Anda di halaman 1dari 20

URGENSI PEMBINAAN BIMBINGAN MEMBACA SEBAGAI

IMPLIKASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MI ISLAMIYAH


SROYO KEC. KANOR KAB. BOJONEGORO

LAPORAN ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

SITI MIFTAQUL JANAH

NIM: 1914326174

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ATTANWIR

TALUN SUMBEREJO BOJONEGORO

2023
Artikel berjudul Urgensi Pembinaan Bimbingan Membaca Sebagai Implikasi
Dalam Kegiatan Pembelajaran MI Islamiyah Sroyo Kec. Kanor Kab.
Bojonegoro oleh siti miftaqul jannah ini telah di periksa dan di setujui untuk
laporkan.
Bojonegoro, 10 Maret 2023
Pamong

Umi Ulfa, M. Pd.I


NIP

Bojonegoro, 10 Maret 2023


Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sroyo, Kanor- Bojonegoro

Siti Istianawati, S.Ag


NPK 2785420111057

Bojonegoro, 10 Maret 2023


Dosen Pembimbing Lapangan

Moch. Wahyudi utomo, M.Pd


NIDN 2101079006

Bojonegoro, 10 Maret 2023


Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

LINA AGUSTINA, MP.d. I


NIDN 2220890146032
URGENSI PEMBINAAN BIMBINGAN MEMBACA SEBAGAI
IMPLIKASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MI ISLAMIYAH
SROYO KEC. KANOR KAB. BOJONEGORO

Siti Miftaqul Janah


Sekolah Tinggi Agama Islam Attanwir Bojonegoro

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyadarkan Pentingnya bimbingan membaca
sebagai implikasi dalam kegiatan pembelajaran semestinya menjadi prioritas bagi
setiap sekolah. Dengan dilakukannya bimbingan belajar membaca ini ternyata
memiliki banyak implikasi terhadap perkembangan siswa, kesadaran diri siswa,
pengambilan keputusansiswa, perubahan lingkungansiswa, dukungan transisisiswa,
dan pendidikansiswa. Penelitian ini menyangkut tentang faktor penyebab
rendahnya minat belajar dan membaca pada MI Islamiyah Sroyo dan solusi yang
diberikan melalui program- program binaaan membaca. Metode penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif deskriftif dan pengumpulan data penulis
menggunakan teknik wawancara. Dengan pengambilan sampel yakni teknik
snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat minat
belajar dan membaca di MI Islamiyah Sroyo dapat teratasi dengan terlibatnya guru
sebagai konselor di sekolah.
Kata Kunci: Urgency, Bimbingan Belajar, Siswa MI Islamiyah Sroyo

Abstract

This study aims to raise awareness about the importance of reading guidance as an
implication in learning activities that should be a priority for every school. By
carrying out reading tutoring it turns out that it has many implications for student
development, student self-awareness, student decision making, changes in student
environment, student transition support, and student education. This research
concerns the factors causing the low interest in learning and reading at MI Islamiyah
Sroyo and the solutions provided through reading assistance programs. This
research method uses descriptive qualitative research and the author's data
collection uses interview techniques. By taking the sample, namely the snowball
sampling technique. The results showed that the inhibiting factors of interest in
learning and reading at MI Islamiyah Sroyo could be overcome by involving the
teacher as a counselor in the school.

Keywords: Urgency, Tutoring, Students of MI Islamiyah Sroyo

A. PENDAHULUAN
Perlu disadari bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan
yang sangat bermanfaat bagi semua orang. Banyak hal yang dapat
diperoleh dalam kehidupan, jika seseorang rajin membaca. Di dunia
pendidikan, menjadikan kegiatan membaca salah satu kebiasaan siswa
merupakan harapan bagi semua orang tua dan tenaga pengajar di
sekolah. Pembinaan kegiatan membaca ini, tidak lepas dari adanya
minat yang besar dari dalam diri siswa untuk mau melakukannya serta
pembelajaran yang dikelola dengan baik oleh guru di sekolah.1
Membaca yang pada hakikatnya termasuk kajian yang dijadikan salah
satu materi pengajaran yang penting, diharapkan mampu
membangkitkan minat siswa dalam membaca. Guru diharapkan dapat
membantu siswa mengatasi kesulitan dalam membaca dengan
mengajarkan teknik membaca yang baik serta memanfaatkan fasilitas
yang ada agar budaya baca dapat diwujudkan di sekolah.
Membaca adalah jendela dunia. Membaca seharusnya dimulai
dari sekarang, bahkan saat baru mulai mengenal kata dan bahasa yang
baik, tetapi tidak apa apa jika kita baru mulai membaca karena tidak ada
kata terlambat untuk mencari Ilmu. Sebagian orang membaca memang
karena ingin mengetahui dunia lebih dalam lagi.2
Namun sebagian orang tidak suka membaca karena ada yang
lebih menarik dalam membaca buku yaitu bermain game, foto-foto,
atau berpacaran. Banyak orang sudah mencoba membaca tetapi tidak di
lanjuti karena membaca menurutnya adalah hal yang membosankan,
tidak tahu apa yang di baca sebenarnya. Membaca adalah suatu hal yang

1 Uci Sugiarti, “ Pentingnya Pembinaan Kegiatan Membaca Sebagai Implikasi Pembelajaran


Bahasa Indonesia”, Jurnal Bahasa Sastra, Vol. 1, No. 1 (Maret, 2012), 5.
2 Emi indra, “Membaca Buku Membuka Jendela Dunia”, dalam
http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/berita-479-membaca-buku-membuka-jendela-dunia.html (22
Februari 2023), 2.
menyenangkan karena dengan membaca kita bisa mengetahui tentang
dunia ini dari tidak tahu menjadi tahu.
Membaca adalah suatu hal penting untuk menambah
pengetahuan, oleh karena itu membaca buku sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia Terdapat empat macam
keterampilan yang harus dikembangkan guru kepada peserta didiknya.3
Adapun empat keterampilan tersebut yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dari empat keterampilan ini,
keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang
berpengaruh dalam proses meningkatkan kemampuan peserta didik.
Melalui membaca, siswa bisa menggali bakat dan potensi mereka,
memacu peningkatan daya nalar, melatih konsentrasi, dan peningkatan
prestasi sekolah.4 Melalui kegiatan membaca siswa bisa sekaligus
mempelajari mata pelajaran yang lain, dan melalui kegiatan membaca
siswa mampu mengetahui segala jenis informasi yang berkembang di
sekitarnya dan mengolahnya sebagai ilmu pengetahuan yang dapat
diaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Mengingat begitu banyak hal
yang bisa siswa peroleh dari kegiatan membaca, maka jelas bahwa
membaca sangat penting bagi siswa apalagi bila menjadi budaya.
Tetapi pada kenyataannya kegiatan membaca masyarakat di
Indonesia khususnya para peserta didik masih membutuhkan
pembinaan lebih. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadi yang
menyatakan bahwa kegiatan membaca masyarakat Indonesia masih
rendah dan belum dijadikan sebuah kebiasaan. Banyak hal yang
mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah minat baca setiap individu,
khususnya siswa di MI SLAMIYAH SROYO BOJONEGORO, dimana
jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 57 anak meliputi 34 siswa
laki laki dan 27 siswa perempuan. Di sana saya mengajar di kelas IV

3 Uci Sugiarti, “ Pentingnya Pembinaan Kegiatan Membaca Sebagai Implikasi Pembelajaran


Bahasa Indonesia”, Jurnal Bahasa Sastra, Vol. 1, No. 1 (Maret, 2012), 9.
4 Liya Zulianingsih, “ Media Putaran Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Anak Usia Dini”, dalam Jurnal Program Studi PGRI, ed.S. P. Sen ( Kediri: Universitas
PGRI Kediri, Juli 2020), 20.
yang berjumlah 12 siswa.5 Pada kelas tersebut terdapat 2 Siswa yang
belum bisa membaca. Jadi setiap sebelum istirahat saya memberikan
kedua anak tersebut les privat atau bimbingan membaca. Dengan
harapan kedua siswa tersebut setelah di berikan les privat mereka bisa
membaca dengan baik, lancer, dan benar.
Jika setiap siswa memiliki minat baca yang tinggi tentu kegiatan
membaca akan lebih sering dilakukan siswa dimanapun ia berada, baik
di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Penyebab kondisi
rendahnya minta membaca siswa dipaparkan dalam penelitian Erna MS
yang menyatakan rendahnya minat baca di kalangan anak dapat
disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak mendukung, terutama dari
orang tua anak-anak yang tidak mencontohkan kegemaran membaca
kepada anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian dan
pengawasan orang tua mereka terhadap kegiatan anak-anaknya.6
Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep Pendidikan yang
diterapkan dan dipahami orang tua. Sementara terkait dengan fasilitas,
minimnya ketersediaan bahan bacaan di rumah juga yang dapat
membuat anak kurang berminat pada kegiatan membaca karena tidak
ada atau kurangnya sumber bacaan yang tersedia di rumah. Selain dari
sisi keluarga, terdapat juga pengaruh dari lingkungan.7 Karena
pengaruh ajakan yang begitu kuat dari lingkungan (teman), anak lebih
memilih bermain dengan teman-temannya dibanding membaca buku.
Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat anak kurang
berminat untuk membaca. Seperti yang telah tecantum dalam al-qur’an
surat ali Imran ayat 159:

5 Siti Istianawati , Wawancara, Bojonegoro, 21 Februari 2023.


6 Endang Condro Retno, “Peranan Orangtua Dalam Mengembangkan Minat Membaca Anak Di
Taman Bacaan Satu Sembilan Patang puluhan Wirobrajan Yogyakarta” (Skripsi—Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2011), 33.
7 Afina Nafotira, “Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Minat Baca Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Kelas 1 (Satu) Di Surabaya”, (Skripsi—Universitas Airlangga, Surabaya, 2018), 7.
ۖ َ‫ب ََل ْنفَضُّوا ِم ْن َح ْولِك‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬
َ ‫غ ِلي‬
َ ‫َّللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُك ْنتَ فَظا‬ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ ه‬
‫علَى ه‬
‫َّللاِ ۚ إِ هن‬ َ ‫عزَ ْمتَ فَت ََو هك ْل‬َ ‫ع ْن ُه ْم َوا ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِي ْاْل َ ْم ِر ۖ فَإِذَا‬ ُ ‫فَاع‬
َ ‫ْف‬
َ‫ْال ُمت ََو ِك ِلين‬ ‫ه‬
ُّ‫َّللاَ ي ُِحب‬

Artinya:
“ Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap
keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal."8
Oleh karena itu untuk pembinaan kegiatan membaca, guru
memiliki peranan yang penting untuk dapat melaksanakannya. Melalui
kegiatan membaca siswa diajarkan bagaimana cara siswa untuk
menguasai teknik-teknik membaca yang baik, efektif, dan
menyenangkan yang semuanya tertuang dalam standar kompetensi
yang dikembangkan dalam Kurikulum di semua tataran tingkat
pendidikan. Membaca termasuk keterampilan yang harus dikuasai
sehingga diharapkan setelah menguasai kompetensi tersebut maka
kegiatan membaca siswa dapat meningkat dan diaplikasikan untuk
pelajaran lainnya dalam memahami konsep-konsep sebuah materi
pelajaran.
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca pada hakikatnya
adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya

8 Al-qur’an, 3: 159
sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.9
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya
(berbicara dan menulis). Secara linguistik, membaca merupakan proses
pembacaan sandi (decoding process). Artinya dalam kegiatan membaca
ada upaya untuk menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan
makna bahasa lisan (oral language meaning).10
Dengan kata lain Anderson mengatakan bahwa kegiatan
membaca merupakan kegiatan mengubah tulisan/ cetakan menjadi
bunyi-bunyi yang bermakna. Dalam kegiatan membaca ternyata tidak
cukup hanya dengan memahami apa yang tertuang dalam tulisan saja,
sehingga membaca dapat juga dianggap sebagai suatu proses memahami
sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan).11 Artinya memahami
pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Hubungan antara
makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca sangat
menentukan ketepatan pembaca. Makna akan berubah berdasarkan
pengalaman yang dipakai untuk menginterpretasikan kata-kata atau
kalimat yang dibaca.
Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan
didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan
melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk
mengetahui pesan atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu
proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau
kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.

9 Henry Tarigan Guntur, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa, 1985), 233.
10 Noreka Elisabeth Febriyanti, “Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media Berbasis It
Keterampilan Berbahasa Membaca Nyaring”, (Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan-- Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2019),
12.
11 Kholid A. Harras, “Hakikat Dan Proses Membaca”, (Modul—Universitas Terbuka,
Jakarta,2016), 23.
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi dari sumber tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses
pemaknaan terhadap bentuk-bentuk yang ditampilkan. Secara lebih
khusus membaca sebagai suatu ketrampilan bertujuan untuk mengenali
aksara dan tanda-tanda baca, mengenali hubungan antara aksara dan
tanda baca dengan unsur linguistik yang formal, serta mengenali
hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning. 12 Dengan
demikian, kegiatan membaca tidak hanya berhenti pada pengenalan
bentuk, melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna dari
bentuk-bentuk yang dibaca. Makna atau arti bacaan berhubungan erat
dengan maksud, tujuan atau keintensifan dalam membaca.
Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam
membaca di bawah ini, Anderson mengemukakan beberapa tujuan
membaca antara lain:13
a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for details or facts). Membaca tersebut bertujuan untuk
menemukan atau mengetahui penemuanpenemuan telah dilakukan
oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat
oleh sang tokoh.
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main
ideas). Membaca untuk mengetahui topik atau masalah dalam
bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan membaca
halamn demi halaman.
c. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequenceor organization). Membaca tersebut

12 Asropah, “Membaca Kritis Sebagai Upaya Mengembangkan Berpikir Kritis”, Jurnal


Pendidikan Bahasa dan Seni, ( Agustus, 2008),7.
13 Noreka Elisabeth Febriyanti, “Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media Berbasis IT
Keterampilan Berbahasa Membaca Nyaring”, (Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan-- Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2019),
14.
bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan hubungan
antar bagian-bagian cerita.
d. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading
for inference). Pembaca diharapkan dapat merasakan sesuatu yang
dirasakan penulis.
e. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan
(reading for classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk
menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal.
f. Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate).
Jenis membaca tersebut bertujuan menemukan suatu keberhasilan
berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Membaca jenis ini
memerlukan ketelitian dengan membandingkan dan mengujinya
kembali.
g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
(reading to compare or contrast). Tujuan membaca tersebut
adalah untuk menemukan bagaimana cara, perbedaan atau
persamaan dua hal atau lebih.

Pendapat lain menyebutkan tujuan membaca mencakup pertama


kesenangan, kedua menyempurnakan membaca nyaring, ketiga
menggunakan strategi tertentu, keempat memperbaharui pengetahuan
tentang suatu topik, kelima mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah diketahui, keenam memperoleh informasi untuk
laporan lisan atau tertulis, ketuju mengkonfirmasikan atau menolak
prediksi, kedelapan menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan terakhir
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

3. Manfaat Membaca
Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Dengan membaca
siswa dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah
informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah
ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara
berfikir seorang siswa. Menurut Gray & Rogers menyebutkan beberapa
manfaat membaca, antara lain:14
1) Meningkatkan pengembangan diri siswa
Dengan membaca siswa dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan, sehingga daya nalarnya berkembang dan
berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain.
2) Memenuhi tuntutan intelektual
Dengan membaca buku maupun sumber-sumber bacaan
lain seperti surat kabar maupun berita dan artikel-artikel di
internet, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan katakata
meningkat, melatih imajinasi dan daya piker sehingga terpenuhi
kepuasan intelektual.
3) Memenuhi kepentingan hidup
Dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan
praktis yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4) Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang
Mengetahui hal-hal yang aktual, dengan membaca siswa
dapat mengetahui peristiwaperistiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan
materi pelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan dengan
kehidupan nyata.
4. Pentingnya Kegiatan Membaca
Membaca pada era globalisasi sekarang ini merupakan suatu
keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seorang siswa.
Dengan membaca seseorang dapat menambah informasi dan
memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Kegiatan membaca
erat hubungannya dengan minat membaca itu sendiri, tanpa adanya
minat siswa tidak akan tertarik untuk membaca. Minat merupakan faktor

14 Saepudin, An Introduction To English Learning And Teaching Methodology, (Yogyakarta:


True Media, 2014), 23.
yang sangat penting yang ada dalam diri setiap manusia. Meskipun
motivasinya sangat kuat, tetapi jika minat tidak ada tentu kita tidak akan
melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya
kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena
tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca.
Minat menurut Poerbakawatja adalah ”kesedian jiwa yang
sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar.” Minat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu minat spontan dan minat terpola. Minat
spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan dari dalam diri
seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar.15 Minat terpola adalah
minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang
berencana atau terpola terutama kegiatan belajar mengajar, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Minat membaca adalah suatu perhatian
yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap
kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk
membaca dengan kemauannya sendiri. Minat membaca juga diartikan
sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap
aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan.16
Minat membaca meliputi perasaan senang terhadap buku bacaan,
kesadaran akan manfaat membaca, jumlah buku bacaan yang pernah
dibaca, dan perhatian terhadap buku bacaan. Kebiasaan membaca
merupakan salah satu bentuk minat terpola, dimana kebiasaan itu hadir
akibat adanya pengaruh yang diberikan secara signifikan kepada
seseorang. Kebiasaan membaca timbul karena adanya motivasi yang
diberikan guru kepada siswa untuk menyadari manfaat yang dapat
dirasakan dari membaca untuk kehidupannya. Sehingga tidak diragukan
lagi, bahwa kegiatan membaca merupakan sarana penting bagi setiap
orang yang ingin maju. Begitu pula dengan para pelajar, membaca
merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan tidak hanya
pengetahuan tetapi juga hasil belajar.

15 Darmiyati Z Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah,


(Yogyakarta: PAS, 2001), 1.
16 Waidin Puar, Agar Anak Belajar, ( Jakarta: Penebar Swadaya, 1998), 33.
Sebagai seseorang yang berperan dalam pembinaan kegiatan
membaca di kalangan siswa maka tugas guru adalah memberikan
motivasi untuk mendorong kesadaran siswa agar mau melakukan
kegiatan membaca.17 Misalnya, guru harus menanamkan pemikiran
positif tentang membaca. Jadikan membaca sebagai kebutuhan untuk
semua kalangan khususnya pelajar yang berguna untuk kehidupannya.
Dengan adanya kesadaran akan kebutuhan tersebut, maka akan tumbuh
minat siswa untuk memenuhi kebutuhan itu.
5. Pembinaan Kegiatan Membaca Sebagai Implikasi Dalam
Pembelajaran
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk menumbuhkan
kebiasaan membaca di kalangan siswa harus diiringi dengan minat
membaca yang besar pula. Untuk itu peran guru dalam hal ini harus
mampu memotivasi siswa sehingga tumbuh kesadaran akan pentingnya
membaca. Untuk menjaga agar motivasi dan dorongan untuk membaca
selalu besar, maka pengajaran yang dilakukan guru harusnya berjalan
dalam dua arus yang sejajar, yaitu:18
a. Guru membantu para siswa dalam membaca bahn-bahan yang
menarik serta bermanfaat secepat mungkin.
b. Guru secara sistematis mengajarkan hubungan-hubungan bunyi dan
lambang yang diperlukan oleh siswa untuk memahami serta
mendorong mereka untuk membaca sendiri
Membaca dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dan
cara yang menarik. Pemilihan teknik membaca yang tepat dapat
membuat membaca lebih efisien, efektif, serta menarik.. Semakin
terbiasa siswa disuguhi bahan bacaan yang menarik, maka kegiatan
membaca akan dengan sendirinya menjadi sebuah kebiasaan. Bahan

17 Uci Sugiarti, “ Pentingnya Pembinaan Kegiatan Membaca Sebagai Implikasi Pembelajaran


Bahasa Indonesia”, Jurnal Bahasa Sastra, Vol. 1, No. 1 (Maret, 2012), 12.
18 Siti Halidjah, “Pemberian Motivasi untuk Meningkatkan Kegiatan Membaca Siswa Sekolah
Dasar”, Jurnal Kecakrawala Pendidikan, Vol. 1, No. 9 ( Maret, 2011), 2.
bacaan yang disuguhkan pun diusahakn mengangkat peristiwa yang
aktual dan disesuaikan dengan usia peserta didik.19
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan
perpustakaan sekolah. Untuk menunjang keberhasilan pengajaran
bahasa Indonesia, perpustakaan sekolah merupakan salah satu syarat
yang perlu diperhatikan dan tidak dapat ditawar-tawar pengadaannya.
Untuk memancing kebiasaan membaca maka guru dapat menugasi
murid-muridnya secara teratur dan tetap membaca buku dalam jumlah
tertentu setiap minggu atau tiap bulan.
Tentu pengawasan guru diperlukan pada proses ini dengan cara
selalu memriksa kembali apakah buku yang dipinjam itu dibaca oleh
siswa atau tidak. Guru juga bisa mengingatkan siswa untuk
mengaplikasikan teknik-teknik membaca yang efesien saat siswa
membaca diperpustakaan, sehingga dengan waktu yang tidak terlalu
banyak siswa tetap bisa menangkap atau memahami apa yag dibacanya.
Setiap guru bahasa harus dapat membantu serta membimbing para siswa
untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan
yang mereka butuhkan saat mereka membaca, sehingga siswa tidak
mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dibacanya.
Menurut Tarigan usaha yang dapat dilaksanakan adalah: 20
a. Guru dapat menolong para siswa memperkaya kosa kata mereka
dengan jalan:
b. Memperkenalkan sinonim dan antonim kata-kata.
c. Memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan, sisipan, dan
akhiran.
d. Guru dapat membantu para siswa untuk memahami makna,
struktur kata, dan sebagainya dengan latihan seperlunya.

19 Apri Damai Sagita Krissandi, Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD ( Pendekatan Dan
Teknis) Ed. Thomas Diman, ( Bekasi: Penerbit Media Maxima, 2018), 29.
20 Tarigan dan Henry Guntur (ed), Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), 34.
e. Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman siswa dengan
cara mislanya menanyakan apa ide pokok sebuah paragraf, atau
menyuruh pelajar membuat rangkuman dari sebuah bacaan.
f. Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman
(comprehension skills) kepada para siswa.
g. Membantu para siswa untuk meningkatkan kecepatan dalam
membaca.
B. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian kualitatif menurut Lodico, Spaulding, dan
Voegtle yang disebut penelitian interpreatif atau penelitian lapangan
adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi
dan antrropologi dan diadaptasi ke dalam pendidikan.Untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
sebagai berikut:

1. Jenis dan sifat penelitian

a. Jenis

Dilihat dari jenisnya, maka penelitian ini adalah termasuk penelitian


lapangan (field research), yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha
untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan di
lapangan. Dengan demikian data yang diperlukan adalah data
mengenai kondisi siswa selama di kelas (kesulitan dalam membaca
yang dihadapi, minat membaca siswa, interaksi dan komunikasi antar
siswa, respon terhadap tugas membaca, dan mengatasi siswa yang
lamban).

b. Sifat penelitian

Penelitian kualitatif deskriftif sebuah penelitian yang berusaha


mengungkapkan keadaan yang bersifat alamiah secara holistik dan
data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau
gambar dari pada angka- angka. Hasil penelitian tertulis berisi
kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan
bukti presentasi. Berdasarkan informasi yang penulis dapat bahwa
terdapat beberpa siswa yang kurang dalam minat belajarnya di dalam
pendidikan dan bagaimana kesulitan yang di hadapi siswa dalam
proses pembelajaran di kelas.
2. Metode Pengumpulan Data
Agar memperoleh data yang relevan dengan focus penelitian.
Maka, metode pengumpulan data yang akan digunakan penulis yaitu:
Wawancara. Wawancara terdiri atas sejumlah pertanyaan yang
dipersiapkan oleh peneliti dan diajukan kepada guru kelas MI Islamiyah
Sroyo mengenai topik penelitian secara tatap muka, dan peneliti
merekam jawaban-jawabannya sendiri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview


bebas terpimpin adalah kombinasi antara interview bebas dan interview
terpimpin maksudnya, wawancara dilakukan dengan membawa
serentetan pertanyaan lengkap dan terperinci yang bebas menanyakan apa
saja, pertanyaan dapat berkembang sesuai jawaban yang diberikan
responden.21

Interview dilakukan karena peneliti ingin mengetahui jawaban


secara langsung diberikan untuk orang yang diinterview atas soal-soal
yang diajukan, dalam metode interview peneliti menggunakan teknik
snowball sampling yakni apabila pertanyaan yang diajukan kepada
sampel dan mendapatkan jawaban yang sama maka sampel yang lain
sudah mewakili.22 Seperti bagaimana respon siswa terhadap tugas yang
diberikan guru di sekolah tersebut.

C. HASIL PENELITIAN

Urgensi pembinaan dan konsultasi di sekolah sangat diperlukan, seperti


yang dikutip oleh Koestoer Partowisastro oleh Imam Musbikin, setidaknya
disebabkan oleh faktor-faktor berikut: 1) Sekolah adalah kehidupan kedua setelah
keluarga Lingkungan, anak-anak tinggal di sini selama kurang lebih 6 jam. dari
kehidupan di sekolah. 2) Siswa yang relatif muda memang membutuhkan

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2020), 38.
22 Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 30.
bimbingan yang baik dalam memahami situasi mereka sendiri, bimbingan dan
mengatasi berbagai kesulitan.23 Berbagai kesulitan belajar dalam proses
pembelajaran tentunya menjadi penghambat terselenggaranya pembelajaran.
Kesulitan belajar merupakan masalah yang dihadapi siswa di MI Islamiyah
Sroyo, khususnya dalam belajar. Manifestasi dari masalah belajar dan membaca,
seperti kurangnya perhatian, kebiasaan belajar yang buruk, kesulitan di kelas,
mudah lupa, dll.. Di antara sekian banyak masalah belajar yang dihadapi siswa
atau guru, tentunya tidak begitu mudah untuk diselesaikan. Oleh karena itu, guru
sebagai penanggung jawab pembelajaran harus mampu menyiapkan strategi-
strategi tertentu untuk mengatasi problem tersebut.

Dari penelitian yang kami lakukan di MI Islamiyah Sroyo, kesulitan


belajar yang dihadapi siswa selama belajar ada banyak, seperti konsentrasi yang
terganggu oleh temannya, siswa yang mengantuk di kelas, siswa yang ingin cepat
istirahat, dan ada juga siswa yang tidak memperhatikan guru karena tidak
menarik baginya.

Berdasarkan apa yang diperoleh dari narasumber, ada beberapa sikap


yang perlu dilakukan untuk mengatasi siswa yang lamban ketika belajar dan tidak
berminat untuk membaca, diantaranya ialah:
1. Guru memahami setiap karakteristik siswa.
2. Melakukan metode belajar tertentu agar siswa dapat memahami
pembelajaran.
3. Mengatur tempat duduk siswa.
4. Memilihkan teman sebangku yang dapat membantunya belajar.
5. Memberikan evaluasi atau tugas tambahan pada siswa.
6. Guru meminta bantuan guru BK.
7. Guru dan orang tua siswa saling berkonsultasi.
Selain solusi yang sudah disampaikan diatas, perlu diingat pula
bahwa setiap orang terlahir dengan kemampuan dan kecerdasan yang
berbeda. Fakta bahwa adanya siswa yang lamban dalam belajar bukan serta
merta menjadikan semua tanggungjawab dibebankan pada guru. Karena

23 Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD.dalam Perspektif Islami, (Yogyakarta: Laksana, 2010),
184.
tidak mungkin guru dapat mengawasi anak selama seharian penuh. Orang
tua dan orang dewasa disekitar siswa juga ikut bertanggung jawab terhadap
perkembangan kemampuannya. Maka dari itu, memang perlu adanya
kerjasama dari semua pihak agar tujuan Pendidikan dapat tercapai.

D. Kesimpulan
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan
didahului oleh kegiatan melihat bahan bacaan serta membutuhkan suatu
proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat
yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas. Kegiatan
membaca pada masa sekarang ini seharusnya dijadikan satu budaya yang
harus dibina dan dikembangkan di kalangan masyarakat khusunya para
pelajar, karena dengan membaca semua orang dapat menambah ilmu
pengetahuan dan membuka wawasan terhadap dunia luar.
Kegiatan membaca dapat dibina dan ditingkatkan bila siswa
memiliki minat yang besar terhadap kegiatan membaca itu sendiri. Tanpa
minat semua kegiatan apapun itu tidak akan berjalan dengan baik. Untuk
menumbuhkan minat membaca tersebut, maka orang-orang terdekat siswa
seperti orang tua dan guru memiliki peran yang sangat penting. Kegiatan
membaca yang sudah menjadi kebiasaan juga merupakan implikasi dari
pembelajaran di sekolah,
Guru harus mampu memahami serta memanfaatkan kondisi yang
ada agar kebiasaan membaca dapat ditanamkan pada masing-masing siswa.
Guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa akan pentingnya
membaca untuk kehidupannya. Tidak hanya sekedar memberikan motivasi
saja, guru juga harus bisa menjadi teladan atau contoh bagi siswanya dalam
membina kegiatan membaca. Selain itu, guru bahasa setidaknya bersedia
membantu siswa pada saat siswa tersebut mengalami kendala-kendala saat
membaca. Untuk menambah semangat siswa dalam membaca banyak upaya
lain yang dapat diterapkan, misalnya mengelola perpustakaan dengan baik
atau memeberi hadiah bagi siswa yang rajin membaca. Tentu hal ini harus
mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah agar pembinaan kegiatan
membaca dapat berjalan dengan baik.
E. DAFTAR PUSTAKA

Guntur, H & Tarigan. 2008. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Arikunto,2013. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Asropah. 2008. Membaca Kritis Sebagai Upaya Mengembangkan Berpikir Kritis.


Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni, 22-34.

Budiasih, Darmiyati Z. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas


Rendah. Yogyakarta: PAS.

Febriyanti, E. 2019. Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media Berbasis IT


Keterampilan Berbahasa Membaca Nyaring. Bahan Ajar Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan-- Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Halidjah, S. 2011. Pemberian Motivasi untuk Meningkatkan Kegiatan Membaca


Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kecakrawala Pendidikan. 1 (9): 2-5.

Hamalik, Oemar. 2017. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harras, Kholid A. 2016. Hakikat Dan Proses Membaca. Modul—Universitas


Terbuka, Jakarta.

Indra, emi. 2016. Membaca Buku Membuka Jendela Dunia (Online),


(http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/berita-479-membaca-buku-
membuka-jendela-dunia.html (22), diakses 21 Februari 2023.

Krissandi, S, D, A. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD ( Pendekatan


Dan Teknis. ED. Thomas Diman. Bekasi: Penerbit Media Maxima.

Mulyawan, Galuh. 2020. Urgensi Bimbingan Dalam Pendidikan Nonformal


Khususnya Pendidikan Kesetaraan (Equivalency Education).
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Musbikin, imam. 2010. Buku Pintar PAUD.dalam Perspektif Islami. Yogyakarta:


Laksana.
Musbikin, Imam. 2010. Guru Yang Menakjubkan. Jogjakarta: Buku Biru.

Nafotira, Afina. 2018. Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Minat Baca
Pada Anak Usia Sekolah Dasar Kelas 1 (Satu) Di Surabaya.
Skripsi—Universitas Airlangga, Surabaya.

Puar, W. 1998. Agar Anak Belajar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Saepudin, 2014. An Introduction To English Learning And Teaching


Methodology. Yogyakarta: True Media.

Sugiarti, uci. 2012. Pentingnya Pembinaan Kegiatan Membaca Sebagai Implikasi


Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Bahasa Sastra, 1(1): 3-4.

Sugiyono, 2020. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Zulianingsih, Liya. 2020. Media Putaran Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak Usia Dini. Jurnal Program Studi PGRI,
ed.S. P. Sen. Kediri: Universitas PGRI Kediri.

Anda mungkin juga menyukai