Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PEBI4223)

MODUL 9, Etika Lingkungan


Tutor : Ibu Ai Rahmatussa’adah, M. Pd

Di susun Oleh: Kelompok 6 :

1. Istina Rahkmalia ( 825546909 )


2. Meidita Sari ( 836369191 )
3. Selawati ( 825544937 )
4. Sri Mulyani ( 836412293)

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – UT BOGOR
2019.1
Modul 9
ETIKA LINGKUNGAN

KB 1
Dasar-dasar Etika Lingkungan
A. KONSEP DASAR DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ETIKA LINGKUNGAN
1. Konsep Dasar Etika Lingkungan
Etika Lingkungan merupakan pemikiran etis terhadap alam dan
hubungan antara manusia dan alam. Etika lingkungan juga dapat diartikan sebagai
suatu disiplin ilmu filsafat yang mempelajari hubungan dan status moral serta
nilai dalam kehidupan manusia terhadap lingkungan.
2. Perkembangan Etika Lingkungan
 Kapan etika lingkungan ini mulai muncul? Tentu saja sudah sejak
lama, yaitu sejak dimulainya peradaban manusia di muka bumi. Nenek
moyang kita bahkan secara didasari atau tidak, telah menerapkan etika
lingkungan.
 Tandanya? Mereka mengajarkan untuk tidak menebang pohon dan
merusak hutan sembarangan, dan tidak membunuh hewan tanpa alasan,
walaupun sering kali dilandasi kepercayaan animisme dan dinamisme.
Etika lingkungan hidup sendiri, baru muncul sebagai salah satu disiplin
ilmu pada tahun 1970-an.
 Bagaimana etika lingkungan ini berkembang? Sejak lama para ahli
menyadari tentang kekhawatirannya terkait hubungan manusia dengan
alam. Mereka memperkirakan pada akhir Abad XX akan terjadi ledakan
penduduk dan krisis lingkungan.
 Bahkan menurut Thomas R. Malthus memperkirakan akan terjadinya
kelaparan akibat pertumbuhan populasi manusia yang ia sebut sebagai deret
ukur (kurva eksponensial) dan pertumbuhan pangan sebagai deret hitung
(kurva linear).
 Seorang Pakar sejarah, Lynn White jr. (1967) berpendapat bahwa pokok
pikiran Yahudi Kristen telah mendorong eksploitasi alam secara berlebihan,
dengan alasan bahwa semua alam diciptakan untuk kepentingan manusia.
 Menurut Leopold (1949), menganjurkan adopsi dari “etika lahan”. Lahan
yang merupakan komunitas adalah konsep dasar ekologi, tetapi lahan yang
dicintai dan dihormati merupakan perluasan dari etika lingkungan.

B. TEORI ETIKA LINGKUNGAN HIDUP


Beberapa pendekatan hubungan antara manusia dengan alam, sebagaimana dikemukakan
Rudi dan David (2013) sebagai berikut :
1. Pendekatan humanisme. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya tanggung
jawab manusia terhadap hak dan kesejahteraannya manusia lain atas pemanfaatan
sumber daya alam.
2. Pendekatan ekologis. Pendekatan ini menekankan tentang adanya keterkaitan
antara manusia dengan alam.
3. Pendekatan teologis. Pendekatan ini bersumber dari nilai-nilai luhur ajaran
agama/kepercayaan.
Menurut Sony Keraf (2002) dalam buku “Lingkungan Hidup” menjelaskan beberapa
teori etika lingkungan sebagai berikut :
a. Antroposentrisme
Teori etika lingkungan ini memandang manusia sebagai makhluk yang paling
bernilai di alam semesta ini.
b. Biosentrisme
Teori ini memandang bahwa bukan hanya manusia yang memiliki nilai intrinsik,
melainkan semua kehidupan di alam ini memiliki nilai yang sama (intrinsik dan
instrumental).
c. Ekosentrisme
Teori ekosentrisme sebenarnya merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan
biosentrisme.
d. Teosentrisme
Teori ini lebih memperhatikan hubungan antara manusia dengan lingkungan yang
didasari oleh ajaran agama.
e. Ekofeminisme
Merupakan bagian yang tidak lepas dari perkembangan ideologi feminisme.

C. ETIKA LINGKUNGAN DAN KEARIFAN LOKAL


Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom merupakan usaha manusia
dengan menggunakan akal pikirannya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,
objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.
Menurut Ridwan (2007) kearifan lokal merupakan pengetahuan yang muncul
periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam
sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama.
Sedangkan menurut Wahono (2005) kearifan lokal adalah kepandaian dan
strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang
sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia.
Beberapa kearifan lokal sebagai berikut :
1. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy
2. Kearifan Lokal Masyarakat Toro
3. Kearifan Lokal Masyarakat Dataran Lindu
KB 2
Etika dan Pendidikan Lingkungan Hidup
A. KESADARAN MANUSIA AKAN LINGKUNGAN HIDUP
Menurut Miller (1982, dalam Sudjoko et.al, 2008) telah mengidentifikasi kesadaran
lingkungan bagi keberlanjutan bumi dan sumber daya alam, yaitu :
1. Manusia bukanlah sumber utama dari segala nilai;
2. Keberadaan alam dan sumber dayanya bukanlah untuk manusia semata, tetapi untuk
seluruh spesies organisme yang ada di dalamnya;
3. Tujuan kehidupan manusia di bumi bukan hanya untuk memproduksi dan
mengkonsumsi, tetapi sekaligus mengkonservasi dan memperbaharui sumber daya
alam;
4. Meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana ketiga dasar di atas, harus pula menjadi
tujuan kehidupan;
5. Sumber daya alam itu sangat terbatas dan harus dihargai dan diperbaharui;
6. Hubungan antara manusia dengan alam sebaiknya dalam kesetaraan;
7. Kita harus memelihara kestabilan ekologik dengan mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman biologis dan budaya;
8. Fungsi utama negara adalah mencanangkan dan mengawasi penggunaan dan sumber
daya alam dan mencegah terjadinya eksploitasi dan perusakan lingkungan hidup;
9. Manusia sebaiknya hidup rukun, saling berbagi dan mengasihi dan tidak bersifat
individualistis serta saling mendominasi;
10. Setiap manusia di planet bumi adalah unik dan memiliki hak berbagi atas sumber
daya alam;
11. Tidak satu pun individu manusia, pihak industri atau negara berhak untuk
meningkatkan haknya atas sumber daya alam.

B. PENTINGNYA ETIKA DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP


Menurut Miller Jr (1994) mengemukakan jalan keluar (solusi) agar kelestarian alam
dapat terjamin, antara lain :
(1) Mengevaluasi setiap rencana kegiatan agar terjadi pembangunan berkelanjutan;
(2) Menggunakan teknologi yang tepat guna untuk mencegah kerusakan di muka bumi;
(3) Membiasakan hidup sederhana;
(4) Memosisikan diri sebagai warga bumi;
(5) Memasyarakatkan Pendidikan Bumi (earth education) di sekolah dan pelatihan.
Menurut Adisenjaya (2008) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan lingkungan
hidup dijabarkan menjadi 6 kelompok, sebagai berikut:
a. Kesadaran, yaitu memberi dorongan kepada setiap individu untuk memperoleh
kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan dan permasalahnya.
b. Pengetahuan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh berbagai
pengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan masalahnya.
c. Sikap, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh seperangkat nilai dan
kemampuan mendapatkan pilihan yang tepat, serta mengembangkan kepekaan
terhadap lingkungan dan memberikan motivasi untuk berperan serta secara aktif
di dalam peningkatan dan perlindungan lingkungan.
d. Keterampilan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh keterampilan
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah lingkungan.
e. Partisipasi, yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu untuk berperan
serta secara aktif dalam pemecahan masalah lingkungan.
f. Evaluasi, yaitu mendorong setiap individu agar memiliki kemampuan
mengevaluasi pengetahuan lingkungan ditinjau dari segi ekologi, sosial, ekonomi,
politik, dan faktor-faktor pendidikan.

C. ETIKA LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN DAN


PEMBELAJARAN
Menurut Arne Naess, seorang ahli ekologi, mengungkapkan bahwa krisis
lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan
perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Sekolah merupakan salah
satu sarana yang sangat baik dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Strategi Pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut:
1. Strategi Pembelajaran Etika Lingkungan
2. Membangun Sekolah Berwawasan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai