rumah manusia. Di sana juga terdapat seekor kucing yang ganas. Kucing itu suka sekali membuat tipuan agar bisa menangkap tikus dengan mudah.
Suatu hari, kucing berpura-pura mati. Ia sengaja
menggantungkan kedua kakinya di atas rak. Kepalanya menghadap ke bawah. Melihat hal itu, para tikus tak curiga. Mereka mengira kucing benar-benar telah mati.
"Mungkin dia telah berbuat kesalahan sehingga
majikannya menggantungnya seperti itu," ucap salah satu tikus. "Kalau dia sudah mati, itu artinya kita aman. Tak ada lagi tikus di rumah ini," balas tikus lainnya. Mereka pun bersorak senang.
Tikus-tikus itu mendekati kucing yang mereka
pikir sudah mati. Kucing masih pura-pura diam. Para tikus lalu menari dengan senang. Mereka pikir mereka sudah menang.
Saat para tikus menari, kucing langsung
melompat. Hap! Beberapa tikus berhasil ia tangkap. Semua tikus pun lari berhamburan.
"Rupanya itu tipuan kucing," seru salah satu
tikus.
Beberapa hari setelah kejadian itu, para tikus
lebih berhati-hati. Mereka takut kucing akan memperdaya mereka lagi. Kucing tak kehabisan akal. Ia selalu saja memiliki ide untuk mengelabui tikus.
Hari ini, kucing menggulingkan tubuhnya ke
tepung. Kemudian ia berdiam diri di atas gumpalan tepung itu. Kucing pun jadi tampak seperti adonan kue. Tikus keluar dari sarangnya. Merasa aman, mereka pun mengendap-endap ke arah dapur. Mereka melihat adonan kue.
"Sepertinya adonan kue itu enak. Bagaimana
kalau kita mengambilnya?" tanya tikus yang paling kecil.
"Sebentar, Jangan terburu-buru.” ucap salah
seekor tikus tua yang sudah tak berekor. Ekornya terputus saat melarikan diri dari kucing.
Tikus tua itu memperhatikan gumpalan tepung
tersebut. Ia merasa ada yang aneh. Gumpalan itu seperti ada matanya. Ya, kucing memang melumuri tubuhnya dengan tepung. Namun, matanya masih tampak berkedip.
"Jangan ke sana, itu adalah tipuan kucing! Kalian
harus selalu berhati-hati," seru tikus tua.
"Bagaimana kau tahu bahwa itu adalah tipuan
kucing?"tanya salah satu tikus.
"Lihatlah tepung itu baik-baik. Ada mata yang
berkedip di sana. Itu adalah mata kucing," balas tikus tua. Tikus lain bersyukur. Untung saja tikus tua waspada dan berhati-hati. Kalau saja tadi mereka ceroboh, mungkin kucing sudah menangkap mereka.
"Jangan sampai kita tertipu lagi," ucap tikus tua.
Kisah Angsa Dan Telur Emas
Tersebutlah di jaman dahulu, hiduplah seorang
petani miskin yang mempunyai seekor angsa yang sangat cantik. Petani itu merwat si angsa dengan baik hingga suatu hari pada saat petani tersebut mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas yang berkilauan.
Petani tersebut mengambil dan membawa telur
emas tersebut ke pasar dan menjualnya. Kejadian yang sama terulang untuk hari-hari berikutnya, sehingga dalam waktu yang singkat petani tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran petani itu terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah
gagasan muncul di kepala petani, gagasan bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut dilaksanakan, tidak ada sebuah telur yang dapat dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari
dongeng angsa dan telur emas ini adalah
Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan
berlimpah, tetapi serakah dan menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya. Maka bersyukurlah dengan segala sesuatu yang kita miliki. Kisah Gunung
Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas
gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak :
“Aduuuhhhhhh!!!!!!!.” Tetapi Ia sangat kaget
mendengar ada suara pantulan dari gunung sebelah.”Aduuuuuuuuhhhhhhh!!!!!!!.”
Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali
berteriak : “Siapa kamu?” Diapun menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?” dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: “Saya mengagumimu!” dan suara itupun kembali : “Saya mengagumimu!.” Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : “Penakut” Dia masih menerima jawaban yang sama, “Penakut!.”
Dia menatap ayahnya dan bertanya : “Apa yang
sedang terjadi?” Ayahnya sembari tersenyum dan berkata : “Sayang, perhatikan.” Kembali ayah akan berteriak : “Kamu Juara.” Diapun menerima jawaban yang sama : “Kamu Juara.”
Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti
mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya hidup.
Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang
kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari
Cerita Dongeng Anak : Kisah Gunung ini adalah jika kita menjadi orang yang baik maka kehidupan akan memberikan kebaikan juga untuk kita, namun apabila kita berperilaku buruk maka kehidupan akan akan membuat kita sengsara dan tidak bahagia.
Anjing Dan Tiram (Kerang)
Hiduplah seekor anjing yang sangat senang
makan telur. Anjing itu sering masuk ke kandang ayam dan dengan rakusnya menelan telur ayam bulat-bulat.
Suatu hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran
pantai. Anjing tersebut melihat seekor tiram, dan dalam sekejap sang Anjing menelan bulat-bulat tiram (kerang) yang disangkanya telur.
Tidak berapa lama kemudian, seperti yang kita
duga, sang Anjing merasakan sakit yang hebat di perutnya. “Saya akhirnya mengerti bahwa tidak semua benda yang berbentuk bulat, adalah telur,” katanya sambil mengerang kesakitan.
Jadi hikmah yang bisa kita petik dari Cerita
Dongeng Fabel Anak : Anjing Dan Tiram ini adalah bertindak terlalu tergesa-gesa akan mengakibatkan sesuatu yang buruk.
Pasir Dan Batu
Dua orang sahabat sedang berjalan di padang
pasir. Selama dalam perjalanan mereka berdebat tentang sesuatu. Salah seorang dari kedua sahabat itu menampar temannya, dan yang ditampar itu merasa sakit tetapi dia tak berkata apa apa, hanya menulis diatas tanah:
“HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU”
Mereka tetap berjalan sampai mereka menemukan sebuah oasis (sumber air), mereka sepakat untuk mandi, teman yang telah ditampar tergelincir dan hampir saja tenggelam di oasis tersebut, tetapi temannya datang dan menolongnya, dan setelah diselamatkan oleh temannya dari bahaya, dia menulis di Batu
“HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN
NYAWAKU”
Teman yang telah menampar dan yang telah
menyelamatkan nyawa teman baiknya itu bertanya kepadanya, “Setelah saya menyakitimu, kamu menulisnya di tanah dan sekarang, kamu menulisnya diatas batu, mengapa?
Temannya pun menjawab : “Ketika seseorang
menyakiti kita, kita harus menulisnya diatas tanah, agar angin dapat menerbangkannya dan dapat menghapusnya sehingga dapat termaafkan. Tetapi ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik kepada kita, kita harus mengukirnya diatas batu dimana tak ada angin yang dapat menghapusnya” Hikmah yang dapat diambil dari Cerita Anak Dongeng Persahabatan : Pasir Dan Batu adalah teman yang baik akan melupakan dan memaafkan perilaku buruk yang diterimanya dan teman yang baik akan mengingat selalu kebaikan temannya.
Anjing dan Bayangannya
Suatu hari seekor anjing bermain-main di dekat
rumah seorang wanita tua yang baik hati. Wanita itu memberikan tulang-tulang yang besar untuk anjing tersebut. Dengan senang hati, anjing langsung membawa tulang-tulang itu untuk dimakannya di rumah.
Namun, anjing harus melewati sungai yang
panjang. Ketika tiba di tengah sungai, dia melihat sebuah bayangan yang terpantul di air. Dia melihat bayangan anjing lain yang membawa tulang lebih besar darinya.
"Wah, di dasar sungai ada tulang yang lebih besar
dari yang kubawa. Aku akan segera mengambilnya, sebelum ada anjing lain yang datang," gumam si anjing.
Tanpa pikir panjang, si anjing langsung masuk ke
dalam sungai. Tulang yang dia dapat dari wanita tua pun dibiarkannya begitu saja.
Andai si anjing tidak serakah dan mau berpikir
sejenak, pastilah is akan menyadari bahwa yang ada di dasar sungai itu hanyalah bayangannya. Dia pun tidak akan bersusah payah berenang untuk menggapai tulang bayangannya.
Sesampainya si anjing di tepi sungai, barulah dia
tersadar. Apa yang dilakukannya adalah kebodohan dan keserakahan. Kini, si anjing hanya bisa bersedih menyesali perbuatannya. Ternyata tulang yang didapatkannya dari wanita tua sudah hilang entah ke mana.
"Sungguh bodohnya aku. Andai saja aku tak
serakah, pasti aku tak akan kehilangan tulang milikku," isak anjing itu sambil berjalan pulang tanpa membawa apa-apa.
Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Pendek
adalah selalu bersikap baiklah dengan siapa pun, maka kamu akan mendapatkan kebaikan pula.
Monyet Yang Rakus Dan Licik Tipu Seekor
Kerbau
Pada suatu hari, ada seekor monyet yang sangat
nakal sekali, selain nakal monyet tersebut rakus dan suka mencuri buah-buahan para petani. Perbuatannya membuat para petani resah dan para petani pun menjaga ladang mereka dengan ketat. Dan tentu saja hal itu membuat si monyet kebingungan, karena jika sampai tertangkap, nyawanya bisa melayang.
Suatu hari si monyet meringis menahan lapar, dia
melihat burung gagak sedang membawa buah anggur. Melihat itu air liur si monyet mulai berjatuhan.
Si monyet berteriak kepada si gagak, "Hai gagak,"
Merasa di panggil gagak pun berhenti dan
bertengger didekat monyet.
"Gagak, dari mana kau dapat buah anggur yang
ranum itu?" tanya si monyet
"Aku mendapatkan buah ini dari kebun
diseberang sungai, para petaninya baik hati, mereka tidak akan mengusir dan melukai jika hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah. Asal jangan makan buah-buahan yang masih ada dipohonnya." jawab si gagak. Mendengar jawaban si gagak, monyet pun menjadi sangat girang. Dia pun segera menuju kebun diseberang sungai yang diceritakan si gagak.
Tapi sial, ia tidak bisa menyebrangi sungai karena
airnya sedang meluap. Hal tersebut membuat si Monyet menjadi kebingungan, karena ia tidak bisa berenang untuk menyebrangi sungai.
Monyet pun terdiam berfikir untuk bisa
menyebrangi sungai tersebut. Akhirnya si monyet teringat kepada sahabatnya si kerbau. Si monyet pun segera mencari si kerbau.
"Hai, kerbau sahabatku," sapa si monyet
"Ada apa monyet? wah monyet kau sekarang
terlihat gemuk," kata si kerbau.
"Hehe... bagaimana aku tidak gemuk kerbau, aku
makan enak setiap hari, petani disebrang sungai sana selalu memberikan makanan enak kepada ku. Dan aku diperbolehkan menghabiskan buah- buahan di kebunnya," kata si monyet mulai merayu dan berbohong kepada si kerbau.
"Waahh... benarkah itu monyet? beruntung sekali
kau, pantas saja kau terlihat tambah gemuk." kata sikerbau tanpa sedikit pun curiga kepada si monyet.
"Apakah kau mau ikut dengan ku sahabatku, kita
makan sama-sama disana...!" monyet mulai menipu si kerbau.
"Kau baik sekali monyet, baiklah aku ikut dengan
mu, ayo kita kesana monyet," kata kerbau sangat girang.
"Tapi tunggu sebentar kerbau sahabatku, saat ini
untuk kesana agak susah karena air sungai sedang meluap dan aku tidak bisa berenang," kata si monyet.
"Itu masalah gampang monyet, aku bisa berenang.
Nanti kau bisa naik kepunggung ku," jawab si kerbau tanpa curiga. Merasa rayu tipunya berhasil, si monyet merasa sanagt senang, akhirnya si monyet dan si kerbau pun segera pergi menuju kebun di sebrang sungai. Dan saat menyebrangi sungai si monyet naik di punggung si kerbau.
Setelah sampai di kebun, monyet pun si monyet
yang rakus segera makan buah-buahan dengan lahapnya. Ia tidak memperdulikan buah yang masih ada di pohon, semuanya di makan.
Begitu pula si kerbau, ia pun makan dengan
lahap. Karena si kerbau merasa buah-buahan memang sengaja diberikan kepada si monyet.
Tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah
diperhatikan oleh para petani. Setelah si kerbau dan si monyet tengah kekenyangan, para petani langsung menyergap monyet dan kerbau.
Monyet yang sadar akan bahaya yang datang,
segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang kebingungan karena tidak tahu masalah yang sebenarnya.
Para petani melempari batu dan mengusir mereka,
si kerbau pun berlari menyelamatkan diri dan tubuh sikerbau pun penuh dengan luka. Sedangkan si monyet sudah tidak kelihatan batang hidung nya. Si kerbau mulai sadar bahwa dirinya telah di tipu oleh monyet.
Akhirnya setelah berlari dari kejaran para petani,
si kerbau pun sampai ditepi sungai. Dengan segera si kerbau terjun ke sungai untuk menyebrang.
Tiba-tiba si monyet muncul, "Hai... kerbau
sahabatku, tunggu aku... Apa kau tega meninggalkan sahabat mu disini," teriak si monyet memanggil si kerbau.
Melihat kemunculan si monyet, si kerbau
sebenarnya sangat dongkol, "Jika kau mau ikut menyebrang, cepatlah kau melompat ke punggung ku," jawab si kerbau dengan nada ketus. Si monyet pun berlari dengan sekuat tenaga, monyet semakin takut dan panik ketika mendengar suara para petani yang mengejar ada dibelakangnya.
Setelah sampai di pinggir sungai si monyet pun
segera melompat ke punggung si kerbau. Tapi naas, karena perut si monyet terlalu kenyang, membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang lincah.
Lompatan si monyet tidak sampai di punggung si
kerbau, dan akhirnya si monyet pun tercebur ke sungai dan hanyut terbawa arus. Cerita Kupu-kupu dan Semut
Pada suatu hari, di kisahkan didalam hutan yang
sangat lebat, didalamnya tinggal bermacam- macam binatang, ada semut, ada gajah, harimau, burung, kupu-kupu dan sebagainya.
Satu malam datanglah badai yang sangat dahsyat,
badai yang membuat seluruh penghuni hutan itu menjadi panik. Semua para binatang berlarian ketakutan dan berusaha berlindung dari badai yang dahsyat itu.
Keesokan harinya matahari muncul dengan
sangat cerah, setelah semalam diporak porandakan oleh badai. Terdengar suara kicauan- kicauan burung yang merdu. Akan tetapi banyak sekali pepohonan yang tumbang dan terlihat berantakan akibat badai semalam.
Di salah satu dahan pohon yang tumbang
tersebut menempel satu kepompong. Ia tampak sedih karena saat semalam badai datang, ia tidak bisa lari untuk berlindung.
Tak lama kemudian keluar seekor semut yang
muncul dari balik tanah. Semut yang mempunyai sifat sombong dan angkuh seakan tidak perduli melihat keadaan kepompong.
Dengan sombongnya si semut berkata "Hey, kau
kepompong. Coba kau lihat aku, aku bisa berlindung dari serangan badai semalam. Aku tidak seperti kau kepompong, lihat tubuh mu yang hampir rusak dan basah kuyup akibat badai, ha..ha...ha.... " ucap sisemut dengan sombongnya.
Tak hanya sombong dihadapan kepompong saja,
ternyata si semut pun menyombongkan dirinya kepada binatang lain didalam hutan yang sedang bersedih karena kerusakan badai semalam.
Sampai ke esokan harinya, saat sisemut berjalan-
jalan, si semut tidak sadar kalau dia telah menginjak lumpur hidup. Tak lama semut pun terjebak dan hampir terhisap oleh lumpur itu.
"Toolooonggg... toloooooongggg... aku terjebak
dilumpur ini... tolong lah aku," teriak si semut.
Tak lama muncul lah seekor kupu-kupu terbang
diatas si semut.
"Hey, kau kupu-kupu. tolong lah aku," pinta si
semut
"Kenapa aku harus menolong mu semut,
bukankah kau itu hebat bisa selamat dari apapun," jawab kupu-kupu.
"aku masih ingat perkataan mu semut, dengan
sombongnya kau menghina dan tertawa diatas penderitaan ku kemarin. Apakah kau masih ingat aku semut? aku kepompong yang kau tertawakan disaat aku sedang sedih karena badai kemarin," lanjut kata sikupu-kupu.
Sisemut mendengar itu merasa malu sekali atas
kesombongannya dan atas sikapnya yang mentertawakan binatang lain yang sedang kesusahan.
"Maafkan aku kupu-kupu, memang kemarin aku
telah salah kepada mu. Tapi jika kau jika kau mau menolongku, aku sangat berhutang budi kepada mu. Dan jika kau tidak mau menolong ku, aku tidak akan menyalahkan mu, biar lah aku mati bersama kesombongan ku terhisap oleh lumpur ini," kata si semut.
Kupu-kupu yang melihat kejadian itu tentu saja
tidak tega melihat semut yang sedang kesulitan bertaruh nyawa dengan lumpur. Dan akhirnya si kupu-kupu menolong sisemut keluar dari lumpur itu. Sisemut pun berjanji tidak akan menghina dan mentertawakan binatang-binatang didalam hutan yang sedang kesusahan.
Nah adik-adik yang baik, hikmah yang bisa kita
petik dari Dongeng anak diatas bahwa kita sebagai makhluk tuhan mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi janganlah kita menyombongkan diri atas apa yang kita punya. Apalagi kita mentertawakan teman kita yang sedang dalam kesulitan dan kesusahan. Cerita Monyet Dan Kelinci
Awal cerita pada suatu hari, terlihat di pinggir
sungai ada seekor monyat dan seekor kelinci. Biasanya si kelinci suka mendengar cerita- cerita dari si monyet. Sebenarnya si kelinci suka akan cerita-erita si monyet, akan tetapi si kelinci sedikit risih dan terganggu dengan cara kebiasaan buruk si monyet yang suka menggaruk-garuk hampir semua bagian tubuhnya ia garuk-garuk.
Dan begitupun sebaliknya, Si monyetpun suka
apabila mengobrol dengan si kelinci, akan tetapi si monyet pun merasa terganggu dengan kebiasaan buruk si kelinci yang suka mengendus-endus dan suka menggerakan kuping nya kesisi kanan dan kesisi kiri.
Dan pada akhirnya simonyet pun memberanikan
diri berkata dengan maksud menegur kepada si kelinci. "Hei kau kelinci, apakah kau bisa menghentikan kebiasaan buruk mu itu ?" tegur si monyet kepada si kelinci
"Menghentikan apa monyet?" si kelinci balik
bertanya "Berhenti mengendus-endus, berhenti menggerak- gerakan hidung, dan berhenti menggerak-gerakan telinga mu yang panjang itu kelinci..., Betapa buruknya kebiasaan kau kelinci ..." Jawab si monyet
"Hei kau monyet, kau hanya bisa menilai
kebiasaan buruk ku saja, bagimana dengan kebiasaan buruk mu? di setiap kita lagi asik ngobrol kau selalu saja menggeruk-garuk. Sungguh sangat buruk kebiasan mu itu monyet" Tegur si kelinci membalas teguran si monyet tadi "kelinci, aku tidak bisa menghentika nya," kata si monyet "Monyet, aku tidak selalu harus mengendus, menggerakan telinga dan hidung ku." kata si kelinci membalas perkataan yang di lontarkan si monyet kepadanya tadi. Akhirnya mereka pun saling membalas pembicaraan itu. Dan si monyet pun karena tidak terima di tegur seperti itu oleh si kelinci, akhiranya si monyet pun menantang kelinci untuk bertanding.
Si monyet meminta si kelinci mulai saat ini dia
tidak boleh lagi mengendus-endus dan menggerak-gerakan hidung dan telinganya lagi. dan si monyet pun sama, ia tidak akan lagi menggaruk-garuk lagi.
Singkat cerita, keesokan harinya mereka berdua
pun bertemu kembali di pinggir sungai ditempat biasanya mereka berdua bertemu. Mereka berdua sedang menjalankan misi tantangan yang susah, si monyet jangan menggeruk-garuk lagi, begitupun si kelinci tidak boleh mengendus- endus, atau menggerak-gerakan hidung dan telinganya.
Akhirnya sesuai dengan hasil keputusan janji
mereka berdua, kelinci dan monyet pun hanya duduk terdiam saja. si monyet tetap diam tapi dia diam sedang menahan ingin menggaruk merasakan kulitnya yang sangat gatal, ia ingin menggaruk dagunya, dan lengan kiri dan kanan nya pun angat terasa gatal. Akan tetapi si monyet tetap mencoba bertahan dan tetap terdiam.
Begitu pun halnya, si kelinci pun sedang berusaha
menahan kebiasaan buruknya itu. Sebenarnya Ia ingin sekali mengendus-enduskan hidungnya, ingin sekali menggerakan kupingnya, tapi ia tetap terlihat duduk diam.
"Monyet, aku punya ide, Kita duduk diam di sini
sudah sangat lama, dan aku pun sudah mulai bosan. Bagaimana kalau kita mengobrol dan bercerita untuk menghabiskan waktu." Kata si kelinci "Itu ide yang sangat bagus kelinci, silahkan kau kelinci bercerita terlebih dahulu " Kata si monyet
Si kelinci pun mulai bercerita. "Monyet, saat
kemarin aku akan datang kesini untuk menemui mu, aku mencium seperti ada singa di balik rerumputan. Oleh karena itu, aku pun mengendus-endus udara, tetapi singa itu tidak ada disana. Tapi aku belum yakin di balik rumput itu tidak ada singa, Nah untuk memastikannya aku pun menggerakan hidung ku beberapa kali, tapi tidak ada bau singa disana. Kemudian aku menggerak-gerakan telinga ku ke kiri dan kekanan untuk mendengarkan, tetapi memang tidak ada singa di sana. Dan akhirnya aku pun yakin bahwa di balik rumput itu memang tidak ada singa. Kemudian akupun melanjutkan perjalanan ke sini untuk menemuimu temanku."
Simonyet pun mendengarkan cerita si kelinci itu
yang bercerita sambil menggerak-gerakan hidung dan telinganya.
Kemudian si monyet pun mulai bercerita.
"temanku, kemarin pun sama. Saat aku akan menemuimu disini di tengah jalan aku berpapasan dengan beberapa anak-anak, mereka jahil sekali kepadaku kelinci. pertama salah satu diantara mereka melemparkan kelapa dan mengenai kepalaku tepat disini, dan sianak satunya melemparkan batok kelapa dan tepat sekali mengenai daguku disini kelinci. Dan dua anak perempuan itu melempar ku dengan batok kelapa juga tepat mengenai tangan kiri dan tangan kanan ku. Kemudian akupun lari secepat- cepatnya ketepi sungai ini untuk menemui mu sahabat ku."
Sikelinci pun mendengarkan dan melihat gerakan
simonyet saat bercerita. Dan sikancil pun tertawa cekikikan, dan si monyetpun tertawa lebar. Sebenarnya sikelinci tahu apa yang dilakukan oleh simonyet, dan sebaliknya si monyet pun tahu apa yang dilakukan si kelinci. "ya...ya..ya monyet, cerita mu memang sangat bagus monyet. tapi kau kalah dalam pertandingan ini monyet, karena kau menggeruk saat bercerita." kata sikelinci
"Iya kelinci, cerita mu juga benar-benar bagus
kelinci. Tetapi saat kau bercerita kau mengendus- endus dan menggerakan telinga mu." balas si monyet
"aku pikir kita berdua tidak ada yang bisa
menghilangkan kebiasan buruk kita ini. Karena aku sendiri tidak bisa menghilangkan kebiasaan ini " kata sikelinci sambil mengendus-endus dan mengerak-gerakan telinganya
"Aku pun sama kelinci, aku pun tidak bisa
menghilangkan kebiasaan buruk ini." Kata si monyet sambil menggaruk-garuk kepala, dagu dan menggeruk tangan kanan kirinya.
Akhirnya keduanya setuju, bahwa kebiasaan
buruk mereka berdua susah dihilangkan. dan mereka pun setuju untuk tidak merasa terganggu dengan kebiasaan mereka masing-masing.
Pesan moral dari Dongeng pendek ini adalah
Bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, Dan kita sebagai makhluk sosial harus dapat menerima kekurangan orang lain dan tidak memaksakan kehendak kita.