Anda di halaman 1dari 3

Nama : Somantri

Nim : 16210187
Kelas : B4 (Reguler malam) PB Indonesia
Matkul : Apresiasi dan Kajian Drama

Judul buku : Ritus Hujan


Pengarang : Heri Isnaini
Tahun terbit : Cetakan pertama, September 2016
Cetakan kedua, September 2017
Kota dan penerbit : Bandung, SituSeni
Jumlah halaman : 115 + xxi halaman
Nomor ISBN : 978-602-60048-4-0
RITUS HUJAN
Antologi puisi yang ditulis oleh salah satu Dosen pengampu matakuliah Apresiasi dan
Kajian Drama pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Siliwangi, yaitu Heri
Isnaini, M.Hum. Merupakan sebuah karya seorang intelek yang memaknai hujan sebagai suatu
keajaiban romantisisme dalam setiap detik kehidupan yang panjang.
Membaca kumpulan puisi Heri, saya membaca seorang yang sedang mengeksplorasi
cinta, memikirkannya, menunggunya, menikmatinya, mempertanyakannya, dan menerimannya.
Cinta sepertinya energi yang menggerakkan Heri dalam eksplorasinya dengan puisi. Cinta
kepada kekasihnya, cinta kepada Tuhan, cinta kepada hujan, cinta kepada cinta itu sendiri. Dan
dari referensi yang sangat kental terhadap hujan dan cinta, kita tahu Heri juga pecinta Sapardi
Djoko Damono... (Aquarini Priyatna, M.A., M.Hum, Ph.D.)
Buku Ritus Hujan telah menghimpun sebanyak 107 buah karya, puisinya yang malu-malu
tapi berani dengan pemilihan kata-kata yang tepat dan sederhana. Disamping penyampaian
makna romantisisme yang sangat mendominasi namun puisinya tak jarang menggambarkan
keadaan lingkungan, sosial, ikatan seorang hamba dengan Tuhannya dan cinta kasih kepada
istrinya. Yulia, yang disampaikan langsung oleh penulis secara sabar dan jujur. Kesabaran
seorang Heri menjadikannya ciri khas dalam mengungkapkan perasaan lewat makna dan kata-
kata.
Hujan dan penyair terkemuka Sapardi menjadikan antologi puisi Heri sebagai komposisi
yang menarik untuk kita renungkan setiap saat, banyak permaknaan yang mendalam disaat hujan
turun, disaat gerimis, disaat kabut turun dan disaat pagi yang dingin mengundang cinta. Kita tak
pernah bosan membicarakan hujan, menjadikannya sebagai rangkaian kata dan kalimat hingga
lahirlah sebuah puisi yang sangat menyentuh, merangsang kepekaan dalam mengartikan rasa
dengan pemilihan diksi yang tepat membuat siapa saja yang membacanya menangkap arti yang
hendak disampaikan penulis.
Membaca antologi puisi Heri seperti tenggelam dimuara kasih, strukturnya tak kenal
aturan, semuanya terasa bebas menguraikan rasa yang berserakan, mendulang hujan yang
menjadikannya muara kasih, mungkin seperti itu kedalaman yang dirasakan penulis. Saya belum
pernah merasakan emosional sedalam dan setulus itu dengan aksen yang khas, dengan diksi-diksi
yang lekat diantara kehidupan yang kompleks hingga cinta diantara manusia berbeda jenis.
Gelora yang merangsang darah tumbuh ketika hujan mencumbui tanah, aroma yang mengundang
kepekaan timbul ketika kehampaan seorang pencinta dengan pencipta tumbuh dengan rasa cinta
yang luar biasa dimaknai penulis dalam setiap puisi-puisinya.
Jika Sapardi ingin mencintai secara sederhana seperti hujan di Bulan Juni, Heri mencintai
dengan kesabaran seorang sufi yang berdoa dengan kerendahan hati akan keagungan Ia yang
dicintainnya sepenuh hati... (Aquarini Priyatna, M.A., M.Hum, Ph.D.)
Lalu mari kita lirik salah satu karya puisinya yang saya pikir ini sungguh mengesankan,
maksud saya, dalam keseluruhan antologinya sangat mengesankan. Namun saya ambil salah satu
dalam menerka-nerka tentang makna, pesan, suasana hati dan ekspresi penulis yang terkandung
didalam tubuh puisi tersebut.

SAJAK HUJAN

aku tahu engkau mengerti gelisahku kegelisahan


purbawi: Adam dan Hawa
pencariannya tanpa muara. Hampa

aku tahu engkau memahami rinduku kerinduan


surgawi: Aku dan Engkau
permaknaannya tak bertepi. Sepi

(hal: 6)

Seperti itulah “sajak hujan” penyampaian kata-katanya yang sangat dalam, menyimpan
banyak permaknaan yang jika kita rasakan sangatlah emosional dan setidaknya mari sejenak kita
renungkan bersama tentang pesan apa yang hendak disampaikan penulis kepada pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai