Anda di halaman 1dari 14

ISSN OSSJ-8824

CHIMERA

ETIKA LINGKUNGAN

(Usul tentang Cara Merumuskan dan Memasyarakatkannya)

Istamar Syamsuri

Abltrak: Kerusakan lingkungan akibat dari eksplcitasi Iingkungan dan pencemaran sehingga membahayakan keberadaan umat manusia telah menyadarkan kita tentang perlunya pelestarian lingkungan. Manusia merupakan bagian dari kesatuan lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memanfaatkan sumber daya alam (SOA) dari lingkungannya Naoum haruslah disadari bahwa makhluk hidup lainnya juga memerlukan SDA serta mempunyai bale. untuk hidup. Karena itu, lingkungan hidup hams dilestarik.an. Untuk melestarikan lingkungan hidup diperlukan adanya kesadaran, kemauan dan tanggung jawab moral, bahwa lingkungan hidup tidak hanya untuk generasi saat ini, melainkan juga untuk generasi mendatang. Maka yang perlu diubah pada dasarnya adalah pandangan urnat manusia, dati penguasa lingkungan menjadi pembina lingkungan. Perubahan pandangan akan menumbubkan etika lingkungan, yang dimanifestasikan dalam bentuk tanggung jawab moral dalam melestarik.an linglrungan hidup. Hingga saat ini -sepanjang pengetahuan penulis-, Etika Lingkungan Indonesia belum jelas beaar konsepsinya. Melalui tulisan ini, penuIis mencoba memberi satu pemikiran, bagaimana merwnuskan etika lingkungan Indonesia dan menerapkannya. Kata-kata kuoei: etika lingkungan, perubaban pandangan,

pembina lingkungan, kelestarian lingkungan.

Drs. Islamar Syam.nlri, M.Pd ado/oh dose» Jllf1ISil1I PendidiJcan Biologi FPMlPA IKlP MAUNG

8S

86 CHIMERA, Th .1 No.2, Agustus 1996

PENGERTIAN ETIKA LlNGKUNGAN

Etika atau dalam bahasa Inggris disebut ethic, berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti watak atau adat. Devos, H (1987) merumuskan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral). Selanjutnya dikemukakan bahwa ruang hngkup kesuliaan adalah nonna, adat istiadat, moral, dan pandangan hidup. Jadi pandangan hidup merupakan bagian dari etika.

Etika merupakan salah saw bidang filsafat yang bersifat nonnatif.

Artinya bahwa apa yang dipersoalkan itu menyangkut masalah ukuran, nilai atau norma-norma. Etika memberi nilai baik atau buruk atas perbuatan seseorang. Seorang ahli etika akan mempersoalkan apakah sesuatu itu boleh terjadi atau tidak. Dalam hubungannya dengan pandangan hidup, keduanya saling berpengaruh; etika memberi sumbangan terhadap pandangan hidup, sementara pandangan hidup juga mempengarubi etika. Sebagaimana diketahui, pandangan bidup adalah penuntun tingkah laku manusia menuju ke arab apa yang dianggap baik dan benar (Eka Prasetya Pancakarsa).

Etika bermacarn-macam. Ada Etika Hindu, Etika Islam., Etika Kristen, dsb. yang bersumber dari agama. Ada pula Etika Jawa, Etika Melayu, Erika Bali dan yang lain yang sesuai dengan agarna, kepercayaan dan sosial budaya yang dianut masyarakat etnik tertentu. Keanekaragaman etika dapat dimaklumi karena ukuran, nilai atau norma dapat berbedabeda. Jika kita berbicara Etika Indonesia, tentu saja, secara teoritis macamnya hanya satu, karena nilai-nilai yang dianut merupakan kristalisasi dari segala nilai yang berkembang di masyarakat Indonesia.

Karena merupakan bidang filsafat yang normatif dan menyangkut moral, maka etika merupakan penuntun moral yang datang dari dalam din seseorang. Orang yang memiliki etika yang tinggi yang secara tidak sengaja melakukan perbuatan rnelanggar etik akan sadar dan menyesa1i perbuatannya itu. Dirinya akan berkata "kamu tidak etis", Dia akan dihukum oleh dirinya sendiri.

Ajaran yang sangat indah itu belum tentu dapat dihayati oleh semua

Istamar Syamsuri : Etika Lingkungan 87

lapisan masyarakat yang memiliki keanekaragaman watak dan latar belakang. Terhadap tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan orang lain diperlukan adanya aturan-aturan yang lebih operasional yang bersumber pada etika. Itulah yang kemudian disebut sebagai undangundang, peraturan, tatatertib, dsb., yang pada dasamya merupakan "penjelmaan" dari etika.

Pada mulanya, etika merupakan penuntun tingkah laku yang tidak tertulis. Namun kemudian seiring dengan semakin kompleksnya kehidupan, etika ditulis dalam bentuk naskah yang dikenal dengan kode etik Beberapa organisasi profesi seperti guru, dokter, wartawan, menuliskan etikanya sendiri-sendiri dalam bentuk rumusan-rumusan atau kode-kode yang kemudian dikenal sebagai kode etik. Jadi kode etik memuat kode-kode (bahasa tulis) untuk ditaati. Maka lahirlah Kode Etik Guru, Kode Etik Dokter, Kode Etik Jumalistik, dst. Karena sudah tertulis, pelanggaran terhadap kode etik bisa dituntut di muka hakirn.

Bagaimanakah halnya dengan etika lingkungan? Berdasar uraian tersebut, etika lingkungan adalah penuntun tingkah laku yang mengandung niIai-nilai positif dalam rangka mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan. Etika lingkungan mempersoalkan bagaimana sebaiknya perbuatan seseorang itu terhadap lingkungan hidupnya. Orang yang beretika lingkungan adalah orang yang sadar lingkungan, mencintai lingkungan hidupnya, memiliki kepeduJian lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan. Hal yang demikian dituntut dalam era Pembangunan Berkelanjutan yang merupakan kebijakan Pemerintah saat ini. Menurut Soerjani dkk (1987) etika lingkungan adalah berbagai prinsip morallingkungan, yang merupakan petunjuk atau arab perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika Jingkungan manusia tidak hanya mengimbangi hak dengan kewajibannya terhadap lingkungan, tetapi juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan. Kelentingan lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk berusaha pulih karena gangguan, asalkan gangguan itu masih dapat diterima. Jika gangguan itu melebihi

88 CHIMERA, Th.1 No.2, Agustus·1996

batas, lingkungan akan kehilangan kelentingarmya.

Setiap manusia Indonesia diharapkan memiliki kesadaran dan tanggungjawab moraJ sebagai insan individu dan insan sosial yang merupakan bagian tak terpisahkan dan lingkungannya, untuk ikut bertanggungjawab melestarikan lingkungannya. Orang yang beretika lingkungan tidak akan melakukan tindakan yang dapat merusak lingkungan. Misalnya tidak mencemari lingkungan, hidup hemat. tidak boros, tidak hanya berorientasi ekonomi, melainkan juga berorientasi kepada kelestarian lingkungan. Pendek kala, segala tindakannya senantiasa berwawasan lingkungan.

SEJARAH PERKEMBANGAN ETlKA LINGKUNGAN

Sebenamya, sudah sejak berabad larnanya urnat manusia telah memiliki etika lingkungan yang bersumber dari adat istiadat, agama dan kepercayaan masing-masing. Da1am khasanah ilmu pengetahuan, etika lingkungan baru muncul pada tahun 1949. Pelopomya adalah Aldo Leopold yang mengemukakan konsep erika lingkungan yang dia beri nama The Land Ethic. Leopold mengemukakan bahwa semua sumber daya alam (SDA), termasuk tumbuhan, hewan dan materi-materi lainnya perlu dilestarikan (Botkin & Keller, 1982). Dengan demikian maka peranan rnanusia dirubah, dari semula sebagai penak1uk lingkungan menjadi bagian dan pelindung lingkungan.

The Land Ethic berasumsi bahwa kehidupan manusia itu tidak banya ditentukan oleh individu dan masyarakat, melainkan ditentukan pula 0100 tumbuhan, hewan, tanah, udara dan air, yang kesemuanya termasuk lingkungan. Maka haruslah disadari pula bahwa makhluk hidup Jain seperti ayam, sapi, bayam, tomat, sawi, padi, dst. yang dikonsumsi manusia juga memerlukan kelestarian. Makhluk hidup yang disebutkan tadi hidupnya tergantung kepada tanah, air. udara dan mineral-mineral. Antara makhJuk hidup yang satu dengan yang lain terjadi saling ketergantungan, juga dengan lingkungannya, jalin menjalin membentuk suatu sistem lingkungan yang kompleks. Jadi berdasar kerangka etika, kescmua somber daya aJam memerJukan kelestarian, memerJukan perlinduogan dari umat

Istamar Syamsuri : Etika Lingkungan 89

manusia demi kelestarian manusia juga.

Perasaan bahwa kita menjadi satu kesatuan dengan alam, dan kita merupakan bagian dan jaringan kehidupan, kadang-kadang tidak kita miJiki lagi setelah kita memasuki gerbang kehidupan di jaman modem ini. Tetapi perasaan demikian akan tetap ada pada penduduk yang hidup rncnvatu dengan alam, meskipun kehidupan rnercka bcrlangsung sclama ribuan tahun. Misalnya pada suku-suku bangsa kita yang hidup di pclosok pedesaan atau di daerah-daerah terpenei I Mcreka terpenci I dari "modernisasi" tetapi akrab dengan alam lingkungannya.

Kapan manusia modem itu muneul? Sejak abad 17, manusia berpandangan mekanik. Burni dan semua kehidupan (keeuali manusia) dipandang seeara mekanik, yakni seperti rnesin-mesin. Manusia memandang ada dua maeam benda alam, yakni apa yang disebut sebagai nyawa (spirit) dan benda fisiko Hanya manusia yang memiliki perasaan. Hewan dan tumbuhan bekerja secara mekanik, seperti bekerjanya mesin-mesin.

Pandangan demikian mempengaruhi kehidupan manusia, terutama bangsa Barat (NSW TAFE Commission, 1993). Mcreka memandang bahwa manusia berada di luar alam, dan Bumi beserta isinya dipandang sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia mengambil sumber daya alam untuk kebutuhan hidupnya, untuk kepentingannya sendiri. Inilah yang disebut sebagai "mengeksploitasi alam".

Hasilnya sungguh terasa. 300 tahun setelah itu populasi manusia berkembang pesat. Industri bennunculan. Umat manusia mendapatkan segaJa sesuatu yang diperlukannya dad Bumi dalam jumlah yang semakin banyak dan sernakin banyak. Pesatnya perkembangan IPTEK dan populasi manusia seolah saling berpacu, saling berebut menjadi terbesar Eksploitasi alam juga sernakin mcningkat Akibatnya, lingkungan mcnjadi rusak, kelestarian urnat manusia terancam

Jalan satu-satunya yang harus ditcmpuh dcmi kelestarian umat rnanusia adalah mengubah pandangan manusia dari "rnanusia di luar lingkungan" menjadi "manusia bagian integral dari lingkungan", dan mengubah peranan manusia dari "perusak lingkungan" menjadi "pembina

90 CHIMERA, Th .1 No.2, Agustus 1996

lingkungan" .

Setelah Leopold sebagaimana diuraikan di depan, ada beberapa kejadian lain yang menyebabkan kita mernandang planet Bumi dengan pandangan baru. Salah saw di antaranya adalah ketika manusia mendarat eli Bulan, berjalan eli permukaannya, dan dapat mernandang jauh melihat Bumi mengarnbang eli angkasa ... "kecil, biru dan iodah melayang di angkasa .... demikian kata seorang astronot menggambarkannya. Ia juga mengemukakan bahwa semua makhluk hidup "terbang bersama di dalam satu Bumi" (NSW TAFE Commission, 1993).

Pada tahun 1960-an, Rachel Carson dari Amerika, menerbitkan bukunya dengan judul "Musirn Semi yang Sepi", karena musirn semi Amerika saat itu terasa lengang dan sunyi, tiada lagi kicau burung Robin bernyanyi-nyanyi. Burung-burung robin itu menurun populasinya karena penyemprotan dengan insektisida di pohon-pohon yang ctitanam manusia.

Ketika kita sadar, tiba -tiba kita telah dihadapkan kepada kejadian yang menyedihkan: planet kita satu-satunya sedang sakit. Beberapa jenis makhluk hidup mati; sebagianjenis tumbuhan punah; barlan air tercemar oleh limbah industri dan Jirnbah manusia; tanah permukaan yang subur hanyut dan daerah padang pasir rneluas.

Apakah kita sedang dalarn marabahaya, karena akan terbentuk parlang pasir di permukaan Bumi Jika kita terus menerus mengeksploitasi Bumi, apakah yang masih tersisa untuk anak cucu kita

PANDANGAN "IDUP BARU TENTANG LINGKUNGAN

Tahun 60-an dan 70-an. saat pertama kali permasalahan liogkungan digulirkan, banyak orang mulai menyadari bahwa kehidupan sosial kita telah berada pada jalan yang keliru. Karenanya kita memerlukan pandangan barn yang menempatkan masa depart dan kehidupan kita da1am kondisi yang seirnbang dengan lingkungan. Kita seharusnya lebih peduli terhadap semua makhluk hidup yang ada. Beberapa orang menawarkan pola hidup yang Iebih sederhana dan alarni eli dalam penggunaan bahanbahan lokal. Kita harus menyadari bahwa semua sumber daya alarn tidak

Istamar SYaJDlUri : Etika Lingkungan 91

hanya untulc manusia. Sumber daya a1am yang disediakan oleh Tuhan YME itu untuk semua kehidupan di planet ini. Kita hams memandang planet ini sebagai satu kesatuan, berupa sebuah kendaraan raksasa sedang mengambang di a1am semesta........ Kendaraan raksasa itu kini sarat dengan muatan populasi manusia beserta akibat yang ditimbulkannya. Karena itu kita saat ini sedang berpikir, apa yang seharusnya kita perbuat untulc lingkungan kita

MACAM ETIKA LINGKUNGAN

Sebagaimana diuraikan di. alas, umat manusia sebenamya telah beretika Iingkungan sejak berada di permukaan Bumi. Etika lingkungan itu mengalarni perkembangan, ke arah "kiri" dan "kanan" sesuai dengan perkembangan jaman. ltulah sebabnya ada yang menggolongkan etika menjadi dua macarn., yakni etika yang mementingkan manusia dan erika yang mernentingkan seluruh isi alamo Menurut Berita BKPSL (1990), terdapat dua model (macam ) etika lingkungan yaitu Etika Lingkungan yang Antro,posentrik dan Etika Lingkungan yang Biosentrik.

Etilca Lingkungan Antroposentrik berorientasi kepada suatu pandangao atau faham bahwa nwwsia memiliki kedudukan tertinggi dibandinglean dengan makhluk yang lain. Manusia mempunyai martabat tertinggi diantara sesama ciptaan Tuhan (Sastrapratedja, 1988 dalam Berita BKPSL. 1990). Berdasarlcan faham yang demikian ini, keperluan, kepentingan dan interes manusia berada di alas segaJanya. Segala haJ yang menguntungkan manusia dianggap benar dan sebahknya segala hal yangmerugikan manusia dianggap salah. Ulcuran moral yang ditetapkan manusia sangat subyektif sifatnya. Manusia memandang dirinya sebagai subyek sedang a1am lingkungannya dianggap sebagai obyek. Ada jarak antara manusia dengan segala sesuatu yang mengitarinya. Dampak positif dari pandangan ini adalah munculnya IPTEK yang terus menerus berkembang. IPTEK telah berbasil dipergunakan umat manusia untuk menakJukkan aIam. Sedangkan dampak negatimya adalah munculnya kecenderungan manusia untuk mengdcsploitasi alam sehingga merusak

92 CHIMERA, Th .1 No.2, Agustus 1996

lingkungan, sebagaimana dirasakan saat ini.

Etika Lingkungan Biosentrik berorientasi kepada suatu pandangan bahwa manusia merupakan anggota dari komunitas kehidupan (Sastrapratedja, 1988 dalam Berita BKPSL, 1990). Di dalam pandangan ini termuat pernikiran-pemikiran sebagai berikut:

I. Manusia termasuk anggota komunitas kehidupan dunia sebagaimana

rnakhluk hidup lainnya. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa:

a. ada kesarnaan kebutuhan antara manusia dan rnakhluk hidup lainnya;

b. setiap makhluk hidup memiliki kelebihannya sendiri-sendiri;

c. setiap makhluk hidup memiliki kebebasan untuk melestarikan

keberadaannya;

d. semua makhluk hidup asalnya sarna (merupakan hasil evolusi);

e. manusia tergantung kepada bios fer, tetapi tidak sebaliknya.

2. Manusia dan makhluk hidup merupakan kesatuan ekosistem, yakni sistem saling ketergantungan (interdependensi), di mana manusia merupakan bagian integral dari sistem alam.

3. Setiap makhluk hidup memiliki hidupnya sendiri.

4. Manusia rnemiliki sifat-sifat dan kemampuan yang tidak dimiliki makhluk hidup lainnya dan sebaliknya, makhluk hidup memiliki sifatsifat dan kemampuan yang tidak dimiliki manusia.

Jadi, di dalam pandangan biosentrik, antara manusia dan alarn menyatu, sehingga tidak ada jarak. Dampak positif dari pandangan ini adalah manusia cenderung tidak rnerusak alam sehingga lebih sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Dampak negatif dari pandangan ini adalah terjadinya kemacetan (stagnasi) ilmu pengetahuan, diam dan statik, mandeg dan tidak berkembang.

INDONESIA MENGANUT ETIKA LINGKUNGAN YANG MANA?

Etika Lingkungan yang manakah yang dianut bangsa Indonesia Apakah Etika Lingkungan Antroposentrik. ataukah Biosentrik Menurut penulis, Indonesia tidak perlu menganut erika Jingkungan salah satu atau

Istamar Syamsuri : Etika Lingkungan 93

kedua-duanya. Alasannya, menggabungkan kedua pandangan tidak mungkin. Padahal, kedua pandangan itu sedang kita butuhkan, karena rnemiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Menurut penuJis, kita bangsa Indonesia telah rnemiliki etika Iingkungan yang relevan, yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri.

Marilah kita gali etika Indonesia. Etika Indonesia sudah ada scjak sebelum pengaruh kebudayaan Hindu, Islam dan Barat (M. Said, 1976). Kalau diperhatikan, di dalam etika itu terkandung pula etika lingkungan yang bersumber pada kepercayaan Animisme dan Dinamisrne. Kepercayaan Animisme mengajarkan bahwa semua benda-benda alam mempunyai roh. Sedang kepercayaan Dinamisme mengajarkan bahwa semua benda-benda itu memiliki kekuatan. Dalam kehidupan sehari-hari nenek moyang kita mengamalkan ajarannya dengan memperlakukan benda-benda tertentu seperti pohon beringin, sumber air, gunung, dsb. sebagai benda yang mempunyai roh dan kekuatan sehingga harus dihonnati, tidak boleh diganggu, dikeramatkan dan harus dilestarikan. Kita menamakannya sebagai "kearifan" terhadap alam lingkungan.

Selanjutnya, falsafah negara Pancasila juga merupakan sumber etika bagi bangsa Indonesia, tennasuk erika lingkungan. Pancasila mengajarkan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai dan hidup akan lebih bennakna apabila dapat dikembangkan hubungan yang selaras, seimbang dan serasi dengan alam lingkungan. Ini berarti bahwa Pancasila memberi ajaran etika lingkungan agar manusia Indonesia tidak menjadi penguasa dan perusak lingkungan. Manusia Indonesia diharapkan menjadi pengelola yang'dapat menyelaraskan, menyeimbangkan dan menyerasikan kepentingan manusia Indonesia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai hamba Allah di dalam keseimbangan lingkungan yang lestari. Haruslah dicari dan dikembangkan keseimbangan antara cita-cita kemanusiaan dengan prinsip dan kelentingan alam yang mendukung perikehidupan dan kesejahteraan umat mannusia.

Emil Salim (1983) mengemukakan bahwa pembangunan masyarakat Pancasila memerlukan pengembangan lingkungan hidup yang bisa

94 CHIMERA. Th .1 No.2. Agustus 1996

menampwtg manusia Indonesia yang utuh. Pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup hams marnpu menurnbuhkan keserbaragaman dalam berbagai kegiatan manusia dan keserbaragaman di dalam sistem lingkungan hidup. Dengan pelangi kewarnaan dan keanekaragaman tersebut maka perikehidupan manusia Indonesia memiliki makna yang lebih berarti.

PRlNSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN

Sastrapratedja (1988) dalam Berita BKPSL (1990) menyatakan bahwa prinsip-prinsip etika lingkungan mengatur sikap manusia terhadap lingkungan dengan:

1. Prinsip tidak merugikan (The Rule of Nonmaleficencei, yakni tidak merugikan lingkungan, tidak menghancurkan populasi spesies ataupun komunitas biotik dan tidak merugikan apa yang tidak merugikan

.

manusia;

2. Prinsip tidak carnpur tangan (The Rule of Noninterference), yakni tidak memberi hambatan kepada kebebasan setiap organisme, yaitu kebebasan sebagaimana diuraikan di atas,

3. Prinsip kesetiaan (The Rule of Fidelity) yakni tidak menjebak, menipu atau memasang perangkap terhadap makhluk: hidup untuk sematamata kepentingan manusia.

4. Prinsip keadilan restitutif (The Rule of Restitutive Justice), yakni mengembalikan keadilan dari apa yang telah kita rusak dengan membuat kompensasi.

Jika ditilik prinsip-prinsip erika lingkungan sebagairnana diuraikan di atas, nampak bahwa prinsip-prinsip itu lebih ditujukan kepada makhluk hidup (komponen biotik), belum mencakup keseluruh komponen sistem lingkungan (komponen biotik dan abiotik). PadahaJ komponen-komponen makhluk tak hidup, rnisalnya tanah, air, udara, memerJukan perlindungan juga. Sebagai usul penulis, agar prinsip-prinsip etika Jingkungan itu dapat diterapkan untuk semua komponen lingkungan yang terdiri dari makhluk hidup dan tak hidup, maka setiap kata "makhluk: hidup" diganti dengan

lstamar Syamsuri : Etika Lingkungan 95

kata "lingkungan".

Prinsip-prinsip etika lingkungan di atas dapat diadopsi untuk erika lingkungan bangsa Indonesia, karma sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di Indonesia. Keempal prinsip itu tennuat dalam butirbutir nilai Pancasila. Mungkin masih perlu ditambah, disesuaikan dengan pandangan hidup bangsa yang menghendaki keselarasan, keseirnbangan dan keserasian hubungan manusia dengan Tuhan, masyarakat dan dengan lingkungannya. Misalnya saja ditambah dari nilai hidup hernat, tidak serakah, dsb.

BAGAlMANA MERUMUSKAN ETIKA LINGKUNGAN INDONESIA?

Ada yang beranggapan bahwa etika lingkungan itu universal sifatnya. Karena itu tidak perlu ada erika lingkungan Indonesia. Menurut penulis, kita perlu merumuskan etika lingkungan khas Indonesia. karena pennasalahan lingkungan yang kita hadapi berbeda dan kita memiliki nilai dan norma yang khas pula.

Jika kita merumuskan etika lingkungan secara tertulis, maka sebenamya kita telah merumuskan kode etik lingkungan. Sebagaimana diuraikan di alas, etika lingkungan yang indah dan luhur itu belum tentu dapat dihayati (apalagi diamalkan) oleh semua masyarakat. Hal ini disebabkan oIeb tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat kita masih rendah. Untuk rnernudahkan pemahaman dan pengamalannya, rnemang perlu disusun kode etik lingkungan.

Hanya saja, penulis hingga saat ini masih berada dalam tahap "bagaimana merumuskan" dan belurn sampai ke tahap "inilah rumusannya".

Bagaimana merumuskannya Pertama rumuskan dahulu etika lingkungan, kemudian kode erik lingkungan. Mengingat Jingkungan itu kompleks, maka perlu "dibedah" berbagai komponen penyusun hngkungan. Apalagi saat ini orang cenderung mencampur acblkkan komponen Jingkungan tidak hanya komponen hayati dan nirhayati, melainkan juga komponen sosial

96 CHIMERA, Th.l No.2, Agustus 1996

ekonomi kebudayaan (SOSEKBUD) segala. Nah untuk itu, perlu terlebih dahulu dirumuskan etika Iingkungan yang termasuk dalam aspek:

I. Aspek nirhayati mcliputi: penuntun tingkah laku untuk melestarikan keberadaan 'dan kcbcrsihan udara, air, tanah, mineral, energi dan ruangan:

2, Aspck hayati meliputi: penuntun tingkah laku untuk mclestarikan kebcradaan, menghormati hak untuk hidup semuamakhluk hidup yakni mikroorganisme, tumbuhan, hewan dan manusia;

3, Aspck IPTEK rneliputi: penuntun tingkah laku untuk mengembangkan IPTEK yang selaras, serasi, bersahabat dan berwawasan lingkungan;

4. Aspek Limbah dan Pencemaran meliputi: penuntun tingkah laku pengelolaan limbah dan pengendalian pencemaran.

5, Aspek kchidupan sosial meliputi: pcnuntun tingkah laku untuk hidup hernat, tidak serakah, dsb.

6. Aspek kedisiplinan mcliputi: penuntun tingkah laku untuk disiplin, taat asas, seperti: tepat waktu, antri, hingga ke disiplin nasional.

dsb

lJPAVA MEMASVARAKATKAN ETlKA LINGKUNGAN

Pada dasamya, etika lingkungan akan mempengaruhi sikap seseorang yang kernudian sikap itu dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku dalam menghadapi persoalan lingkungan hidupnya. Orang yang demikian dikatakan sebagai manusia yang sadar lingkungan. Masalahnya adalah, bagaimana usaha yang ditcrnpuh agar setiap warga masyarakat memiliki sikap yang positif terhadap lingkungan hidupnya?

Jawabnya, pertama adalah melakukan pendidikan lingkungan, baik melalui pcndidikan formal maupun nonfonnal. Kedua adalah menyusun peraturan dan melaksanakan secara konsekuen peraturan itu. Peraturanperaturan dan undang-undang mengenai lingkungan disertai dengan kedisiplinan dalam penerapannya, pemantauan dalarn pelaksanaannya dan pemberian sangsi apabila ada yang melanggarnya merupakan contoh kongkrit dari pemasyarakatan etika lingkungan. Tanpa penerapan dan

Istamar Syamsuri : Etika Lingkungan 97

sangsi, peraturan dan perundangan itu hanya indah di mulut tetapi tidak indah dalam kenyataan.

Di masyarakat maju, memetik daun di taman urrtum atau membuang sarnpah seenaknya di pinggir jalan dikenakan denda. Surabaya pernah memberlakukan aksi semacam ini yang dikenal dengan Operasi Yustisi. Orang berjalan mernbuang sampah sembarangan didenda, meskipun elia berasal dari desa yang kebetulan berjalan-jalan ke Surabaya. Tetapi berapa bali kegiatan ini dilakukan Apakah semua warga Surabaya saat ini sudah benar-benar sadar hingga kegiatan itu kini talc diperlukan lagi Apakah ini merupakan centoh penerapan peraturan yang tidak konsisten

Penyebaran brosur, poster, penayangan ildan peduli lingkungan di media masa akan segera menarik perhatian untuk dibaca merupakan media teknik pemasyarakatan etika lingkungan yang cukup efektif. Karena itu, radio, TV dan media lain perlu mempersering penayangan hal semacam itu.

Pemberian penghargaan kepada para pembina lingkungan, pernberian Adipura, serta bentuk-bentuk penghargaan lain sehubungan dengan kegiatan pelestarian Iingkungan sebagaimana diprogramkan pemerintah merupakan program yang sangat mendukung kepedulian lingkungan. Bersih-bersih Kali Brantas di Malang, atau Kali Mas eli Surabaya, hendaknya tidak dilakukan "sekali tembak selesai". Perlu dilestarikan karena dampaknya cukup besar bagi pembinaan kesadaran lingkungan rnasyarakat.

SARAN-SARAN

Dari berbagai kajian pustaka tentang etika lingkungan, penulis belurn mendapatkan "substansi" etika lingkungan itu sendiri. Mungkin perlu. ada suatu forum yang membahasnya. Dengan demikian kita dapat memahami etika lingkungan, batas dan ruang lingkupnya, untuk dimasyarakatkan.

Meskipun etika lingkungan diharapkan muncul dari kesadaran diri sendiri, namun untuk memunculkannya diperlukan upaya penerapan

98 CHIMERA, Th.l No.2, Agustus 1996

tataaturan, undang-undang diserta sangsi bagi pelanggamya.

Pelaksanaan kegiatan seperti kerjabakti, penertiban peraturan, pemberian saksi terhadap pelanggar (pencemaran, perusak lingkungan) harus terus dilaksanakan. tidak hanya dilaksanakan dalam waktu sesaat. Hal ini akan memberikan kesadaran pada masyarakat, pcningkatan disiplin dan kepedulian lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Bcrita Badan Kerjasarna Pusat Studi Lingkungan (BKPSL), No. 40, Pebruari 1990. Peranan Etika LIngkungan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Pusat Penclitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Universitas Indonesia

Berita Badan Kcrjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL), No. 41, Maret 1990. Peranan Erika LIngkungan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. 1akarta: Pusat Penelitian Sumbcrdaya Manusia dan Lingkungan, Universitas Indonesia.

Berita Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL), No. 42, April 1990. Peranan Etika Llngkungan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Universitas Indonesia.

Botkin, Daniel B and Edward A. Keller, 1982. Environment Studies, Columbus, Toronto, London, Sydney: A. Bell & Howell.

Devos, H., 1987. Pengantar Etika. (Terjemahan oleh Soejono Soemargono). Yogyakarta. PT. Tiara Wacana Yogya.

Direktorat 1cndcral Pendidikan Tinggi, DEPDIKBUD, 1988. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Jakarta: Percetakan UIP.

Jusuf, M, 1991. Etika Lingkungan. Jakarta: Pusat Studi Lingkungan, Universitas Trisakti.

Mappes, Thomas A and Jane S. Zembaty, 1977. Sosial Ethics, Morality and Sosial Policy. New York, London, Tokyo: Me Graw-Hill Book Company.

Said, M., 1976. Etik Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita. Salim, Emil, 1983. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. 1akarta:

Mutiara.

Anda mungkin juga menyukai