Anda di halaman 1dari 62

Kisah Jerapah yang Sombong

Di suatu padang rumput ada seekor jerapah yang baru beranjak dewasa. Namanya
Edo. Dia sangat tinggi, jangkung, bahkan di antara teman-temannya, Edo lah yang
paling tinggi. Karena lehernya yang paling panjang itu membuatnya menjadi anak
yang sombong. Sering dia mengajak teman-teman jerapahnya untuk lomba makan
daun-daun di pohon yang dahannya sangat tinggi. Dan sudah dapat ditebak, Edo lah
si pemenang perlombaan itu. Berkali-kali dia memenangkan perlombaan makan daun
dari puncak pohon, membuat Edo semakin besar kepala saja. Dia merasa anak yang
paling hebat di kawasan padang rumput itu. Sampai – sampai dia tidak menghormati
para sesepuh jerapahnya. Dia sering mengejek para jerapah-jerapah tua itu dengan
sebutan “leher bengkok”, karena memang mereka sudah beranjak tua. Sedangkan si
Edo masih muda, secara fisik dia masih kuat, leher masih tegak, jenjang dan tinggi.
Pernah satu hari Edo dimintai tolong oleh seorang sesepuh jerapahnya; “Nak, tolong
ambilkan nenek daun yang segar di ranting ujung pohon itu yaa.. nenek ingiiiiiiiiiin
sekali makan daun-daun yang masih muda, hijau, lunak dan segar itu, tapi nenek
tidak bisa menjangkau sampai ke ujung pohon itu, Tolong ya, nak Edo..” Lalu dengan
sombongnya Edo menjawab nenek jerapah itu, “Aduh, nenek jerapah bagaimana sih,
sudah tua jangan bawel deh, udah lah makan daun yang bisa nenek jerapah jangkau
sendiri saja lah!!! Salah sendiri nggak bisa ambil daun di pucuk pohon!!”. Lalu nenek
jerapah itu pun pergi dengan kecewa, melihat kelakuan Edo, si jerapah jangkung yang
sombong.

Tidak hanya nenek jerapah itu saja yang ditolak permintaan tolongnya. Pernah juga
ada seekor anak burung yang terjatuh, saat si burung kecil itu sedang belajar
terbang. Burung kecil itu tersangkut di dahan pohon paling ujung. Edo pun dengan
sombong menolak permintaan teman-temannya untuk menolong si burung kecil itu.
Jawaban Edo pada saat itu, “Ahhh.. dasar anak burung bodoh, punya sayap kok
nggak bisa terbang, malah jatuh. Siapa suruh terbang kalau ngga bisa terbang.” Lalu
Edo meninggalkan begitu saja, dan akhirnya teman-teman Edo yang berusaha
menolong burung kecil itu.

Sampai pada suatu hari, si Edo saat berjalan- jalan sendiri di padang rumput, dia
sedang asik melenggang bak anak yang sombong. Lehernya tegak lurus ke atas,
dengan kepala terangkat. Lalu berhenti di suatu gundukan. Edo tidak sadar, bahwa
yang dia injak gundukan itu adalah seekor kura-kura. Seekor kakek kura-kura yang
sudah berumur setengah abad. Lalu, si kakek kura-kura berusaha keras mengangkat
tubuhnya dan berjalan maju selangkah, bermaksud agar Edo merasa jika di bawah
kakinya berdiri menginjak seekor kura-kura. Lalu Edo sedikit tersandung. “Aduhhh!!”.
Edo malah tidak bereaksi untuk minta maaf bahwa dia telah menginjak tempurung
kakek kura-kura itu. Sebaliknya, dia malah marah-marah. “Dasar kura-kura peyot, aku
jadi mau terjatuh nih.” Tidak puas dengan cukup berkata-kata, Edo pun langsung
menendang tempurung kakek kura-kura, yang akhirnya kakek kura-kura terlempar
beberapa jengkal.

Lalu kakek kura-kura hanya ringan menasihati Edo, “Anak muda, janganlah kamu
sombong. Kamu masih muda, tubuhmu masih kuat, sebaiknya sayangilah sesama
makhluk hidup ciptaanNya. Suatu hari nanti, kamu juga akan menjadi tua, pasti akan
banyak yang lebih hebat dan kuat darimu.” Lalu Edo cuek begitu saja sambil tidak
memperdulikan nasihat kakek kura-kura. Tidak lama kemudian, awan mendung
datang. Mendung yang begitu tebal, langit yang sebelumnya biru cerah menjadi abu-
abu kelabu. Di padang rumput itu masih tertinggal Edo dan si kakek kura-kura yang
berjalan sangat lambat menuju ke tepi di bawah pepohonan. Seakan masih ingin
memperlihatkan kesombongan dan kekuatannya, Edo malah tidak bergegas pergi
meninggalkan padang rumput yang hendak diguyur hujan. Dia hanya ingin
menunjukkan kehebatannya ke kakek kura-kura, bahwa dia tinggi gagah di tengah
padang rumput yang luas, dengan melenggang santai dan sombong, sambil dirinya
membandingkan si kura-kura yang pendek dan lambat berjalan.

Lalu hujan sangat deras seketika itu datang mengguyur. Dan tiba-tiba petir yang
sangat hebat menyambar, “DUARRRRRRRRRRR.” Akhirnya, Edo si jerapah jangkung
itu ambruk, terjatuh ke tanah. Saat itu, kepala kakek kura-kura aman di dalam
tempurungnya, tidak kehujanan dan juga terhindar dari petir yang dahsyat
menyambar padang rumput. Tidak diam begitu saja, si kakek kura-kura dengan
langkah pelan tapi pasti, dia mendekati ke Edo, dan memberikan perhatiannya. “Kamu
tidak apa-apa, anak muda? Bangunlah, kenapa malah terdiam bengong tetap
bersungkur di tanah?”. Lalu Edo menjawab, “kakek kura-kura,…aku takutttt..
huwaaaaaaaaaaaa…” sambil merengek bak anak kecil yang lemah. “Maafkan aku ya,
kakek kura-kura, sudah menginjak tubuhmu dengan sombongnya. Walaupun kakek
kura-kura sudah tua, tapi tetap kuat, tempurungmu mampu menopang berat
badanku ini. Maafkan aku kakek kura-kura, karena sudah menendangmu, sampai
terlempar beberapa langkah. Aku berjanji tidak akan menjadi anak yang sombong
lagi, menolong sesama makhluk ciptaanNya.”

Dan sejak saat itu, si Edo tidak lagi menjadi jerapah yang sombong, namun berubah
menjadi si jerapah yang baik hati dan suka menolong teman-temannya.
Dongeng Binatang : Si Kancil Kena Batunya !
------------

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu


juga dengan Si Kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan di hutan
sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata, "Siapa yang tak kenal
Kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku".
Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air
yang begitu jernih membuat Kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya,
Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat
aku perdaya".

Si Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor Siput yang
sedang duduk di bongkahan batu yang besar. Si Siput berkata, "Hei Kancil, kau asyik
sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira?". Kancil mencari-cari
sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak Si Siput. "Rupanya sudah lama kau
memperhatikanku ya?". Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!. "Kamu memang
kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar Si Kancil. Siput
terkejut mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel.
Lalu Siputpun berkata, "Hai Kancil!, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu
aku menantangmu lomba adu cepat". Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan
minggu depan.

Setelah Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan Setelah Si Kancil pergi, Siput
segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-
temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada di jalur lomba.
"Jangan lupa, kalian
bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika Si
Kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan Si Kancil," kata Siput.
Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan
sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk
berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai.
Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang Siput segera menyelam ke dalam
air. Setelah beberapa langkah, Kancil memanggil Siput.

Tiba-tiba Siput muncul di depan Kancil sambil berseru, "Hai Kancil! Aku sudah sampai
sini." Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia
memanggil Si
Siput lagi. Ternyata Siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya Si Kancil berlari,
tetapi tiap ia panggil Si Siput, ia selalu muncul di depan Kancil. Keringatnya
bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish,
ia memanggil Siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput sudah tertinggal
jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan. Si Kancil berhenti berlari, ia berjalan
santai sambil beristirahat.

Dengan senyum sinis Kancil berkata, "Kancil memang tiada duanya." Kancil
dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah duduk di atas batu besar.
"Oh kasihan sekali kau Kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari?". Ejek Siput.
"Tidak mungkin!", "Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai,
padahal aku berlari sangat kencang", seru Si Kancil. "Sudahlah akui saja
kekalahanmu," ujar Siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau aku dikalahkan
oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui
kekalahannya. "Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya
ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu
dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina
dan menyepelekan mereka", ujar Siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai.
Tinggallah Si Kancil denganrasa menyesal dan malu.

Hikmah :
Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita

memang cerdas dan pandai.

- See more at: http://dunianyaanakkita.blogspot.com/2010/04/si-kancil-kena-

batunya.html#sthash.TGzrsQzU.dpuf
Semut dan Belalang

Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras
sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-
butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor
belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon
dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan
menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja
yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang;
"Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah
berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu
tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!"
Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan
mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.

Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.


Monyet dan Unta Peniru

Pada suatu perayaan besar untuk menghormati sang Singa si Raja Hutan, seekor
monyet diminta untuk menari di depan hewan yang hadir pada perayaan itu. Tarian
sang Monyet begitu indahnya sehingga semua hewan yang hadir menjadi senang
dan gembira melihatnya.

Pujian yang didapatkan oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir menjadi
iri hati. Dia sangat yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang monyet, bahkan
mungkin lebih baik lagi, karena itu dia maju ke depan menerobos kerumunan hewan
yang menonton tarian monyet, dan sang Unta mengangkat kaki depannya, mulai
menari. Tapi unta yang sangat besar itu membuat dirinya kelihatan konyol saat
menendang-nendangkan kakinya ke depan dan memutar-mutarkan lehernya yang
kaku dan panjang. Selain itu, sang unta sulit untuk menjaga agar tapak kakinya yang
besar tetap terangkat ke atas.

Akhirnya, salah satu tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung sang Raja
Hutan sehingga hewan-hewan yang jengkel melihat tingkah sang Unta, mengusirnya
keluar sampai ke padang gurun.

Jangan terlalu memaksa untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu
lakukan
Banteng Yang Berkelahi dan Katak di Rawa-rawa

Dua ekor banteng berkelahi dengan sengitnya di dekat suatu rawa-rawa. Katak tua
yang hidup di rawa-rawa menjadi gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit
itu.

"Apa yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.

"Tidakkah kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa banteng yang kalah akan
terdorong menuju ke rawa-rawa di sini, dan kita semua akan terinjak sampai masuk
ke dalam lumpur?"

Benar apa kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama kemudian, banteng yang kalah
terdorong sampai ke rawa-rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa
sengaja menginjak beberapa katak di rawa-rawa tersebut hingga tewas.

Saat sesuatu yang besar berkelahi dan terjatuh, yang kecil turut mengalami
penderitaan.
Singa dan Lebah Pengganggu

"Pergilah dari sini, serangga pengganggu!" kata seekor Singa dengan marah pada
seekor Lebah yang terbang berputar-putar di sekeliling kepalanya. Tetapi Lebah itu
tidak memperdulikan kemarahan sang Singa.

"Apakah kamu pikir saya takut kepada kamu yang disebut sebagai Raja Hutan?" kata
sang Lebah dengan mencemoh.

Sang Lebah lalu terbang mendekat ke Singa lalu menyengatnya di hidung. Singa yang
marah lalu mencakar dengan keras ke arah sang Lebah tetapi Lebah yang kecil
tersebut tidak dapat dilukai oleh sang Singa. Sang Lebah lalu menyengatnya
berulang-ulang sehingga sang Singa mengaum keras dengan marah. Akhirnya sang
Singa yang sekarang penuh dengan luka-luka kecil bekas sengatan merasa capai,
menghentikan perkelahian dan menyerah kalah.

Sang Lebah lalu terbang menjauh untuk memberitakan kemenangannya ke seluruh


dunia, tetapi sialnya, dia terbang menuju ke sebuah jaringan laba-laba dan
terperangkap disana. Akhirnya, sang Lebah yang telah berhasil mengalahkan singa si
Raja Hutan, nasibnya berakhir menjadi mangsa dari laba-laba kecil.

Musuh yang kelihatan kecil kadang merupakan musuh yang paling ditakuti.

Rasa bangga terhadap sesuatu keberhasilan seharusnya tidak membuat kita menjadi
lemah.
Ular Berbisa dan Burung Elang

Seekor ular berbisa, berhasil mengejutkan dan melilitkan dirinya pada seekor burung
elang yang hinggap di pohon. Sang Elang yang tidak bisa mematuk dengan paruhnya
ataupun mencakar sang Ular dengan cakarnya, naik terbang tinggi ke angkasa dan
berusaha melepaskan lilitan ular tersebut. Tetapi sang Ular melilitnya makin kencang
dan perlahan-lahan, sang Elang yang tercekik, kembali terbang turun ke permukaan
tanah.

Satu orang desa yang melihat pertarungan ini, menaruh belas kasihan kepada sang
Elang, dan dengan cepat ia menolong sang Elang, melepaskan lilitan ular hingga sang
Elang dapat terbebas.

Ular berbisa yang tadinya melilit sang Elang menjadi sangat marah, dan karena sang
Ular tidak memiliki kesempatan mematuk orang itu, sang Ular mematuk tempat air
minum yang berada di pinggang warga desa tersebut, sambil mengeluarkan bisa dari
taringnya yang tajam kedalam tempat air minum.

Orang desa yang tidak menyadari perbuatan sang Ular, melanjutkan perjalanannya
untuk pulang ke rumah. Saat dia merasa kehausan di perjalanan, orang desa tersebut
singgah pada sebuah sumber mata air yang ditemuinya dan mengisi tempat air
minumnya dengan air. Saat itulah kepakan sayap yang besar terdengar turun
menyambar, dan sang Elang yang tadi diselamatkan oleh orang desa ini, mengambil
tempat air minum penyelamatnya, lalu membawa tempat air itu terbang jauh untuk
disembunyikan di tempat yang tidak akan pernah ditemukan orang.

Perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik.


Tujuh Burung Gagak
Brothers Grimm

Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki
tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring
dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan.
Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat
kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar
mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya
yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah
dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya
untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut
untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk
mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik
perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha untuk
mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur.
Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa
untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang
kerumahnya.

Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata,


"Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak
perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-
lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia
mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat
tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat
menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana
membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya,
sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak
perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut
tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki
karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak
sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut
memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan
nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan
bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya
menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis
menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-
diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya,
sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.

Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari,
tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu
dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar
muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu
harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat
dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.

Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-


hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika
dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci
gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh
saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari
kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian
terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya
dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh
saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata,
"Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan
kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan
siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah
menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit
makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil
yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya
yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu
berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai
makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari
piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?"
kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah
cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut,
burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang
tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang
Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju
kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia.
Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.
Pangeran Kodok
Brothers Grimm

Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat
terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan
putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat
kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar. Di dekat istana
tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah
sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah
sumur; dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut
untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan
membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas,
melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali, hal ini menjadi hiburan putri
raja untuk melewatkan waktu.

Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu
tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling
masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya bisa memandangi bola
tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu dalamnya hingga dasar sumur
tidak kelihatan lagi. Putri raja tersebut mulai menangis, dan terus menangis seolah-
olah tidak ada hyang bisa menghiburnya lagi. Di tengah-tengah tangisannya dia
mendengarkan satu suara yang berkata kepadanya,

"Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air matamu dapat melelehkan
hati yang terbuat dari batu."
Dan ketika putri raja tersebut melihat darimana sumber suara tersebut berasal, tidak
ada seseorangpun yang kelihatan, hanya seekor kodok yang menjulurkan kepala
besarnya yang jelek keluar dari air.

"Oh, kamukah yang berbicara?" kata sang putri; "Saya menangis karena bola emas
saya tergelincir dan jatuh kedalam sumur."

"Jangan kuatir, jangan menangis," jawab sang kodok, "Saya bisa menolong kamu;
tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola
emas tersebut?"

"Apapun yang kamu inginkan," katanya; "pakaian, mutiara dan perhiasan manapun
yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini."

"Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya," jawab
sang kodok; "Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman
bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan
minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu, - jika kamu berjanji akan melakukan
semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas
tersebut untuk kamu."

"Ya tentu," jawab sang putri raja; "Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu
minta jika kamu mau mengambilkan bola emas ku."

Tetapi putri raja tersebut berpikir, "Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok
ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain berkoak-
koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping seseorang."

Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik
kepalanya masuk kembali ke dalam ari dan mulai menyelam turu, setelah beberapa
saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas pada mulutnya dan
melemparkannya ke atas rumput.

Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya
dengan cepat dan lari menjauh.
"Berhenti, berhenti!" teriak sang kodok; "bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari
secepat kamu!"

Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan
mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian
dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.

Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama
Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang
meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan
sebuah suara yang berkata "Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!"

Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut,
ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia menutup pintu tersebut
kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan
gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut berkata,

"Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap
untuk membawa kamu pergi?"

"Oh.. tidak," jawabnya; "tidak ada raksasa, hanya kodok jelek."

"Dan apa yang kodok itu minta?" tanya sang Raja.

"Oh papa," jawabnya, "ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain
dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya
menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk
mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya
menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan
mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku."

Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan
berkata,

"Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!, Apa yang pernah kamu janjikan
kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!"
"Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi," kata sang Raja; "sekarang
biarkanlah dia masuk."

Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus
hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan
memohon, "Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu."

Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja
memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta
agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,

"Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan
bersama."

Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua
dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.

"Saya merasa cukup sekarang," kata sang kodok pada akhirnya, "dan saya merasa
sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu."

Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin
tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah
berkata kepada putrinya,

"Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi."

Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke


kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai
berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, "Saya sekarang lelah dan
ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan
melaporkannya kepada ayahmu."

Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut keatas dan
melemparkannya ke dinding sambil menangis,

"Diamlah kamu kodok jelek!"


Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi
seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut
menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah
membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan
kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan untuk bersama-sama
memerintah di kerajaannya.

Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat itu datanglah sebuah
kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan
setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan sang Pangeran ke kerajaannya
sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang Pangeran
mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang
Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, "Henry, roda kereta mungkin
patah!", tetapi Henry menjawab, "Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang
mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini".

Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang
Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang
dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena
hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.

Anjing yang Nakal


Aesop
Ada seekor anjing yang sangat nakal dan jahat sehingga majikannya mengikatkan
sebuah balok yang cukup berat di lehernya agar orang mengetahui kehadiran anjing
tersebut dan bisa menghindari anjing itu.

Tetapi sang Anjing yang nakal itu sangat bangga akan kalung dan balok kayu itu, dia
bahkan berlari-larian sambil menyeret-nyeret balok kayu tersebut dengan ributnya
untuk menarik perhatian orang lain. Tetapi tak ada satupun orang yang senang
melihat anjing itu.

Seekor anjing lain yang melihatnya kemudian berkata "Kamu seharusnya lebih
bijaksana dan berdiam diri di rumah agar orang tidak melihat balok yang dikalungkan
di lehermu. Apakah kamu senang bahwa semua orang tahu betapa nakal dan
jahatnya kamu?"

Terkenal karena kebaikan, sangatlah berbeda dengan terkenal karena kejahatan.


Tiga Ekor Beruang
Joseph Jacobs

Suatu masa, ada tiga ekor beruang yang tinggal bersama di sebuah rumah yang
mereka bangun sendiri di dalam hutan. Satu beruang berukuran kecil, satu beruang
berukuran sedang, dan satunya lagi berukuran besar. Mereka memiliki setiap
mangkuk untuk bubur mereka, sebuah mangkuk kecil untuk beruang kecil, mangkuk
berukuran menengah untuk beruang sedang, dan mangkuk besar untuk beruang
besar. Dan mereka memiliki setiap kursi untuk duduk, sebuah kursi kecil untuk
beruang kecil, kursi berukuran menengah untuk beruang sedang, dan kursi besar
untuk beruang besar. Dan mereka memiliki masing-masing tempat tidur untuk tidur,
tempat tidur kecil untuk beruang kecil, dan tempat tidur berukuran menengah untuk
beruang sedang, dan tempat tidur besar untuk beruang besar.

Suatu hari, setelah mereka telah membuat bubur untuk sarapan mereka, dan
menuangkannya ke dalam bubur mangkuk mereka, mereka berjalan keluar ke dalam
hutan sambil menunggu sampai bubur mereka menjadi dingin agar mulut mereka
tidak kepanasan saat memakannya. Dan sementara mereka keluar berjalan-jalan,
seorang gadis kecil bernama Goldilocks kebetulan tiba di rumah para beruang.
Pertama, Goldilocks melihat dari jendela, dan kemudian dia mengintip dari lubang
kunci, dan karena dia tidak melihat siapapun di rumah tersebut, ia pun memutar
pegangan pintu. Kebetulan pintu tersebut tidak dikunci, karena para beruang adalah
beruang yang baik, yang tidak pernah melakukan kejahatan, dan tidak pernah
menduga bahwa akan ada orang yang akan berbuat jahat kepada mereka. Goldilocks
lalu membuka pintu dan masuk, dan ketika dia melihat bubur di atas meja, dia
menjadi gembira. Seandainya dia adalah gadis kecil yang bijaksana, dia akan
menunggu sampai beruang pulang, kemudian meminta bubur itu sedikit dari para
beruang sebagai rasa sopan santun, karena mereka adalah beruang yang baik dan
ramah. Tetapi bubur di atas meja tampak begitu menggoda sehingga Goldilocks tidak
menunggu lama lagi untuk memakan bubur tersebut.

Awalnya dia mencicipi bubur dari mangkuk yang terbesar milik beruang besar, dan
karena bubur tersebut masih terlalu panas untuknya, dia lalu mencicipi bubur milik
beruang sedang, dan bubur tersebut dirasanya terlalu dingin. Kemudian dia pun
mencicipi bubur milik beruang kecil, dan karena bubur tersebut tidak terlalu panas
ataupun terlalu dingin, dia lalu memakan semuanya.

Kemudian Goldilocks duduk di kursi yang besar milik beruang besar, tetapi kursi
tersebut terlalu keras baginya. Kemudian dia duduk di kursi milik beruang sedang,
dan dirasanya kursi tersebut terlalu lunak untuknya. Dan kemudian dia duduk di kursi
milik beruang kecil, dan dia merasa kursi tersebut sangatlah tepat untuknya karena
tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak. Jadi dia pun duduk sendiri di kursi tersebut
sampai bagian bawah kursi itu menjadi rusak dan dia terperosok jatuh ke lantai.

Kemudian Goldilocks naik ke lantai atas ke kamar di mana tiga beruang tidur.
Pertama-tama dia berbaring di atas tempat tidur yang besar, tapi itu tempat tidur itu
terlalu besar untuknya. Berikutnya ia berbaring di atas tempat tidur beruang sedang,
dan itu pun dirasanya terlalu besar. Kemudian ia berbaring di atas tempat tidur kecil
dan dirasanya tempat tidur itu sangat tepat untuknya. Jadi ia pun menutupi dirinya
dengan selimut yang nyaman, dan berbaring di sana sampai ia jatuh tertidur.

Pada saat ini para beruang berpikir


bahwa bubur mereka cukup dingin, mereka pun pulang kembali ke rumah untuk
memakannya. Tadinya Goldilocks telah meninggalkan sendok besar milik beruang
besar di mangkuk buburnya.

"Seseorang telah menyentuh bubur saya!" kata beruang besar, dengan suara yang
berat dan dalam. Dan ketika beruang sedang menatap bubur miliknya, dia melihat
bahwa sendoknya juga ada di dalam mangkok juga.

"Seseorang telah menyentuh bubur saya!" kata beruang sedang, dengan suara yang
sedang-sedang. Kemudian beruang kecil memandang buburnya, dan dia melihat ada
sendok di pot bubur, dan semua buburnya telah habis.
"Seseorang telah menyentuh bubur saya dan memakan semuanya !" kata beruang
kecil dengan suaranya yang kecil.

Setelah ketiga beruang menyadari bahwa ada seseorang yang telah memasuki rumah
mereka, dan memakan semua sarapan untuk beruang kecil, mereka mulai mencari-
cari ke sekitar mereka. Tadinya Goldilocks tidak mengembalikan bantal kursi pada
kursi beruang besar setelah duduk.

"Seseorang telah duduk di kursi saya!" kata beruang besar, dengan suara yang berat
dan dalam.

Goldilocks juga tadi duduk di kursi beruang tengah dan meninggalkan bekas.

"Seseorang telah duduk di kursi saya!" kata beruang tengah, dengan suara
tengahnya.

"Seseorang telah duduk di kursi saya,


dan telah duduk sehingga kursi saya rusak!" kata beruang kecil dengan suaranya yang
kecil.
Kemudian ketiga beruang membuat pencarian lebih jauh lagi, hingga akhirnya
mereka naik ke lantai atas, ke kamar tidur mereka. Tadinya Goldilocks telah menarik
bantal dari tempat tidur beruang besar.

"Seseorang telah berbaring di tempat tidur saya!" kata beruang besar, dengan suara
yang berat.

Tadinya Goldilocks juga telah menarik bantal guling milik beruang tengah dari
tempatnya.

"Seseorang telah berbaring di tempat tidur saya!" kata beruang tengah dengan suara
tengahnya.

Dan ketika beruang kecil mendekat untuk melihat tempat tidurnya, dilihatnya kepala
Goldilocks yang tidur di tempat tidurnya.

"Seseorang telah berbaring di tempat tidur saya dan dia ada di sini!" kata beruang
kecil dengan suaranya yang kecil.
Saat Goldilocks mendengar suara beruang besar yang berat dan suara beruang
sedang, dia mengira bahwa dia bermimpi dan mendengar suara itu dalam mimpinya.
Tapi ketika dia mendengar suara beruang kecil yang walaupun tidak keras, tetapi
melengking tinggi, dia langsung terbangun. Dan ketika ia melihat tiga ekor beruang
di salah satu sisi tempat tidur nya, dia menjatuhkan dirinya turun dari ranjang dari sisi
yang satunya, lalu berlari ke jendela dengan ketakutan. Jendela tersebut dibiarkan
terbuka oleh para beruang, karena mereka adalah beruang yang baik dan rapih, dan
mereka selalu membuka jendela kamar tidur mereka ketika bangun di pagi hari.
Goldilocks melompat keluar dari jendela itu, dan berlari secepat mungkin tanpa
melihat ke belakang lagi, dan apa yang terjadi padanya setelah kejadian ini, tidak ada
yang tahu dan ketiga beruang ini tidak pernah melihat dirinya lagi.

Nelayan dan Ikan Kecil


Aesop
Seorang nelayan miskin yang hidup berdasarkan ikan hasil tangkapannya, pada suatu
hari mengalami nasib kurang beruntung dan hampir tidak mendapatkan tangkapan
apapun selain seekor ikan kecil. Saat sang Nelayan itu akan memasukkan ikan
tersebut ke keranjang yang dibawanya, ikan kecil itu berkata:

"Mohon lepaskan aku, tuan nelayan! Saya sangat kecil hingga tidak berharga untuk
dibawa pulang ke rumah. Saat saya menjadi lebih besar nanti, saya akan menjadi
santapan yang lebih lezat untuk tuan."

Tetapi sang Nelayan tetap menaruh ikan tersebut di keranjangnya.

"Betapa bodohnya saya jika melepaskan ikan ini." kata Nelayan. "Bagaimana kecilpun
ikan yang saya tangkap, tetap lebih baik daripada tidak ada tangkapan sama sekali."

Hasil yang kecil lebih berharga dibandingkan dengan janji-janji muluk.

Tikus yang Rakus dan Musang


Aesop

Seekor tikus yang


lapar, menemukan sebuah keranjang yang penuh dengan jagung. Ia lalu berusaha
untuk masuk ke keranjang tersebut melalui satu celah yang sangat sempit yang
menutupi mulut keranjang. Jagung tersebut begitu menggiurkan sehingga sang Tikus
memaksa dirinya untuk masuk ke dalam keranjang. Akhirnya dengan susah payah,
sang Tikus berhasil masuk dan langsung makan dengan rakusnya hingga perutnya
menjadi sangat kenyang, dan bahkan membuat badannya tiga kali lebih besar
dibandingkan sebelum masuk ke dalam keranjang tadi.
Akhirnya sang tikus merasa puas dan menarik dirinya yang berat untuk keluar dari
keranjang, tetapi hal yang bisa ia lakukan, hanyalah mengeluarkan kepalanya dari
celah sempit itu. Di sanalah ia mengerang-ngerang dan mengeluh karena tidak bisa
keluar.

Saat itulah seekor musang lewat, dan ketika sang Musang melihat tikus tersebut, ia
langsung mengerti kejadian yang dialami oleh sang Tikus.

"Teman," kata sang Musang, "Saya mengerti semua kejadian yang menimpa kamu.
Kamu benar-benar kekenyangan sampai tidak bisa keluar. Itulah hukuman bagi kamu.
Kamu akan tetap tinggal di sana sampai badanmu sekurus sebelum kamu masuk tadi
- apabila kamu ingin keluar."

Keserakahan membawa nasib buruk.

Pengembara dan Sekantong Uang


Aesop

Dua orang pengembara berjalan bersama di suatu jalan, dan salah satu pengembara
tersebut menemukan sebuah kantung yang penuh berisikan uang.
"Betapa beruntungnya saya!" katanya, "Saya telah menemukan sebuah kantung berisi
uang. Menimbang dari beratnya, saya rasa kantung ini pasti penuh dengan uang
emas."

"Jangan bilang 'SAYA telah menemukan sekantung uang'," kata temannya. "Lebih baik
kamu mengatakan 'KITA telah menemukan sekantung uang'. Pengembara selalu
berbagi rasa dengan pengembara lainnya, baik itu dalam susah maupun senang."

"Tidak, tidak," kata pengembara yang menemukan uang, dengan marah. "SAYA
menemukannya dan SAYA akan menyimpannya sendiri."

Saat itu mereka mendengarkan teriakan teriakan di belakang mereka "Berhenti,


pencuri!" dan ketika mereka melihat ke belakang, mereka melihat sekumpulan orang
yang terlihat marah dan membawa pentungan kayu dan tongkat, berlari ke arah
mereka.

Pengembara yang menemukan uang tadi langsung menjadi ketakutan.

"Celakalah kita jika mereka melihat kantung uang ini ada pada kita," katanya dengan
ketakutan.

"Tidak, tidak," jawab pengembara yang satu, "kamu tidak mengatakan 'KITA' sewaktu
menemukan sekantung uang, sekarang tetaplah menggunakan kata 'SAYA', kamu
seharusnya berkata 'celakalah SAYA'".

Kita tidak boleh berharap bahwa orang akan mau ikut menanggung kesusahan kita
kecuali kita mau membagi keberuntungan kita kepada mereka juga.
Katak dan Tikus
Aesop

Ketika seekor tikus muda yang mencari petualangan baru, berjalan menyusuri
pinggiran kolam di mana di kolam tersebut tinggallah seekor katak. Saat katak
tersebut melihat tikus, dia berenang menuju ke tepi kolam dan berkata:

"Maukah kamu mengunjungi saya? Saya berjanji kamu akan senang."

Sang Tikus tidak berpikir panjang lagi, karena dia sangat ingin berpetualang ke
seluruh dunia dan melihat segala yang ada di dunia. Tetapi walaupun dia bisa
berenang sedikit, dia tidak berani untuk masuk dan berenang di kolam tanpa
bantuan.

Sang katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu
membantu sang Tikus saat berenang di kolam, dia mengikat kaki tikus tersebut ke
kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil menarik
teman jalannya yang bodoh bersamanya.

Sang tikus yang terbawa-bawa berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan
ingin kembali ke pinggiran kolam; tetapi sang Katak yang jahat memiliki rencana lain.
Dia kemudian menarik Sang Tikus masuk ke dalam air dan menenggelamkannya
sehingga meninggal. Tetapi sebelum sempat melepaskan tali yang mengikat dia
dengan tikus yang telah meninggal, seekor elang terbang menyambar ke bawah,
menangkap tikus dan membawanya pergi, bersama Sang Katak yang tergantung-
gantung pada kaki tikus. Saat itulah, Sang Elang sadar bahwa dengan sekali sambar
mendapatkan dua makanan sekaligus untuk makan siangnya.

Kura-kura dan Sepasang Itik


Aesop

Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang


punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar
bagaimana keras kura-kura itu berusaha. Ada yang mengatakan bahwa dewa Jupiter
telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan lebih
senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter, walaupun
dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.

Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa
menghadiri pesta pernikahan. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan
dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci dan tupai dan segala macam
binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti binatang
lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga,
tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus
terseret-seret ketika berjalan.

Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya.
"

Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah
pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana
kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak
berbicara atau kamu akan sangat menyesal."

Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut
erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung
kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.

Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa
yang dilihatnya dan berkata:

"Kamu pastilah Raja dari kura-kura!"

"Pasti saja......" kura-kura mulai berkata.

Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia
kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia
akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.
Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.

Gembala dan Kambing yang Tanduknya Patah


Aesop

Seekor kambing terpisah dari kawanannya karena mencari rumput yang lebih hijau
yang dilihatnya di kejauhan. Sang Gembala yang melihat kambing tersebut, berteriak
memanggilnya, tetapi sia-sia karena sang Kambing tidak memperhatikan dan
mendengarkan teriakannya. Sang Gembala lalu mengambil sebuah batu dan
melemparkannya ke kambing tersebut hingga salah satu tanduknya patah.

Sang Gembala menjadi ketakutan.


"Mohon jangan laporkan kepada tuanku," kata sang Gembala.

"Tidak perlu," jawab sang Kambing, "tandukku yang patah akan berbicara nantinya!"

Perbuatan jahat tidak akan dapat ditutupi.

Lalat dan Madu


Aesop

Sebuah toples madu jatuh terbalik sehingga madu yang manis dan lengket, mengalir
turun ke atas meja. Rasa manis dari madu tersebut mengundang sekawanan lalat
yang terbang mengitari madu tersebut, lalu kawanan lalat itu turun untuk memakan
madu yang manis tanpa mempedulikan betapa lengketnya cairan madu itu. Lalat-lalat
tersebut dengan cepat terbalut cairan madu dari kaki hingga kepala dan sayap-sayap
mereka melengket menjadi satu. Akhirnya mereka tidak bisa lagi menarik kakinya
keluar dari cairan lengket itu dan mati karena sifat rakus mereka.

Janganlah serakah dan rakus, karena hal tersebut bisa menghancurkan kamu.

Bangau dan Rubah Makan Bersama


Aesop
Suatu hari seekor rubah memikirkan rencana untuk mempermaikan temannya -
seekor burung bangau yang penampilannya selalu membuat sang Rubah tertawa.

"Kamu harus datang dan menikmati makan siang bersamaku hari ini," kata sang
Rubah kepada sang Bangau, sambil tersenyum-senyum karena memikirkan gurauan
yang akan diperbuat olehnya. Sang Bangau dengan senang menerima undangan dari
sang Rubah dan datang pada siang hari itu.

Untuk makan siang, sang Rubah menyiapkan sup yang disajikan pada piring yang
sangat ceper dan hampir datar, sehingga sang Bangau tidak bisa menikmati sup
tersebut, hanya ujung paruhnya saja yang bisa menyentuh air sup. Tak setetes sup
yang bisa di minumnya, sedangkan sang Rubah menjilati sup tersebut dengan
gampangnya sambil tertawa-tawa hingga sang Bangau menjadi sangat kecewa
karena telah dipermainkan.

Sang Bangau yang lapar dan merasa tidak senang, tetap berusaha untuk tenang. Lalu
kemudian sang Bangau balas mengundang sang Rubah untuk makan siang keesokan
hari di rumahnya.
Keesokan hari, tepat pada saat makan siang, sang Rubah tiba di rumah sang Bangau
yang menyediakan ikan yang sangat lezat sebagai menunya, tetapi ikan tersebut di
sajikan dalam sebuah guci tinggi yang mempunyai mulut guci yang sempit. Sang
Bangau dengan gampang memakan ikan tersebut dengan paruhnya yang panjang
sedangkan sang Rubah hanya bisa menjilati pinggiran guci sambil mencium lezatnya
makanan yang tersaji. Saat sang Rubah menjadi marah, dengan tenangnya sang
Bangau berkata:

Jangan mempermainkan orang karena kamu sendiri pasti tidak suka untuk
dipermainkan.
Cerita Gunung
Aesop

Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya
terjatuh, Dia terluka dan berteriak : "AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!." Tetapi Ia sangat
kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung
sebelah."AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!."

Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : "Siapa kamu?" Diapun
menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?" dan kemudian dia berteriak ke
gunung itu: "Saya mengagumimu!" dan suara itupun kembali : "Saya
mengagumimu!."

Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : "Penakut" Dia masih menerima
jawaban yang sama, "Penakut!."

Dia menatap ayahnya dan bertanya : "Apa yang sedang terjadi?" Ayahnya sembari
tersenyum dan berkata : "Sayang, perhatikan." Kembali ayah akan berteriak : "Kamu
Juara." Diapun menerima jawaban yang sama : "Kamu Juara."

Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian
Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi
itulah sesungguhnya hidup.

Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan.
Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.

Jika kamu ingin lebih banyak cinta dalam dunia,


maka ciptakanlah Cinta dalam Hatimu.
Jika Kamu ingin lebih berkemanpuan dalam timmu,
maka tingkatkanlah kemampuanmu
"Hidup akan memberikan kembali kepadamu, apa yang telah kamu berikan
kepadanya. Dalam segala hal."
Burung Elang dan Burung Gagak
Aesop

Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar seekor anak domba
dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke angkasa, seekor burung gagak
melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia
mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut.
Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar kemudian terbang di udara dengan
galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian punggung
seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau
dia tidak bisa mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi karena
kukunya telah terjerat pada bulu domba, walaupun dia mencoba untuk melepaskan
dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus ada dan
tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.

Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya


berusaha melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi,
pengembala itupun berlari dan segera menangkap burung itu lalu mengikat dan
mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia memberikan burung
gagak itu kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.

"Betapa lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa ayah?"
"itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab
dia adalah dia seekor burung elang."

Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu lupa diri akan kemampuanmu


Kisah Semut Dan Merpati
Pengarang: Anonim

Pada suatu hari, seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari makan di pinggir
sungai. ?eperti biasa dia berjalan dengan riang dan karena kurang hati-hati tiba-tiba ia
terjatuh ke dalam sungai.

Arus sungai menghanyutkannya, semut itu timbul tenggelam dan kelelahan


berusaha untuk menepi tapi tidak berhasil. Seekor burung merpati yang kebetulan
bertengger di ranting pohon yang melintang di atas sungai melihat semut yang
hampir tenggelam dan merasa iba.

Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya didekat semut. Semut
merayap naik ke atas daun dan akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dengan
bantuan daun tersebut, mendarat di tepi sungai.

Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang
mengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya
tadi. Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut,
segera berlari mendekati pemburu, dan menggigit kaki sang pemburu.

Pemburu itu kesakitan dan terkejut, mengibaskan ranting yang tadinya akan
digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan
pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting kesakitan. Akhirnya sang burung
pun terbang menyelamatkan dirinya.
KANCIL DAN HARIMAU ( SABUK DEWA )
Diposkan oleh dongeng di 01.21 Categories dongeng

KANCIL DAN HARIMAU (SABUK DEWA)

Pada suatu hari Kancil sedang berjalan-jalan di hutan, ketika sedang asik berjalan-
jalan sambil makan rumput tiba-tiba Kancil dikagetkan dengan sura auman di
depannya, ternyata itu adalah seekor Harimau yang tampaknya sedang kelaparan.

Auuummm!!! Hari ini nasibku baik sekali, perutku lagi kroncongan ehh ketemu Kancil
sebagai makan siangku. Hei Kancil siap-siap ku makan nih, Aummmmmmmmm!!!.

Eittt! Tunggu Dulu Harimau, kalau kamu makan aku, kamu akan kehilangan cerita
rahasia sabuk sang dewa, siapa yang memakainya akan bisa terbang dan kuat seperti
dewa. Mau ngak bisa terbang dan kuat seperti dewa pasti kamu jadi raja hutan seperti
selama ini yang kamu idam-idam kan, mau ngak ???? “ kata Kancil”.

Benar nih Cill, kamu ngak akan ku makan asal kamu beri tahu dimana letak sabuk
dewa itu. “kata harimau”.

Benar dong, ayo ikut aku ke batu besar dipinggir sungai dekat rumpun bambu di
selatan hutan. “kata Kancil”.

Merekapun segera berjalan menuju pinggir sungai di selatan hutan, ketika sampai
ditujuan tampak sebuah benda berwarna cokelat hitam melingkar di sebuah batu
besar menyerupai sebuah sabuk.

Harimaupun mengaum panjang, Aummmmmmm!!! Bergerak hendak menerjang


benda tersebut.
Eitt ! Tunggu dulu Harimau, kalau kamu mau memakai sabuk dewa tersebut kamu
harus berjalan mundur kearah sabuk tersebut dan jangan sekali-kali menengok ke
belakang, agar dewa pemilik sabuk itu tidak mengetahui kehadiran mu kan mereka
sedang asik mandi di sungai. “kata kancil”

Benar juga katamu Cil, habis sabuknya besar sekali sih jadi aku ngak sabar untuk
memakainya. “Kata Harimau”

Oke deh! Harimau, sekarang kamu boleh berjalan mundur kearah sabuk itu. Tapi
sebelum itu aku hitung dulu yach aku mau sembunyi takut nanti dimarahi dewa kalau
melihatku. “kata Kancil “.

Cepat hitung Cil, aku sudah ngak sabar mau jadi raja hutan nih.!!!

Ok ku hitung yach, “kata Kancil” (Ajak anak anda ikut berhitung)!!!! 1.2.3. udah kah
belum (kata Harimau), belum (Kata kancil sambil berlari meninggalkan harimau)
4.5.6.7 (udahkan belum), (Belum) 8.9.10 (sudahkah belum) (sudah teriak kancil yang
sudah jauh meninggalkan Harimau)…………

Tanpa berpikir panjang Harimau pun segera berjalan mundur menuju kearah benda
yang menyerupai sabuk tersebut. Dan ketika tubuhnya memasuki kedalam lingkaran
tersebut tiba-tiba benda tersebut bergerak melilit tubuh Harimau. Harimau tampak
senang karena dalam pikirannya sabuk tersebut sedang bereaksi memberi kekuatan
ke tubuhnya, tapi tiba-tiba lilitan itu semakin lama semakin kuat dan membuat
harimau kesakitan. Dan alangkah kagetnya Harimau ketika dihadapannya muncul
kepala ular piton raksasa di depannya. Harimaupun berteriak minta tolong dan
menggeram “Awas kamu cill, kamu telah membohongi ku. Ternyata benda ini bukan
sabuk dewa tapi ular piton raksasa”” tapi teriakan minta tolong itu tampaknya sia-sia
belaka. Karena ular piton itu terlampau besar dan akhirnya matilah Harimau tesebut
dengan tulang-tulang yang remuk.

Adapun Kancil yang nyawanya terselamatkan karena kecerdikannya memulai


petualangan barunya di belantara hutan.
DONGENG KUCING DAN BERUANG
Diposkan oleh dongeng di 00.38 Categories dongeng

Pada zaman dahulu kala nenek moyang kucing dan beruang adalah dua sahabat
karib yang selalu berbagi, kemana-mana mereka selalu bersama sampai pada suatu
ketika beruang mengutarakan maksudnya untuk belajar memanjat kepada kucing

kucingpun menyanggupi permintaan beruang dan mencari pohon tinggi untuk


beruang. wang ini loh pohon yang cocok untuk kamu belajar memanjat "kata
kucing". sembarang aja cing, yang penting aku bisa memanjat "kata beruang".

lau kucingpun memberi contoh kepada beruang cara memanjat pohon tersebut,
yang penting kuku-kukumu kuat mencengkeram batang pohon ini kau akan bisa
memanjat pohon ini wang "kata kucing".

cukup teorinya cing sekarang kamu turun biar aku yang memanjat' kata beruang".
kucingpun segera turun.

beruangpun segera memanjat pohon dan ternyata dengan gampangnya ia dapat


mencapai puncak pohon tersebut. tetapi sesampai diatas ia bingung untuk turun dan
berkata "cing gimana cara turunnya "kata beruang".

belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba terlihat sosok serigala yang siap memangsa
kucing dari balik rimbunan semak belukar, kucingpun segera berlari meninggalkan
beruang yang kebingungan.

merasa dikerjai kucing beruang pun marah dan berkata " awas kamu cing, ngak ku
maafkan, kamu akan kukoyak-koyak dan kotoranmu pun bahkan akan kumakan
cing. dan beruang pun turun dengan menjatuh kan dirinya sambil tetap memeluk
pohon.

oleh sebab itu sampai dengan sekarang bila kucing buang kotoran di tanah akan
membuat lubang dan menutupnya kembali, agar tak dimakan beruang.

sedangkan beruang bisa memanjat pohon tetapi ketika turun ia akan memerosotkan
badannya kebawah.
KANCIL BUAYA DAN TUPAI
Diposkan oleh dongeng di 08.15 Categories dongeng

Pada suatu hari kancil dan tupai sedang berjalan namun ditengah perjalan mereka
bertemu dengan induk sapi yang lagi bersedih.
ada apa bu sapi kok bersedih kata kancil....
anu cill. anaku lagi sakit keras bilang tabib kera hanya hati buaya yang bisa mengobati
anakku tersebut cil. sambil menangis ibu sapi menceritakan tentang penyakit anaknya.
sabarya bu kata tupai, aku akan berusaha sekuat membantu ibu. karena ibu sapi
pernah menolongku dari serangan ular piton, kata tupai...
tapi bagaimana ya cil caranya. tupai bertanya sambil memegang kepalanya.....
kancil tanpak diam sejenak...kemudian......
aku ada ide.....ayo ikut aku ke pohon kelapa dekat sungai yang ada buayanya.....
ayo cil kata tupai...aku selalu yakin dengan ide-idemu kata tupai.....
aku juga ikut ya cil, kata ibu sapi lagi...
baiklah bu, tapi melihatnya jauh-jauh aja yach bu...biar buaya tidakK curiga......
setelah sampai ditempat tujuan. kancil berkata kamu bisa menyelamkan pai....
tentu saja aku bisa...aku sudah berlatih dan tahan setengah jam lo cil jawab tupai.....
beigini pai, kamu ambil sebuah kelapa tua yang kecil tapi muat untuk badanmu..lalu
ka lubangi...
tanpa banyak bertanya tupai segera bertindak dan....
sudah cil kata tupai.....
masuk kedalam kelapa itu pai dan bawa kantong daun kecubung ini. nanti ketika
sudah disungai kau keluarkan ekormu dan goyang-goyangkan...
maka rencana mulai mereka jalankan....
ketika kelapa yang berisi tupai itu masuk ke air dan ekor tupai tupai bergoyang-
goyang. maka benar saja tiba-tiba ada buaya besar yang langsung menyambar
kelapa tersebut...
setelah didalam perut buaya tupai segera mengerat sedikit hati buaya dan membuka
kantong yang berisi daun kecubung tersebut.
karena reaksi daun kecubung diperut buaya maka buaya tersebut tampak kepayahan
dan segera kedarat lalu mumuntahkan kelapa yang berisi tupai tersebut.
setelah keluar tupai segara berlari menuju ke kancil, sedangkan buaya tampak
kepayahan menahan pusing dan sakit perutnya.
setelah itu kancil, tupai dan ibu sapi bergegas menuju tabib kera untuk menyerahkan
secuil hati buaya tersebut.
beruntung kalian datang tepat waktu, segaera makankan hati buaya tersebut pada
anak sapi....
ajaib setelah hati tersebut dimakan anak kancil itu menjadi sehat dan terlihat senyum
diwajahnya.
melihat hal terebut induk sapi merasa senang, dan mengucapkan terima kasih kepada
kancil dan tupai......

siapa yang menanam budi dia akan menuai manfaat kebaika


KUMPULAN CERITA DONGENG ANAK

CERITA UNTUK ANAK | CERITA


DONGENG ANAK SEBELUM TIDUR
KISAH CINDERELLA

Pada zaman dahulu kala, ada seorang gadis yang baik hati bernama Cinderella. Dia
sangat baik hati dan cantik tetapi sayang ayahnya telah meninggal dunia.dan
sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari ia disiksa,
dengan cara disuruh mencuci piring, mengepel lantai dan melayani mereka.

Walaupun begitu Cinderella tetap percaya bahwa suatu hari ia akan hidup bahagia.
Suatu hari,seorang pangeran ingin mencari permaisuri maka diadakanlah sebuah
pesta dansa besar di istana, tetapi Cinderella tidak diijinkan untuk ikut. Tetapi, Ibu Peri
datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di
istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa.
Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari jam 12, karena pada jam itu
semua sihir Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan Cinderella
berlari.
Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas dan tercecer di tangga istana. Sang
pangeran memungutnya, dan mengumumkan barangsiapa kakinya pas dengan
sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan isteri. Namun, sepatu itu tidak pas di kaki
siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut
mencoba, dan kakinya pas! Cinderella akhirnya menikah dengan Pangeran dan hidup
bahagia selamanya.

KISAH SEMUT DAN MERPATI

Pada suatu hari, seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari makan di pinggir
sungai. Ѕ eperti biasa dia berjalan dengan riang dan karena kurang hati-hati tiba-tiba
ia terjatuh ke dalam sungai.

Arus sungai menghanyutkannya, semut itu timbul tenggelam dan kelelahan berusaha
untuk menepi tapi tidak berhasil. Seekor burung merpati yang kebetulan bertengger
di ranting pohon yang melintang di atas sungai melihat semut yang hampir
tenggelam dan merasa iba.

Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya didekat semut. Semut
merayap naik ke atas daun dan akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dengan
bantuan daun tersebut, mendarat di tepi sungai.

Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang
mengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya
tadi. Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut, segera
berlari mendekati pemburu, dan menggigit kaki sang pemburu.

Pemburu itu kesakitan dan terkejut, mengibaskan ranting yang tadinya akan
digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan
pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting kesakitan. Akhirnya sang burung
pun terbang menyelamatkan dirinya.
KISAH SEMUT DAN KEPOMPONG

Seekor semut merayap dengan gesit di bawah sinar matahari. Memanjat pohon, dan
menelusuri ranting dengan lincah. Dia sedang mencari makanan saat tiba-tiba dia
melihat kepompong tergantung di selembar daun. Kepompong itu terlihat mulai
bergerak-gerak sedikit, tanda apa yang ada di dalamnya akan segera keluar.

Gerakan-gerakan dari kepompong tersebut menarik perhatian semut yang baru


pertama kali ini melihat kepompong yang bisa bergerak-gerak. Dia mendekat dan
berkata :

“Aduh kasian sekali kamu ini” kata semut itu dengan nada antara kasihan dan
menghina.

“Nasibmu malang sekali, sementara aku bisa lari kesana kemari sekehendak hatiku,
dan kalau aku ingin aku bisa memanjat pohon yang tertinggi sekalipun, kamu
terperangkap dalam kulitmu, hanya bisa menggerakkan sedikit saja tubuhmu”.
Kepompong mendengar semua yang dikatakan oleh semut, tapi dia diam saja tidak
menjawab.

Beberapa hari kemudian, saat semut kembali ketempat kepompong tersebut, dia
terkejut saat melihat yang kepompong itu sudah kosong yang ada tinggal
cangkangnya.

Saat dia sedang bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi dengan isi dari
kepompong itu, tiba-tiba dia merasakan hembusan angin dan adanya kepakan sayap
kupu-kupu yang indah di belakangnya.

“Wahai semut, lihatlah diriku sekarang baik-baik” kupu-kupu yang indah menyapa
semut yang tertegun melihatnya.
“Akulah mahluk yang kau kasihani beberapa hari lalu ! Saat itu aku masih ada di
dalam kepompong. Sekarang kau boleh sesumbar bahwa kau bisa berlari cepat dan
memanjat tinggi. Tapi mungkin aku tidak akan perduli, karena aku akan terbang
tinggi dan tidak mendengar apa yang kau katakan”.

Sambil berkata demikian, kupu-kupu itu terbang tinggi ke udara, meniti hembusan
angin, dan dalam sekejap hilang dari pandangan sang semut.

KISAH BURUNG ELANG YANG MALANG

Alkisah pada suatu hari seorang peternak menemukan telur burung elang. Dia
meletakkan telur burung elang tersebut dalam kandang ayamnya. Telur itu dierami
oleh seekor induk ayam yang ada dikandang. Kemudian pada akhirnya telur elang
tersebut menetas, bersamaan dengan telur-telur ayam lain yang dierami oleh induk
ayam.

Elang kecil tumbuh bersama dengan anak-anak ayam yang menetas bersamaan
dengannya. Dia mengikuti apa yang dikerjakan oleh anak-anak ayam tersebut, sambil
mengira bahwa dia juga adalah seekor ayam. Dia ikut mencakar-cakar tanah untuk
mencari cacing dan serangga. Dia menirukan suara ayam, berkotek-kotek dan
bermain bersama-sama anak ayam. Kadang dia mencoba mengepakkan sayapnya
tapi sekedar untuk meloncat tidak berapa jauh, seperti yang biasa dilakukan oleh
anak-anak ayam yang lain. Hari-hari berlalu, tahun berganti sampai akhirnya elang ini
cukup tua.

Pada suatu hari dia melihat burung terbang tinggi di atas langit. Burung itu terbang
melayang dengan megah menantang angin yang bertiup kencang, tanpa
mengepakkan sayap. Burung elang tersebut bertanya pada temannya, seekor ayam.
“Siapakah itu yang terbang tinggi ?”
Temannya menjawab, dia adalah sang burung Elang, raja dari segala burung. Dia
adalah mahluk angkasa yang bebas terbang menembus awan, kita adalah mahluk
biasa yang tempatnya memang mencari makan di bumi, kita hanyalah ayam. Akhirnya
elang ini melanjutkan hidupnya sebagai ayam, sampai akhir hayatnya. Dia tidak
pernah menyadari siapa sejatinya dirinya, selain seekor ayam, karena itulah yang dia
ketahui dan percaya sejak kecil.

KISAH NABI SULAIMAN DAN SEMUT

Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari
Allah SWT sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung
Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml,
ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan
Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah, Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan
dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami
diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang
nyata.

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu
mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di
lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-
sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka
tidak menyadari.

Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut
itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku;
karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan
masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.
(An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada
seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam
waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam
sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat
nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji
gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak
menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri
kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia
tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah
engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh
sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan
sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.

Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan
terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi
Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih
dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman
tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam
Zat Allah sifat mutlak dan absolut.

Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh
sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia
adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu
diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji
Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji,
namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat
manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT
semata, bukan kepada manusia.
PAHALA HIDANGAN

Abu Ja’far bin Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia menceritakan tentang
Isa. Isa berkata kepada Bani Israel, “Maukah kamu berpuasa tiga hari karena Allah.
Kemudian, jika kamu memohon sesuatu kepada-Nya, niscaya Dia memberi apa yang
kamu pinta, sebab pahala orang yang beramal itu bagi orang yang beramal karena
Dia.” Mereka pun melakukannya, lalu berkata, “Hai pengajar kebaikan, kamu
mengatakan kepada kami bahwa pahala orang yang beramal itu diberikan kepada
orang yang beramal karena Dia, kamu pun menyuruh kami berpuasa selama tiga hari
lalu kami melakukannya, dan tidaklah kami bekerja pada seseorang selama 30 hari
melainkan dia memberi kami makanan tatkala persediaan makanan kami habis.
Apakah Tuhanmu mampu menurunkan hidangan dari langit?”

Maka Isa berkata, “Bertakwalah kepada Allah, jika kamu merupakan orang-orang yang
beriman.” Mereka berkata, “Kami ingin memakannya sehingga hati kami menjadi
tenteram dan kami pun yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, lalu
kami akan menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.”Isa putra Maryam
berdoa. “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah suatu hidangan dari langit yang akan
menjadi tanda yang menunjukkan kekuasaan-Mu; anugerahkanlah rezeki kepada
kami dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.”

Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu.


Barangsiapa diantara kamu kamu yang kafir sesudah itu, maka sesungguhnya Aku
akan mengazabnya dengan suatu azab yang belum pernah Kutimpakan kepada
seorang makhluk pun.” Ibnu Abbas melanjutkan: maka malaikat terbang membawa
hidangan dari langit. Hidangan itu berisi tujuh jenis ikan dan tujuh jenis roti. Malaikat
meletakkannya di hadapan mereka. Orang yang terakhir memakannya seperti halnya
orang yang pertama memakannya.

Demikian pula kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim dari Ibnu
Abbas.Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ammar bin Yasir dari Nabi saw, beliau
bersabda, “Hidangan itu diturunkan dari langit. Ia berisikan roti dan daging. Mereka
diperintahkan supaya jangan berkhianat dan menyisakan untuk esok. Lalu mereka
berkhianat dan menyimpannya. Maka mereka dialih rupakan menjadi kera dan babi.”

KISAH POHON APEL

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yangamat besar. Seorang kanak-
kanak lelaki begitu gemarbermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia
memanjat pohon tersebut, memetik serta memakanapel sepuas-puas hatinya, dan
adakalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apeltersebut. Anak lelaki
tersebut begitu menyayangitempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai
anaktersebut.

Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar danmenjadi seorang remaja. Dia tidak lagi
menghabiskanmasanya setiap hari bermain di sekitar pohon apeltersebut. Namun
begitu, suatu hari dia datang kepadapohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.” Aku bukan lagi kanak-
kanak, aku tidak lagi gemarbermain dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mahukan
permainan. Aku perlukan wang untukmembelinya,” tambah remaja itu dengan nada
yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, ”

Kalau begitu, petiklahapel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkanuang.


Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ.
Dia tidak kembali lagiselepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu…Suatu
hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.

Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak


pohonapel itu.”Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerjauntuk
mendapatkan uang. Aku ingin membina rumahsebagai tempat perlindungan untuk
keluargaku. Bolehkahkau menolongku?” Tanya anak itu.”
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-
dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu
memberikancadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong
kesemuadahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun
turut gembira tetapi kemudiannyamerasa sedih karena remaja itu tidak kembali
lagiselepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemuipohon apel itu. Dia sebenarnya
adalah anak lelaki yangpernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia
telahmatang dan dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.”
Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yangsuka bermain-main di sekitarmu.
Aku sudah dewasa. Akumempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, akutidak
mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?” tanyalelaki itu.”

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong
batang pohon ini untukdijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengangembira,” kata
pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batangpohon apel itu.
Dia kemudiannya pergi dari situ dengangembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namunbegitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakindimamah usia, datang
menuju pohon apel itu. Dia adalahanak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon
apelitu.”

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untukdiberikan kepada kau. Aku sudah
memberikan buahkuuntuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangkuuntuk
kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akaryang hampir mati…” kata pohon
apel itu dengan nada pilu.”

Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigiuntuk memakannya, aku tidak
mahu dahanmu kerana akusudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu
batangpohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, akumerasa lelah dan ingin
istirahat,” jawab lelaki tua itu.”

Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu duduk
beristirahat di perdu pohonapel itu dan beristirahat. Mereka berdua
menangiskegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapa kita. Bilakita masih muda, kita suka bermain dengan
mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuanmereka untuk
meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan
apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolongkita dan
melakukan apa saja asalkan kita bahagia dangembira dalam hidup.Anda mungkin
terfikir bahwa anak lelaki itu bersikapkejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah,
ituhakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kinimelayan ibu bapa mereka.
Hargailah jasa ibu bapakepada kita. Jangan hanya kita menghargai merekasemasa
menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.

KISAH SEORANG SUFI

Tersebutlah seorang penganut tasawuf bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal di


sebuah kampung terpencil, dalam sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup
dengan amat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran cerdas dan
berpendidikan. Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa ia
mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di
beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang diputar secara mahir itu ia dapat
menghidupi ratusan keluarga yg bergantung padanya. Tingkat kemakmuran para kuli
dan pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam
al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya.

Salah seorang anaknya pernah bertanya, `Mengapa Ayah tidak membangun rumah
yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?”"Ada beberapa sebab mengapa
Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil,” jawab sang sufi yang tidak terkenal
itu. “Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata
hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi
penghuninya. Sehari-harian ia Cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan
istananya. Ia terlepas dari masyarakatnya. Dan ia terlepas dari alam bebas yang indah
ini. Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Allah.”

Anaknya yang sudah cukup dewasa itu membenarkan ucapan ayahnya dalam hati.
Apalagi ketika sang Ayah melanjutkan argumentasinya, “Kedua, dengan menempati
sebuah gubuk kecil, kalian akan menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera
memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih selesa.
Ketiga, kami dulu cuma berdua, Ayah dan Ibu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah
anak-anak semuanya berumah tangga. Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang
besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?”

Si anak tercenung. Alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos
itu. Ia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah. Akan tetapi, keringatnya setiap
hari selalu bercucuran. Ia ikut mencangkul dan menuai hasil tanaman. Ia betul-betul
menikmati kekayaannya dengan cara yang paling mendasar. Ia tidak melayang-
layang dalam buaian harta benda sehingga sebenarnya bukan merasakan kekayaan,
melainkan kepayahan semata-mata. Sebab banyak hartawan lain yang hanya bisa
menghitung-hitung kekayaannya dalam bentuk angka-angka. Mereka hanya
menikmati lembaran-lembaran kertas yang disangkanya kekayaan yang tiada tara.
Padahal hakikatnya ia tidak menikmati apa-apa kecuali angan-angan kosongnya
sendiri.

Kemudia anak itu lebih terkesima tatkala ayahnya meneruskan, “Anakku, jika aku
membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar. Dan biaya sebesar itu
kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa
banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga
terhormat? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap mahkluknya.
Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya. Akan tetapi,
dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup, untuk
memuaskan hanya keserakahan seorang manusia saja.”
MEMBUKA PINTU SORGA

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang asar.
Fatimah binti Rasulullah menyabut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari
rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena
kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. “Maaf sayangku, kali ini aku tidak
membawa uang sepeserpun.”Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang
mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah
Ta’ala.”

“Terima kasih,” jawab Ali.

Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah
ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.Ali lalu
berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama’ah.

Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. “Maaf anak muda,
betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?”

Áli menjawab heran. “Ya betul. Ada apa, Tuan?”

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, “Dahulu ayahmu pernah
kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah
meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”Dengan gembira
Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.Tentu saja Fatimah sangat
gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan
kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing
lagi merisaukan keperluan sehari-hari.Ali pun bergegas berangkat ke pasar.
Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan,
“Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada
saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.”

Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.Pada
waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa,
Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya.Fatimah, masih dalam senyum,
berkata, “Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang
mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat
bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita.”

KISAH QARUN

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku
Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya
Musa kepada Fir’aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat
banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari
simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat
karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki
kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta
membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan
lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani
Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang
beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu
mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin
memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya
serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan
kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah
yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok
ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan
hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan
dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti
itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu
membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika
mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta
kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang
bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru
menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu
yang ada padaku”

Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga,
sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan
mereka seraya berkata, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan
kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang
besar.”Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-
orang yang tertipu seraya berkata, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah
adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh….”

Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya


menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah.
Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah
dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan
disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan
menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan
perbendaharannya.

Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah
keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu
dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang
sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami
nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki
bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya;
kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang
mengingkari (nikmat Allah).”

KISAH SESENDOK MADU

Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita simak. Kisah iniadalah kisah
tentang seorang raja dan sesendok madu. Alkisah, pada suatuketika seorang raja
ingin menguji kesadaran warganya. Raja memerintahkanagar setiap orang, pada
suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendokmadu untuk dituangkan
dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncakbukit ditengah kota. Seluruh
warga kota pun memahami benar perintah tersebutdan menyatakan kesediaan
mereka untuk melaksanakannya.

Tetapi dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas suatucara untuk
mengelak, “Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu.Aku akan
membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mataseseorang.
Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akandiisi madu oleh
seluruh warga kota.”

Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa kemudian terjadi? Seluruh bejanaternyata
penuh dengan air. Rupanya semua warga kota berpikiran sama dengansi A. Mereka
mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambilmembebaskan diri dari
tanggung jawab.

Kisah simbolik ini dapat terjadi bahkan mungkin telah terjadi, dalamberbagai
masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam,memberikan
petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:”Katakanlah (hai
Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allahdisertai dengan pembuktian
yang nyata. Aku bersama orang-orang yangmengikutiku” (QS 12:108). Dalam redaksi
ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai daridirinya sendiri disertai
dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian diamelibatkan pengikut-pengikutnya.

“Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali padadirimu


sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin(pengikut-pengikutmu)
(QS 4:84)Perhatikan kata-kata “tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri.”
NabiMuhammad saw. pernah bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri,
kemudiansusulkanlah keluargamu.” Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin
danbertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orangharus
tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikanbejana sang
raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.

**Dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai