Pedoman
Siswa Pecinta Alam
Bagian I DASAR-DASAR SISPALA
1. PENGERTIAN SISPALA
Sispala merupakan singkatan dari Siswa Pecinta Alam. Sispala adalah kelompok
pecinta alam yang bernaung di setiap sekolah di bawah kepengawasan kepala sekolah
atau pun wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Dan ada juga yang berdiri sendiri. Ini
semua tergantung kebijakan pengurus masing-masing. Sebagian besar Sispala termasuk
organisasi ekstrakurikuler.
Sispala sendiri bukan nama mutlak dari organisasi kepecinta alaman yang ada di setiap
sekolah. Sebab tidak sedikit yang menggunakan nama yang telah disepakati oleh
pendiri kelompok pecinta alamtersebut. Akan tetapi, secara umum orang sudah paham
bahwa setiap organisasi pecinta alam di tingkat sekolah adalah Sispala.
Kesimppulannya adalah, bahwa saat ini Sispala sendiri hanya sebutan tidak resmi
kelompok pecinta alam tingkat sekolah di Indonesia. Analisa Masalah Bila
dibandingkan dengan organisasi ekstrakurikuler di setiap sekolah yang ada di
Indonesia, Sispala adalah organisasi yang mampu melahirkan insan
yang sehat secara mental, jasmani maupun rohani. Dan tentunya tergantung kepada
proses pembinaannya. Yang menjadi kendala dalam proses perkembangannya adalah
Sispala belum mempunyai ikatan secara nasional. Dan pada akhirnya menyebabkan
kebingungan para organisator dalam menghimpun rencana strategis secara massal.
Jangankan secara sistemik, dalam menjalin komunikasi eksternal pun sulit. Padahal bila
ada kesatuan visi dan misi secara nasional, Sispala sangat berpengaruh dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Baik dibidang pendidikan, sosial, seni
budaya, olah raga, lingkungan, maupun kemanusiaan. Usaha Pembenahan Dikarenakan
belum adanya sinergisitas dalam melahirkan visi dan menjalankan misi secara
menyeluruh, ada baiknya organisasi sispala seluruh indonesia melakukan pembentukan
Ikatan Secara Nasional Evaluasi Masalah di Tingkat Regional dan Melakukan
Perumusan Administrasi dan Rencana Strategis. Pertama, pembentukan ikatan secara
nasional. Ini berfungsi agar adanya legalitas kita dalam melakukan segala macam
bentuk rencana kerja dan sejenisnya. Kedua, evaluasi masalah di tingkat regional. Ini
tentu ada hubungannya dengan poin pertama, yaitu ketika kita melakukan pembentukan
ikatan secara nasional melalaui kongres atau sejenisnya, kita akan membuat forum
khusus guna mengevaluasi segala macam bentuk permasalahan, hambatan ataupun
lainnya yang dihadapi di daerah masing-masing. Sehingga menghasilakan kesamaan
dalam cara membenahi problematik tersebut. Ketiga, Melakukan perumusan
administrasi dan rencana strategis. Ini adalah tahap akhir dari dinamika yang timbul
ketika proses pembentukkan dan evaluasi. Tentunya masih banyak lagi formulasi dalam
pembenahan ini.
3. Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan
mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukanpendakian,
apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri
sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.
1. Menjalankan Kewajiban Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Menjalankan Pancasila.
Ketika itu di barat juga sudah mengenal suatu ‘Etika Lingkungan Hidup Universal’
yang disepakati pada 1972. Era ini menandakan adanya suatu babak monumental dalam
aktivitas kepecinta alaman Indonesia dan perhatian pada lingkungan hidup di negara –
negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah memunculkan suatu kesadaran
untuk menjadikan Pecinta Alam sebagai aktivitas yang teo – filosofis, beretika, cerdas,
manusiawi / humanis, pro – ekologis, patriotismedan anti – rasial.
Dalam Etika ‘Etika Lingkungan Hidup Universal’ Ada 3 etika yang merupakan prinsip
dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai
alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Pedoman
Siswa Pecinta Alam
Bagian 2 MATERI DIKLAT SISPALA
1. PENDAKI PEMULA
Bagi Pendaki Pemula yang ingin mendaki tingginya gunung yang kebanyakan di awali
dengan coba – coba karena pengaruh teman atau juga agar lebih dipandang hebat!
1. SEPATU
Kebanyakan para pemula memakai sandal gunung ketika mendaki. Padahal, untuk
mendaki gunung perlu menggunakan sepatu yang tertutup rapat agar kaki terlindungi
dari hal – hal yang tidak diinginkan saat pendakian, seperti tergores kayu atau yang
paling sering terjadi terhisap lintah. Jenis sepatu olahraga atau boots bisa menjadi
pilihan.
2. GUNAKAN KAOS
Saat mendaki gunung, ada baiknya Anda memakai baju berbahan kaos yang bisa
menyerapkeringat dan berwarna terang. Kaos yang terang membantu Anda terhindar
dari nyamuk dan membuat Anda lebih mudah dilihat oleh rekan sependakian.
3. SENTER
Pencahayaan di gunung sangat minim, oleh karena itu penting bagi Anda untuk
membawa senter. Lebih baik jika Anda membawaheadlamp atau senteryang bisa
dipakai di kepala untuk mempermudah pergerakan.
8. ALAT MASAK
Alat masak memang diperlukan untuk menyiapkan makanan selama di gunung. Tapi,
Anda tidak perlu membawa alat masak yang besar seperti rak piring, penggorengan dan
alat masak yang merepotan dalam perjalanan. Cukup membawa alat masak yang praktis
misalnya kompor portable agar tidak merepotkan selama berada di gunung.
1. NAVIGASI DASAR
Sebagai orang yang dekat dengan alam, pengetahuan mengenai peta, kompas serta
penggunaannya mutlak harus dimiliki. Perjalanan ketempat-tempat jauh dan tidak
dikenal akan lebihmudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu
saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban
kecelakaan arau tersesat digunung dan hutan, serta bencana alam. Navigasi darat adalah
penentuan posisi dan arah perjalanan baik dimedan sebenarnya maupun dipeta. Oleh
sebab itu, pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya harus dipahami.
1. Peta
Secara umum, peta dinyatakan sebagai penggambaran dua dimensi (pada bidang datar)
dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau
diperbesar dengan perbandingan tertentu. Peta sendiri kemudian berkembang sesuai
kebutuhan dan penggunaannya. Untuk keperluan navigasi darat, umumnya dipakai Peta
Topografi. Peta Topografi (Rupabumi) Kata topografi berasal dari bahasa yunani, topos
yang berarti tempat dan graphi yang berarti gambar.
(Gambar Peta)
1. Judul Peta
Judul peta terdapat pada bagian atastengah peta. Judul peta penyatakan lokasi yang
ditunjukan oleh peta yang bersangkutan. Lokasi berbeda maka judul berbeda pula.
1. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan disebelah kanan atas peta. Selain sebagai nomor
registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk bila kita
memerlukan daerah laindisekitar daerah yang dipetakan. Biasanya bagian bawah
disertakan juga indeks nomor yang dicantumkam nomor-nomor peta yang ada
disekeliling peta tersebut.
1. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yaitu garis yang saling berpotongantegak lurus. Sistem
koordinat yag resmi dipakai ada dua, yaitu :
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 4 angka untuk daerah yang luas atau 6
angka untuk daerah yang lebih sempit.
1. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik sama dari muka laut.
1. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal pada
lapangan.
Skala Angka
Contoh :
1. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut.
Semakin baru tahun bembuatanya, maka data yang disajikan akan semakin akurat.
1. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara peta. Cara paling mudah yaitu dengan
memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah tulisan adalah arah
Utara peta. Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah Utara peta,
arah sebenarnya, dan utara magnetis. Untara sebenarnya menunjukan arah utara kutub
bumi. Kutub utara megnetis menunjukan Kutub Utara magnetis bumi. Kutub utara
magnetis bumi terletak tidak bertepatan dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah
utara Kanada, di Jasirah Boothia. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis
bumi bergeser dari tahun ketahun. Utara magnetis adalah utara yang ditunjukan oleh
jarum magnetis kompas. Untuk keperluan praktis utara peta, utara sebenarnya dan utara
magnetis dapat dianggap sama.
Untuk keperluan yang lebih teliti, perlu dipertimbangkan adanya Ikhtilap peta, Ikhtilap
magnetis, Ikhtilap peta magnetis dan variasi magnetis.
Ikhtilap Peta; Adalah beda sudut antara Utara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi
karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal
yang digambarkanpada peta.
Ikhtilap Magnetis; Adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara magnetis.
Ikhtilap Peta Magnetis; Adalah beda sudut antara utara peta dengan utara magnetis
bumi.
2. Membaca Peta
1. Sifat-sifat Garis Kontur
Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan menginterpretasikan peta, yaitu
kemampuan membaca peta dan membayangkan keadaan medan sebenarnya. Oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa sifat garis kontur, sebagai berikut :
Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur
yang lebih tinggi, kecuali bila disebutkan khusus hal-hal tertentu serta kawah.
Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.
Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapan kedua garis
berubah.
Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal/curam
mempunyai kontur rapat.
1. Ketinggian Tempat
Menentukan ketinggian suatu tempat dapat dilakukan dengan cara : lihat interval kontur
peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada ketentuan umum
: interval komtur = 1/2000 skala peta, tetapi itu tidak selalu benar. Beberapa Topografi
keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25
m) kemudian diperbesar menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25m.
Dalam operasi SAR digunung hutan misalnya, sering peta diperbesar dengan cara
diphoto copy. Untuk itu interval kontur harus tetap ditulis. Peta keluaran Bokosurtanal
(1 : 50.000) membuat kontur tebal untuk tiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk
ketinggian 750, 1000, 1250 m, dst) atausetiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS
(skala 1 : 50.000) membuat garis kontur untuk setiap kelipatan 100 m (missal 100, 200,
300 m, dst). Peta keluaran Diktorat Geologi Bandung tidak seragam untuk penentuan
garis konturnya. Jadi tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis
kontur tebal.
Bila ketinggian kontur tidak dicamtumkan, maka harus dihitung dengan cara : Cari 2
titik berdekatan yang harga ketinggiannya tercantum.
Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang
terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua
titik terpisah oleh lembah). Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan
jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus
merupakan bilangan bulat ).
Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada
di atas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. Bila kontur berada
di bawahnya, harganya lebih kecil). Hitung harga kontur terdekatitu yang harus
merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari (3).
Lakukan perhitungan di atas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk
setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta Anda (kontur
1000,1250,1500, dan sebagianya) agar mudah mengingatnya.
1. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tingginya suatu tempat
dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut titik
triangulasi, yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakan tinggi
mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-
jawatan atau topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat pada waktu
pembuatan peta.
Puncak gunung atau bukit, pegunungan, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk
tonjolan yang mencolok.Punggung gunung/bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian
kontur berbentuk “U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.
Lembah dipeta terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk “V” yang ujungnya tajam
dan menjorok kearah puncak.
Sadlle, daerah rendah dan luas terdapat antara dua ketinggian yang tidak terlalu ekstrim.
Col, merupakan daerah rendah dan sempit yang terdapat antara ketinggian.
Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan, tebing-tebing ditepi
sungai.
Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
Bila berada dipantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu
juga tanjung yang yang menjorok kelaut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil,
delta, dan sebagianya.
Didaerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan permukaan bumi
atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Pergunakan belokan-belokan
sungai, muara-muara sungai kecil.
Dalam menyusuri sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, deta, dan
sebagianya, dapat dijadikan tanda medan.
Pengertian tanda medan ini mutlak dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian
selanjutnya tentang teknik peta kompas.
3. Kompas
4. Pengertian Kompas
Kompas adalah alat yang berfungsi untuk menunjukkan arah mata angin. Karena sifat
kemagnetannya, jarum kompas akan selalu menunjuk arah Utara-Selatan (jika tidak
dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lain selain magnet bumi). Tetapi perlu
diingat bahwa arah yang ditunjukan oleh jarum kompas tersebut adalah arah Utara
Magnetis bumi. Jadi bukan utara bumi sebenarnya.
1. Bagian-bagian kompas
Secara fisik, kompas terdiri dari :
1. Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
2. Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
3. Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat Kompas.
4. Jarum Penunjuk adalah alat yang menunjuk Utara Magnet.
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45o yang dapat diputar.
6. Alat Penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang Kompas saat membidik.
7. Jenis-jenis Kompas
Banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam suatu perjalanan. Pada umumnya
dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas
orienteering (misal kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam
pembacaan dipeta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris (segitiga).
Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu
dalam pembacaan dan perhitungan peta.kompas yang baik pada ujung jarumnya dilapis
fosfor agar dapatterlihat dalam keadaaan gelap.
1. Pemakaian Kompas
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi.
Dalam pemakaian kompas pelu dijauhkan dari pengaruh-pengaruh benda-benda yang
mengandung logam seperti pisau, golok,karabiner, tiang benda, jam tangan,dll. Benda-
benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan
berkurang.
Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak
bergerak maka jarum tersebut dan menunjukkan ARAH UTARA MAGNET
Bidik sasaran melalui Visir, melalui celah pada, kaca pembesar, setelah itu
miringkan kaca pembesar kira – kira bersudut 50o dengan kaca dial.Kaca pembesar
tersebut berfungsi sebagai :
1. Membidik ke arah Visir, membidik sasaran.
2. Mengintai derajat Kompas pada Dial.
Apabila Visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan
garis yang terdapat pada tutup Dial ke arah Visir, searah dengan sasaran bidik agar
mudah terlihat melalui kaca pembesar
Apabila sasaran bidik 30o maka bidiklah ke arah30o. Sebelum menuju sasaran,
tetapkan terlebih dahulu Titik sasaran sepanjang jalur 30o. Carilah sebuah benda
yang menonjol / tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30o tidak
selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita
Melambung ( keluar dari route ) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30 derajat.
Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahuluSasaran
Balik (Back Azimuth atau Back Reading ) agar kita dapat kembali kepangkalan
apabila tersesat dalam perjalanan.
Cara melihat Kompas dan membidik sasaranRumus Back Azimuth / Back Reading1.
Apabila sasaran kurang dari 180 derajat = ditambah 180 derajat0 derajat – 180 derajat
= X + 180 derajat2. Apabila sasaran lebih dari 180 derajat = dikurang 180 derajat180
derajat – 360 derajat = X – 180 derajatContoh :30 derajat sasaran baliknya adalah 30
derajat + 180 derajat = 210 derajat240 derajat sasaran baliknya adalah 240 derajat – 180
derajat = 60 derajat Mata AnginU = Utara : 0° atau 360°TL = Timur Laut : 45°T =
Timur : 90° TG = Tenggara : 135°S = Selatan : 180°BD = Barat Daya : 225°B = Barat
: 270°BL = Barat laut : 315°MENENTUKAN ARAH MATA ANGIN Menentukan
arah mata angin ( Utara Magnet ) dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan tanpa
menggunakankompas, antara lain :
Cari tempat yang pemandangannya terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan
yang menyolok.
Letakkan peta pada bidang datar.
Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai
dengan bentangan alam yang dihadapi.
Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda
tersebut didalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya maupun
dipeta. Ingat hal-hal yag khas dari setiap tanda medan.
Resection
Prinsip resection : menentukan posisi kita dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat
membidik tanda medan. Tidak seluruh tanda medan harus dibidik, jika kita sedang
berada ditepi sungai, sepanjang jalan, atausepanjang suatu punggungan, maka hanya
perlu mencari satu tanda medan lain yang dibidik.
Langkah-langkah resection :
Intersection
Prinsip intersection : menentukan posisi suatu titik (benda) dipeta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk
mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar
untuk dicapai. Pada intersection, kita harus sudah yakin pada posisi kita dipeta.
Langkah-langkah melakukan intersection:
Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan
kompas muka dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkah :
Titik awal dan titik akhir perjalanan diplot dipeta, tarik garis lurus dan hitung sudut
yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung juga sudutdari titik akhir ke
titik awal., kebalikan arah perjalanan. Sudut yang terakhir ini adalah sudut back-
azimuth.
Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan (pohon besar,
pohon tumbang, longsor tebing, susunan pohon khas, ujung kampung, dan
sebagianya.
Bidik kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas). Perhatikan tanda
medan lain diujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.
Setelah sampai pada titik medan itu, bidik kompas kembali kebelakang (sudut back-
azimuth) untuk mencek apakah anda berada pada lintasan yang diinginkan.
Bergeserlah kekiri atau kekanan untuk mendapatkan “back-azimuth yang benar”
Sering kali tidak ada tanda medan yang dijadikan sasaran. Dalam hal ini anda seorang
rekan dapat berfungsi sebagai tanda tersebut.
1. Analisa perjalanan
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan
yang akan dilalui, denan cara mempelajari peta yang dipakai. Yang perlu dianalisa
adalah jarak, waktu, dan tanda-tanda medan.
Jarak
Jarak diperkirakan dangan menganalisa dan mempelajari peta. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa jarak sebenarnya yang ditempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat
memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan
memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikan dengan skala untuk memperoleh
jaraksebenarnya.
Waktu
Bila sudah dapat memperkirakan jarak, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa
lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Ada teori klasik untuk
memperkirakan waktu tempuh ini, yaitu Hukum Naismith (lihat Ilmu Penaksiran)
Tanda Medan
Cari dan ingat tanda-tanda medan di peta yang mungkin bisa menjadi pedoman dalam
menempuh perjalanan.
Bila anda menjumpai ketidak sesuaian antara petadengan kondisi dilapangan, baca
kembali peta dengan lebih teliti, cari tanda-tanda medan yang bisa dikenali. Jangan
hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada dipeta sehingga hal-hal lain yang dapat
dianalisa akan terlupakan.
Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah
(mengikuti punggungan yang salah, menyusuri sungai yang salah, atau salah dalam
melakukan resection). Peta topografi 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnyacukup teliti.
4. Altimeter
Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu menentukan posisi.
Pada medan yang bergunung tinggi kompas sering tidakbanyak digunakan, altimeter
akan lebih berperan dalam perjalanan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian
altimeter :
Setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-
titik ketinggian yang pasti.
Altimeter sangat sensitive terhadap guncangan, cuaca, dan perubahan temperature.
Pada lokasi datar dan terbuka, tancapkan tongkat (sekitas 1 meter) kedalam tanah,
usahakan selurus mungkin. Tandai bayangannya sebagai satu titik. Tunggu sekitar
15 menit, dan tandai lagi bayangan yang baru. Hubungkan antara kedua titik, dan
baris ini menunjukan arah barat (titik pertama) dan timur (titik kedua). Arah utara
dapat ditentukan dari arah barat dan timur .
Cara kedua menghasilkan arah yang lebih teliti, tetapi memerlukan waktu yang
lebih lama. Sama seperti cara sebelumnya, namun tanda bayangan pertama didapat
dipagi hari. Gambarkan busur dari titik tersebut dengan tongkat sebagai pusatnya.
Pada siang hari bayangan akan memendek dan memanjang kembali pada sore hari.
Garis antara kedua titik tersebut menunjukan arah barat (titik pada pagi hari) dan
timur (pada titik sore hari)
Dengan Perbintangan
Perhatikan arah bulan , bintang dan matahari yang terbit dari timur dan terbenam
dibarat.
Perhatikan rasi bintang crux (Bintang Salip atau Gubug Penceng). Perpanjangan
garis diagonal yang memotong horizon dari tempa kita adalah selatan.
Mendaki gunung bukan olah raga biasa. Setidaknya setiap pendaki gunung harus cukup
mentalnya, mempunyai ketrampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi.
Hal ini karena tantangan yang dihadapi mempunyai kualitas tersendiri. Pada
hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri
sendiri dalam bersekutu dengan alam keras. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar
berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan
diri sendiri.
Sejak dua abad yang lalu, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal dan digemari oleh
manusia. Dimulai sejak manusia harus melintasi bukit-bukit atau pegunungan, baik
semasa peperangan maupun ketika melakukan tuntutan kehidupannya. Seperti yang
dilakukan oleh Hanibal, panglima kerajaan Kartago, atas Pegunungan Alpen yang
bersejarah. Atau petualangan yang dilakukan oleh Jengis Khan yang melintasi
Pegunungan Karakoram dan Kaukasus untuk menuju Asia Tengah.
Dalam bentuknya seperti sekarang ini, pendakian yang gemilang untuk pertama kalinya
terjadi pada tahun 1786, ketika Dr. Paccard dan seorang pemandu Balmant berhasil
mencapai Puncak Mount Blanc (4807 m), yang maksudnya sebagai pengamatan ilmiah.
Ketika puncak-puncak Pegunungan Alpen sudah sering didaki, para pendaki mulai
mencari puncak lainnya, dan mengalihkan pilihan pada Pegunungan Himalaya.
Sekelompok pendaki gunung Perancis, pada 1950 berhasil mencapai Puncak
Annapurna I (8078 m). prestasi ini mendorong minat Kolonel John Hunt untuk
memimpin ekspedisi mencapai Mount Everest (8848 m), puncak tertinggi di dunia yang
ditemukan pada 1852 oleh Sir Andrew Vaugh (mengambil nama Everest untuk
menghormati gurunya Sie George Everest).
Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, akhirnya Mount Everest dapat dicapai oleh
Edmund Hillary dari Selandia Baru dengan bendera Inggris, Nepal, dan PBB bersama
seorangpemandu dari Nepal Tenzing Norgay pada tanggal 29 Mei 1953.
Di Indonesia, pada tahun 1909 – 1911, suatu ekspedisi persatuan ahli-ahli burung dari
Inggris menembus rimba Irian dari arah Selatan, menuju gugusan pegunungan salju
Jayawijaya. Mereka tinggal selama 16 bulan, tetapi kembali dengan kegagalan.
Ekspedisi Van der Pie pada tahun berikutnya mengambil arah dari sebelah Timur, dan
juga mengalami kegagalan. Tahun 1912, Dr. Walaston dengan jalur Utara Lembah
Itakwa berhasil mencapai ketinggian 3000 meter, namum belum berhasil mencapai
Puncak Cartenz Pyramide. Ekspedisi berikutnya lebih berhasil di bawah pimpinan Dr.
A. H. Colijin, mencapai Puncak NggaPulu (4862 m) di dinding Utara gletser es Puncak
Jaya pada tahun 1936.
Pendakian itu membuka lembaran sejarah baru bagi pendakian di Indonesia. Tetapi
lama setelah itu, ekspedisi dari Selandia Baru di bawah pimpinan Henrich Harreu pada
1962 berhasil mencapai puncak bersalju Cartenz Pyramide (4884 m). Tanggal 1 Maret
1964, Sugirin, Soedarto dan Fred Athaboe bersama Tazuke dan kawan-kawannya dari
Jepang yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih berhasil mencapai Puncak Ngga
Pulu yang kemudian diberi nama Puncak Soekarno di pegunungan tengah Jayawijaya.
Masih di tahun yang sama pada bulan Mei, Wanadri di Bandung diresmikan sebagai
perkumpulan penempuh rimba dan pendaki gunung, dan Mapala UI di Jakarta di
penghujung tahun yang sama. Dan secara serempak kemudian bermunculan
perkumpulan lainnya serupa di berbagai kota di bumi.
1. JENIS-JENIS PENDAKIAN/PERJALANAN
Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti
yang sering kita dengar adalah istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya. Istilah
yang keren itu membuat kita tersipu, karena artinya begitu luas, misalnya mencakup
pengertian perjalanan mulai melintasi bukit hingga melakukan ekspedisi ke Himalaya.
Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai
berikut :
Scrambling
Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan
kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Untuk pemula, tali kadang-
kadang harus dipasang untuk pengamanan dan mempermudah gerakan.
Contoh : perjalanan di sekitar puncak Gunung Gede jika melalui jalur Cibodas. Tali
dipasang selain sebagai pengaman, juga untuk mempermudah perjalanan ke puncak.
Climbing
Dikenal sebagai suatu perjalananpendek yang umumnya tidak memakan waktu lebih
dari 1 hari, hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan
pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian
peralatan. Bentuk climbing ada dua macam :
Stabilitas atau keseimbangan kedudukan badan muncul sebagai hasil hubungan antara
berat badan dan gaya tumpuan atau pegangan yang adapada permukaan tebing.
Pengaturan letak badan, gaya tumpuan dan pegangan menentukan kestabilan yang
diperoleh. Peluang gerak untuk mendaki lebih lanjut ditentukan oleh kemampuan
menempatkan tubuh pada tempat yang cocok untuk kondisi medan yang dihadapi.
Pada umumnya dinding tebing terdiri dari bermacam cracks dan ledges. Karena
pengaruh iklim, suhu, angin, serta faktor lainnya, dinding tebing mengalami kontraksi
dan ekspansi yang menyebabkan munculnya celah mulai dari yang kecil/sempit sampai
yang panjang/lebar. Dinding sering mengalami erosi sehingga mengalami kekasaran
dan ketidakrataan permukaan. Kekasaran dan ketidakrataan ini dapat dipergunakan
sebagai tumpuan/injakan maupun pegangan. Karena bermacamnya kondisi permukaan
tebing ini, maka teknik memanjat dikelompokkan berdasarkan tiga kategori umum.
Pengelompokkan ini sesuai dengan bagian tebing yang dimanfaatkan untuk
memperoleh gaya tumpuan dan pegangan.
2. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga
yang memadai sebagai pijakkan kaki maupun pegangantangan. Para pendaki pemula
biasanya mempunyai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian besar berat
badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badannya rapat ke tebing. Ini
adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak biasa digunakan untuk
mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada
tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan.
Kecenderungan merapatkan badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen
gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir. Konsentrasi
berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan
kestabilan yang lebih baik.
3. Friction/Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini
dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertikal, kekasaran permukaan
cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesek terbesar diperoleh dengan
membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik
dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
4. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-
olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan,
dikenal teknik-teknik berikut :
Jamming adalah teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu
lebar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah
sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
himneying adalah teknik memanjat celah vertikal yang cukup lebar (chimney).
Badan masuk di antara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki
menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua
tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendorong ke atas
bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahanberat badan.
Bridging adalah teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies).
Caranya denganmenggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua
celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh
tangan yang juga berfungsi senagai penjaga keseimbangan.
Lay Back adalah teknik memanjat pada celah vertikal dengan menggunakan tangan
dan kaki. Pada teknik ini, jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung
miring sedemikian rupa untuk menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang
berlawanan. Tangan menarik ke belakang dan kaki mendorong ke depan dan
kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Hand Traverse adalah teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping
(horizontal). Halini dilakukan bila tempat pegangan yang ideal sangat minim dan
memanjat vertikal sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan
banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tergantung pada pegangan
tangan. Sedapatmungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakankaki (ujung kaki)
agar berat badan dapat terbagi lebih merata.
Mantelself adalah teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang
letaknya agak tinggi, namun cukup besar dan dapat diandalkan untuk tempat berdiri
selanjutnya. Kedua tangan dipergunakan untuk menarik berat badan, dibantu
dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada,
maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan, untuk mengangkat
berat badan, yang dibantu dengan dorongan kaki.
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar, yaitu :
Mengamati, mengenal medan, dan menentukan lintasan/rute yang akan dilalui, baik
secara keseluruhan maupun selangkah, yang sangat menentukan untuk langkah
berikutnya. Permukaantebing yang banyak memiliki tangga-tangga (teras kecil),
tonjolan, lekukan, dan celah serta sudut (corner) merupakan lintasan-lintasan yang
mungkin untuk dilalui.
Memikirkan teknik yang akan dipakai secara keseluruha maupun selangkah demi
selangkah. Teknik tersebut merupakan pemikiran atau hasil pengamatan dari
lintasan yang dilihat (apakah adachimney, crack, dan sebagianya).
Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan.
Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang dibicarakan.
Dengan kegiatan dasar di atas kita dapat mengerti dan menyadari apa saja
sesungguhnya masalah yang ada selama pendakian, sehingga dengan demikian kita
dapat mempersiapkan dan berlatih serta selalu mengembangkan kemampuan dengan
lebih terarah dan efektif.
Ketika mulai mendaki dan sedang mendaki sering sekali kita dihadapkan pada tonjolan
atau celah yang berbeda-beda jarak jangkauannya. Usahakanjangan menjangkau terlalu
jauh, sehingga berat badan masih tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan. Gerakan
yang terlalu cepat dan tergesa-gesa bisa berbahaya. Ketangkasan bergerak adalah hasil
latihan yang teratur dan terarah, bukan dari ketergesa-gesaan.
2. Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukannya
degan segala risiko yang siap dihadapinya seorang diri. Dalam pergerakannya ia tidak
memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakuakan free soloing climbing, seorang
pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk-bentuk
pergerakan pada rute yang dilaluinya. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan
dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan atau pegangan. Sehingga biasanya orang akan
melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama.
Risiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang
mampu dan benar-benar profesional yang akan melakukannya.
3. Artificial Climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing,
bor, stirrup, dan lain-lainnya. Peralatan tersebut harus dipergunakan karena dalam
pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali
memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai, misalnya menghadapi medan
yang blank (tanpa ada tonjolan atau tumpuan). Peralatan berfungsi sebagai pengaman
dan juga untuk mendapatkan tunpuan, pendakian dilakuakan secara berkelompok,
pembagian tugas jelas antara leader dan belayer. Peralatan dan metode yang digunakan
dimulai dari yang paling sederhana dan tepat. Kemampuan untuk bergerak cepat dan
aman bukan disebabkan oleh adanya peralatan yang supermodern, tetapi lebih pada
penggunaan teknik yang baik.
1. SISTEM PENDAKIAN
Himalayan Style; Sistem pendakian yang biasanyadengan rute yang panjang, sehingga
untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang
pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya
terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp).
Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah
berhasil untuk seluruh tim.
Alpine Style;Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini
mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian
dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karenapara pendaki tidak
perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bisa membuat fly camp baru, dan
esoknya dilanjutkan kembali).
1. TEKNIK TURUN/RAPPELING
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepenuhnya bergantung pada peralatan. Prinsip rappeling adalah sebagai berikut :
Dalam rappeling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan
terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada
tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1. PERALATAN PENDAKIAN
Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Mengingat
fungsi yang begitu penting, tali haruslah kuat. Kekuatan tali ini tergantung dari diameter
(ukuran tali) dan pabrik pembuatnya. Dianjurkan, jenis-jenis tali yang dipakai
hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-
peralatan pendakian. Panjang tali dalampendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang
memungkinkan leader da belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali
yang dipakai adalah 10 – 11 mm, tetapi sekarang ada tali pendakian yang mempunyai
kekuatan sama, yang berdiameter 9,8 mm. Untuk penggunaan double rope digunakan
tali dengan diameter 8 – 9 mm. Ada dua macam tali pendakian, yaitu :
Static Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 2 – 5 % dari berat maksimum
yang diberikan. Sifatnya kaku. Umumnya berwarna putih atau hijau. Tali statik
digunakan untuk rappeling.
Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5 – 15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna menyolok
(merah, jingga, ungu). Pada penggunaannya, digunakan oleh pendaki pertama (leader)
sebagai pengaman dan dipasang di pengaman-pengaman yang telah dipasang
(chock,piton, dan sebagianya) dengan bantuan carabiner dan sling.
Perawatan tali adalah dengan menggantungkan atau disimpan di tempat kering. Bila
basah, dikeringkan dengan diangin-anginkan, jangan terkena sinar matahari secara
langsung. Apabila kotor, tali ini dapat dicuci dengan cara menggosok atau menyikat
dengan sikat halus. Jangan sampai merusak mantelnya. Tali kernmantel masih dapat
dipakai dalam pendakian apabila mantel pada tali masih utuh, sehingga bagian dalam
masih terlindungi.
Hal yang berkaitan dengan tali pada pendakian adalah simpul. Simpul-simpul yang
digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Mudah dibuat
Cepat untuk dikuasai
Aman (kuat) dan mudah untuk dibuka
Beberapa jenis simpul yang harus dikuasai :
Carabiner
Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D dan mempunyai gate
yang berfungsi sebagai peniti. Dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan
bervariasi sesuai dengan desain pabrik pembuatnya. Biasanya kekuatan suatu carabiner
tercantum pada alat tersebut. Ada dua jenis carabiner, yaitu :
Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling
antara lain :
Sebagai penghubung.
Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
Mengurangi gaya gesek/memperpanjang pointMengurangi gerakan (yang
menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan, terbuat dari alumunium alloy. Fungsinya sebagai
pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan
untuk membelay atau untuk rappeling.
Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila
dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk naik pada tali.
Harnes/Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
1. Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-celah.
Contohnya : EB, Dolomite.
1. Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya Combat boot
(sepatu tentara). Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau
tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
Anchor (Jangkar)
Anchor adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian
dimasukkan pada anchor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada
dua macam anchor, yaitu :
1. PROSEDUR PENDAKIAN
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah
sebagai berikut :
Berikut Kasus – Kasus Kecelakaan Atau Gangguan Dalam Kegiatan Alam Terbuka.
Penanganan :
Gejala dan tanda Dehidrasi ringan Defisit cairan 5% dari berat badan Penderita merasa
haus Denyut nadi lebih dari 90x / menit Dehidrasi sedang Defisit cairan antara 5 – 10%
dari berat badan, Nadi lebih dari 90x / menit Nadi lemah Sangat haus, Dehidrasi berat,
Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan, Hipotensi, Mata cekung, Nadi sangat
lemah, sampai tak terasa, Kejang – kejang
Penanganan :
Penanganan :
Tenangkan korban
Bawa ketempat yang luas dan sejuk
Posisikan ½ duduk
Atur nafas
Beri oksigen ( bantu ) bila diperlukan
4. PUSING / VERTIGO / NYERI KEPALA
Yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan,kelaparan, gangguan kesehatan
dll.Gejala : Kepala terasa nyeri / berdenyut, Kehilangan keseimbangan tubuh, Lemas
Penanganan :
Istirahatkan korban
Beri minuman hangat
beri obat bila perlu
Tangani sesuai penyebab
5. MAAG / MUAL
Yaitu gangguan lambung / saluran pencernaan.
Penanganan :
Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
Beri minuman hangat ( teh / kopi )
Jangan beri makan terlalu cepat
6. LEMAH JANTUNG
Yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau
terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala : Nyeri di dada, Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit
membungkuk, Kadang sampai tidak merespon terhadap suara, Denyut nadi tak teraba /
lemah, Gangguan nafas, Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung, Kepala terasa
ringan, Lemas, Kulit berubah pucat / kebiruan, Keringat berlebihanTidak semua nyeri
pada dada adalah sakit jantung, Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress,
tegang.
Penanganan :
Tenangkan korban
Istirahatkan
Posisi ½ duduk
Buka jalan pernafasan dan atur nafas
Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
Jangan beri makan / minum terlebih dahulu
Jangan biarkan korban sendirian ( harus ada orang lain didekatnya )
7. HISTERIA
Yaitu sikap berlebih – lebihan yang dibuat – buat ( berteriak, berguling – guling ) oleh
korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala : Seolah – olah hilang kesadaran, Sikapnya berlebihan ( meraung – raung,
berguling – guling di tanah ), Tidak dapat bergerak / berjalan tanpa sebab yang jelas.
Penanganan :
Tenangkan korban
Pisahkan dari keramaian
Letakkan di tempat yang tenang
Awasi
8. MIMISAN
Yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim ( terlalu
panas / terlalu dingin )/ kelelahan / benturan.
Gejala : Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri, Korban sulit bernafas dengan
hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah, Kadang disertai pusing.
Penanganan :
Penanganan :
Istirahatkan
Posisi nyaman
Relaksasi
Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
10. MEMAR
Yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala : Warna kebiruan / merah pada kulit, Nyeri jika di tekan, Kadang disertai
bengkak.
Penanganan :
Kompres dingin
Balut tekan
Tinggikan bagian luka
11. KESELEO
Yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala : Bengkak, Nyeri bila tekan, Kebiruan / merah pada derah luka, Sendi terkunci,
Ada perubahan bentuk pada sendi.
Penanganan :
Penanganan :
Gejala : Perubahan bentuk, Nyeri bila ditekan dan kaku, Bengkak, Terdengar / terasa (
korban ) derikan tulang yang retak/patah, Ada memar ( jika tertutup ), Terjadi
pendarahan ( jika terbuka ) Jenisnya, Terbuka ( terlihat jaringan luka ) Tertutup.
Penanganan :
Penanganan :
Gejala : Menggigil / gemetar, Perasaan melayang, Nafas cepat, nadi lambat, Pandangan
terganggu, Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat
Penanganan :
Penanganan :
Pertolongan Pertamanya adalah: Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan
sedikit antiseptik, Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut.
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan
kegiatan di alam terbuka, diantaranya: Gigitan UlarTidak semua ular berbisa, akan
tetapi hidup penderita / korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan
yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa / racun
ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah
dari jantung.
2. Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
3. Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan Torniquet di bagian proximal
daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena,
tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap15
menit selama + 30 detiko Letakkan daerah gigitan dari tubuho Berikan kompres eso
Usahakan penderita setenang mungkin bila perludiberikan petidine 50 mg / im untuk
menghilangkan rasa nyeri
4. Perawatan luka Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau
benda panaso Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila
perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau
dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan ( selama tidak ada
luka di mulut ).
5. Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa ( antifenin )
6. Perbaikan sirkulasi daraho Kopi pahit pekato Kafein nabenzoat 0,5 gr im /ivo Bila
perlu diberikan pula vasakonstriktor
7. Obat – obatan laino Atso Toksoid tetanus 1 mlo Antibiotic misalnya: PS 4:1Gigitan
Lipan Ciri – ciri :
1. Ada sepasang luka bekas gigitan
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan
sendirinya setelah 4 -5 jam
Penanganan :
Pedoman
Siswa Pecinta Alam
Bagian 5 BIVAK & PERBEKALAN
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat
bivak, yaitu jangan sekali – kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir
pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau
busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa
karenajatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba – tiba.
Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang
nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak.
Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya
akan menentukan kenyamanan.
Bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam – macam. Ada yang dibuat dari
ponco ( jas hujan plastik ), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan – bahan
alami, seperti daun – daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling
penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan
angin, hujan atau panas.
Selain bahan yang bermacam – macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya
disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa
apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan
seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya. Sebagai
contoh, one man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang
pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang
panjangnya kira – kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok.
Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk
menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.
Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing
atau batu yang cukup dalam, lubang – lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila
memilih gua, sebaiknya kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa.
Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk
mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala
dalam gua tadi artinya tidak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya. one man bivak
Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat
berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk
pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat – tempat tersebut
tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita
bisa membuat dinding pembatas dari bahan – bahan alami. Selain menahan angin,
dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat
di muka pintu masuk.
1. Tips Membuat Tenda
Tips Membuat Tenda layak kita ketahui. Tidak hanya bagi para petualang rimba
belantara dan tingginya gunung, tetapi juga bisa diterapkan bagi yang menyukai
berkemah / membuka tenda dalam berwisata di alam bebas. Walaupun kita tahu bahwa
tenda dome di masa sekarang telah dibuat semaksimal mungkin untuk meminimalisir
aneka bahaya di alam terbuka.
1. Periksa peta Anda untuk biru berlekuk – lekuk yaitu tanda – sungai dan anak sungai.
2. Pencarian di bawah permukaan kerikil dan sungai kering.Gali sepanjang tepi luar
darikurva tajam, atau cerukan di dalam, di mana air pernah lebih dalam, dan
sepanjang dasartebing. Anda mungkin menemukan kelembaban.
3. Carilah pohon dan semak – semak gumpalan besar. Hal ini menunjukkan rembesan
terdekat atau di bawahnya. Jika Anda menemukanpasir lembab, terus menggali.
Atau pohon di bagian barat / membelakangi Matahari terbit menunjukkan air yaitu
padalumut yang tebal, Kaktus yang dengan bantalan besar sebagai daunnya. Atau
padapohon rotan, pohon pisang hutan, pohon bambu, pohon beringindan pohon
besar lainnya
4. Sebuah lembah ngarai dalam panjang sering dibentuk oleh air, sehingga air di ada
di sana.
5. Selembar plastik atau kain untuk menampung embun di malam hari atau hujan atau
untuk membungkus daun pohon yang mengalamiphotosintesis di malam hari.
Jangan panik dan kita harus bisa mengetahui air dalam survival Air. Survival Air adalah
hal penting di dalam suatu survival, bila kita kekurangan air, maka ancaman dehidrasi
ataukekurangan cairan. Kita bisa bertahan hidup selama kurang lebih 20 hari tanpa
makanan, tetapi bila tanpa air, kita hanya bisa bertahan kurang lebih selama 5 hari saja.
PENCARIAN AIR
Pada tanah berbatu . Cari mata air pada daerah karst. Dari saluran air pada dinding
lembah yang memotong lapisan berpori. Pada daerah granit cari pinggir bukit
berumput paling hijau.
Pada tanah gembur . Cari pada daerah lembah atau lereng. Kadang terdapat
genangan kecil, air harus disterilkan.
Di pegunungan . Di gali bekas aliran sungai pada kelokan sebelah luar. Pada hutan
lumut, ambil lumut lalu peras.
Dari tumbuh – tumbuhan.Tumbuhan beruas – ruas : rotan dan keluarganya
Tumbuhan merambat : lumut and keluarganya Tumbuhan khusus : kantong
semar.
Menampung embun.
Tidak berwarna,berbau dan berasa misal : air mata air, danau, hujan, sungai
Jejak binatang menyusui dapat menunjukkan lokasi mata air.
PENJERNIHAN AIR
Supaya air menjadi “palatable water” tahap – tahapnya :
Sejarah penelusuran goa di Indonesia di mulai dari sejak tahun1980 di Bogor oleh
Persatuan Speleology Dan Caving Indonesia.
1. Goa vertical
2. Goa horizontal
1. Goa lava, yaitu goa yang terbentuk dari letusan gunung berapi
2. Goa vulkanik yaitu goa yang terbentuk dari suatu gempa
3. Goa batu gamping yatu goa yang terbentuk dari lempengan batuan batu gamping
4. Goa litoral yaitu goa yang terbentuk dari hawa panas suatu gunung yang mengikis
perut bumi sehingga terbentuk suatu lorong.
Di dalam goa biasanya terdapat aroganit atau cristal. Berikut adalah jenis kristal yang
terdapat di dalam Goa :
Pedoman
Siswa Pecinta Alam
Bagian 7 TALI-TEMALI
Tali bagi para pecinta alam yaitu suatu alat yang sangat mendukung kegiatan-kegiatan
yang mereka lakukan dan tali dianggap sebagia suatu alat yang sangat vital dalam dunia
pecinta alam dan dapat berakibat vatal bila salah dalam menjaga maupun merawatnya.
Tali ada beberapa jenis antara lain :
1. Tali Caramantel Dinamis yaitu lentur dan daya renggang 30%bisa digunakan untuk
climbing· Statis yaitu kurang lentur dan daya rengganghanya 15 % bisa
digunakan untuk refling .
2. Tali Perusik
3. Tali Webbing.
Simpul – Simpul Dalam Pecinta Alam :
Simpul overhand
Simpul double overhand.
Simpul overhand luph
Simpul figure of eight
Simpul double figure of eight
Simpul bowline knot
Simpul fisherman knot (simpul nelayan)
Simpul double fisherman knot
Simpul high waiman hitc
Simpul tape luph
Simpul perusik knot (simpul anyam)
Simpul munter hitc
Simpul butterfly knot
Simpul ring bend (simpul pita)
Pedoman
Siswa Pecinta Alam
Bagian 8 KONSERVASI
1. PENGERTIAN KONSERVASI
Konservasi : lstilah payung untuk kegiatan/ aktivitas pengelolaan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya yang didasarkan pada 3 prinsip, yaitu perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan.
Sumber daya alam hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya
alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
Keaneka ragaman dan nilainya.
Konservasi Sumber daya Alam Hayati : Pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memeliharadan meningkatkan kualitas Keaneka
ragaman dan nilainya.
Flora: Semua jenis Sumber daya alam nabati, baikyang hidup di darat maupn di air.
Fauna: Semua jenis Sumber daya alam hewani yang hidup di darat dan atau di air
dan atau di udara.
Habitat adalah lingkungan tempat tumbuh atau satwa dapat hidup dan berkembang
secara alami.
Ekosistem : Suatu satuan lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik Jenis-jenis
makhluk hidup) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah) serta kimia (keasaman,
salinitas,) yang saling berinteraksi satusama lainnya.
1. TUJUAN KONSERVASI
1. Untuk mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar
bermanfaat bagikesejahteraan rakyat;
2. Meningkatkan ekosisternnya pemanfaatan dengan tetap potensi sumber
memperhatikan daya alamdan kelestarian fungsi, keseimbangan lingkungan hidup,
pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal ;
3. Terkendalinya populasi satwa dan tumbul1an liar,bailk di dalam maupun di luar
kawasan.
1. Punah (extinct), spesies satwa/ tumbuhan yang sudah tidak ditemukan lagi dialam;
2. Punah di alam (ntinct in the wild), bila hanya ditemukan di luar habitat aslinya;
3. Kritis (critically endangered), bila menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi
di alam dalamwaktu dekat;
4. Genting (endangered), bila tidak tergolong kritis naInun mempunyai resiko
kepunahan yang sangat tinggi di alam;
5. Rentan (vulnerable), bila tidak tergolong kritis dan genting namun mempunyai
resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.