Anda di halaman 1dari 2

KEGIATAN BELAJAR 3

Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral


dalam PKN SD
Konsep “values education,moral education, education for virtues” sebagai program
dan proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga mengembangkan
nilai dan sikap.
LickonaLickona (1992:6-7) “pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi
pekembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang lain
Mematuhi hukum yang belaku, partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan Peduli terhadap
perlunya kebaikan bagi umat.
Setiap setiap individu warga negara seyogianya mengerti dan memiliki komitmen
terhadap fondasi moral demokrasi, yakni menghormati hak orang lain, mematuhi hukum yang
berlaku, partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan peduli terhadap perlunya kebaikan bagi
umum.
Pendidikan nilai piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan pengembangan perilaku moral yang dilandasi oleh
penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat.
Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis dalam diri individu
mengikuti perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan perkembangangan
kesadaran dan pelaksanaan aturan yang menjadi 2 domain yaitu:
o Tahapan Domain Kesadaran Mengenai Aturan terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan
dirasakan sebagai susatu hal yang bersifat tidak memaksa, usia 2-8 tahun, aturan
disikapi dengan hal yang bersifat sacral dan diterima tanpa pemikiran, usia 8-12 tahun
aturan diterima sebagai hasil kesepakatan.
o Tahapan Domain Pelaksanaan Aturan terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan
sebagai susatu hal yang bersifat monorik saja, usia 2-6 tahun, aturan dilakukan sebagai
perilaku yang lebih berorientasi diri sendiri, usia 6-10 tahun diterima sebagai hasil
kesepakatan.

Kohblberg mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara berpikir
melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan
kesejahteraan manusia. Kohlberg merumuskan adanya tiga tingkat / level yang terdiri atas enam
tahap/stage yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat I : Prakonvensional (Preconventional)

a. Tahap 1, Orientasi hukuman dan kepatuhan.


b. Tahap 2, Orientasi instrumental nisbi.

2. Tingkat II : Konvensioanal (Conventional)

a. Tahap 3, Orientasi kesepakatan timbal balik.

b. Tahap 4, Orientasi hokum dan ketertiban.

3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)

a. Tahap 5, Orientasi kontrak social lagalistik

b. Tahap 6, Orientasi prinsip etika

Kohblberg menolak pendidikan nilai atau karakter tradisional yang berpijak pada
pemikiran bahwa seperangkat kebijakan/ keadaan ( bag of virtues) seperti kejujuran, budi baik,
kesabaran,ketegaran yang menjadi landasan prilaku moral yang memberi implikasi bahwa
tugas guru adalah membelanjakan kebijakan itu melalui percontohan dan komunikasi langsung
keyakinan serta manfaat memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kebijakan itu dengan
memberinya penguatan.

Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan nilai ( value clarification approach) .


Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu- satunya terhadap
suatu dilema moral tetapi ada nilai yang dipegang sebagai dasar berpikir dan berbuat.

Pendekatan penilaian dari teori kohlberg dan piget sama memfokuskan pada prilaku
moral yang dilandasi penalaran moral, sangat kental dengan nilai yang bersifat sekuler dan tidak
mempertimbangkan nilai religius yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang
tidak bisa sepenuhnya didekati secara rasional.

Anda mungkin juga menyukai