Menyontek sudah menjadi gejala umum yang dilakukan oleh banyak orang agar dapat
lulus ujian dengan nilai yang baik. Seandainya engkau dimiinta untuk membuat pernyataan
atau dukungan anti menyontek, bagaimana sikapmu? Mengapa menyontek dianggap
berhubungan dengan perilaku koruptif?
Pengertian korupsi yang sederhana itu akan mudah kita jumpai di setiap kampus pada
saat ujian tiba. Tidak sedikit mahasiswa mahasiswi menyontek atau dengan membuat catatan
kecil untuk menjawab soal ujian. Alasan kuat mengapa para kaum intelektual itu menyontek
tidak lain karena kurang atau malas belajar. Meskipun ia penuh kesibukan atau kerja sambil
kuliah. Jadilah ia tidak mampu menjawab soal ujian. Memang betul ada beberapa soal yang
sangat sulit dijawab, tetapi bukan berarti soal ujian itu sulit semuanya.
Fakta lain mengapa mahasiswa mahasiswi menyontek tak peduli dengan catatan,
bahan bacaan pun tak dimiliki atau malas membiasakan diri membaca. Ia berharap besar dari
jawaban temannya. Perbuatan itu terjadi hampir di setiap fakultas. Mahasiswa yang jujur
pasti akan menjawab soal semampunya, ia tidak mau menyontek meskipun nilainya lebih
rendah dari temannya yang lain. Lagi pula, nilai mahasiwa tidak mutlak ditentukan dari hasil
ujian pada saat itu. Ada penilaian lain seperi karakter, kehadiran, praktikum, tugas,
presentasi, dsb.
Memang kita harus akui bahwa kemampuan setiap orang berbeda-beda. Tapi bukan
berarti itu adalah alasan pembenaran dalam mencontek. Melarang atau mengharamkan
perbuatan mencontek bukanlah memandang sebelah mata bagi mahasiswa yang kurang baik
dalam mencerna pelajaran. Hanya saja mahasiswa seperti itu butuh banyak belajar dan
bertanya kepada dosen yang ia rasa sangat penting.
Kesalahan besar kalau tidak mau dikatakan kejahatan yang dilakukan oleh mahasiswa
adalah mencontek. Yang mencontek dan pemberi contek sama-salah. Jika sejak mahasiwa
sudah mencontek, ketika bekerja, ia akan "mencontek" karena kebiaasaannya itu sejak
mahasiswa. Mencontek bisa diartikan: mengambil atau ingin memiliki apa yang bukan hasil
kerja kerasnya. Bukankah itu sama dengan korupsi. Makanya tak heran kalau Prof. J.E.
Sahetapy, pakar hukum itu bilang kalau mau tahu siapa yg berpotensi melakukan korupsi,
tanya para dosen di perguruan tinggi, apakah ia pernah mencontek ketika mahasiswa. Dengan
kata lain, Sahetapy mengatakan bahwa bibit korupsi adalah mencontek.
Stop Mencontek
Lantas, hal tersebut mesti dihilangan dari budaya kampus. Mahasiswa harus menyadari
dan segera berubah dari menyontek. Berprestasi harus punya ilmu yang cukup dan belajar
dengan giat setiap harinya dengan berbagai cara yaitu:
Tak perlu khawatir kalau kita dengan tegas tidak mau memberikan contekan kepada
teman yang meminta jawaban. Tetapi kita harus biijak menghadapi risiko yang terjadi kalau
kita tidak memberikan contekan. Barangkali akan dicemooh, dijauhi, dsb. Tapi bisa
ditegaskan kepada mereka bahwa kita bisa diajak belajar bersama dengan waktu dan tempat
“silahkan pilih.”
Para koruptor telah terbukti membuat negara hancur (bangrut), pemerintah limbung, dan
rakyat sengsara! Korupsi makin merajalela di tengah-tengah kehidupan bangsa. Meminjam
kalimat Prof. Syafii Maarif “kerusakan bangsa ini nyaris sempurna.” Lantas, jika mencontek
adalah bibit korupsi yang menjamur di perguruan tinggi, mari buka mata, hati, dan pikiran.
Stop mencontek!