Anda di halaman 1dari 23

Kisah Elang dan Kalkun

Dikisahkan bahwa dahulu kala burung elang dan kalkun adalah sahabat baik. Mereka
selalu melakukan kegiatan berdua, membangun sarang mereka bersama, mencari makan juga
bersama-sama, bahkan ‘hang out’ terbang di udara pun selalu bersama-sama. Pada jaman
dulu bentuk tubuh kalkun tidak seperti sekarang ini, dulu tubuhnya ramping dan atletis seperti
burung elang, dan dia dapat terbang dengan gesit untuk mencari makan persis seperti burung
elang. Manusia tidak pernah merasa aneh tentang persahabatan kedua burung ini karena elang
dan kalkun selalu terlihat terbang bersama-sama di angkasa.
Ketika itu si kalkun dan elang sedang terbang di udara. Si kalkun merasa lapar dan
ingin mencari sesuatu untuk di makan, lalu dia berkata pada elang “Lang, gue laper banget
nih cuy. Cari makanan di daratan yuk, kayaknya banyak makanan yang enak di sono”. Lalu si
elang membalas “Ane juga lapar Kun, ide ente boleh juga, mari kita ke daratan nyari
makanan”.
Lalu kedua sahabat itu terbang menukik menuju daratan dimana beberapa hewan lain
juga sedang berada di sana, kedua burung ini kemudian bergabung untuk makan dengan
hewan lainnya di darat. Ketika itu elang dan kalkun mendarat persis di dekat seekor sapi yang
sedang menikmati makan jagung manis. Si sapi kelihatan sibuk sekali, tapi kemudian dia
berkata pada kedua sahabat itu “Eh ada elang dan kalkun, selamat datang agan-agan.
Silahkan cicipi jagung manis ini, rasanya enak lho”.
Keramahan si sapi ini membuat elang dan kalkun terkejut karena selama ini mereka
tidak pernah berbagi makanan dengan hewan lain dengan begitu mudahnya. Kemudian si
elang berkata pada si sapi “Gan, ente baik bener. Kenapa ente mau berbagi makanan milik
ente dengan kami?”. Lalu si sapi menjawabnya “Kagak papa gan, makanan di sini banyak
kog. Tuan petani selalu memberikan makanan yang kami butuhkan setiap hari, enjoy aja
lagi”. Jawaban si sapi membuat kedua sahabat itu semakin kaget, dan semakin penasaran
pada cerita si sapi.
Si sapi kemudian bercerita lagi “Tuan petani itu baik sekali dia selalu menyediakan
makanan pada kami. Dia juga menanam sendiri jagungnya dan juga bahan makanan lainnya.
Kami tidak perlu bekerja sama sekali. Selain itu, Tuan petani juga menyediakan tempat
tinggal yang baik bagi kami, lengkap deh gan”. Cerita si sapi membuat elang dan kalkun
semakin terheran-heran karena seumur hidup mereka belum pernah mendapatkan kemudahan
seperti itu. Mereka harus bekerja keras untuk mencari makanan dan kadang harus rebutan
dengan hewan lain. Begitu juga untuk membuat rumah, elang dan kalkun harus membuatnya
dengan susah payah.
Setelah kedua sahabat itu selesai menikmati keramahan si sapi lalu mereka pulang dan
kemudian mulai berdiskusi tentang pengalaman mereka hari itu. Si kalkun berkata pada
sahabatnya “Elang sahabatku yang caem, kayaknya kita harus tinggal juga di tempat tuan
petani itu. Kita tidak perlu lagi bekerja keras untuk mencari makanan, dan tempat tinggal juga
sudah tersedia. Rasanya ane dah capek terbang dan bekerja keras setiap hari hanya untuk
hidup”.
Si elang sempat galau juga dengan pengalamannya hari itu. Lalu dia pun menjawab
sahabatnya “Ane ga yakin gan tentang ide ente kali ini. Menurut ane agak ga masuk akal kalo
ada pihak yang mau memberikan segala sesuatu tanpa imbalan sama sekali. Selain itu Ane
lebih suka terbang bebas di angkasa mengarungi langit biru. Menurut ane bukan hal yang
buruk kalo kita bekerja keras untuk mencari makanan dan membangun tempat tinggal kita.
Dan itu sebuah tantangan yang menarik sahabat ku kalkun yang caem”.
Kedua sahabat ini tidak sependapat satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk
berpisah. Si kalkun memutuskan untuk tinggal di daratan bersama sapi, dia mendapatkan
makanan dan tempat tinggal tanpa harus bekerja keras. Berbeda dengan sahabatnya yang
lebih suka kebebasan walau harus menghadapi tantangan setiap hari untuk mencari makanan
dan tempat tinggal.
Pada saat itu semua berjalan sangat baik bagi si kalkun. Dia mendapat makanan yang
enak setiap hari tanpa harus bekerja keras seperti dulu. Lambat laun si kalkun pun akhirnya
bertambah gemuk dan semakin malas. Lalu pada suatu hari si kalkun mendengar berita
bahwa istri si Tuan petani ingin membuat hidangan daging kalkun panggang untuk makan
malam di hari Thanks Giving. Tentu saja si kalkun kaget dan panik, kemungkinan besar si
istri petani akan memasaknya untuk perayaan hari Thanks Giving yang akan datang.
Kemudian si kalkun memutuskan untuk meninggalkan tempat Tuan petani dan kembali
bersama sahabatnya si Elang.
Namun ketika si kalkun hendak terbang, dia menyadari bahwa badannya sudah terlalu
berat dan malas. Dia tidak bisa terbang sama sekali, si kalkun hanya bisa mengepak-
ngepakkan sayapnya. Akhirnya istri Tuan petani menangkapnya, memotong, dan
memanggang si kalkun untuk hidangan makan malam di hari Thanks Giving.
Kisah Seekor Anjing Kecil

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. dia
mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. Kata kuda itu :
“Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik
ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak
barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”,
ujarnya dengan sinis.

Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di
kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya
di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di
sini”, dengan nada mencemooh.
Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya
menyediakan mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada
seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, sepertinya memang benar. Dia sama
sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa
tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah
memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikustikus pengerat
dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu mahluk tak berguna dan
tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan
mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna,
disingkirkan dari pergaulan lagi…..

Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si
anjing kecil itu. “Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah
hewan yang paling tidak berguna disini.”
Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu
tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi
sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan.
Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa
kegembiraan.”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh
di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat
ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu
berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta
berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau
menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di
ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih………”
Ikan Kecil dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang
Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini,
tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah
permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya
begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai
sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air
berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu
semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh
yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama,
“Dimakah air?”

Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah
mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa
air kita semua akan mati.”

Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama
seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia
sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri
tidak menyadarinya.
Ingatlah Hidup Tak Semudah Yang Kamu Bayangkan

Pintar dan selalu berprestasi di sekolah, siapa yang tidak ingin menjadi seseorang yang
seperti ini? Tapi taukah Anda, bahwa untuk seperti itu tidaklah mudah. Karena hidup tak
semudah yang kamu bayangkan.

Sejak lama Rani begitu sering memperhatikan Nina, teman sekelasnya yang baru di SMA.
Mereka berasal dari SMP yang berbeda, dan keduanya baru saling mengenal setelah duduk di
bangku SMA beberapa bulan yang lalu. Baik Rani maupun Nina, keduanya merasa beruntung
dan senang bisa bertemu dan saling mengenal di sekolah tersebut.

Nina begitu cerdas, dengan kemampuan belajar yang bisa dikatakan di atas rata-rata. Dia
selalu bisa mengikuti semua pelajaran dengan mudah, mengerti dan tanggap dengan cepat.
Nina pintar dalam belajar, bukan hanya pada satu mata pelajaran saja, namun Nina unggul
dalam semua mata pelajaran di kelasnya. Hal inilah yang membuat Rani heran, meskipun dia
sendiri sebenarnya termasuk anak yang pandai dan selalu mendapatkan ranking di SMP nya
dulu. Namun saat belajar di kelas yang sama dengan Nina, Rani seolah tidak berkutik dengan
keberadaan Nina di sana, meskipun sikap temannya itu sebenarnya tidak sombong apalagi
sok pintar.

Nina juga bisa berkomunikasi dan bergaul dengan baik pada semua orang, bukan hanya
teman-temannya, bahkan pada guru-gurunya juga. Sikapnya begitu manis dan tulus, sehingga
semua orang senang kepadanya, bahkan Rani juga. Bukan hanya pintar dan ramah saja, Nina
juga memiliki paras yang manis dan murah senyum, sehingga ia begitu disukai oleh teman-
temannya.

Pada awalnya, Rani begitu senang bisa kenal dan dekat dengan Nina, sebab anak yang satu
itu memang sangat supel dan ramah. Namun, lama-kelamaan sikap Rani mulai berubah, ia
mulai melihat Nina sebagai sebuah ancaman, baik itu untuk prestasinya maupun untuk
eksistensinya di sekolah. Rani mulai berubah dan sedikit pendiam kepada temannya itu,
bahkan sesekali ia menghindar saat mereka akan berpapasan di kelas. Bukannya menjauh,
Nina malah lebih sering menghampiri Rani dan bersikap seperti biasanya. Hal ini tentu
membuat Rani semakin kikuk, sebab sedikit demi sedikit ia mulai benci pada temannya yang
satu ini.
Kerja keras yang terlihat

Rani merasa hidup Nina begitu mudah dan menyenangkan, bahkan meski Nina terlihat santai
saja saat belajar di kelas, Nina tetap bisa mengerjakan semua soal dan menjawab pertanyaan
guru dengan mudah. Semuanya terlihat sangat mudah bagi Nina, bahkan mudah sekali pada
pandangan Rani. Pemikiran seperti ini mendiami hati Rani selama beberapa waktu, hingga
akhirnya suatu hari ia mengunjungi rumah temannya itu.

Sudah 2 hari Nina sakit dan tidak masuk sekolah, hingga akhirnya Rani dan beberapa orang
teman serta wali kelasnya memutuskan untuk mengunjunginya di rumah. Ini untuk pertama
kalinya Rani pergi ke rumah Nina, letaknya ternyata cukup jauh dan harus melewati gang-
gang yang sempit di ujung kampung. Sekitar 10 kilometer, Nina mengayuh sepedanya setiap
hari ke sekolah. Gurunya yang juga tinggal di wilayah tersebut tahu dan kenal dengan
orangtua Nina yang ternyata hanya seorang tukang sampah keliling di komplek tempat
tinggal gurunya tersebut. Nina masuk SMA yang sama dengan Rani atas rekomendasi sang
guru kepada pihak pemilik yayasan sehingga ia diberi kesempatan untuk ikut test dan
mendapatkan beasiswa. Bukan hanya karena sekedar kenal saja, namun karena Nina selalu
berprestasi sejak duduk di bangku SD.

Rani tiba di halaman sebuah rumah yang bersih dan rapi, lengkap dengan jejeran botol
minuman yang telah ditanami bunga berwarna-warni. Bangunannya begitu sederhana,
luasnya bahkan tidak lebih dari 6×5 meter saja. Nina duduk di depan sambil memegang buku
pelajarannya, sedikit kaget melihat kedatangan teman-teman dan wali kelasnya. Beberapa
tumpukan buku berjejer di samping dirinya, sepertinya semua buku bekas, barangkali yang
dikumpulkan oleh ayahnya ketika mengumpulkan sampah.

Rani hampir tidak percaya, ternyata temannya yang sakit itu sedang mempelajari buku
matematika mereka pada bab ke-16 dan itu bab yang terakhir di kelas satu. Sementara di
sekolah, mereka bahkan baru saja memasuki bab ke-7 minggu lalu. Nina sudah mempelajari
hampir semua isi buku matematika itu di rumah, lengkap dengan pembahasan soal-soalnya.
Rani malu pada dirinya sendiri dan juga sikapnya selama ini, sebab prestasi Nina ternyata
didapatkan dari kerja kerasnya yang tak pernah ditunjukkannya.

Ini hanyalah sebuah cerita fiktif, tapi dari cerita ini bisa kita ambil kesimpulan. Apa yang kita
lihat mudah terhadap orang lain belum tentu semudah yang kita bayangkan. Karena apapun
yang ingin kita raih perlu adanya sebuah usaha, sebuah kerja keras. dan ingatlah bahwa hidup
itu tak semudah yang kamu bayangkan.
Kisah Sukses Hugo Barra, Tinggalkan Zona Nyaman Untuk Sebuah Tantangan Besar

Kisah Sukses hugo barra, dia meninggalkan zona nyaman untuk sebuah tantangan besar.
Sungguh luar biasa lihat apa yang dia dapat sekarang.

Hidup tentu bukan sesuatu yang harus selalu berjalan dengan aman dan selalu sesuai dengan
harapan. Kita membutuhkan keberanian dan juga gairah dalam menjalani hidup ini, sebab
hal-hal seperti ini akan membantu kita menemukan jalan serta berbagai pengalaman baru
yang sangat berharga.

Ini sangat penting, bahkan meski kita telah berhasil dalam sebuah bidang, maka berpaculah
untuk keberhasilan yang baru di bidang lainnya.

Hugo Barra menjadi salah satu orang yang berani mengambil resiko yang besar dengan
meninggalkan zona nyaman, demi untuk menemukan berbagai pengalaman yang baru di
dalam hidupnya.

Tentu tidak semua orang memiliki keberanian seperti ini, di mana ia meninggalkan “rumah”
dan juga kenyamananya yang telah bisa menjamin masa depan dan juga kehidupannya di
masa yang akan datang.

Pria yang bergabung dengan Google untuk pertama kalinya di tahun 2008 ini, bukan hanya
sebagai seorang penggembira saja di sana.

Barra menjadi seseorang yang penting di Google, ia bahkan menduduki posisi yang cukup
penting di perusahaan besar tersebut, khususnya di divisi Android. Kecerdasannya membuat
karir Barra begitu cepat melejit, namanya begitu populer di kalangan petinggi Google.

Selang beberapa waktu kemudian, Barra mencapai puncak karirnya di Google dengan
menjabat sebagai vice president dan spokesperson divisi Android di Google.

Ini tentu sebuah pencapaian yang sangat besar, mengingat perusahaan ini juga dihuni oleh
orang-orang cerdas yang jumlahnya tidak sedikit.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, sebab pria kelahiran Brazil ini memutuskan
untuk hengkang dan menyeberang ke Asia, bergabung dengan sebuah perusahaan baru di
sana. Lalu, apakah ini bukan sebuah pertaruhan yang besar bagi karir pria yang tinggal dan
menetap di Amerika tersebut?
Tinggalkan Zona Nyaman Untuk Sebuah Tantangan Besar

Gairah kerja yang baru, bagitu kira-kira yang dicari oleh pria kelahiran 28 Oktober 1976 ini.
Sejumlah pihak pada awalnya cukup menyayangkan keputusannya untuk hengkang dari
Google ke negeri tirai bambu dan bergabung dengan perusahan Xiaomi di sana.

Tentu pandangan orang-orang sangat wajar, mengingat kepindahannya ke Xiaomi yang baru
dirintis 3 tahun sebelumnya adalah sebuah keputusan yang sangat mengejutkan. Namun Barra
begitu yakin dengan keputusannya dan juga kesuksesan yang akan diraihnya bersama
perusahaan baru tersebut.

Resmi bergabung di tahun 2013, Barra memiliki mimpi untuk bisa membawa Xiaomi
menjadi salah satu perusahaan terbesar di bisnis smartphone dunia.

Di perusahaan ini Hugo Barra menjabat sebagai wakil presiden, mendampingi Bin Lin yang
menjabat sebagai Co-founder dan sekaligus Presiden Xiaomi. Dalam kiprahnya, Barra
membawa Xiaomi ke kancah internasional yang lebih luas lagi, dengan harapan untuk bisa
mendapat pasar yang lebih terbuka lebar.

Pria ini mulai memperlebar sayap Xiaomi di Singapura pada awal 2014, disusul dengan
beberapa negara lainnya, sepert: India, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara
lainnya.

Sebagaimana harapannya di awal, parusahaan ini juga sempat menduduki peringkat teratas
untuk penjualan di pasar asia. Ini tentu sebuah pencapaian yang besar untuk sebuah
perusahaan baru, mengingat Xiaomi juga memiliki sejumlah saingan yang cukup berat di
bidang tersebut.

Kedatangan Barra ke Xiaomi adalah sebuah langkah yang tepat, sebab ia bisa membawa
perusahaan tersebut menduduki pasar yang lebih luas dari sebelumnya. Hal ini bahkan
ditandai dengan lahirnya sejumlah seri produk baru dari perusahaan tersebut.

Namun, keberhasilan ini tak lantas menjadi sebuah jalan bagi Barra untuk bisa menetap dan
berkarir di sana. Kali ini, apa alasan Barra untuk keluar dari perusahaan yang telah
dibesarkannya ini?

Kembali secara mengejutkan di 23 Januari 2017 lalu, Barra mengabarkan keinginannya untuk
segera mundur dan mengakhiri karirnya di Xiaomi. Bukan godaan dari perusahaan lainnya,
namun kepentingan pribadi menjadi alasan pengunduran dirinya kali ini.

Beberapa orang menilai kesuksesan adalah memiliki jabatan tinggi disebuah perusahaan
besar dan mendapatkan gaji yang besar. Tapi bagi sebagian orang, kesuksesan bukan sekedar
mendapatkan sebuah jabatan dan gaji yang besar. Tapi kesuksesan adalah kepuasan diri
ketika berhasil melakukan apa yang ingin mereka lakukan.

Kisah Dua Semut Penggali Semangat


Suatu hari, sekelompok semut tengah berjalan melewati hutan. Diantara jalan yang mereka
lewati, rupanya terdapat genangan air yang cukup besar yang ternyata menenggelamkan dua
diantara sekelompok semut tersebut. Mereka jatuh dan tidak tahu bagaimana cara berenang.
Mereka hanya berteriak dan berusaha sekuat mungkin untuk bisa menyentuh daratan.
Genangan air itu rupanya cukup besar, sehingga setiap kali dua semut nyaris berhasil,
gelombang air seakan membuat mereka kembali menjauh dari daratan yang dituju. Melihat
hal ini, sekelompok semut lainnya akhirnya berkata, “Hai, genangan air itu tidak akan bisa
membuatmu kembali. Usahamu hanya akan sia-sia. Kamu akan mati disana.”
Namun kedua semut itu mengabaikan komentar dari teman-teman sekelompoknya. Mereka
tidak mendengar ocehan tersebut dan hanya berusaha sekuat mungkin untuk mencoba dan
terus mencoba. Kemudian kelompok semut yang lainnya kembali berkata, “Sudah kukatakan,
usahamu itu tidak akan pernah membuahkan hasil. Kamu hanya akan tenggelam dan mati
disana.
”Semakin banyak anggota semut yang meminta mereka menghentikan usahanya, akhirnya
satu semut pun menyerah. Ia berpikir bahwa apa yang dikatakan kelompoknya adalah benar.
Untuk bisa kembali menyentuh daratan, sepertinya hanyalah mimpi yang sia-sia. Usahanya
yang sudah ia lakukan nyatanya tak membuahkan hasil juga. Ia menyerah dan akhirnya mati
disana.
Sedangkan semut yang lain masih berupayasekuat tenaga. Kelompoknya terheran-heran,
mengapa ia terus saja melakukan halkonyol seperti itu. “Hai, apa kau tidak dengar apa yang
kita katakan? Berhentilah, percuma. Kau tidak akan pernah berhasil!” Namun tak lama
kemudia, selembar daun gugur terjatuh tepat disampingnya. Tanpa berpikir panjang, semut
pun segera naik danakhirnya selamat sampai ke darat.
Saat ia tiba, semut lain bertanya, “Apa kau tidak dengar apa yang kita katakan tadi?” Lalu
semut itu pun menjelaskan bahwa sebenarnya ia tuli. Telinganya tidak cukup baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi yang tidak dekat jaraknya. Ia justru mengira bahwa
kelompok menyemangatinya sepanjang waktu.
Ada kekuatan dalam ucapan. Seorang yang berkata dengan segenap ketulusan hatinya akan
membuat mereka yang mendengar menjadi mampu untuk melewati berbagai hal sulit didalam
kehidupannya. Namun seorang yang berkata dengan segenap kebenciannya, sama dengan ia
telah membunuh dirinya sendiri.
Tanpa disadari, kebencian seringkali mendatangkan ketidakberuntungan kepada hati yang
memilikinya. Rasa benci menjauhkan dia dari kenikmatan tersenyum, tertawa, gembira dan
bersukacita. Bagaimana bisa dia memberikan semangat kepada orang lain, bila dia pun tidak
pernah bisa menyemangati dirinya?
Sebetulnya, dengan memberikan semangat dan motivasi kepada orang lain, sama halnya
dengan kita turut memotivasi diri sendiri. Jangan selalu mendengar anggapan buruk dari
orang lain terhadap apa yang kita lakukan. Anggapan buruk, hanya akan menjadi penghalang
dalam perjalanan kita mencapai tujuan.
Percayalah bahwa kerja keras pasti akan meninggalkan hasil yang berarti. Percayalahbahwa
kita akan bisa mencapainya dengan cara dan kerja keras yang kita lakukan sendiri.
Cerita Motivasi Kerja dari Semut dan Lalat
Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah
rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah.
Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung
menuju sebuahmeja makan yang penuh dengan makanan lezat.
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya.
Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk,
namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu
memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar
dia bergabung kembali dengan mereka.Si lalat pun terbang di sekitar kaca,
Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak
kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca
dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-
ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak
lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.
Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari
sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak
mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan
semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang
mereka.
Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa
dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?”. “Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang
mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah
berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan
keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan
malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku
masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu
adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia
melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya
berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada
lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi
mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.”
"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan
cara yang berbeda."
Dibalik Kisah Sukses Thomas Alva Edison

Thomas Alva Edison yang lahir 11 Februari 1847 dan meninggal 18 Oktober 1931
pada umur 84 tahun adalah penemu dan pengusaha yang mengembangkan banyak peralatan
penting, beliau merupakan ilmuan yang sangat berjasa dalam kehidupan manusia. Beliau juga
seorang ilmuan pertama yang menerapkan produksi secara massal pada penemuannya. Tomas
edison mulai bekerja pada usia yang sangat muda dan terus bekerja hingga akhir hayatnya.
Selama karirnya, Thomas Alfa Edison telah mempatentkan sekitar dari 1.093 hasil
penemuannya, termasuk bola lampu listrik dan gramophone, juga kamera film. Ketiga
penemuannya membangkitkan industri-industri besar bagi industri listrik, rekaman dan film
yang akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia.

Yang menarik dari kisah edison adalah pada masa kecilnya, edison kecil dianggap
sebagai seorang bocah yang bodoh oleh gurunya, bahkan gurunya pernah memberikan surat
kepada ibu edison yang isinya menyatakan bahwa edison adalah anak yang bodoh dan
meminta ibu edison untuk mengeluarkan atau menariknya dari sekolah. Karena hal
tersebutlah Edison hanya bersekolah di sekolah yang resmi selama tiga bulan, selanjutnya
semua pendidikannya diperoleh dari ibunya yang mengajar Edison di rumah, karena ibu
edison yakin bahwa edison kecil tidak bodoh, kemudian ibu edison bertekat untuk mengajari
edison berbagai hal. Ibu Edison mengajarkan Edison cara membaca, menulis, dan
matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, antara lain
buku-buku yang berasal dari penulis seperti Edward Gibbon, William Shakespeare dan
Charles Dickens.

Edison di usia 12 tahun, memperoleh penghasilan dengan cara bekerja menjual koran
dan surat kabar, buah apel, serta gula-gula di sebuah jalur kereta api. Di usia itu pula, Edison
hampir mengalami kehilangan seluruh pendengaran karena penyakit yang dideritanya,
penyakit itu membuatnya menjadi setengah tuli. Edison pernah menulis dalam diarinya:
“Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak saya berusia 12 tahun.”

Pada usia 15 tahun, Edison, sambil tetap berjualan, membeli sebuah mesin cetak kecil
bekas yang selanjutnya dipasang pada sebuah bagasi mobil. Kemudian dia mencetak
korannya sendiri, WEEKLY HERALD, yang di cetak, diedit dan dijualnya di tempat dia
berjualan.
Pada musim panas 1862, Edison menyelamatkan seorang anak berusia tiga tahun yang
hampir di tabrak oleh mobil. Ayah dari anak yang diselamatkan adalah kepala stasiun kereta
api di tempatnya berjualan. Dan sebagai rasa terima kasih, kepala stasiun tersebut mengajari
Edison cara menggunakan telegraph. Setelah 5 bulan mempelajari telegraph, Edison bekerja
sebagai ahli telegraph selama 4 tahun. Hampir semua gaji yang didapatnya dihabiskan
dengan membangun berbagai macam laboratorium dan peralatan listrik.

Edison sangat senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yang ada. Dari
semua yang dipelajarinya, Edison menerapkan pelajaran tersebut dengan cara bereksperimen
di laboratorium kecilnya. Edison tinggal di laboratoriumnya, hanya tidur 4 jam sehari, dan
makan dari makanan yang dibawa oleh asistennya ke laboratoriumnya. Edison melakukan
percobaan dan eksperimen terus menerus hingga penemuan-penemuannya menjadi sempurna.
Sebelum edison bisa menyalakan lampu pertamanya, ia melakukan 5.000 eksperimen yang
selalu berakhir dengan kegagalan. Walaupun gagal ribuan kali, namun cara berpikir yang
dimiliki oleh Thomas Alfa Edison sangatlah positif dan tahan banting, ini membawanya
kepada kreativitas tingkat tinggi. Thomas alfa edison merupakan seorang yang pantang
menyerah, bahkan jika dia ditanya berapa kali dia gagal sebelum memperoleh
keberhasilannya dalam menghidupakan lampu, mungkin dia akan menjawab “saya tidak
pernah gagal tetapi saya belajar tentang benda yang dapat digunakan untuk membuat lampu
dan benda yang tidak dapat digunakan untuk membuat lampu”.

Positif thinking, pantang menyerah, kreatif dan terus berusaha, itulah hal yang wajib
kita contoh dari sifat Thomas Alva Edison untuk meraih kesuksesan.

“Selalu ada 1001 alasan untuk menyerah, namun orang yg berhasil adalah orang yg tidak
memutuskan untuk menyerah. Dia selalu bisa menemukan sebuah alasan untuk tidak
menyerah…”

_Thomas Alva Edison_


Kiat Tukang Becak Yang Jadi Pengusaha Jutawan
Tidak ada yang ingin terlahir menjadi miskin. Namun banyak juga orang yang
dulunya miskinamun mampu mengubah nasib hingga menjadi jutawan. Kisah Pak Samin si
Tukang Becak misalnya. Pria yang dulunya adalah seorang tukang becak ini sekarang
menjadi jutawan. Bagaimana kisahnya? Yuk simak kiat bagaimana pak samin mengubah
nasibnya berikut ini : Bertahun-tahun lamanya Sanim menggantungkan nasib pada sebuah
becak yang dimilikinya. Kini nasibnya berubah, ia menjadi jutawan dengan dua pabrik, tiga
rumah, 10 mobil, dan dua kali haji dari usahanya itu.
Sanim (60) merupakan seorang pengusaha asal Desa Rawa Urip, Kecamatan
Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ia menjadi salah satu contoh warga yang berhasil
keluar dari garis kemiskinan. Dua usaha yang ia jalani saat ini ialah pabrik pembuatan garam
dan pupuk organik. Namun, nama Sanim lebih dikenal sebagai pengusaha garam ketimbang
pengusaha pupuk organik. Sekarang Sanim punya 10 mobil, tiga di antaranya mobil pribadi
tipe Daihatsu Taruna, Honda Jazz, dan mobil pertama ketika dia beli tahun 1997, yaitu
Daihatsu Espass, bangga sekali saya saat itu. Sisanya mobil angkut produksi, seperti Fuso.
Adapun beberapa jenis garam yang diproduksi, ialah jenis garam grosok (garam non-yodium
masih berbentuk butiran besar dan kasar, biasanya dipakai untuk budidaya dan pengawetan
ikan), garam dapur (konsumsi), dan garam industri untuk pabrik tekstil. Sementara jenis
pupuknya, yakni organik tipe KCL (Kalium clorida), fungsinya meningkatkan unsur hara
Kalium di dalam tanah budidaya. Kemampuan produksi kedua pabriknya, Samin mengaku,
dalam setahun mampu memproduksi masing-masing 2.000 ton baik garam maupun pupuk
organik dengan penghasilan bersih minimal mencapai Rp 400 juta per tahun.
Sanim menceritakan, pada awalnya ketika masih sebagai tukang becak, ia sering
mangkal di perapatan Jalan Cirebon. Di tempatnya mangkal, berdiri sebuah pabrik garam
yang cukup besar. Sanim pun tertarik untuk melamar kerja di pabrik tersebut, dengan harapan
nasibnya bisa lebih baik. Beruntung, Ia diterima bekerja di situ. Setelah dua bulan bekerja,
Sanim pun berpikir, di daerahnya kan punya potensi garam, lalu kenapa dia tidak bisa
membuat garam sendiri. Akhirnya, Sanim berhenti kerja dari pabrik garam tersebut. Di
situlah Ia mulai berpikir, usaha garam ternyata mampu mengeruk keuntungan yang lebih
besar dari buruh pabrik apalagi tukang becak. Baginya, garam bukan hanya sebagai bumbu
penyedap makanan, melainkan juga dibutuhkan untuk keperluan industri, pertanian, dan
perikanan. Ternyata, tidak sia-sia pernah bekerja di pabrik garam. Jadi bisa dikatakan cuma
nimba ilmu di pabrik tersebut. Ilmu yang diperolehnya, ialah cara membuat garam krosok.
Samin pun menggarap empang peninggalan orang tuanya yang berada di belakang rumah
Sanim untuk mencoba membuat garam. Lama-lama usahanya berkembang, sampai yang
awalnya usaha di halaman belakang rumah, lalu berkembang dan bisa membeli tanah untuk
tempat produksi yang lebih luas lagi, dan Sanim pun mampu mengantarkan keempat anaknya
meraih gelar sarjana. Petani garam umumnya memanfatkan empang atau kolam di dekat
pantai. Caranya, dengan mengumpulkan air laut ke dalam empang. Lalu, dengan bantuan
sinar matahari, air laut yang terkumpul tersebut akan menguap dan menghasilkan kristal-
kristal bersenyawa Natrium klorida (NaCl). Kristal NaCL itu dikumpulkan oleh petani, lalu
dibersihkan berulang kali dari kotoran yang melekat hingga menjadi butiran halus dan kecil
namun non-yodium.

Itu dulu, kini selain memproduksi sendiri garam krosok, Ia juga membelinya dari petani
garam di sekitar Cirebon. Dengan kisaran harga beli sekitar Rp 400 per kilo gram. Harga
belinya murah disebabkan garam yang diterima masih sangat kotor dan berwarna hitam.
Kemudian Ia cuci kembali dengan alat seadanya. Akhirnya, Ia memutuskan untuk membeli
alat pencuci khusus garam krosok seharga Rp 20 jutaan. Lebih efisien dan garam krosok bisa
dibersihkan dengan cepat. Ia pun menjual garam itu ke industri, pertanian, dan perikanan. Di
beberapa iklan promosi yang beredar di internet, harga jual garam krosok bersih bisa
mencapai Rp 810. Peralatan produksi garamnya pun masih menggunakan mesin tradisional.
Menurutnya, ini warisan budaya setempat. Lagi pula. Ia menganggap, mesin tradisional lebih
tahan lama dan tidak menimbulkan bising ketimbang mesin modern berbahan besi. Mesin
tradisional ini lah yang digunakan sanim, mengolah garam krosoknya menjadi garam
beryodium dan bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
Lambat laun, Sanim pun mulai berpikir untuk mengembangkan usaha lebih besar lagi
dari yang Ia jalani sekarang. Pada 2010, ia memutuskan, menggunakan fasilitas Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang disediakan perbankan BUMD Jawa Barat, yakni Bank BJB (Bank Jabar
Banten). Sebelumnya, Ia hanya memanfaatkan jasa bilyet giro Bank BJB untuk bertransaksi
dengan pembeli luar kota. "Kita pernah mengajukan utang pinjaman ke Bank BCA, tapi
waktu itu ditolak. Setelah itu akhirnya kita ke bank BJB. setelah diproses dan melihat prospek
perkembangan usaha kita, akhirnya kita dapat dana," katanya bercerita saat kesulitan
memperoleh dana usaha. Untuk menghasilkan 2.000 ton garam, paling tidak Sanim harus
mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp 1 miliar. Untuk itu, Ia sangat membutuhkan
suntikan dana bank untuk memperlancar arus produksinya. Ia mengaku, tidak pernah
mengalami kredit macet selama meminjam ke bank. Bank BJB memberikan akses
kemudahan bagi para pengusaha mikro melalui jalur KUR. Salah satu langkah BJB, ialah
meluncurkan suatu program bernama 'Warung BJB'. Warung tersebut semacam bank keliling
khusus untuk menyalurkan pembiayaan usaha mikro. Kini, 430 Warung BJB tersebar di
pasar-pasar tradional di beberapa wilayah Jawa Barat dan Banten. Khusus kredit (KUR)
masih fokus di Jawa barat dan Banten. Ini karena untuk menyalurkan kredit, pihak Bank
harus tahu dulu customernya. Biasanya, pengusaha mikro yang datang ke BJB untuk
mengajukan KUR, didiskusikan terlebih dahulu, bank pun bisa langsung mencairkan
dananya. Asalkan pengusaha punya tempat usaha tetap. Bank BJB memberi dana mulai
paling kecil yankni Rp 2 juta hingga yang paling besar sampai Rp 50 juta. Begitu tumbuh,
lalu akan dinaikan kembali levelnya sampai RP 100 juta. lalu begitu tumbuh lagi, dinaikan
kembali level pinjamannya. Rhenald Kasali Tentang Sanim Guru Besar FEUI sekaligus
penggiat Rumah Perubahan kewirausahaan Rhenald Kasali mengatakan, banyak sekali orang
yang menjadi tukang becak selama 20 tahun dan bahkan hingga akhir hayatnya. "Tapi Pak
Sanim berubah, justru Pak Sanim melihat dirinya ada potensi. Dan sekarang Pak Salim
menjadi pengusaha besar di bidang garam. Ketika sebagian besar orang justru ingin impor
garam. Pak Sanim berkutat untuk menyelamatkan garam Indonesia. Rhenald menyebut
Sanim dan pengusaha mikro sejenis adalah para "Pengusaha kracking". Para pengusaha yang
awalnya bukan dari kalangan keluarga pengusaha, namun mereka nekat keluar dari
kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada umumnya.
Kisah Hidup Merry Riana
Melihat segala pencapaian Merry Riana, tidak mengherankan bahwa banyak orang yang
menganggapnya sebagai seorang super-woman. Dengan kombinasi kecantikan dan
kecerdasan, Merry telah berhasil meraih banyak pencapaian bahkan sebelum dia berumur 30
tahun. Seseorang yang sangat dihormati dan dikagumi di industri keuangan, Merry mencapai
penghasilan satu juta dolar di usia 26 tahun, dan diliput oleh berbagai media massa, bukan
hanya di Indonesia, tapi juga di Singapura, Malaysia, dan Vietnam.
Tetapi, sukses tidak datang dengan mudah untuk Merry. Lahir di Jakarta, dia terpaksa
merantau ke Singapura tahun 1998, untuk melanjutkan pendidikannya di Nanyang
Technological University (NTU), dan untuk mengungsi dari Indonesia yang sedang dilanda
krisis moneter dan kerusuhan pada saat itu.
Merry hanya berbekal seadanya, dengan sejumlah uang yang sangat terbatas, pada saat dia
pertama kalinya sampai di Singapura. Untuk memenuhi biaya hidup dan kuliahnya, Merry
terpaksa harus berutang pada pemerintah Singapura. Tetapi, ternyata itu pun tidak cukup, dan
Merry harus berjuang melalui masa-masa kuliahnya dengan keadaan ekonomi yang sangat
memprihatinkan.
Untuk menghemat, Merry menjalani hari-harinya dengan standard kehidupan yang sangat
sederhana. Merry harus membiasakan dirinya untuk makan hanya roti tawar, mi instan, dan
terkadang bahkan terpaksa untuk tidak makan, karena keadaan keuangan yang tidak
mendukung.
Di tengah-tengah perjuangannya untuk kuliah di NTU, yang terkenal dengan standard
pendidikan dan disiplinnya yang sangat tinggi, Merry masih harus bekerja part-time sebagai
seorang pembagi brosur di jalan, staf di toko bunga, dan pelayan restoran di hotel.
Ketika lulus, Merry sadar bahwa utangnya pada pemerintah Singapura sudah mencapai 40
ribu dolar, atau sekitar 300 juta rupiah. Bertujuan membayar utang-utangnya dan mencapai
mimpinya untuk meraih kebebasan finansial, Merry mengambil sebuah keputusan ekstrem
untuk menjadi seorang entrepreneur.
Merry tidak memiliki modal, koneksi, dan keahlian apapun. Namun dengan attitude yang
positif, ketekunan, dan kerja keras yang luar biasa, Merry akhirnya berhasil membayar lunas
semua utangnya dalam waktu 6 bulan dan mencapai kebebasan finansial 4 tahun setelah
kelulusannya.
Saat ini, Merry dikenal sebagai seorang pengusaha miliarder, penulis buku terlaris, dan
motivator wanita no.1 di Indonesia dan Asia.
Alasan utama Merry memutuskan untuk fokus ke dunia inspirasi dan motivasi ini adalah
karena hasratnya membantu orang lain dalam mencapai keberhasilan mereka. Tujuan Merry
adalah membangkitkan generasi baru yang sukses, yang bertanggung jawab atas kehidupan
mereka, hidup sesuai dengan impian mereka, dan pada akhirnya, memberikan kontribusi
kembali ke masyarakat. Merry percaya bahwa efek eksponensial dengan adanya orang-orang
sukses yang berbagi pengetahuan dan kekayaan akan dapat mengubah secara positif masa
depan negara kita tercinta, Indonesia.
http://merryriana.com/personal/kisah-hidup-merry-riana/
Filosofi Pohon Bambu

Tahukah anda bahwa pohon bambu tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 5
tahun pertama.

Walaupun setiap hari disiram & dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh centimeter saja.

Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat dahsyat & ukuran nya
tidak lagi dalam hitungan centimeter melainkan meter.

Lantas sebetulnya apa yang terjadi pada sebuah pohon bambu ???

Ternyata selama 5 tahun pertama, ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar (BUKAN)
pada batang, yang mana daripada itu, pohon bambu sedang mempersiapkan pondasi yang
sangat kuat, agar ia bisa menopang ketinggian nya yang berpuluh puluh meter kelak
dikemudian hari.

MORAL OF THE STORY

Jika kita mengalami suatu hambatan & kegagalan, bukan berarti kita tidak mengalami
perkembangan, melainkan justru kita sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa
didalam diri kita.

Ketika kita lelah & hampir menyerah dalam menghadapi kerasnya kehidupan, jangan pernah
terbersit pupus harapan.

Ada pameo yang mengatakan “the hardest part of a rocket to reach orbit is to get through the
earth’s gravity” (“bagian terberat agar sebuah roket mencapai orbit adalah saat melalui
gravitasi bumi”).

Jika kita perhatikan, bagian peralatan pendukung terbesar yang dibawa oleh sebuah roket
adalah jet pendorong untuk melewati atmosphere & gravitasi bumi.

Setelah roket melewati atmosphere, jet pendorong akan dilepas & roket akan terbang dengan
bahan bakar minimum pada ruang angkasa tanpa bobot, melayang ringan, & tanpa usaha
keras.

Demikian pula dengan manusia, bagian TERBERAT dari sebuah KESUKSESAN adalah
disaat awal seseorang MEMULAI USAHA dari sebuah perjuangan, karena segala sesuatu
terasa begitu BERAT & PENUH TEKANAN.

Namun bila ia dapat melewati batas tertentu, sesungguhnya seseorang dapat merasakan
segala kemudahan & kebebasan dari tekanan & beban.

Namun sayangnya, banyak orang yang MENYERAH disaat tekanan & beban dirasakan
terlalu berat, bagai sebuah roket yang gagal menembus atmosphere.
Buya Hamka berkata “kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup & kalau kerja
sekedar kerja, kera juga bekerja”.

Ketika pohon bambu ditiup angin kencang, ia akan merunduk, tetapi setelah angin berlalu,
dia akan tegak kembali, laksana perjalanan hidup seorang manusia yang tak pernah lepas dari
cobaan & rintangan.

Maka jadilah seperti pohon bambu !!!

Fleksibilitas pohon bambu mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati
dalam menjalani hidup, walaupun badai & topan menerpa.

Tidak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tidak ada alasan untuk terpendam dalam
keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari
kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

Pastikan dalam hari hari kedepan, hidup kita akan *MENJULANG TINGGI & menjadi
PEMBAWA BERKAT* bagi sesama, seperti halnya pohon bambu

https://iphincow.com/2016/08/29/filosofi-pohon-bambu/

Belajar Cinta Dari Cicak

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di
Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika
tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu
karena kakinya melekat pada sebuah surat.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat
tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama
10 tahun? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah
sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa
berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu! Bagaimana dia makan?

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu. Apa yang dilakukan
dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu dari mana datangnya,
seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya..aahhh!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu
memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta, cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil
seperti dua ekor cicak itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan
pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki
karunia yang begitu menganggumkan.

Sandal Kulit Sang Raja

Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan
untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena
terantuk batu. Ia berpikir, “Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus
memperbaikinya.”

Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh
jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana
melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.

Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap
Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, “Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat
sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang
Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja.”
Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “Sandal“.

Renungan:
Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang
nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri
kita sendiri,bukan dengan jalan mengubah dunia itu atau bahkan malah menyesali takdir yg
telah terjadi dalam kehidupannya.

Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang
hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang
pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab, seringkali
dalam pandangan kita, dunia, adalah bayangan diri kita sendiri.

Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita
pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan
sakit, atau, melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-
jalan itu?

Anda mungkin juga menyukai