Era pecinta alam sesudah meninggalnya Soe Hok Gie ditandai dengan adanya
ekspedisi besar – besaran, dan era berikutnya ditandai dengan Era 1969 – 1974,
merupakan era antara masa kematian Gie dan masa muncul munculnya Kode Etik
Pecinta Alam .
Era ini menandai munculnya tatanan baru dalam dunia kepecinta – alaman, dengan
diisahkannya Kode Etik Pecinta Alam ( KEPAI ) di Gladian IV Ujungpandang, 24
Januari 1974. Ketika itu di barat juga sudah mengenal suatu ‘Etika Lingkungan Hidup
Universal’ yang disepakati pada 1972. Era ini menandakan adanya suatu babak
monumental dalam aktivitas kepecintaalaman Indonesia dan perhatian pada
lingkungan hidup di negara – negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah
memunculkan suatu kesadaran untuk menjadikan Pecinta Alam sebagai aktivitas yang
teo – filosofis, beretika, cerdas, manusiawi / humanis, pro – ekologis, patriotisme dan
anti – rasial.
Dalam Etika ‘Etika Lingkungan Hidup Universal’ Ada 3 etika yang merupakan
prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :
Take nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill noting but time.
Dalam Kode Etik Pecinta Alam Indonesia, disebutkan :
– Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
– Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai
alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
PRINSIP DASAR PETUALANGAN DAN PECINTA ALAM
1. Dalam pelaksanaan kegiatan petualangan terdapat etika dan prinsip dasar yang
sudah disepakati bersama. Etika dan prinsip dasar tersebut muncul sebagai rasa
tanggung jawab kepada alam. Selain didukung dengan perlengkapan dan
peralatan yang memadai, juga dalam petualangan mutlak diperlukan
kemampuan yang mencukupi. Kemampuan itu adalah kemampuan teknis yang
yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi
penggunaan perlengkapan. Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme
berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang
curam dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan
dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa serta paham cara
penggunaannya.
2. Kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan
untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan
pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam. Berikutnya,
kemampuan kemanusiawian. Ini menyangkut pengembangan sikap positif ke
segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi /
kemauan, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, serta
kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.
3. Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan
mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukan pendakian,
apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri
sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.