Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI

Oleh:
Reza Fahlefi
20510164

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu.
(Prabowo, 2014).
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012)
B. Penyebab Halusinasi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri
sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya neutransmitter
otak.
d. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyataa menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh padapenyakit ini. (Prabowo, 2014)
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan 3 ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterprestasikan.
b. Stress Lingskungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi
stress.(Prabowo, 2014)
d. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan nyata dan tidak.
C. Jenis Halusinasi
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,
diantaranya:

1. Halusinasi Pendengaran
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama
suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.

2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran
cahaya, gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang
luas dan komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.

3. Halusinasi Penghidu
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang-kadang terhidu bau harum.

4. Halusinasi Peraba
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi Pengecap
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu seperti
darah, urine, dan feses. Sering meludah dan muntah
D. Proses Terjadinya Masalah
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki
karakteristik yang berdeda yaitu:

1. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumberdipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tandatanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital ( denyut
jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

3. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan
dengan orang ain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang ain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutamajika akan berhubungan dengan orang lain.

4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangan membahayakan.
(Prabowo, 2014)
E. Tanda dan Gejala
Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba
lambat
3. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata
5. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
6. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7. Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya)
dan takut
8. Sulit berhubungan dengan orang lain
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
10. Tidak mampu mengikuti perintah
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.
(Prabowo, 2014)
F. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan Efek

Gangguan Sensori Persepsi:


Core Problem
Halusinasi

Isolasi Sosial Cause

G. Tindakan Keperawatan Halusinasi


1. Tujuan: Pasien Mampu
a. Mengenali halusinasi yang dialaminya: Isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus perasaan, respom dan mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik.
b. Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
c. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
d. Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas

2. Tindakan Keperawatan:
a. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
perasaan, respon terhadap halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat
melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul
b. Menggunakan obat secara teratur.
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan
cara mendapat obat/berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontiniutas minum
obat).
c. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi
a. Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini dan menguatkan perilaku pasien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain, ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain
maka terjadi distraksi, focus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut,
sehingga salah satu cara efektif untuk mengontrol halusinasi adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
d. Melakukan aktifitas yang terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas,
menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan jadwal yang telah
dilatih, memantau jadwal pelaksanaan kegiatan, dan memberikan
reinforcement.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan


Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumawati & Hartono, 2012. Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai