbau merasa buah-buahan
memang sengaja diberikan kepada si monyet.

Tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah


diperhatikan oleh para petani. Setelah si kerbau
dan si monyet tengah kekenyangan, para petani
langsung menyergap monyet dan kerbau.

Monyet yang sadar akan bahaya yang datang,


segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan
kerbau yang kebingungan karena tidak tahu
masalah yang sebenarnya.

Para petani melempari batu dan mengusir mereka,


si kerbau pun berlari menyelamatkan diri dan
tubuh sikerbau pun penuh dengan luka.
Sedangkan si monyet sudah tidak kelihatan
batang hidung nya. Si kerbau mulai sadar bahwa
dirinya telah di tipu oleh monyet.

Akhirnya setelah berlari dari kejaran para petani,


si kerbau pun sampai ditepi sungai. Dengan
segera si kerbau terjun ke sungai untuk
menyebrang.

Tiba-tiba si monyet muncul, "Hai... kerbau


sahabatku, tunggu aku... Apa kau tega
meninggalkan sahabat mu disini," teriak si monyet
memanggil si kerbau.

Melihat kemunculan si monyet, si kerbau


sebenarnya sangat dongkol, "Jika kau mau ikut
menyebrang, cepatlah kau melompat ke punggung
ku," jawab si kerbau dengan nada ketus.
Si monyet pun berlari dengan sekuat tenaga,
monyet semakin takut dan panik ketika
mendengar suara para petani yang mengejar ada
dibelakangnya.

Setelah sampai di pinggir sungai si monyet pun


segera melompat ke punggung si kerbau. Tapi
naas, karena perut si monyet terlalu kenyang,
membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang
lincah.

Lompatan si monyet tidak sampai di punggung si


kerbau, dan akhirnya si monyet pun tercebur ke
sungai dan hanyut terbawa arus.
Cerita Kupu-kupu dan Semut

Pada suatu hari, di kisahkan didalam hutan yang


sangat lebat, didalamnya tinggal bermacam-
macam binatang, ada semut, ada gajah, harimau,
burung, kupu-kupu dan sebagainya.

Satu malam datanglah badai yang sangat dahsyat,


badai yang membuat seluruh penghuni hutan itu
menjadi panik. Semua para binatang berlarian
ketakutan dan berusaha berlindung dari badai
yang dahsyat itu.

Keesokan harinya matahari muncul dengan


sangat cerah, setelah semalam diporak
porandakan oleh badai. Terdengar suara kicauan-
kicauan burung yang merdu. Akan tetapi banyak
sekali pepohonan yang tumbang dan terlihat
berantakan akibat badai semalam.

Di salah satu dahan pohon yang tumbang


tersebut menempel satu kepompong. Ia tampak
sedih karena saat semalam badai datang, ia tidak
bisa lari untuk berlindung.

Tak lama kemudian keluar seekor semut yang


muncul dari balik tanah. Semut yang mempunyai
sifat sombong dan angkuh seakan tidak perduli
melihat keadaan kepompong.

Dengan sombongnya si semut berkata "Hey, kau


kepompong. Coba kau lihat aku, aku bisa
berlindung dari serangan badai semalam. Aku
tidak seperti kau kepompong, lihat tubuh mu yang
hampir rusak dan basah kuyup akibat badai,
ha..ha...ha.... " ucap sisemut dengan sombongnya.

Tak hanya sombong dihadapan kepompong saja,


ternyata si semut pun menyombongkan dirinya
kepada binatang lain didalam hutan yang sedang
bersedih karena kerusakan badai semalam.

Sampai ke esokan harinya, saat sisemut berjalan-


jalan, si semut tidak sadar kalau dia telah
menginjak lumpur hidup. Tak lama semut pun
terjebak dan hampir terhisap oleh lumpur itu.

"Toolooonggg... toloooooongggg... aku terjebak


dilumpur ini... tolong lah aku," teriak si semut.

Tak lama muncul lah seekor kupu-kupu terbang


diatas si semut.

"Hey, kau kupu-kupu. tolong lah aku," pinta si


semut

"Kenapa aku harus menolong mu semut,


bukankah kau itu hebat bisa selamat dari
apapun," jawab kupu-kupu.

"aku masih ingat perkataan mu semut, dengan


sombongnya kau menghina dan tertawa diatas
penderitaan ku kemarin. Apakah kau masih ingat
aku semut? aku kepompong yang kau tertawakan
disaat aku sedang sedih karena badai kemarin,"
lanjut kata sikupu-kupu.

Sisemut mendengar itu merasa malu sekali atas


kesombongannya dan atas sikapnya yang
mentertawakan binatang lain yang sedang
kesusahan.

"Maafkan aku kupu-kupu, memang kemarin aku


telah salah kepada mu. Tapi jika kau jika kau
mau menolongku, aku sangat berhutang budi
kepada mu. Dan jika kau tidak mau menolong ku,
aku tidak akan menyalahkan mu, biar lah aku
mati bersama kesombongan ku terhisap oleh
lumpur ini," kata si semut.

Kupu-kupu yang melihat kejadian itu tentu saja


tidak tega melihat semut yang sedang kesulitan
bertaruh nyawa dengan lumpur. Dan akhirnya si
kupu-kupu menolong sisemut keluar dari lumpur
itu.
Sisemut pun berjanji tidak akan menghina dan
mentertawakan binatang-binatang didalam hutan
yang sedang kesusahan.

Nah adik-adik yang baik, hikmah yang bisa kita


petik dari Dongeng anak diatas bahwa kita
sebagai makhluk tuhan mempunyai kekurangan
dan kelebihan masing-masing. Jadi janganlah kita
menyombongkan diri atas apa yang kita punya.
Apalagi kita mentertawakan teman kita yang
sedang dalam kesulitan dan kesusahan.
Cerita Monyet Dan Kelinci

Awal cerita pada suatu hari, terlihat di pinggir


sungai ada seekor monyat dan seekor kelinci.
Biasanya si kelinci suka mendengar cerita-
cerita dari si monyet. Sebenarnya si kelinci suka
akan cerita-erita si monyet, akan tetapi si kelinci
sedikit risih dan terganggu dengan cara kebiasaan
buruk si monyet yang suka menggaruk-garuk
hampir semua bagian tubuhnya ia garuk-garuk.

Dan begitupun sebaliknya, Si monyetpun suka


apabila mengobrol dengan si kelinci, akan tetapi si
monyet pun merasa terganggu dengan kebiasaan
buruk si kelinci yang suka mengendus-endus dan
suka menggerakan kuping nya kesisi kanan dan
kesisi kiri.

Dan pada akhirnya simonyet pun memberanikan


diri berkata dengan maksud menegur kepada si
kelinci. "Hei kau kelinci, apakah kau bisa
menghentikan kebiasaan buruk mu itu ?" tegur si
monyet kepada si kelinci

"Menghentikan apa monyet?" si kelinci balik


bertanya
"Berhenti mengendus-endus, berhenti menggerak-
gerakan hidung, dan berhenti menggerak-gerakan
telinga mu yang panjang itu kelinci..., Betapa
buruknya kebiasaan kau kelinci ..." Jawab si
monyet

"Hei kau monyet, kau hanya bisa menilai


kebiasaan buruk ku saja, bagimana dengan
kebiasaan buruk mu? di setiap kita lagi asik
ngobrol kau selalu saja menggeruk-garuk.
Sungguh sangat buruk kebiasan mu itu monyet"
Tegur si kelinci membalas teguran si monyet tadi
"kelinci, aku tidak bisa menghentika nya," kata si
monyet
"Monyet, aku tidak selalu harus mengendus,
menggerakan telinga dan hidung ku." kata si
kelinci membalas perkataan yang di lontarkan si
monyet kepadanya tadi. Akhirnya mereka pun
saling membalas pembicaraan itu. Dan si monyet
pun karena tidak terima di tegur seperti itu oleh si
kelinci, akhiranya si monyet pun menantang
kelinci untuk bertanding.

Si monyet meminta si kelinci mulai saat ini dia


tidak boleh lagi mengendus-endus dan
menggerak-gerakan hidung dan telinganya lagi.
dan si monyet pun sama, ia tidak akan lagi
menggaruk-garuk lagi.

Singkat cerita, keesokan harinya mereka berdua


pun bertemu kembali di pinggir sungai ditempat
biasanya mereka berdua bertemu. Mereka berdua
sedang menjalankan misi tantangan yang susah,
si monyet jangan menggeruk-garuk lagi,
begitupun si kelinci tidak boleh mengendus-
endus, atau menggerak-gerakan hidung dan
telinganya.

Akhirnya sesuai dengan hasil keputusan janji


mereka berdua, kelinci dan monyet pun hanya
duduk terdiam saja. si monyet tetap diam tapi dia
diam sedang menahan ingin menggaruk
merasakan kulitnya yang sangat gatal, ia ingin
menggaruk dagunya, dan lengan kiri dan kanan
nya pun angat terasa gatal. Akan tetapi si monyet
tetap mencoba bertahan dan tetap terdiam.

Begitu pun halnya, si kelinci pun sedang berusaha


menahan kebiasaan buruknya itu. Sebenarnya Ia
ingin sekali mengendus-enduskan hidungnya,
ingin sekali menggerakan kupingnya, tapi ia tetap
terlihat duduk diam.

"Monyet, aku punya ide, Kita duduk diam di sini


sudah sangat lama, dan aku pun sudah mulai
bosan. Bagaimana kalau kita mengobrol dan
bercerita untuk menghabiskan waktu." Kata si
kelinci
"Itu ide yang sangat bagus kelinci, silahkan
kau kelinci bercerita terlebih dahulu " Kata si
monyet

Si kelinci pun mulai bercerita. "Monyet, saat


kemarin aku akan datang kesini untuk menemui
mu, aku mencium seperti ada singa di balik
rerumputan. Oleh karena itu, aku pun
mengendus-endus udara, tetapi singa itu tidak
ada disana. Tapi aku belum yakin di balik rumput
itu tidak ada singa, Nah untuk memastikannya
aku pun menggerakan hidung ku beberapa kali,
tapi tidak ada bau singa disana. Kemudian aku
menggerak-gerakan telinga ku ke kiri dan
kekanan untuk mendengarkan, tetapi memang
tidak ada singa di sana. Dan akhirnya aku pun
yakin bahwa di balik rumput itu memang tidak
ada singa. Kemudian akupun melanjutkan
perjalanan ke sini untuk menemuimu temanku."

Simonyet pun mendengarkan cerita si kelinci itu


yang bercerita sambil menggerak-gerakan hidung
dan telinganya.

Kemudian si monyet pun mulai bercerita.


"temanku, kemarin pun sama. Saat aku akan
menemuimu disini di tengah jalan aku
berpapasan dengan beberapa anak-anak, mereka
jahil sekali kepadaku kelinci. pertama salah satu
diantara mereka melemparkan kelapa dan
mengenai kepalaku tepat disini, dan sianak
satunya melemparkan batok kelapa dan tepat
sekali mengenai daguku disini kelinci. Dan dua
anak perempuan itu melempar ku dengan batok
kelapa juga tepat mengenai tangan kiri dan
tangan kanan ku. Kemudian akupun lari secepat-
cepatnya ketepi sungai ini untuk menemui mu
sahabat ku."

Sikelinci pun mendengarkan dan melihat gerakan


simonyet saat bercerita. Dan sikancil pun tertawa
cekikikan, dan si monyetpun tertawa lebar.
Sebenarnya sikelinci tahu apa yang dilakukan
oleh simonyet, dan sebaliknya si monyet pun tahu
apa yang dilakukan si kelinci.
"ya...ya..ya monyet, cerita mu memang sangat
bagus monyet. tapi kau kalah dalam pertandingan
ini monyet, karena kau menggeruk saat bercerita."
kata sikelinci

"Iya kelinci, cerita mu juga benar-benar bagus


kelinci. Tetapi saat kau bercerita kau mengendus-
endus dan menggerakan telinga mu." balas si
monyet

"aku pikir kita berdua tidak ada yang bisa


menghilangkan kebiasan buruk kita ini. Karena
aku sendiri tidak bisa menghilangkan kebiasaan
ini " kata sikelinci sambil mengendus-endus dan
mengerak-gerakan telinganya

"Aku pun sama kelinci, aku pun tidak bisa


menghilangkan kebiasaan buruk ini." Kata si
monyet sambil menggaruk-garuk kepala, dagu dan
menggeruk tangan kanan kirinya.

Akhirnya keduanya setuju, bahwa kebiasaan


buruk mereka berdua susah dihilangkan. dan
mereka pun setuju untuk tidak merasa terganggu
dengan kebiasaan mereka masing-masing.

Pesan moral dari Dongeng pendek ini adalah


Bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan, Dan kita sebagai makhluk sosial
harus dapat menerima kekurangan orang lain dan
tidak memaksakan kehendak kita.

Anda mungkin juga menyukai