Anda di halaman 1dari 6

Dongeng Monyet dan Unta Peniru

Suatu hari, ada suatu perayaan di hutan. Perayaan itu untuk merayakan terpilihnya Singa sebagai raja hutan.
Monyet yang pandai menari di suruh maju oleh Singa.

Monyet segera meliuk-liukkan badannya dan menghibur semua hewan dengan tariannya yang indah. Semua
orang memujinya. Unta merasa iri dan merasa bisa menirukan tarian Monyet.

Tanpa disuruh, Unta maju dan menirukan gaya menari Monyet.

Namun, tubuhnya yang besar dan kakinya yang panjang, membuatnya sulit menari. Bahkan, ia menabrak
beberapa hewan disekitarnya. Ia junga hampir mengenai hidung Singa.

Semua hewan yang ada di sana merasa jengkel pada Unta. Mereka pun mengusir Unta dan membuangnya
kepadang gurun.

Nasihat :Iri hati akan membuatmu kehilangan sahabat. Lakukanlah sesuatu sesuai kemampuanmu.

Dongeng Anjing yang Nakal

Ada seekor anjing yang sangat nakal dan jahat sehingga majikannya mengikatkan sebuah balok yang cukup
berat di lehernya agar orang mengetahui kehadiran anjing tersebut dan bisa menghindari anjing itu.

Tetapi sang Anjing yang nakal itu sangat bangga akan kalung dan balok kayu itu, dia bahkan berlari-larian
sambil menyeret-nyeret balok kayu tersebut dengan ributnya untuk menarik perhatian orang lain. Tetapi tak
ada satupun orang yang senang melihat anjing itu.

Seekor anjing lain yang melihatnya kemudian berkata "Kamu seharusnya lebih bijaksana dan berdiam diri di
rumah agar orang tidak melihat balok yang dikalungkan di lehermu. Apakah kamu senang bahwa semua orang
tahu betapa nakal dan jahatnya kamu?"

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing yang nakal ini adalah

Alangkah baiknya terkenal karena kebaikan, janganlah ditiru menjadi terkenal karena perbuatannya yang tidak
baik atau nakal.

Dongeng Ayam Jantan yang Cerdik dan Rubah yang Licik

Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger.
Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat
dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan
sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah.

"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan
dan bersemangat.

"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena
sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.

"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka
dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita
bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan
dengan gembira."

"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara
sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.
ayam jantan yang cerdik

dan rubah yang licik

"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.

"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -"

Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari
menjauh.

"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah teman-teman
kamu juga!"

"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas
yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."

Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu sayapnya dan tidur,
karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik ini
adalah

Janganlah kita menipu orang lain, jadilah cerdik tetapi tidak licik.

Dongeng Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara
keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan
mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk
bersembunyi.

Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan
mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi
tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara
mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan
menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.

Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat
persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam yang berkelahi dan burung elang ini adalah

Janganlah bersikap sombong karena kesombongan dapat berakibat keterpurukan.

Dongeng Babi Hutan dan Rubah

Seekor babi hutan sedang sibuk mengasah taringnya pada sebuah batang pohon. Bertepatan dengan saat itu,
secara kebetulan lewatlah seekor rubah. Rubah yang suka mengolok-olok teman-teman dan tetangganya,
langsung mengoloknya dengan berpura-pura melihat kesana-kemari, seolah-olah takut pada musuh yang tidak
terlihat. Tetapi sang Babi Hutan tidak memperdulikan tingkah sang Rubah dan tetap melanjutkan
pekerjaannya.

"Mengapa engkau melakukan hal tersebut?" kata sang Rubah dengan senyum mengejek. "Saya tidak melihat
ada musuh dan bahaya di sini."
"Kamu benar, memang sekarang tidak ada musuh dan bahaya yang mengancam" jawab sang Babi Hutan,
"tetapi ketika musuh benar-benar datang, saya tidak akan sempat mengasah taring saya lagi seperti sekarang.
Saat musuh dan bahaya datang ke sini nantinya, setidak-tidaknya saya telah memiliki senjata untuk
menghadapinya."

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng babi hutan dan rubah ini adalah

Selalulah siap siaga dan waspada.

Dongeng Bagaimana mengakali anak yang jahat

Dongeng bagaimana mengakali anak yang jahat - Seorang tua yang sangat kaya, membayangkan dirinya tidak
akan dapat hidup lama lagi, karena itu, dia membagi-bagikan harta dan rumahnya secara merata ke anak-
anaknya. Tetapi ternyata dia tidak meninggal dunia dan malah hidup menderita setelah itu karena di usianya
yang tua, anak-anaknya memperlakukan dia dengan kejam. Betapa jahat dan egoisnya anak-anaknya! Sebelum
membagikan hartanya, anak-anaknya berlomba-lomba menyenangkan sang ayah karena berharap akan
mendapatkan uang yang lebih banyak dibanding anak yang lain, tetapi sekarang setelah menerima warisan,
mereka tidak peduli lagi terhadap ayahnya, mereka bahkan berharap ayahnya cepat meninggal karena hanya
membebani mereka saja.

Suatu hari orang tua tersebut bertemu dengan temannya dan menceritakan segala kesedihannya. Temannya
merasa sangat simpati dan berjanji untuk membantunya. Tidak berapa lama, temannya tersebut mendapatkan
satu cara untuk membantu orang tua tersebut. Dalam beberapa hari dia mengunjungi orang tua tersebut
dengan membawa empat kantung yang penuh dengan batu dan kerikil.

"Lihatlah disini, teman," katanya. "Anak-anak mu akan tahu bahwa saya datang ke sini beberapa hari berturut-
turut dan akan bertanya-tanya tentang hal ini. Kamu harus berpura-pura bahwa saya datang untuk
mengembalikan uang yang saya pinjam dari kamu, dan berpura-puralah seolah-olah uang pinjaman yang saya
kembalikan, lebih banyak lagi dari yang engkau pernah miliki. Simpanlah kantung-kantung batu ini, dan jangan
biarkan anak-anakmu mendapatkannya atau membukanya selama kamu masih hidup. Saya yakin mereka akan
mengubah tingkah laku mereka terhadap kamu. Selamat jalan, saya akan mengungjungi engkau apabila saya
sempat."

Ketika anak-anaknya mendengar bahwa ayahnya memiliki kekayaan yang luar biasa banyaknya kembali,
mereka mulai berlomba-lomba memberikan perhatian kepada ayahnya, dan hal ini berlanjut hingga orang tua
tersebut meninggal dunia. Saat anak-anaknya membuka dengan rakus keempat kantong-kantong yang terlihat
berat itu, mereka hanya menemukan batu dan kerikil di dalamnya.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bagaimana mengakali anak yang jahat ini adalah

Hormatilah orangtuamu apapun keadaannya, karena orangtua lah yang telah membesarkan anak-anaknya.

Dongeng Bangau dan Rubah Makan Bersama

Dongeng bangan dan rubah makan bersama- Suatu hari seekor rubah memikirkan rencana untuk
mempermaikan temannya - seekor burung bangau yang penampilannya selalu membuat sang Rubah tertawa.

"Kamu harus datang dan menikmati makan siang bersamaku hari ini," kata sang Rubah kepada sang Bangau,
sambil tersenyum-senyum karena memikirkan gurauan yang akan diperbuat olehnya. Sang Bangau dengan
senang menerima undangan dari sang Rubah dan datang pada siang hari itu.

Untuk makan siang, sang Rubah menyiapkan sup yang disajikan pada piring yang sangat ceper dan hampir
datar, sehingga sang Bangau tidak bisa menikmati sup tersebut, hanya ujung paruhnya saja yang bisa
menyentuh air sup. Tak setetes sup yang bisa di minumnya, sedangkan sang Rubah menjilati sup tersebut
dengan gampangnya sambil tertawa-tawa hingga sang Bangau menjadi sangat kecewa karena telah
dipermainkan.

Sang Bangau yang lapar dan merasa tidak senang, tetap berusaha untuk tenang. Lalu kemudian sang Bangau
balas mengundang sang Rubah untuk makan siang keesokan hari di rumahnya.

makan bersama

Keesokan hari, tepat pada saat makan siang, sang Rubah tiba di rumah sang Bangau yang menyediakan ikan
yang sangat lezat sebagai menunya, tetapi ikan tersebut di sajikan dalam sebuah guci tinggi yang mempunyai
mulut guci yang sempit. Sang Bangau dengan gampang memakan ikan tersebut dengan paruhnya yang panjang
sedangkan sang Rubah hanya bisa menjilati pinggiran guci sambil mencium lezatnya makanan yang tersaji. Saat
sang Rubah menjadi marah, dengan tenangnya sang Bangau berkata: "Jangan mempermainkan orang karena
kamu sendiri pasti tidak suka untuk dipermainkan".

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng bangau dan rubah makan bersama ini adalah

Janganlah mempermainkan orang lain karena kita juga tidak suka jika dipermainkan orang lain.

Dongeng banteng yang berkelahi dan katak di rawa-rawa

Dua ekor banteng berkelahi dengan sengitnya di dekat suatu rawa-rawa. Katak tua yang hidup di rawa-rawa
menjadi gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit itu.

"Apa yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.

"Tidakkah kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa banteng yang kalah akan terdorong menuju ke rawa-
rawa di sini, dan kita semua akan terinjak sampai masuk ke dalam lumpur?"

Benar apa kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama kemudian, banteng yang kalah terdorong sampai ke rawa-
rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa sengaja menginjak beberapa katak di rawa-rawa
tersebut hingga tewas.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng banteng yang berkelahi dan katak di rawa-rawa ini
adalah

Hindarilah perkelahian dan janganlah terlibat dalam perkelahian karena damai itu jauh lebih indah.
Dongeng kancil dan Tikus

Di hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil itu bersaudara.
Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca adalah adik dari Manggut. Walaupun mereka bersaudara,
tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Kanca rajin dan baik hati. Sedangkan Manggut pemalas dan suka
menjahili teman-temannya.

Pada suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut mencuri
makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya, Manggut menjawab dicuri
tikus.

"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca.

"Iya betul kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.

Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut mengatakannya berkali-kali
akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke rumahnya.

"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus.

"Ha? Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus.

"Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong," kata Manggut.

"Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil
makanan dari sana!" kata Kanca mengakhiri percakapan.

Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu
kalau Manggut yang mencuri makanan.

Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang
perangkap tikus agar tikus terperangkap.

Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu
dipasang oleh Manggut. Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura tenggelam dalam sungai.

"Aaa...Manggut, tolong aku...!" teriak tikus.

Mendengar itu Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut mengantarkannya ke seberang
sungai. Manggut tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.

Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan. Karena Manggut
tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut menyesali perbuatan buruknya dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Dongeng Si Kancil dan Buaya

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia hanya ingin
mencari udara segar dan melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap karena pohon-
pohon sangat lebat.
Si Kancil ingin berjemur di bawah terik matahari. Di sana ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah
sekian lama berjemur, Si Kancil merasa ada yang berbunyi di perutnya.

kruuuk…kruuuuuk…kruuuuuk.

Wah, rupanya Si Kancil sudah lapar. Si Kancil membayangkan betapa nikmatnya kalau ada makanan
kesukaannya yaitu ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya
ya? Si Kancil berfikir sejenak.
Tiba-tiba Si Kancil melompat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluaaaaar….. Aku punya
makanan untukmu…!!” seperti itulah si Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sungai yang
dalam itu.

Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar tidaaaak?”

Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Bruaaar… siapa yang teriak siang-siang begini..
mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang
muncul bersamaan.

“Wah…. bagus kalian mau keluar, mana buaya yang lain?” kata si Kancil kemudian. “Kalau cuma dua ekor masih
sisa banyak nanti makanannya ini. Ayo keluar semuaaa…!” si Kancil berteriak lagi.

“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.

“Begini buaya, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di
sungai ini,” makanya kalian harus keluar semua untuk menghabiskan daging-daging segar ini.

Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya
untuk keluar semua.
“Hei, teman-teman semua, ada makanan gratis nih! Ayo kita keluaaaar….!” pemimpin dari buaya itu berteriak
memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.

“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya segera baris
berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu persatu.”

Lalu tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke
tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.

“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata si Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama,
sambil berteriak,
“Satuuu….. duaaaa….. tigaaaa…..”
begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya yang satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya si
Kancil sampai di seberang sungai. Dan di dalam Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”

Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya-buaya bodoh, sebetulnya tidak ada
daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?”
“Sebenarnya aku hanya ingin menyeberangi sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya
ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata si Kancil.

“Haaaa!….huaaaaaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas kau kancil ya.. kalau ketemu
lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.

Si Kancil segera berlari menghilang di balik pepohonan dan menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun
makanan kesukaannya.

Anda mungkin juga menyukai