Anda di halaman 1dari 19

ETIKA LINGKUNGAN

DIBUAT OLEH:
KELOMPOK 5
Annisa 42120017

Muh. Admiraldy 42120015

Rezky Putra Ananda Hamzah 42120016

3A D4 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kecerdasan akal dan pikiran untuk menyelesaikan penyusunan
makalah ini, yang berjudul Makalah Etika Lingkungan. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Lingkungan, Program Studi D4
Teknik Listrik Jurusan Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Selesainya penyusunan makalah ini merupakan hasil kerja yang didukung
oleh banyak pihak, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua
pihak yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan atas laporan penyusunan makalah
ini, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangsih
pemikiran kepada pembaca, khususnya mahasiswa PNUP.

Makassar, 19 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1 Pengertian Etika Lingkungan ................................................................. 2
2.2 Teori Etika Lingkungan ......................................................................... 3
2.3 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan dan Unsur Etika Lingkungan ............. 7
2.4 Perilaku Manusia Terhadap Lingkungan .............................................. 11
2.5 Dasar Etika dalam Mewujudkan Kesadaran Masyarakat. ..................... 12
2.6 Penerapan Etika Lingkungan Hidup ..................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui masih banyak manusia yang kurang peduli
terhadap lingkungannya. Sebagian manusia malah banyak yang merusak dan
mencemarkan lingkungan. Padahal keberlangsungan hidup manusia
memanfaatkan dan mengola sumber daya alam yang ada di lingkungannya.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”.Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran
etika.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi
umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Maka dari itu kami
mengangkat judul tentang etika lingkungan, dimana tujuannya untuk
mengetahui bagaimana sikap kita terhadap lingkungan baik bagi kami ataupun
untuk pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika lingkungan?
2. Apa saja teori etika lingkungan?
3. Apa saja prinsip-prinsip etika lingkungan dan unsur etika lingkungan?
4. Bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan hidup?
5. Bagaimana dasar etika dalam mewujudkan kesadaran masyarakat?
6. Bagaimana penerapan etika lingkungan hidup?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika lingkungan.
2. Untuk mengetahui apa saja teori etika lingkungan.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip etika lingkungan dan unsur
etika lingkungan.
4. Untuk mengetahui bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan
hidup.
5. Bagaimana dasar etika dalam mewujudkan kesadaran masyarakat.
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan etika lingkungan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Lingkungan


Etika bersumber dari istilah Yunani yakni “ethos”, bermakna karakter,
susila, dan adat. Etika terkait sistem kehidupan, indikator benar salah,
sehingga dapat menilai perbuatan sehari-hari. Etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika
lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan yang merupakan
petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan
terwujudnya moral lingkungan. Dengan adanya etika lingkungan, manusia
tidak hanya mengimbangi hak dengan kewajibannya terhadap lingkungan,
tetapi juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai
kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan
etika lingkungan sebagai berikut:
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan
sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain
dirinya sendiri.
b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk
menjaga terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk
bahan energy.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk
makhluk hidup yang lain.

Disamping itu, etika lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku


manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua
kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang
mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup
lain atau dengan alam secara keseluruhan.

2
Ada dua jenis etika lingkungan, yaitu etika ekologi dangkal dan etika
ekologi dalam. Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan
yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan
manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya
diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan
mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan.
Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat


pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling
menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama.
Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan
memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut
penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.
Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia
dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas
disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan
serta alam.

2.2 Teori Etika Lingkungan


Teori etika lingkungan adalah teori diamana memandang manusia sebagai
pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang
paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang
diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Ada beberapa teori lingkungan, yaitu :
A. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau
tidak langung.

3
Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang
mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam
semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan
demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai
obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia.
Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai
pada dirinya sendiri.
B. Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda
dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme,
pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada
seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Karena secara
ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu
sama lain. Oleh karenanya, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya
dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang
sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.
C. Teori Egosentris
Pandangan egosentris ini, Sonny Keraf (1990:31) menjelaskan: Bahwa
tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri Dengan demikian, etika
egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia sebagai pelaku rasional
untuk memperlakukan alam menurut insting “netral”. Hal ini didasarkan pada
berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang berkaitan dengan
teori sosial liberal.
D. Teori Biosentrisme
Inti pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai
intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap ciptaan
(makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab moral
karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral
yang berlaku adalah “mempertahankan serta memlihara kehidupan adalah baik

4
secara moral, sedangkan merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat
secara moral” (Light, 2003: 109).
E. Etika Homosentris
Etika homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan universalisme etis.
Disebut universalisme karena menekankan akibat baik yang berguna bagi
sebanyak mungkin orang dan etis karena ia menekankan akibat yang baik.
Disebut utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu tindakan
berdasarkan kegunaan atau manfaat dari tindakan tersebut (Sonny Keraf,
1990:34).
Seperti halnya etika egosentris, etika homosentris konsisten dengan
asumsi pengetahuan mekanik. Baik alam mau pun masyarakat digambarkan
dalam pengertian organis mekanis. Dalam masyarakat modern, setiap bagian
yang dihubungkan secara organis dengan bagian lain. Yang berpengaruh pada
bagian ini akan berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula sebaliknya,
namun karena sifat uji yang utilitaris, etika utilitarianisme ini mengarah pada
pengurasan berbagai sumber alam dengan dalih demi kepentingan dan
kebaikan masyarakat (J. Sudriyanto, 1990:16).
F. Etika Ekosentris
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris
ini, lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini
menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni deep ecology, adalah yang
paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilema etis ekologis.
Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya
semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang
sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab
moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243) Menurut etika ini, bumi
memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah, air, tumbuhan
dan binatang atau secara kolektif, bumi”.

5
G. Teosentrisme
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan
lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan
lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism)
dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali,
konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal
dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan
Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan
hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).
H. Teori Nikomakea
Teori Nikomakea (bahasa Inggris: ‘Nicomachean Ethics’), atau Ta Ethika,
adalah karya Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang
memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika Aristoteles.
Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan
kemampuan dari orang yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu
diambil. Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia adalah tujuan hidup, dan
bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat, akan
menghasilkan perilaku yang bajik.
I. Zoosentrisme
Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak
binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh
bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai
hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan
harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa
senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut
The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan
menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan
penuh belas kasih.

6
J. Antroposentris
Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika
antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika
ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh
dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika
lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus
kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan
kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau
konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia.

2.3 Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan dan Unsur Etika Lingkungan


A. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan
Prinsip- prinsip etika lingkungan merupakan sikap- sikap yang harus
dijaga dan juga dilakukan oleh manusia dalam kaitannya berperilaku terhadap
alam. Prinsip- prinsip etika lingkungan harus dilakukan demi terciptanya
lingkungan yang bersih, sehat dan juga terjaga. Prinsip- prinsip etika
lingkungan tidak hanya terdapat satu macam saja, namun setidaknya ada
sembilan sikap yang termasuk dalam prinsip- prinsip etika lingkungan.
Adapun beberapa prinsip etika lingkungan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sikap menghormati kepada alam
Prinsip yang pertama dari etika lingkungan merupakan sikap menghormati
terhadap alam. Sikap menghormati terhadap alam ini merupakan sikap dasar
yang harus dimiliki oleh manusia dalam kaitannya memperlakukan alam atau
lingkungan. Ketika manusia memiliki sikap hormat terhadap alam maka
manusia akan bisa berlaku bijaksana terhadap lingkungan. Dengan
menghormati lingkungan pula manusia tidak akan berbuat buruk dan yang
bisa menyebabkan keburukan terhadap lingkungan.

7
2. Sikap tanggung jawab
Prinsip selanjutnya dari etika terhadap lingkungan adalah adanya sikap
tanggung jawab kepada lingkungan. Prinsip tanggung jawab kepada
lingkungan akan menyebabkan timbulnya sikap kehati- hatian dalam
bertindak. Karena jika seseorang mempunyai sikap tanggung jawab, maka dia
akan selalu mempertimbangkan tindakan- tindakan yang akan dilakukannya.
3. Sikap solidaritas
Sikap solidaritas merupakan salah satu dari prinsip etika terhadap
lingkungan. Sikap solidaritas merupakan sikap pengertian terhadap
lingkungan. Prinsip solidaritas ini merupakan prinsip yang membangkitkan
rasa solider. Rasa solider akan bangkit yang berupa sikap sepenanggungan
dengan alam dan juga dengan makhluk hidup lainnya sehingga akan
mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan.
4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian
Prisnip yang selanjutnya adalah prinsip kasih sayang dan kepedulaian
terhadap alam. Prisip kasih sayang dan kepedulaian ini akan melahirkan sikap
sukarela bertindak untuk menjaga alam. Sikap dan pandangan satu arah,
menuju yang lain dengan tanpa mengharapkan imbalan, serta tidak didasarkan
oleh kepentingan pribadi namun semata- mata hanya untuk alam saja.
5. Prinsip “No-Harm”
Prinsip yang selanjutnya adalah prinsip “No Harm”. Prinsip ini merupakan
tindakan yang tidak merugikan atau merusak alam . Hal ini karena manusia
mempunyai moral dan juga tanggung jawab terhadap keadaan alam. Oleh
karena itulah manusia harus bisa menjaga lingkungan agar bisa ditempati
dengan nyaman oleh semua makhluk hidup, baik manusia, binatang, maupun
tumbuhan.
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip selanjutnya adalah prinsip hidup sederhana dan selaras dengan
alam. Dengan adanya prinsip ini maka pola hidup manusia modern harus
dibatasi. Prinsip ini muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai
objek eksploitasi saja dan sebagai alat pemuas kebutuhan saja.

8
7. Prinsip keadilan
Prinsip etika lingkungan yang selanjutnya adalah prinsip keadilan. Prinsip
keadilan ini. maksud dari prinsip ini adalah berbicara terhadap akses yang
sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam kaitannya
menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan program
pelestarian alam. Selain itu juga dalam menikmati manfaat sumber daya
alam secara lestari .
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip etika lingkungan yang selanjutnya adalah prinsip demokrasi.
Prinsip demokrasi merupakan suatu prinsip yang terbentuk karena adanya
keanekaragaman pendapat maupun prinsip- prinsip yang lainnya yang
berhubungan dengan kebijakan, atau baik- buruk untuk alam. Oleh karena
adanya perbedaan pendapat tersebut, perlu kiranya diambil pendapat yang
disetujui orang yang lebih banyak.
9. Prinsip integritas moral
Prinsip yang terakhir dari prinsip etika lingkungan adalah prinsip integritas
moral. Prinsip ini merupakan prinsip yang menuntut pejabat publik agar
mempunyai sikap dan juga perilaku moral terhormat serta memegang teguh
untuk bisa mengamankan kepentingan publik yang berkaitan dengan sumber
daya alam.
B. Unsur Etika Lingkungan
Beberapa unsur etika atau moral lingkungan yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut :
1. Pertama, etika lingkungan hidup sebaiknya etika keutamaan atau
kewajiban? Etika keutamaan itu perlu karena yang kita butuhkan adalah
manusia-manusia yang punya keunggulan perilaku. Sementara itu etika
kewajiban, dalam arti pelaksanaan kewajiban moral, tidak bisa diabaikan
begitu saja. Idealnya ialah, bahwa pelaksanaan keutamaan manusia
Indonesia, bukan hanya demi kewajiban semata-mata, apalagi sesuai
kewajiban. Rumusan-rumusan moral itu di satu pihak memang penting,

9
namun di lain pihak yang lebih penting lagi ialah bahwa orang
mengikutinya karena keunggulan perilaku.
2. Kedua, bila etika lingkungan hidup adalah etika normatif plus etika terapan,
maka ada faktor lain yang mesti ikut dipertimbangkan, yaitu sikap awal
orang terhadap lingkungan hidup, informasi, termasuk kerja sama
multidisipliner dan norma-norma moral lingkungan hidup yang sudah
diterima masyarakat (ingat akan berbagai) kearifan lingkungan hidup dalam
masyarakat kita, yang dapat dikatakan sebagai “moral lingkungan hidup”
(Bertens, 2000:295-300).
3. Ketiga, etika lingkungan hidup tidak bertujuan menciptakan apa yang
disebut sebagai eco-fascism (fasis lingkungan, pinjam istilah Ton Dietz,
1996). Artinya, dengan dan atas nama etika seolah-olah lingkungan hidup
adalah demi lingkungan hidup itu sendiri. Dengan risiko apapun
lingkungan hidup perlu dilindungi. Dari segi etika yang bertujuan
melindungi lingkungan dari semua malapetaka bikinan manusia, hal itu
tentu saja baik. Namun buruk secara etis, bila akibatnya membuat manusia
tidak dapat menggunakan lingkungan hidup itu lagi karena serba dilarang.
Etika lingkungan tidak hanya mengijinkan suatu perbuatan yang secara
moral baik, melainkan juga melarang setiap akibat buruknya terhadap
manusia.
4. Keempat, ciri-ciri etika lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah
sikap dasar menguasai secara berpartisipasi, menggunakan sambil
memelihara, belajar menghormati lingkungan hidup dan kehidupan,
kebebasan dan tanggung jawab berdasarkan hati nurani yang bersih, baik
untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Yang
juga penting adalah soal orientasi dalam pembangunan, yakni tidak hanya
bersifat homosentri, yang sering tidak memperhitungkan ecological
externalities, melainkan juga ekosentris. Pembangunan tidak hanya
mementingkan manusia, melainkan kesatuan antara manusia dengan
keseluruhan ekosistem atau kosmos.

10
2.4 Perilaku Manusia Terhadap Lingkungan
Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup telah dapat dilihat secara
nyata sejak manusia belum berperadaban, awal adanya peradaban,dan sampai
sekarang pada saat peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih
setelah didukung oleh ilmu dan teknologi.Ironisnya perilaku manusia terhadap
lingkungan hidup tidak semakin arif tetapi sebaliknya.Kekeringan dan
kelaparan berawal dari pertumbuhan penduduk yang tinggi,penggundulan
hutan,erosi tanah yang meluas,dan kurangnya dukungan terhadap bidang
pertanian,bencana longsor,banjir,terjadi berbagai ledakan bom,adalah
beberapa contoh kelalaian manusia terhadap lingkungan. Sebenarnya
kemajuan ilmu dan teknologi diciptakan manusia untuk membantu
memecahkan masalah tetapi sebaliknya malapetaka menjadi semakin banyak
dan kompleks, oleh karena itu dianjurkan untuk dapat berperilaku menjadi
ilmuwan dan alamiah melalui amal yang ilmiah.
Sekecil apapun perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya harus
segera diperbuat untuk bumi yang lebih baik,bumi adalah warisan nenek
moyang yang harus dijaga dan diwariskan terhadap anak cucu kita sebagai
generasi penerus pembangunan yang berwawasan lingkungan
berkelanjutan.Lingkungan hidup terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan alam
fisik (tanah,air,udara) dan biologis (tumbuhan - hewan), Lingkungan buatan
(sarana prasarana),dan lingkungan manusia (hubungan sesama manusia).
Perilaku manusia terhadap lingkungan yang tepat antara lain tidak merusak
tanah,tidak menggunakan air secara berlebih,tidak membuang sampah
sembarangan.Dalam rangka usaha manusia untuk menjaga lingkungan
hidup,telah banyak bermunculan perilaku nyata berupa gerakan-gerakan
peduli lingkungan hidup baik bersifat individu,kelompok,swasta,maupun
pemerintah. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah bentuk konkrit yang
harus dilakukan oleh semua pihak dalam berinteraksi dengan lingkungan
hidup.

11
2.5 Dasar Etika dalam Mewujudkan Kesadaran Masyarakat.
Empat tingkat kesadaran lingkungan mengiodentifikasi bahwaawalnya
pemikiran etika lingkungan itu muncul karena adanya krisis lingkungan yang
sebab utamanya adalah gaya hidup manusia dan perkembangan peradabannya.
Pola hidup konsumtif, tanpa memperhitungkan bagaimana ketersediaan/ daya
dukung lingkungan serta didukung pengangkatan-pengangkatan teknologi
membuahkan perilaku eksploitasi. Namun, sering berjalannya waktu, manusia
mulai menghadapi masalah persaingan mendapatkan sumber daya alam yang
ironisnya justru semakin berkurang dan tingkat daya dukungnya pun mulai
menurun. Masalah ini lah yang memaksa manusia untuk melihat kembali
bagaimana kedudukan, fungsi dan interaksinya dengan alam semesta yang
melahirkan gagasan kesadaran dan etika lingkungan.
Dasar-dasar pemikiran/pendekatan etika lingkungan, yaitu:
1. Dasar pendekatan ekologis
Mengenalkan suatu pemahaman adanya keterkaitan yang luas atas kehidupan
yang luas atas kehidupan dimana tindakan manusia pada masa lalu, sekarang
dan yang akan datang yang akan memberi dampak yang tak dapat diperkirakan.
Kita tidak bisa melakukan hanya satu hal atas alam, kita tidak juga bisa
sepenuhnya memahami bagaimana alam bekerja, pun kita tidak akan pernah
bisa mengelak bahwa apa yang kita lakukan pasti memberi dampak pada
organisme lain, sekarang atau akan datang.
2. Dasar pendekatan humanisme
Setara dengan pendekatan ekologis, dasar pendekatan ini menekankan pada
pentingnyatanggung jawab kita untuk hak dan kesejahteraan manusia lain atas
sumber daya alam.
3. Dasar pendekatan teologis
Merupakan dasar dari kedua pendekatan sebelumnya, bersumber pada agama
yang nilai-nilai luhur dan mula ajarannya menunjukkan bagaiman alam
sebenarnya diciptakan dan bagaimana kedudukan dan fungsi manusia serta
interaksi yang selayaknya terjalin antara alam dan manusia.

12
2.6 Penerapan Etika Lingkungan Hidup
Sikap ramah terhadap lingkungan hidup harus bisa menjadi sesatu kebiasaan
yang dilakukan oleh setiap manusia dalam menjalankan kehidupan baik dalam
lingkungankeluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam membudayakan sikap tersebut antara lain :
1. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga adalah salah satu tempat yang sangat efektif
menanamkan nilai-nilai etika lingkungan.Hal itu dapat dilakukan dengan:
a. Menanam pohon dan memelihara bunga di pekarangan rumah. Setiap
orangtua memberi tanggung jawab kepada anak-anak secara rutin untuk
merawatnya dengan menyiram dan memberi pupuk.
b. Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Secara
bergantian,setiap anggotakeluarga mempunyai kebiasaan untuk menjaga
kebersihandan merasa malu jikamembuang sapah sembarang tempat.
c. Memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga untuk
menyapurumah dan pekarangan rumah secara rutin.
2. Lingkungan sekolah
Kesadaran mengenai etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan
sekolah dengan memberikan pelajaran mengenai lingkungan hidup dan etika
lingkungan,melalui kegiatan ekstrakulikuler sebagai wujud kegiatan yang
konkret dengan mengarahkan pada pembentukan sikap yang berwawasan
lingkunga seperti:
a. Pembahasan atau diskusi mengenai isu lingkungan hidup
b. Pengelolaan sampah
c. Penanaman Pohon
d. Penyuluhan kepada siswa
e. Kegiatan piket dan jumat bersih

13
3. Lingkungan masyarakat
Pada lingkungan masyarakat , kebiasaan yang berdasarkan pada etika
lingkungan dapat ditetapkan melalui :
a. Membuangan sampah secara berkala ke tempat pembuangan sampah.
b. Kesiadaan untuk memisahkan antara sampah organic dan sampah
nonorganic.
c. Melakukan kegiatan gotong - royong atau kerja bakti secara berkala
dilingkungan tempat tinggal.
d. Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan yang
masihdiperbaharui.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bahasan “ Etika dan Lingkunngan “ dapat disimpulkan
bahwa :
1. Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan yang
merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam
mengusahakan terwujudnya moral lingkungan.
2. Teori etika lingkungan adalah teori antroposentrisme, teori ekosentrisme,
teori egosentris, teori biosentrisme, teori homosentris, teori ekosentris,
teosentrisme, nikomakea, zoosentrisme, dan Antroposentris.
3. Prinsip-prinsip etika lingkungan adalah sikap menghormati kepada alam,
sikap tanggung jawab, sikap solidaritas, prinsip kasih saying dan
kepedulian, prinsip “no-harm” , prinsip hidup sederhana dan selaras
dengan alam, prinsip keadilan, prinsip demokrasi, prinsip integritas moral.
4. Perilaku manusia terhadap lingkungan semakin buruk dan menyebabkan
banyak masalah lingkungan.
5. Dasar etika lingkungan adalah dasar pendekatan ekologis, humanism, dan
teologis,
6. Penerapan etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis memberikan saran kepada pembaca
untuk etika lingkungan lebih dalam sehingga dapat menerapkannya dalam
kegiatan presentasi pembaca, dan harapan penulis presentasi yang akan
dibawakan pembaca dalam kesempatan lain akan menjadi sebuah presentasi
yang baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Lingkungan Hidup. 2018. “Teori-teori lingkungan hidup” ,


https://dlh.slemankab.go.id/ , diakses pada 19 Maret 2023 pukul 11.41 .
Fatma Desi. 2016. “9 Prinsip Etika Lingkungan Bagi Manusia” ,
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/prinsip-etika-lingkungan , diakses pada
19 Maret 2023 pukul 13.08.
Juanda Faizal. 2014. “ Etika Lingkungan Hidup” ,
https://www.slideshare.net/fdalhz, diakses pada 19 Maret 2023 pukul 13. 52
Lararenjana Edelweis. 2021. “Konsep Etika Lingkungan dan Penerapannya dalam
Kehidupan” , https://www.merdeka.com/jatim/konsep-etika-lingkungan-
dan-penerapannya-dalam-kehidupan-menarik-dipelajari-kln.html , diakses
pada 19 Maret 2023 pukul 11.15 .
Rukandar Dadan, 2015. “Penerapan etika lingkungan” ,
http://elvinabarus1110.com/ , diakses pada 19 Maret 2023 pukul 13.39.
Stekom. 2022. “ Etika Lingkungan” ,
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Etika_lingkungan, diakses pada 19
Maret 2023 pukul 13.33.

16

Anda mungkin juga menyukai