DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
SITI NURIPAH
DEDE MAESAROH
ELIN HERLINA
SITI HELWA AUZURA
DHINI JULIANI
MUHAMAD FAUZAN MUSLIH
ZAM – ZAM
KELAS X. 5
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Etika
Lingkungan", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon
memaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui unsur-
unsur etika lingkungan.Selain itu, pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Biologi Umum 2.
BAB II
PEMBAHASAN
1. James J. Spillane SJ
Etika merupakan suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan dan pijakan kepada
tindakan manusia.
3. Soergarda Poerbakawatja
Etika merupakan sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai, tentang baik dan
buruknya tindakan dan kesusilaan.
Mengungkapkan bahwa etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang
nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
5. Drs. O.P. Simorangkir
Menjelaskan bahwa etika ialah pandangan manusia terhadap baik dan buruknya
perilaku manusia.
6. A. Mustafa
Mengungkapkan etika sebagai ilmu yang menyelidiki terhadap perilaku mana yang
baik dan yang buruk dan juga dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa
yang telah diketahui oleh akal pikiran.
7. W.J.S. Poerwadarminto
Menjelaskan etika sebagai teori tentang perilaku atau perbuatan manusia yang
dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh akal
manusia.
9. Bertens
Etika merupakan nilai dan norma moral yang menjadi acuan bagi manusia secara
individu maupun kelompok dalam mengatur segala tingkah lakunya.
Mengemukakan bahwa etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang arti
baik dan buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga menyatakan
sebuah tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah
untuk melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.
11. Hamzah Yakub
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan buruk
serta memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.
12. Aristoteles
14. Martin
Mengemukakan bahwa etika ialah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan
atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku manusia.
Etika ialah ilmu tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral;
sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar
atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat.
2.2 Kebijakan Yang Berkaitan Dengan Etika Lingkungan
Bagian pertama membahas tentang hak dan bagian kedua membahas tentang
kewajiban yaitu:
· Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
· Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada
bagian pertama dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua
dibahas tentang sanksi administratif yaitu:
· Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. Teguran tertulis.
b. Paksaan pemerintah.
c. Pembekuan izin lingkungan.
d. Pencabutan izin lingkungan.
· Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara
sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
· Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab
pemulihan dan pidana.
· Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d
dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan
paksaan pemerintah.
· Pasal 80
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b
berupa:
a. Penghentian sementara kegiatan produksi.
b. Pemindahan sarana produksi.
c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi.
d. Pembongkaran.
e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran.
f. Penghentian sementara seluruh kegiatan.
g. Tindakan yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan pemulihkan
fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila
pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup.
b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran atau
perusakannya.
c. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya.
· Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.
· Pasal 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.
· Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
A. Kesimpulan
http://id.wikipedia.org/wiki/pengertian_etika_lingkungan
http://www.findyou.com.pdf/2010/04/10/Etika_lingkungan_hidup