Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Oleh kelompok 8 :

1. Aulia indah pramesti (18301043)


2. Dinda nur annisa (18301047)
3. Meigy marianto sanjaya (18301055)
4. Umikalsum (18301074)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan
karunia-Nya makalah “Konsep patologi dan patofisiologi” dapat diselesaikan
tepat pada waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan dan tujuan makalah ini dapat tercapai. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 18 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3


2.1 Konsep dasar patologi dan patofisiologi.....................................................3
2.2 Adaptasi, jejas, dan penuaan sel.................................................................3
2.3 Kelainan kongenital ...................................................................................8
2.4 pertumbuhan sel dan diferensiasi................................................................10
2.5 respon radang..............................................................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................15
3.1 Simpulan.....................................................................................................15
3.2 Saran ..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patologi adalah disiplin ilmu yang menjembatani praktik klinis dan
ilmu dasar, dan mencakup penelitian tentang penyebab suatu penyakit
(etiologi) serta mekanisme (patogenesis) yang menyebabkan munculnya
tanda dan gejala pada pasien.Patologi klinik mempelajari penyakit baik
mendiagnosa maupun epaluasi pengobatanya melalui pemeriksaan berbagai
cairan tubuh.
Patofisiologi adalah ilmu yag mempelajari perubahan fisiologis yang
diakibatkan oleh proses patologis. Gangguan dalam proses seluler normal
mengakibatkan terjadinya perubahan adiptif atau letal.Perbedaan antara sel
yang sanggup beradaptasi dan sel yang cedera adalah pada dapat atau tidaknya
sel itu “mengikuti” dan mengatasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang berubah dan merusak itu. Sel cedera menunjukkan perubahan-perubahan
yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh dan bermanifestasi sebagai
penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang didapat rumusan masalah sebagai
berikut “Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai konsep dasar patologi
dan patofisiologi?”

1.3 Tujuan
.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan penjelasan lebih lanjut mengenai konsep
dasar patologi dan fisiologi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar patologi dan patofisiologi
2. Untuk mengetahui adaptasi, jejas, dan penuaan sel
3. Untuk mengetahui kelainan kongenital

1
4. Untuk mengetahui pertumbuhan sel dan diferensiasi
5. Untuk mengetahui respon radang

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Patologi dan Patofisiologi


A. Konsep Patologi
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi
pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada
penyakit, mulai tingkat molekuler sampai pengaruhnya pada setiap individu.
Patologi merupakan subjek yang selalu mengalami perubahan,
penyempurnaan dan perluasan dalam memahami pengetahuan tentang
penyakit. Patologi bertujuan utama untuk mengidentifikasi sebab suatu
penyakit, untuk program pencegahan suatu penyakit. Dalam maka yang
paling luas, patologi secara harfiah adalah biologi abnormal, studi mengenai
proses-proses biologic yang tidak sesuai, atau studi mengenai individu yang
sakit atau yang terganggu. Dalam konteks kedokteran manusia, patologi tidak
hanya merupakan ilmu dasar atau teoritik, tetapi juga merupakan spesialis
kedokteranklinis.  
B. Konsep Patofisiologi
Patofisiologi adalah studi mengenai fungsi-fungsi yang mengalami
gangguan atau fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit. Patofisiologi
merupakan ilmu yang bersifat integratif yang menggambarkan konsep-konsep
dari banyak ilmu dasar dan klinis, termasuk anatomi, fisiologi, biokimia,
biologi sel dan molekuler, genetika, farmakologi dan patologi.
Patofisiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang sangat
penting manfaatnya bagi perawat dalam menjalankan tugasnya. Peran dan
fungsi perawat pada hakekatnya adalah
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu akibat
ketidakmampuan,ketidakmauan atau ketidaktahuan

2.2 Adaptasi, Jejas dan Penuaan Sel


A. Adaptasi

3
Sel mampu mengatur dirinya dengan cara mengubah struktur dan
fungsinya sebagai respon terhadap berbagai kondisi fisologis maupun
patologis. Kemampuan ini disebut dengan adaptasi selular.
Terdapat 4 tipe adaptasi selular, yaitu:
1. Hipertrofi
Hipertrofi adalah Pertambahan besar organ akibat adanya
pertambahan ukuran sel pada organ. Hipertrofi adalah suatu respons
adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel.
Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat, menyebabkan
pertumbuhan sebagian besar struktur dalam sel.
2. Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya.
Metaplasia biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi
kontinu yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan. Dengan
mengalami metaplasia, sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi
dan peradangan kronik akan menggantikan jaringan semula.
3. Atrofi
Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh
mengecilnya ukuran sel atau mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang
dan biasa disebut atrofi numerik) sel parenkim dalam organ tubuh. Atrofi
dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi tersebut.
Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus diketahui
terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih spesifik. Secara
umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi patologis.
4. Hiperplasia
Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ
tubuh karena pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru. Sama halnya
dengan atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis
dan patologis.

4
B. Jejas
Berbagai macam cidera dapat mengenai tubuh seorang manusia
seperti luka dan  terbakar. Cidera tersebut pada dasarnya secara mikro
mengenai sel karena kita ketahui bahwa sel adalah unit struktural dan
fungsional terkecil dari tubuh manusia.  Berikut ini akan dijelaskan berbagai
penyebab cidera Sel.
Banyak penyebab yang dapat menciderai sel bukan hanya luka tetapi
kekurangan oksigen dan suplai makanan ke dalam sel pun dapat
menciderainya. Beberapa penyebab dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
jenis penyebab yaitu:
1. Penyebab fisik
Trauma karena suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mengakibat cidera pada sel. Selain itu ledakan dan peluru  juga dapat
menyebabkan cidera sel akibat efek dari banyaknya energi panas yang
dihamburkan kedalam jaringan sepanjang lintasan peluru. Contoh lain
yaitu trauma radiasi dan trauma listrik.  Semua agen fisik tersebut dapat
menyebabkan perubahan atau pergeseran struktur sel yang mengakibatkan
terganggunya fungsi sel yang  akhirnya menyebabkan kematian sel.
2. Penyebab kimiawi
Bahan kimia termasuk obat-obatan dapat menyebabkan perubahan
terhadap  berbagai fungsi sel dan sel menjadi rusak dan mati. Sebagai
contoh ulkus lambung yang terjadi  karena penderita sering mengkonsumsi
obat analgetik atau kortikosteroid. Obatobatan tersebut menyebabkan sel
mukosa lambung cidera,  rusak dan akhirnya terjadi ulkus. Perhatikan juga
obat-obatan yang disuntikkan melalui vena yang memiliki kemampuan
membakar. Sebagi contoh diazepam yang disuntikkan ke dalam vena harus
hati-hati untuk menghindari ekstravasasi ke dalam jaringan lunak yang
menimbulkan rasa terbakar dan kerusakan jaringan.
3. Penyebab mikrobiologi
Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan jamur yang merupakan
organisme infeksius bila masuk dalam tubuh akan  mengeluarkan toksin

5
yang dapat  merusak dinding sel sehingga fungsi sel terganggu dan
akhirnya menyebabkan kematian sel tersebut.
4. Penyebab reaksi
Imun Reaksi imun sering  menjadi penyebab kerusakan sel.
Sebagai contoh penyakit alergi yang sering dialami  pasien lanjutusia
berupa gatal-gatal dan penyakit dermatitis kontak yang juga memiliki
gejala gatal-gatal akan menyebabkan kerusakan pada sel kulit.
5. Kekuatan  mekanis
Kekuatan mekanik yang langsung mengenai sel dapat berakibat
fatal seperti kulit yang terkena iris sehingga membran sel daerah yang
teriris robek.  Hal ini berakibat tumpahnya sitoplasma keluar dari sel.
Contoh lain yaitu udara yang sangat dingin menyebabkan  pembekuan
terhadap sel. Membran sel akan berlubang akibat kristal es dan akhirnya
terjadi kerusakan sel. Contoh lain yaitu jika terjadi perbedaan tekanan
osmotik antara intraseluler dan ekstraseluler maka akan  menyebabkan
pecahnya membran sel.
6. Kegagalan keutuhan membran
Perubahan biokimiawi pada sel dapat menyebabkan kerusakan
membran. Hal tersebut dapat diamati seperti  pada sel yang terinfeksi virus
dengan mediator sitotoksisitas yaitu perforin menyebabkan sitolitik. Selain
ituradikal bebas juga dapat menyebabkan  kerusakan membran sel.  
7. Hambatan metabolisme
Cidera sel dapat terjadi akibat adanya hambatan metabolisme sel
baik bersifat relatif maupun total dari alur mekanisme metabolisme yang
ada. Salah satunya adalah halangan respirasi seluler karena terhalangnya
pemakaian oksigen sebagai sumber energi utama. Sebagai contoh adalah
sel otot jantung yang sangat peka terhadap kebutuhan oksigen dalam
metabolisme selnya. Bila kebutuhan berkurang, maka terjadi cidera sel
yang berakibat  infark pada ototjantung.Selain itu hambatan metabolisme
sintesa protein dalam sel  juga akan berakibat terjadinya cidera sel.
8. Kerusakan DNA

6
DNA yang mengalami kerusakan tidak akan segera terlihat kecuali
pada DNA sel daerah genom yang diturunkan. Kerusakan DNA akan
mudah terlihat pada sel yang aktif membelah diri seperti sel epitel yang
terkena radiasi.
9. Defisiensi metabolit
Beberapa metabolit esensial seperti glukosa, hormon dan oksigen
bila mengalami defisisensi maka akan terjadi cidera pada sel. Sebagai
contoh pada sel neuron serebral yang sangat tergantung dan sangat
membutuhkan oksigen dan glukosa. Bila terjadi defisiensi oksigen dan
glukosa  maka sel neuron akan mengalami cidera.

C. Penuaan Sel
Berbagai penurunan fungsi sel secara progresif terjadi beriringan
dengan penuaan sel. Fungsi sintesa protein dan enzimatik serta pembetukan
ATP menurun sehingga daya tahannya akan berkurang termasuk ketika
mendapatkan cidera yang diakhiri oleh kematian sel tersebut.
Secara morfologik sel tua mengalami beberapa perubahan sebagai berikut:
1. Ketidakteraturan inti
2. Mitokondria bervakuola
3. Pengurangan retikulum endoplasma
4. Penyimpangan aparatus golgi
5. Kerusakan membran sel
Proses penuaan sel dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi teori
penuaan sel intrinsik merupakan penjelasan yang mudah diterima. Teori ini
menyatakan bahwa proses penuaan sel terjadi karena pemrograman genetik
yang telah ditetapkan. Penjelasannya adalah bahwa telah diketahui fibroblas
dalam sel manusia memiliki rentang masa hidup tertentu. Fibroblas manusia
dewasa normal akan berhenti membelah dan menjadi menua setelah kurang
lebih 50 kali penggandaan. Pada saat masih menjadi neonatus penggandaan
sel dengan cara membelah sekitar 65 kali berbeda dengan penderita progeria
yang fibroblasnya hanya sekitar 35 kali membelah.

7
2.3 Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan pada tubuh yang muncul sejak dari
periodekonsepsi sel telur yang umumnya dilahirkan dengan berat lahir rendah.
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir
yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi
A. Kelainan Tunggal (Single Abnormalities)
1. Malformasi
Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh
kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses
embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ
tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan
terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin
terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, atau
mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda.
2. Deformasi
Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang
abnormal sehingga mengubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari
tubuh yang semula berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau
mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan
oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti
primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus
bikornus, kehamilan kembar.
3. Disrupsi
Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan
yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang
hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan
oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi
biasanya mengenai beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan
bahwa bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai
struktur yang semula berkembang normal dan tidak menyebabkan
kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.

8
4. Displasia
Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital
adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan
(kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal,
mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari
kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya
mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian
besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri
abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk.
Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi,
deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu yang
jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung
lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat
terus menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.
B. Kelainan Ganda (Multiple Abnormalities)
1. Sekuens
Sekuens adalah kelainan ganda yang terjadi akibat efek domino
atau diawali oleh satu kejadian utama (primer) yang memicu kejadian
berikutnya. Hal ini sering terjadi akibat malformasi organ tunggal.
Contoh, pada sekuens ‘Potter’, kebocoran yang kronis pada cairan
amnion atau gangguan aliran urin menyebabkan oligohidramnion. Hal
tersebut kemudian mengakibabkan desakan pada janin yang
mengakibatkan dislokasi panggul, talipes dan hipoplasia pulmonal.
2. Sindroma
Pada prakteknya istilah sindroma digunakan secara lebih luas.
Misalnya sebutan sindroma amniotic band. Tetapi secara teori istilah
sindroma digunakan untuk bentuk abnormalitas yang seringkali sudah
diketahui penyebabnya. Penyebab tersebut diantaranya adalah
abnormalitas kromosom seperti sindroma Down dan kerusakan gen
tunggal seperti sindroma Van der Woude yaitu sumbing bibir/palatum
yang berasosiasi dengan celah pada bibir bawah (lip pit). Saat ini
sudah dikenal ribuan sindroma malformasi ganda. Bidang ilmu yang

9
khusus mempelajari sindroma disebut dismorfologi. Diagnosis
individu yang menderita sindroma dapat dilakukan dengan bantuan
database komputer dengan memasukkan beberapa kata kunci berupa
kondisi abnormal pada pasien. Misalnya dengan software database
London Dysmorphology Database (LDDB) yang diterbitkan oleh
Universitas Oxford dan Pictures of Standard Syndromes and
Undiagnosed Malformations (POSSUM) yang diterbitkan oleh The
Murdoch Institute for Research into Birth Defects di Melbourne.
Walaupun demikian diagnosis beberapa kondisi dismorfik masih
belum dapat ditegakkan sehingga sangat sulit mendapatkan informasi
yang akurat tentang prognosis dan resiko berulangnya.
3. Asosiasi
Istilah asosiasi digunakan untuk kondisi malformasi tertentu yang
cenderung terjadi secara bersama-sama yang tidak dapat dijelaskan
melalui proses sindroma dan sekuens. Perbedaannya dengan sindroma
adalah pada asosiasi terdapat rendahnya kesamaan abnormalitas dari
satu individu dibanding individu lainnya dan tidak adanya penjelasan
yang memuaskan tentang penyebabnya. Asosiasi seringkali dinamai
dengan menyingkat organ atau sistem organ yang mengalami
abnormalitas. Contoh: VATER, merupakan asosiasi dari abnormalitas
pada Vertebral, Anal, Tracheo-Esophageal dan Renal. Asosiasi
mempunyai resiko berulang yang rendah dan secara umum tidak
disebabkan oleh genetik walaupun penyebabnya seringkali belum
diketahui.

2.4 Pertumbuhan Sel dan Diferensiasi

Pertumbuhan merupakan suatu ciri fundamental dari seluruh makhluk


hidup. Pertumbuhan diartikan secara sederhana sebagai suatu pertambahan
ukuran, Sebagai contoh, ukuran sel tumbuhan mungkin menjadi lebih besar
pada saat menyerap air melalui osmosis, tetapi proses ini akan kembali ke
ukuran asal dan oleh karenannya tidak bisa diartikan sebagai pertumbuhan
yang sebenarnya. Juga, selama pembelahan zigot dan embrio awal, dalam hal

10
ini peningkatan jumlah sel tanpa peningkatan dalam ukuran (volume atau
massa).
Berawal dari satu individu sel, pertumbuhan organisme multiseluler
dapat dibagi menjadi 3 fase

1. Pembelahan sel (hyperplasia), suatu peningkatan jumlah sel sebagai suatu


hasil pembelahan mitosis dan pembelahan sel
2. Ekspansi sel (hypertrophy), suatu peningkatan ukuran sel yang irreversible
sebagai hasil dari pengambilan air atau sintesis dalam protoplasma.
3. Diferensiasi sel, spesialisasi sel, dalam pengertian disini tumbuh juga
mencakup berkembang.

Setiap proses dapat terjadi pada waktu tertentu yang terpisah. Contohnya,
pembelahan yang sudah disebutkan di atas. Suatu peningkatan dalam volume
tanpa perubahan jumlah sel mungkin juga terjadi, seperti pada daerah dari sel
yang mengalami pemanjangan pada ujung akar dan ujung batang pada
tumbuhan tinggi. Dalam kasus organisme bersel tunggal seperti bakteri,
pembelahan sel berkaitan dengan reproduksi (bukan pertumbuhan dari
individu tapi pertumbuhan dari populasi).
Seluruh tahapan pertumbuhan mencakup aktivitas biokimiawi. Sintesis
protein merupakan bagian penting, karena hal ini berarti pesan-pesan dari
DNA diekspresikan dalam sintesis enzim oleh sel. Enzim-enzim mengontrol
aktivitas sel. Perubahan-perubahan pada tingkat sel membawa perubahan
dalam keseluruhan bentuk dan struktur, baik pada tingkat organ-organ
tersendiri maupun organisme secara keseluruhan, dan proses ini dikenal
sebagai morfogenesis. Definisi pertumbuhan sebaiknya memenuhi kriteria
peningkatan dalam ukuran yang terjadi pada seluruh organisme bersel tunggal
sampai hewan dan tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan aktivitas
metabolisme berasosiasi dengan pertumbuhan. Pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai suatu peningkatan dalam berat kering protoplasma yang
irreversible. Pada pengertian disini mencerminkan suatu pengingkatan dalam
jumlah protein yang sudah disintesis, dan fakta bahwa proses sisntesis protein
membentuk dasar pertumbuhan. Pertumbuhan bisa positif atau negatif.

11
Pertumbuhan positif terjadi bila anabolisme melebihi katabolisme,
sedangkan petumbuhan negatif terjadi bila katabolisme melebihi anabolisme.
Sebagai contoh, dalam peristiwa perkecambahan biji dan produksi semaian
berdasarkan variasi parameter fisik, besarnya meningkat, seperti jumlah sel,
ukuran sel, berat basah, panjang, volume dan kompleksitas bentuk, tetapi
pada sisi lain seperti berat kering secara aktual menurun. Dari definisi,
perkecambahan dalam kasus ini adalah contoh yang tepat saat pertumbuhan
negatif.
Berbeda dengan sebagian besar hewan yang memiliki pertumbuhan
terbatas, sebagian besar tumbuhan terus tumbuh selama mereka masih hidup,
suatu keadaan yang dikenal sebagai pertumbuhan tidak terbatas. Walapun
demikian untuk organ tumbuhan tertentu, seperti daun dan bunga,
memperlihatkan pertumbuhan yang terbatas.
Selama tumbuhan masih mampu untuk bertahan hidup, tumbuhan dapat
tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan memiliki jaringan embrionik yang
selalu tersedia, yang disebut meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel-sel
meristematik terus membelah menghasilkan sel-sel baru. Beberapa produk
pembelahan ini tetap berada pada daerah meristematik untuk menghasilkan
lebih banyak lagi sel. Sementara yang lain menjadi terspesialisasi dan
digabungkan ke dalam jaringan dan organ tumbuhan yang sedang tumbuh.
Sel-sel yang tetap berfungsi untuk menghasilkan sel-sel baru di dalam
meristem disebut sel-sel inisial atau permulaan. Sel-sel baru yang digantikan
dari meristem, yang disebut derivatif atau turunan, terus membelah selama
beberapa saat, sampai sel-sel yang mereka hasilkan mulai mengalami
spesialisasi di dalam jaringan yang sedang berkembang. Pola pertumbuhan
tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristerm apikal, berada pada
ujung akar dan pada pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk
tumbuh memanjang. Pemanjangan ini disebut pertumbuhan primer,
memungkinkan akar membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk
meningkatkan pemaparannya terhadap cahaya matahari dan karbon dioksida.

12
2.5 Respond Radang.
Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri,
tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel
yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai proses penyembuhan. Kata
inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo", yang berarti "Saya dibakar,
saya menyalakan".
Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika sesuatu yang
berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari tubuh kita, ada
respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya, tanda-tanda dan gejala
peradangan, peradangan akut khusus, menunjukkan bahwa tubuh sedang
berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Peradangan tidak berarti
infeksi, bahkan ketika infeksi menyebabkan peradangan. Infeksi ini disebabkan
oleh bakteri, virus atau jamur, sedangkan peradangan adalah respon tubuh
untuk itu.
Ketika terjadi luka, sel darah putih basofil dan dan sel mast akan
mengeluarkan senyawa kimia histamin yang menjadi respon awal peradangan.
Selain itu, mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan juga akan
mengeluarkan senyawa kimia yang memperkuat sinyal tersebut. Selain itu,
leukosit dan jaringan yang rusak juga akan menghasilkan prostaglandin yang
memicu pembesaran dan permeabilitas pembuluh darah. Prostaglandin juga
akan meningkatkan aliran darah lokal ke daerah terjadinya luka tersebut.
Pembesaran pembuluh darah dan peningkatan aliran darah akan meningkatkan
jumlah faktor pembekuan darah agar darah lekas membeku dan menghalangi
mikroorganisme untuk menyebar ke jaringan lain.
Jaringan yang luka akan mengeluarkan zat kimia kemokin untuk
mengundang sel-sel fagosit. Sel fagosit adalah sel yang memiliki kemampuan
memfagosit / menelan benda asing yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
Peristiwa datangnya sel fagosit yang dipengaruhi oleh pelepasan senyawa
kimia merupakan contoh peristiwa kemotaksis.
Sel fagosit yang pertama datang adalah neutrofil, merupakan sel darah
putih yang paling banyak dalam darah. Kemudian diikuti oleh monosit yang
akan berkembang menjadi makrofag, sel fagosit yang paling besar. Sel-sel

13
tersebut akan menelan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh serta
mencernanya dengan enzim yang terdapat pada lisosom. Walaupun jumlah
neutrofil lebih banyak, namun kinerja dari makrofag terbukti lebih bagus dalam
mencerna mikroorganisme yang menginveksi.
Inveksi yang parah juga dapat memicu meningkatnya suhu tubuh yang
penting dalam respon peradangan tersebut. Suhu tubuh yang sangat tinggi
memang berbahaya bagi manusia, namun peningkatan suhu yang terkontrol
dapat membantu tubuh dalam melawan mikroorganisme yang menyerang.
Beberapa mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup menghadapi suhu yang
agak tinggi. Selain itu, suhu yang meningkat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh uantuk mempercepat proses penyembuhan.
Warna kemerahan pada radang tercipta karena banyaknya darah yang mengalir
di daerah tersebut. Pembuluh arteri akan dibesarkan sedangkan vena akan
dikecilkan untuk menghambat darah keluar dari daerah tersebut. Darah yang
terhambat memiliki tekanan tinggi sehingga memicu cairan keluar dari
pembuluh darah dan tertimbun dalam jaringan, peristiwa yang disebut edema.
Tertimbunnya cairan ini akan membuat jaringan tersebut membesar dan
nampak kencang.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Konsep Dasar Patologi dan Patofisiologi
a. Konsep Patologi
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi
pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit, mulai tingkat molekuler sampai pengaruhnya pada
setiap individ
b. Konsep Patofisiologi
Patofisiologi adalah studi mengenai fungsi-fungsi yang mengalami
gangguan atau fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit
2. Terdapat 4 tipe adaptasi selular :
a. Hipertrofi
b. Metaplasia
c. Atrofi
d. Hiperplasia

Beberapa jenis penyebab jejas yaitu:


a. Penyebab fisik
b. Penyebab Kimiawi
c. Penyebab mikrobiologi
d. Penyebab reaksi
e. Kekuatan mekanis
f. Kegagalan keutuhan membran
g. Hambatan metabolisme
h. Kerusakan DNA
i. Defisiensi metabolit

Secara morfologik sel tua mengalami beberapa perubahan sebagai


berikut:

15
a. Ketidakteraturan inti
b. Mitokondria bervakuola
c. Pengurangan retikulum endoplasma
d. Penyimpangan aparatus golgi
e. Kerusakan membran sel
3. Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non
genetik
4. Pertumbuhan merupakan suatu ciri fundamental dari seluruh makhluk
hidup. Pertumbuhan diartikan secara sederhana sebagai suatu
pertambahan ukuran
5. Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika
sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian
dari tubuh kita, ada respon biologis untuk mencoba untuk
menghapusnya, tanda-tanda dan gejala peradangan, peradangan akut
khusus, menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk
menyembuhkan dirinya sendiri.

3.2 saran
penulis sarankan
1. makalah selanjutnya dapat membahas tentang proses infeksi
2. Makalah slanjutnya dapat membahas tetng proses pengobatan penyakit

16
DAFTAR PUSTAKA

Effendi SH, Indrasanto E. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta:
IDAI.
Robins dkk. 2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC
Suyanto. 2013. Patologi III. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI

17

Anda mungkin juga menyukai