Home dongeng dongeng mancanegara Dongeng Monyet dan Unta Peniru (Aesop) | DONGENG ANAK
DUNIA
Dongeng Monyet dan Unta Peniru - Pada suatu perayaan besar untuk
menghormati sang Singa si Raja Hutan, seekor monyet diminta untuk
menari di depan hewan yang hadir pada perayaan itu. Tarian sang Monyet
begitu indahnya sehingga semua hewan yang hadir menjadi senang dan
gembira melihatnya.
Pujian yang didapatkan oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir
menjadi iri hati. Dia sangat yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang
monyet, bahkan mungkin lebih baik lagi, karena itu dia maju ke depan
menerobos kerumunan hewan yang menonton tarian monyet, dan sang Unta
mengangkat kaki depannya, mulai menari. Tapi unta yang sangat besar itu
membuat dirinya kelihatan konyol saat menendang-nendangkan kakinya ke
depan dan memutar-mutarkan lehernya yang kaku dan panjang. Selain itu,
sang unta sulit untuk menjaga agar tapak kakinya yang besar tetap
terangkat ke atas.
Akhirnya, salah satu tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung
sang Raja Hutan sehingga hewan-hewan yang jengkel melihat tingkah sang
Unta, mengusirnya keluar sampai ke padang gurun.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng monyet
dan unta peniru ini adalah
Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu
lakukan.
DONGENG AYAM JANTAN YANG CERDIK DAN RUBAH YANG LICIK (AESOP) |
DONGENG ANAK DUNIA
dongeng, dongeng mancanegara
melihat
sepasang
Anjing
datang
kemari.
Mereka
pasti
telah
"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu.
Selain itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja
saya lupakan."
Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke
bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya
musuhnya yang sangat licik.
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam jantan yang
cerdik dan rubah yang licik ini adalah
Janganlah kita menipu orang lain, jadilah cerdik tetapi tidak licik.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang rumput itu.
Aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. Makhluk itu
hendak menelan aku." Kata Kenthus..
Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. " Makhluk itu anak lembu.
sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di
padang rumput ini setiap pagi."
"Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir ditelannya
tadi," kata Kenthus. "Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau ikan tetapi
hanya rumput." Jelas kakaknya lagi.
"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya."
Celah Kenthus. "Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan
mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.
" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramairamai.
"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan
kamu berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus tidak
mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus mengembungkan dirinya, karena
dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi
pelajaran pada Kenthus yang sombong itu.
"Sedikit lagi Kenthus. Teruskan!" Begitulah yang diteriakkan oleh kawan-kawan
Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat besar, tiba-tiba
Kenthus jatuh lemas. Perutnya sangat sakit dan perlahan-lahan dikempiskannya.
Melihat keadaan adiknya yang lemas, kakak Kenthus lalu membantu.
Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya
telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.
Setiap siang, anak-anak masuk ke dalam taman itu untuk bermain dan
mendengarkan burung-burung berkicau merdu dari pohon-pohon.
sedang bermain disana. Raksasa lalu memarahi mereka, Apa yang kalian
lakukan disini? Pergi! Ini taman milikku! Anak-anak yang ketakutan berlari
meninggalkan taman itu.
Hari demi hari berlalu. Bunga-bunga di taman itu tidak lagi bermekaran.
Burung-burung tidak lagi berkicau dan pohon-pohon berhenti berbuah.
Rumput dan daun-daun yang dulunya subur dan hijau kini menjadi kering
dan berwarna coklat. Raksasa tidak mengerti mengapa taman miliknya
menjadi tidak indah lagi.
Pada suatu pagi, raksasa mendengar suara musik yang mengalun. Ternyata
itu adalah suara kicauan burung di luar jendelanya. Sudah lama sekali sejak
terakhir kali ia mendengar kicauan burung yang indah seperti itu.
Taman milik raksasa itu pun kembali penuh dengan anak-anak yang bermain
gembira. Bunga-bunga pun kembali bermekaran diantara rerumputan yang
hijau. Daun-daun dan buah-buahan memenuhi pohon-pohon, beserta
burung-burung yang berkicau dengan merdu.