Anda di halaman 1dari 71

SAMPUL LUAR

OVER LUAR

PENGARUH MASSAGE DENGAN PEPPERMINT OIL


TERHADAP NYERI DISMENORE PADA
MAHASISWI S1 KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU

SKRIPSI

M. ABD. WAKI, AM
153010069

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU

i
2019

ii
SAMPUL DALAM

PENGARUH MASSAGE DENGAN PEPPERMINT OIL


TERHADAP NYERI DISMENORE PADA
MAHASISWI S1 KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan

M. ABD. WAKI, AM
153010069

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2019

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH MASSAGE DENGAN PEPPERMINT OIL TERHADAP


NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI S1 KEPERWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU TAHUN 2019

SKRIPSI

M. ABD. WAKI, AM
153010069

Skipsi ini Telah Disetujui


Tanggal, Juli 2019

Pembimbing

Ns. SRI YANTI, M.Kep, Sp.Kep.MB


NIDN. 1001058102

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep.MB


NIDN. 1001058102

iv
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH MASSAGE DENGAN PEPPERMINT OIL TERHADAP


NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI S1 KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU TAHUN 2019

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

M. ABD. WAKI, AM
153010069

Pekanbaru,

Pembimbing Ketua Penguji Penguji

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep.MB Ns. Wardah, M.Kep Iyang Maisi Fitriani, M.Kom
NIDN. 1001058102 NIDN. 1020068201 NIDN. 1012059002

Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru
Ketua,

Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes


NIDN. 1024027001

v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : M. Abd. Waki, AM
NIM : 153010069
Program Studi : S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Judul Proposal : Pengaruh Massage Dengan Peppermint Oil Terhadap Nyeri
Dismenore Pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung
Negeri Pekanbaru
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau fikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Pekanbaru, Juli 2019


Yang membuat pernyataan,

M. ABD. WAKI, AM
NIM. 153010069

vi
KATA PENGANTAR

‫الرحيم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بس ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـم اهلل‬
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya bagi ‫ هللا‬yang maha pengasih
lagi maha penyayang, yang telah melimpah rahmat dan karunia-Nya dan selalu
memberikan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya sehingga penyusunan proposal
ini dapat terselesaikan. Sholawat beriringkan salam dihadiahkan bagi junjungan

Nabi besar Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa umat manusia dari alam

kegelapan ke alam yang terang benderang.

Skripsi ini disusun peneliti untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 (S1) Keperawatan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru tahun 2019 dengan
judul “PENGARUH MASSAGE DENGAN PEPPERMINT OIL TERHADAP
NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI S1 KEPERAWATAN STIKES
PAYUNG NEGERI PEKANBARU”

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti tidak terlepas dari peran serta
berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, bimbingan, dukungan, serta
do’a sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ibu Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes, selaku ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep.MB, selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru dan selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Ns. Wardah, M.Kep, selaku ketua penguji dalam menyusun skripsi ini.
4. Ibu Iyang Maisi Fitriani, M.Kom, selaku penguji dalam menyusun skripsi
ini.

vii
5. Seluruh staf Dosen beserta karyawan dan karyawati STIKes Payung
Negeri Pekanbaru yang telah banyak memberi pengetahuan dan bimbingan
kepada peneliti selama mengikuti pendidikan di STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
6. Kepada instansi yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan
skripsi ini (STIKes Payung Negeri Pekanbaru).
7. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta yang
terus memberi didikan, semangat maupun do’anya sehingga bisa mencapai
titik saat ini, Bapak (Ase’), Mamak (Masnah), serta adik (M. Hidayatul
Adli, AM - M. Abd. Rafiqi, AM) dan keluarga besar yang telah
memberikan semangat, dorongan dan do’anya sehingga peneliti bisa
menjalani dan melalui semua tahap dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Para sahabat (Elisa, Irza, Yola, Riri, Ilvi, Riska, Fitri), Wak Adi Grup, PK
Family, yang selalu memberikan semangat, masukan untuk menyelesaikan
skripsi dan selalu menemani kemanapun peneliti butuhkan.
9. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Keperawatan
khususnya kelas 4B dan angkatan tahun 2015 yang telah memberi
semangat, kritik dan saran peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala kebaikannya dilipatgandakan dan mendapat imbalan serta
pahala dari ‫هللا‬. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu skripsi mengharapkan kritik maupun saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, Juli 2019

M. ABD. WAKI, AM

viii
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Skripsi, Juli 2019

M. Abd. Waki, AM

Pengaruh Massage Dengan Peppermint Oil Terhadap Nyeri Dismenore Pada


Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru

xiv + 50 Halaman + 2 Skema + 10 Tabel + 1 Gambar + 13 Lampiran

ABSTRAK

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan
endometrium, banyak wanita mengalami nyeri perut yang disebut dismenore yaitu
kekuatan atau kejang dibawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama
menstruasi. Salah satu pengobatan non-farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri adalah
massage. Massage bermanfaat untuk dapat melancarkan sirkulasi darah didalam seluruh
tubuh merangsang hormon endorphin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Peppermint
oil bermanfaat untuk merelaksasikan kerja otot polos di perut sehingga dapat mengurangi
rasa kram di perut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
massage dengan peppermint oil terhadap nyeri dismenore pada mahasiswi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan terhadap 16
responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. Desain yang digunakan
quasy eksperimental dengan rancangan design pre-test and post-test one group. Alat
ukur yang digunakan adalah numeric pain rating scale 0-10 dan lembar observasi
untuk mengetahui intensitas nyeri responden. Hasil uji paired t-test menunjukkan
ρ value = 0,000 (<0,05) artinya ada pengaruh massage dengan peppermint oil
terhadap nyeri dismenore. Didapatkan nilai mean selisih antara pre-test dan post-
test adalah 3,813 dengan standar deviasi 0,834. Direkomendasikan adanya
pelayanan dan penyuluhan tentang penanganan non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri dismenore.

Kata Kunci : Intensitas nyeri (dismenore), Massage, Peppermint Oil


Daftar Pustaka : 42 (2009-2017)

ix
NURSING PROGRAM STUDY
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Research, July 2019

M. Abd. Waki, AM

Influence Of Massage With Peppermint Oil To Pain Dysmenorrhea In


Undergraduate Students Of Nursing Stikes Payung Negeri Pekanbaru

xiv + 50 Pages + 2 Schemes + 10 Tables + 1 Picture + 13 Attachment

ABSTRACT

Menstruation is periodic and cycle bleeding from the uterus, accompanied by the release
of the endometrium, many women experience abdominal pain called dysmenorrhea,
namely strength or spasm under the stomach that occurs at the time before or during
menstruation. One of the non-pharmacological treatments to reduce pain is massage.
Massage is beneficial for the circulation of blood in the entire body to stimulate the
hormone endorphin so that it can reduce pain. Peppermint oil is useful for relaxing
smooth muscle work in the stomach so that it can reduce cramping in the stomach. The
purpose of this study was to determine the effect of massage with peppermint oil on the
pain of dysmenorrhea in undergraduate students of Nursing STIKes Payung Negeri
Pekanbaru. This research was conducted on 16 respondents taken by purposive sampling
technique. The design used was quasy experimental with design pre-test and post-test one
group. The measuring instrument used is numeric scale 0-10 and observation sheet to
determine the pain intensity of the respondents. The paired t-test results showed ρ value =
0,000 (<0.05) meaning that there was an effect of massage with peppermint oil on the
pain of dysmenorrhea. In getting straight mean the difference between pre-test and post-
test is 3,813 with the standard deviation 0,834. Recommended the service and
information about the handling of non-farmokologi the reduce pain dysmenorrhea.

Keywords : Intensity of pain (dys menorrhea), Massage, Peppermint Oil


References : 42 (2009-2017)

x
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR.....................................................................................................i
SAMPUL DALAM................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR SKEMA...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................7
C. Tujuan....................................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................10
A. Tinjauan Teoritis..................................................................................................10
B. Penelitian Terkait.................................................................................................25
C. Kerangka Konsep.................................................................................................26
D. Hipotesis...............................................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................27
A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................................................27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................27
C. Populasi dan Sampel............................................................................................28
D. Instrumen Penelitian.............................................................................................31
E. Definisi Operasional.............................................................................................32
F. Etika Penelitian....................................................................................................32
G. Prosedur Pengumpulan Data................................................................................33
H. Analisa Data.........................................................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................37
A. Analisis Univariat.................................................................................................37
B. Analisis Bivariat...................................................................................................40
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................42
A. Analisis Univariat.................................................................................................42
B. Analisis Bivariat...................................................................................................46
C. Keterbatasan Penelitian........................................................................................47
BAB VI PENUTUP..............................................................................................49
A. Kesimpulan..........................................................................................................49
B. Saran....................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................55

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................................28


Tabel 3.2 Defenisi Operasional..............................................................................32
Tabel 3.3 Perbandingan Rata-Rata Skala Nyeri Dismenore Responden Pre-Test
Dan Post-Test Massage Dengan Peppermint Oil di STIKes Payung
Negeri Pekanbaru .................................................................................36

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Mahasiswi S1 Keperawatan


STIKes Payung Negeri Pekanbaru........................................................37
Tabel 4.2 Distibusi Responden Berdasarkan Suku Mahasiswi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru........................................................38
Tabel 4.3 Rata-Rata Intensitas Skala Nyeri Pre-test Massage Dengan Peppermint
Oil..........................................................................................................38
Tabel 4.4 Berdasarkan Tingkatan Skala Nyeri Pre-test Massage Dengan
Peppermint Oil......................................................................................39
Tabel 4.5 Rata-Rata Intensitas Skala Nyeri Post-test Massage Dengan Peppermint
Oil..........................................................................................................39
Tabel 4.6 Berdasarkan Tingkatan Skala Nyeri Post-test Massage Dengan
Peppermint Oil......................................................................................39
Tabel 4.7 Pengaruh Massage Dengan Peppermint Oil Terhadap Dismenore.......41

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konsep.................................................................................26

Skema 3.1 Desain Penelitian..................................................................................27

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peppermint Oil...................................................................................31

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Permohonan Pra Penelitian/Pra Riset Dari Stikes Payung
Negeri Pekanbaru
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Dari Stikes Payung Negeri Pekanbaru
Lampiran 3 : Lembar Observasi
Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Lembar Prosedur Massage Dengan Peppermint Oil
Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian riset dari STIKes Payung Negeri
Pekanbaru
Lampiran 8 : Master Tabel
Lampiran 9 : Hasil Pengolahan Data

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi adalah bagian normal dari proses siklus alami yang terjadi pada
wanita sehat di antara masa pubertas hingga akhir tahun-tahun reproduksi
(Verawaty & Rahayu, 2012). Menstruasi termasuk keadaan yang normal, yang
akan dialami oleh setiap perempuan yang normal kesehatannya. Tetapi pada saat
menstruasi dapat terjadi beberapa hal yang mungkin dapat mencemaskan diri kita
ataupun keluarga. Walaupun tidak semua perempuan akan mengalami hal yang
sama, namun beberapa gangguan atau perubahan keadaan ketika menstruasi
adalah normal (Sinaga. et al, 2017). Salah satu gangguan yang terjadi saat
menstruasi adalah nyeri haid atau dismenore.
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa Yunani kuno
(Greek) kata berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang
berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi
yang mengalami nyeri (Anurogo & Wulandari, 2011). Bagi wanita mengalami
nyeri perut yang biasa disebut dengan dismenore. Dismenore adalah kekuatan atau
kejang dibawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi,
sehingga memaksa wanita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau
cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari (Prawirorahardjo,
2009).
Pada saat wanita yang sedang mengalami dismenore pada saat menstruasi,
sebagian besar dari mereka sering merasakan gejala yang tidak mengenakkan. Hal
ini akan membuat penurunan produktivitas saat sekolah, kuliah, bekerja maupun
melakukan aktivitas lainnya. Rasa sakit yang akan dirasakan penderita seperti
mulas, kram perut, perubahan mood, dan lemas membuat sebagian wanita harus
beristirahat bahkan ada juga yang memaksakan diri untuk tetap beraktivitas. Bagi
wanita yang bekerja tentunya dismenore ini akan sangat mengganggu
aktivitasnya, mulai dari tidak konsentrasi, akan cepat merasa lelah bahkan mual
hingga ada yang pingsan.

1
2

Di Indonesia peraturan mengenai cuti haid ini ternyata sudah lama


dikeluarkan oleh pemerintah yang dapat dijumpai dalam Pasal 81 Ayat (1)
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Meski jelas sudah
ada undang-undang, tapi nyatanya belum banyak perempuan yang sadar akan
haknya. Tidak sedikit juga perusahan yang kurang mensosialisasikannya atau
memang sengaja menghiraukannya karena tidak banyak pegawai yang menuntut.
Selain penerapannya yang masih bermasalah, ternyata kalau di Indonesia,
perusahaan tidak wajib memberi upah penuh bagi mereka yang mengambil cuti
menstruasi. Pada perguruan tinggi di Indonesia juga tidak ada aturan kampus yang
berlaku untuk penerapan pengambilan cuti dismenore pada mahasiswi maupun
dosen perempuan yang sedang mengalami dismenore. Ini dikarenakan kurang nya
penegasan tentang aturan cuti dismenore di Indonesia.
Menurut World Health Organisation (WHO) 2011, rata-rata insidensi
terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8% sampai 81%. Di dunia
wanita melaporkan 12% dismenore berat, 37% dismenore sedang, dan 49%
dismenore ringan (Calis, 2011). Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian
dismenore 60-70% dengan 15% diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka
menjadi terbatas. Berkisar 45-95% dikalangan wanita usia reproduktif, dismenore
primer sebesar 54-89% sedangkan sisanya adalah dismenore sekunder.
Manuaba. et al (2010) menyatakan dismenore adalah rasa nyeri menyertai
menstruasi, yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Pembagian
dismenore menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer terjadi tanpa dijumpai kelainan pada alat reproduksi, semata-
mata berkaitan proses hormonal menstruasi. Sedangkan dismenore sekunder yaitu
dismenore yang terjadi karena terdapat kelainan pada alat reproduksi.
American College of Obstetricians and Gynecologists (2015, dalam Sinaga.
et al 2017) mengemukakan dismenore disebut juga kram menstruasi atau nyeri
menstruasi. Dalam bahasa Inggris, dismenore sering disebut sebagai “painful
period” atau menstruasi yang menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi terutama
diperut bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa
disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal kontraksi perut otot rahim
3

yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim.
Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang
dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya
terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di
bagian punggung bawah, pinggang, paha hingga betis.
Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi, dan
biasanya mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga
32-48 jam. Sebagian besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami
dismenore dalam derajat keparahan yang berbeda-beda. Dismenore yang dialami
remaja umumnya bukan karena penyakit, dan disebut dismenore primer.
Dismenore primer pada perempuan yang lebih dewasa akan makin berkurang rasa
sakit dan nyerinya. Dismenore primer juga makin berkurang pada perempuan
yang sudah melahirkan.
Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore yang disebabkan oleh penyakit disebut dismenore sekunder. Berbeda
dengan dismenore primer, rasa sakit dan nyeri pada dismenore sekunder biasanya
lebih lama dari pada dismenore primer. Nyeri karena dismenore sekunder
biasanya dimulai beberapa hari sebelum menstruasi, makin lama akan terasa nyeri
selama menstruasi berlangsung, dan biasanya baru hilang beberapa hari setelah
menstruasi selesai. Apabila pada dismenore primer, rasa sakit akan makin
berkurang seiring dengan makin bertambahnya umur, pada dismenore sekunder,
makin bertambah umur biasanya makin bertambah parah.
Dismenore salah satu gangguan medis paling umum dari sistem ginekologis
yang mempengaruhi hampir 50% wanita dengan menstruasi teratur. Saat ini,
untuk perawatan dan pengendalian rasa sakit dan gejala, berbagai metode seperti
terapi herbal, panas lokal, thiamin, vitamin E, suplemen minyak ikan, akupuntur
dan stimulasi saraf transkutan digunakan. Tanaman obat terpenting yang berasal
dari Iran, yang efektif untuk rasa sakit dilaporkan. Ramuan Iran seperti mint,
platyloba, adas manis, valerian, thyme, teh gunung, jahe, lemon balm, sage,
vitakous, dill, kayu manis, chamomile, seledri, kunyit, jinten, borage,
4

marshmallow, sitron, yarrow, kacang hitam, buttercup, kapulaga, oregano, lada


hitam, dan sebagainya digunakan untuk dismenore (Bahmani. et al, 2015).
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku
vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau
perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri dapat
menangis, merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal, atau
menarik diri, orang dapat menjadi marah atau mudah tersinggung (Brunner &
Suddarth, 2013). Usaha untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
biasanya menggunakan pengobatan secara farmakologi atau non farmakologi dan
bahkan gabungan. Pengobatan farmakologi pada nyeri haid dapat menggunakan
obat analgetik, minum obat dari toko terdekat, mengkonsumsi obat herbal, seperti
misalnya minuman kiranti untuk mengatasi nyeri haid, didalam kiranti terdapat
kandungan curcuma domesticoer rhizome (kunyit), tamarindi pulpa (asam jawa),
koempferice rhizoma (kencur), arengue pinnata fructose (gula jawa), zingberis
rhizome (jahe), paulinia cupana (paulinia), cinnamon cartex (kayu manis).
Sementara pengobatan non-farmakologi terdiri dari teknik relaksasi dan
teknik stimulasi kulit. Seperti misalnya massage, yang bertujuan menurunkan rasa
nyeri sehingga rasa nyeri saat menstruasi dapat berkurang dan dapat memberi efek
relaksasi. Sedangkan aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal yang
menyenangkan agar membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa relaks, seperti daun
mint yang didalamnya memiliki kandungan minyak atsiri berupa minyak menthol,
mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, besi, kalsium, potassium dan yang
terpenting daun mint memiliki kandungan antispasmodic, yaitu zat yang bekerja
sangat baik untuk mengendurkan otot-otot menegang, sehingga cocok untuk
mengatasi nyeri dalam tubuh.
Daun mint (Mentha Cordifolia) mempunyai aroma yang wangi dan cita rasa
dingin menyegarkan. Aroma wangi dan dingin dari mint disebabkan kandungan
minyak asiri berupa minyak menthol. Daun mint ini mengandung provitamin A,
vitamin C, fosfor, besi, kalsium dan potassium. Daun mint dikenal sebagai
penyegar nafas, dan sering dirasakan pada permen. Tak jarang, daun mint juga
digunakan sebagai perasa dalam konsumsi lain seperti minuman es, kue, bahkan
5

lalap. Khasiat dari daun mint salah satu nya penghilang rasa kram pada perut
(Satya, 2013).
Daun mint diyakini menjadi obat yang digunakan untuk mengobati nyeri
dalam tubuh. Karena dalam daun mint memiliki kandungan antispasmodic. Zat ini
bekerja sangat baik untuk mengendurkan otot-otot menegang, sehingga cocok
untuk mengatasi nyeri dalam tubuh. Manfaat kesehatan dari daun mint di dunia
medis sebagai aromaterapi. Aroma khas mint digunakan untuk menambah
ketenangan dan kenyamanan, hal ini biasanya digunakan untuk pasien yang
membutuhkan relaksasi.
Jaelani (2009) menyatakan aromaterapi adalah terapi yang menggunakan
essential oil atau sari minyak murni untuk memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga. Kata
“aroma” berarti bau wangi atau keharuman dari tumbuhan, aroma ini bisa kita
temukan di halaman rumah kita sendiri seperti aroma bunga melati atau mawar
misalnya. Kata “theraphy” yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai “suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan dengan menggunakan minyak esensial
(essential oil). Sedangkan terapi adalah upaya membangkitkan semangat,
menyegarkan dan mejaga kesehatan pikiran, jiwa, dan raga, serta merangsang
proses penyembuhan dengan menggunakan essential oil.
Essential oil bekerja dengan berbagai cara. Jika dioleskan pada kulit, minyak
ini akan diserap dengan cepat melalui kantong rambut karena strukturnya yang
ringan, kemudian tersebar keseluruh tubuh. Setiap jenis essential oil diserap
dalam kurun waktu yang berbeda, dari 20 menit hingga 2 jam. Sehingga sangat
dianjurkan untuk tidak langsung mencuci tubuh setelah melakukan aromaterapi
pijat. Tapi, hindari membalur essential oil langsung pada kulit tubuh tanpa
mencampurnya lebih dulu dengan minyak dasar, karena konsentrasinya terlalu
tinggi untuk digunakan langsung pada kulit. Perlu dimengerti bahwa essential oil
bukan untuk penyembuhan suatu penyakit, sifatnya adalah merangsang proses
daya penyembuhan tubuh sehingga meningkatkan daya tahan tubuh,
keseimbangan jiwa dan fisik.
6

Penggunaan minyak esensial konsentrasi tinggi yang diekstraksi dari tumbuh-


tumbuhan dan diberikan melalui massage, inhalasi, dicampur kedalam air mandi,
untuk kompres melalui membrane mukosa dalam bentuk murni, tetapi tidak
pernah melalui mulut. Meskipun aroma memegang peranan penting dalam
mempengaruhi alam perasaan klien, sebenarnya zat kimia yang terkandung dalam
berbagi jenis minyaklah yang bekerja farmakologis, dan kerjanya dapat
ditingkatkan dengan jenis metode pemberiaannya, terutama massage. Minyak
esensial untuk aromaterapi mudah diperoleh dan inilah yang membuatnya menjadi
berbahaya (Andrews, 2009).
Massage adalah terapi yang memiliki aturan tersendiri dan melibatkan
penggunaan sentuhan untuk merilekskan atau menstimulasi kesejahteraan
fisiologis dan psikologis, baik dengan minyak esensial maupun tanpa minyak
esensial. Tersedia berbagai bentuk massage, seperti massage ala Swedia (praktik
tradisional yang dilakukan dengan menangkupkan tangan dan memukul-mukul),
drainase limfatik, massage shiatsu, dan lain-lain. Massage dapat mengurangi
nyeri karena reseptor sentuhan mencapai otak sebelum reseptor nyeri; untuk
mengurangi stress, ansietas dan depresi, dan menstimulasi fungsi imun (Andrews,
2009).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan cara memberikan
angket sebanyak 150 diberikan kepada tingkat 1-4, untuk mengetahui serta
mendata seberapa banyak keluhan dismenore pada mahasiswi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Dari 150 angket yang dibagikan 138
mahasiswa mengalami dismenore, 12 mahasiswa yang tidak mengalami
dismenore. Dari 138 mahasiswa 77 orang yang bersedia untuk dilakukan massage
oleh penulis. 77 orang yang mengalami dismenore mengeluh ketika dismenore
perut terasa sakit sekali, perut terasa kram, isi perut terasa runtuh, nyeri juga
terasa pada bagian pinggang, punggung dan paha, hal ini mengakibatkan penderita
harus beristirahat selama berjam-jam tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
Ketika sedang mengikuti perkuliahan dan mengalami dismenore maka akan
mengganggu proses pembelajaran, mengganggu konsentrasi ketika proses
pembelajaran dan akibatnya penderita akan ketinggalan materi, bahkan ada
7

beberapa mahasiswi yang mengatakan mereka sampai harus izin untuk mengikuti
perkuliahan karena mengalami nyeri hebat. Untuk mengatasi nyeri yang dialami
mahasiswi, biasanya mereka akan pergi ke apotek untuk membeli obat penghilang
nyeri, ada juga yang hanya membiarkannya saja kemudian mengurung diri
dikamar dan istirahat. Karena mahasiswi belum banyak yang mengetahui tentang
terapi massage dengan peppermint oil yang dapat mengendorkan otot-otot yang
tegang, merileksasikan badan, bahkan bisa mengurangi kram maupun nyeri.
Melihat fenomena tersebut, maka sangatlah penting bagi mahasiswi untuk
mengetahui informasi tentang cara penanganan nyeri haid/dismenore dengan cara
non-farmakologi. Mengingat pentingnya hal tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Massage dengan Peppermint Oil
Terhadap Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung
Negeri Pekanbaru”.

B. Rumusan Masalah

Dari hasil pernyataan ahli dan data diatas, dismenore adalah rasa nyeri
menyertai menstruasi, yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari
seperti misalnya kerja, kuliah, sekolah maupun aktivitas lainnya. Nyeri menstruasi
terjadi terutama diperut bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis.
Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Sehingga membuat wanita untuk
beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk
beberapa jam atau beberapa hari.
Nyeri haid/dismenore dapat diatasi dengan melakukan berbagai alternatif,
bisa dengan cara non-farmakologi. Banyak terapi non-farmakologi yang bisa
dilakukan untuk mengurangi nyeri salah satunya adalah massage dengan
aromaterapi, seperti aromaterapi peppermint. Karena aromaterapi mengandung
essential oil yang membuat sentuhan bisa menjadi lembut dan nyaman pada
bagian atau titik yang akan di massage. Massage tersebut bisa dilakukan pada
bagian perut, punggung, pinggang dan beberapa titik nyeri yang dirasakan oleh
penderita dismenore. Jadi, massage dengan peppermint oil bisa menjadi suatu
metode sentuhan ringan yang membantu merileksasikan tubuh, mengendorkan
8

otot-otot yang tegang, bahkan mengurangi rasa kram maupun nyeri. Oleh karena
itu, rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui “Adakah Pengaruh
Massage dengan Pepermint Oil Terhadap Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi
S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh
massage dengan peppermint oil terhadap nyeri dismenore pada mahasiswi
S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui skala nyeri pada mahasiswi S1 Keperawatan yang
mengalami dismenore sebelum massage dengan peppermint oil di
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
b. Untuk mengetahui skala nyeri pada mahasiswi S1 Keperawatan yang
mengalami dismenore setelah massage dengan peppermint oil di
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
c. Untuk mengetahui pengaruh skala nyeri pada mahasiswi S1
Keperawatan yang mengalami dismenore sebelum dan sesudah
massage dengan peppermint oil di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden
Melalui penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi
responden maupun tambahan ilmu tentang pengaruh massage dengan
peppermint oil terhadap dismenore.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan bacaan bagi yang memerlukannya dan tambahan
referensi bagi mahasiswa untuk dapat dijadikan ilmu pengetahuan maupun
dasar penelitian selanjutnya.
9

3. Bagi Penelitian Selanjutnya


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar
pengembangan penelitian selanjutnya dan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai media informasi kesehatan dan menambah ilmu
keperawatan khususnya dismenore. Sehingga dapat memberikan masukan-
masukan bagi peneliti di masa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding
sebelah dalam rahim (endometrium). Lapisan endometrium
dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak implantasi
embrio lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi secara periodik,
jarak waktu antar menstruasi dikenal dengan siklus menstruasi
(Purwoastuti & Walyani, 2015).
Haid atau menstruasi adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan secara
periodik. Defenisi lain bisa juga diartikan sebagai siklus alami yang
terjadi secara regular untuk mempersiapkan tubuh perempuan setiap
bulannya. Rata-rata masa haid perempuan 3-8 hari dengan siklus rata-
rata 28 hari pada setiap bulannya. Dan batas maksimal masa haid
adalah 15 hari. Selama darah yang keluar belum melewati batas
tersebut, maka darah yang keluar adalah darah haid (Anurogo &
Wulandari, 2011).

b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi berkisar antara 27 sampai 30 hari, umumnya 28
hari, artinya masa menstruasi akan terjadi setiap 28 hari sejak masa
“menarche” (menstruasi pertama) dan terus berlangsung sampai masa
“menopause” (berhentinya menstruasi secara permanen) yaitu ketika
seseorang sudah tidak mengalami menstruasi lagi karena alasan
fisiologis terkait usia dan kesuburan sistem reproduksinya. Walaupun
siklus menstruasi rata-rata antara 27-30 hari, namun seseorang yang
memiliki siklus menstruasi sangat pendek misalnya 21 hari atau

10
11

sangat panjang misalnya 40 hari masih dianggap normal apabila


memang siklus itu tetap, artinya memang dialami terus menerus
selama masa menstruasi yang bersangkutan (Sinaga. et al, 2017).

c. Fase Siklus Menstruasi


Nugroho & Utama (2014) menyatakan beberapa fase yang terjadi
selama siklus menstruasi terdiri dari 4 fase :
1) Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus
luteum menghentikan produksi hormon estrogen dan
progesterone. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek
dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi perdarahan. Fase
menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari. Darah yang keluar
selama menstruasi berkisar antara 50-150 ml.
2) Fase pra ovulasi atau fase pileferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan
hipotalamus akan memacu hipofisis untuk mensekresikan hormon
estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali
(poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen
juga menyebabkan serviks (leher rahim) untuk mensekresikan
lendir yang bersifat basa.
3) Fase ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang wanita 28 hari, maka ovulasi
terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar estrogen menghambat
sekresi FSH, kemudian hipofisis mensekresikan LH. Peningkatan
kadar LH meransang pelepasan oosit sekunder dan folikel,
peristiwa ini disebut ovulasi.
4) Fase pasca ovulasi atau fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Walaupun panjang siklus menstruasi ini berbeda-beda, fase pasca
12

ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi


berikutnya.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi


Menurut Verawaty dan Rahayu (2012), beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi siklus menstruasi terdiri dari :
1) Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang dilakukan sedang dan berat dapat
mempengaruhi hormon menstruasi sehingga dapat membatasi
siklus menstruasi (Kusmiran, 2011).
2) Gizi buruk
Pada saat menstruasi, penurunan berat badan akut akan
menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat
ovarium dan lamanya penurunan berat badan (Kusmiran, 2011).
3) Ketidakseimbangan hormon
Bila kerja hormon ovarium (estrogen dan progesteron) tidak
seimbang maka itu akan mempengaruhi siklus menstruasi
(Proverawati & Misaroh, 2009).
4) Penyakit kronis
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi menstruasi seperti
diabetes. Karena gula darah yang tidak stabil berkaitan erat
dengan perubahan hormonal, sehingga bila gula darah tidak
terkontrol akan mempengaruhi siklus menstruasi dengan
terpengaruhnya hormon reproduksi (Kumiran, 2011).
5) Stres
Stres dapat menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh,
khususnya sistem persyarafan dalam hipotalamus melalui
perubahan hormon reproduksi (Kusmiran, 2011).
13

e. Gangguan Pada Siklus Menstruasi


1) Amonerea
Amonerea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti atau
tidak terjadi pada masa subur atau pada saat yang seharusnya
menstruasi terjadi secara teratur. Hal ini tertentu saja tidak
termasuk berhenti menstruasi pada wanita yang sedang hamil,
menyusui atau menopause (Sinaga. et al, 2017).
2) Polimenorea
Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang
menyebabkan wanita berkali-kali mengalami menstruasi dalam
sebulan, bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih. Normalnya,
siklus menstruasi berlangsung selama 21-35 hari dengan durasi
sekitar 2-8 hari. Wanita yang mengalami polimenorea memiliki
siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari dengan pola
yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih
banyak dari biasanya (Sinaga. et al, 2017).
3) Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan mesntruasi
yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal,
perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40 ml darah selama
sekitar 5-7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau
terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia
atau menstruasi berat (Marret. et al dalam Sinaga. et al, 2017).

2. Konsep Dismenore
a. Defenisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya
aktivitas sehari-hari. Istilah nyeri haid atau dismenore
(dysmenorrohea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan
atau nyeri hebat/abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya
14

flow (aliran). Jadi dismenore adalah gangguan aliran darah menstruasi


atau nyeri menstruasi (Proverawaty & Misaroh, 2009).
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram perut rahim
dan terjadi selama menstruasi karena pengelupasan lapisan
endometrium. Nyeri biasanya akan menjalar ke bagian paha dan
pinggang. Rasa nyeri dapat disebabkan oleh kontaksi perut yang
terjadi secara terus menerus saat mengeluarkan darah. Kontraksi yang
sangat sering ini kemudian menyebabkan otot menegang (Yahya,
2011).
Dismenore atau yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah
keluhan yang sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun,
nyeri haid ini tidak hanya terjadi pada bagian bawah saja. Beberapa
perempuan sering merasakannya pada punggung bagian bawah,
pinggang, panggul, otot paha atas, hingga betis. Gejala yang dirasakan
adalah rasa nyeri di perut bagian bawah seperti dicengkeram atau di
remas-remas, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di
punggung bagian bawah, diare, bahkan hingga pingsan. Rasa nyeri
tersebut biasanya dialami 1-2 hari pertama saat datangnya menstruasi
(Samori, 2012).

b. Klasifikasi Dismenore
Calis (2011) mengemukakan dismenore dapat dibagi dua
berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati,
yaitu :
1) Nyeri Spasmodik
Nyeri ini terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum
masa haid atau setelah masa haid mulai. Banyak perempuan yang
terapaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu
sehingga tidak dapat mengerjakan apapun. Diantara mereka ada
yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang muntah.
Kebanyakan penderita nyeri ini adalah perempuan muda
15

walaupun terkadang dijumpai pada kalangan yang berusia 40


tahun keatas. Nyeri ini dapat diobati atau paling tidak dikurangi
dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan
yang tidak mengalami hal seperti itu.
2) Nyeri Kongestif
Penderita nyeri ini yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari
sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Bahkan
mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut
kembung tidak menentu, bra terasa teralalu ketat, sakit kepala,
sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit
dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi
ceroboh, terganggu tidur atau muncul memar di paha dan lengan
atas. Semua itu adalah symptom pegal menyiksa yang
berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu.
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat
diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Dismenore Primer
Dismenore primer merupakan nyeri ketika menstruasi
yang terjadi bukan karena gangguan fisik tetapi dikarenakan
kejang otot uterus yang disebabkan produksi prostaglandin
yang berlebihan sehingga meransang hiperaktivitas uterus.
Tapi, apabila setiap kali menstruasi sering merasa nyeri yang
menyiksa sehingga tidak dapat beraktivitas sama sekali, yang
disertai pusing, mual, muntah, demam, bahkan sampai
pingsan (Sallika, 2010).
b) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder bisa dapat disebabkan oleh
endometriosis dimana jaringan uterus tumbuh diluar uterus
dan ini dapat terjadi pada wanita tua maupun muda. Implant
masih bisa bereaksi terhadap estrogen dan progesterone
sehingga dapat meluruh saat haid. Hasil dari peluruhan jika
16

masuk kedalam rongga abdomen dan meransang peritoneum


akan menghasilkan nyeri (Marmi, 2013).

c. Etiologi Dismenore
1) Dismenore Primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi
otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk
melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang
diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut
prostaglandin. Prostaglandin akan meransang otot-otot halus
dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontaksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan
juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya,
lapisan dinding rahim akan mulai terlepas dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun akan
berkurang seiring dengan menurunnya kadar prostaglandin
(Sinaga. et al, 2017).
Anurogo dan Wulandari (2011) menyatakan dismenore
primer juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Faktor kejiwaan
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, jika
mereka tidak mendapatkan penjelasan yang baik tentang
proses haid maka mudah timbul dismenore.
b) Faktor konstitusi
Faktor konstitusi ini yang erat hubungannya dengan
faktor kejiwaan dapat juga menurunkan ketahanan terhadap
rasa nyeri, faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun
dan sebagainya dapat mempengaruhi dismenore.
17

c) Faktor obstruksi kanalis servikalis


Salah satu teori yang paling tua untuk menenangkan
terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin
dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini
sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai
dismenore.
d) Faktor endokrin
Hormon progesteron menghambat dan mencegah
kontraksilitas uterus sedangkan hormon estrogen meransang
kontraksilitas uterus. Disisi lain, endometrium dalam fase
sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos.
2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore
sekunder dapat diatasi hanya dengan mengobati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga. et al,
2017).
a) Fibroid adalah pertumbuhan jaringan di luar, di dalam atau
pada dinding rahim. Banyak kasus fibroid yang tidak
menimbulkan gejala, artinya perempuan yang memiliki
fibroid tidak merasakan gangguan atau rasa sakit yang nyata.
b) Endometriosis adalah suatu kelainan dimana jaringan dari
lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di
luar rongga rahim.
c) Adenomiosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium tumbuh di dalam dinding otot rahim. Biasanya
terjadi di akhir masa usia subur dan pada wanita yang telah
melahirkan.
18

d) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang di


luar rahim, biasanya di dalam tubafalopii. Situasi ini
membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya
tuba falopii jika kehamilan berkembang.

d. Gejala Dismenore
Gejala dan tanda dari dismenore ialah nyeri pada bagian bawah
yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri
yang dirasakan kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul
yang terus menerus ada. Nyeri biasanya akan mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya dalam 24
jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga akan sering
disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit, diare dan sering berkemih,
bahkan kadang sampai terjadi muntah (Maulana, 2009).

e. Derajat Dismenore
Menurut Manuaba. et al (2010), pada awal menstruasi biasanya
setiap menstruasi akan menyebabkan nyeri dengan kadar nyeri yang
berbeda-beda. Secara siklik dismenore dibagi menjadi empat derajat,
ringan, sedang, berat dan sangat berat.
1) Dismenore ringan
Dismenore ringan berlansung beberapa saat dan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 1-3.
2) Dismenore sedang
Dismenore sedang membuat penderita memerlukan obat
penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitasnya.
Terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4-6.
3) Dismenore berat
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat
beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare dan rasa
tertekan. Terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-9.
19

4) Dismenore sangat berat


Dismenore sangat berat terasa kram yang sangat berat pada
bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, punggung, kaki,
lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, tidak dapat
beraktivitas, terkadang sampai pingsan. Terdapat pada skala nyeri
dengan tingkatan 10.

f. Penanganan Dismenore
Penanganan dismenore menurut (Lestari, 2013) dibagi menjadi
dua yaitu :
1) Farmakologis
Upaya penanganan yang dapat dilakukan dengan
memberikan obat analgetik sebagai penghilang rasa sakit. Obat-
obatan dapat menurunkan rasa nyeri dan menghambat produksi
prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan
inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif
terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya seperti obat anti
inflamasi non steroid yaitu aspirin. Penanganan dismenore primer
meliputi :
a) Penanganan dengan nasehat, perlu dijelaskan kepada
penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak
berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi
mengenai menstruasi yang perlu dibicarakan. Nasehat-
nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup
maupun olahraga akan sangat berguna.
b) Pemberian obat analgesik, obat analgesik yang sering
digunakan meliputi preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein. Obat-obatan yang beredar dipasaran yaitu novalgin,
ponstan, maupun acet-aminophen.
20

c) Terapi hormonal, tujuan terapi ini ialah menekan ovulasi.


Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud naproksen.
Pengobatan ini diberikan sebelum menstruasi, mulai untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore
primer, dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.
d) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin, dimana
70% penderita disembuhkan atau mengalami perbaikan
dimana meliputi indometasin, ibuprofen dan 1 sampai 3 hari
sebelum menstruasi dan pada hari pertama.
e) Dilatasi kanalis servikal, memberikan keringan karena
memudahkan pengeluaran darah menstruasi dan
prostaglandin didalamnya.
2) Non Farmakologis
a) Stimulasi dan massage kutaneus, massage merupakan
stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan
pada punggung dan bahu. Massage dapat membuat klien
lebih nyaman karena massage membuat relaksasi pada otot-
otot dan dapat menyebabkan nyaman dan mengurangi nyeri
berkurang.
b) Terapi es dan panas, terapi es dapat menurunkan
prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri
dan subkutan pada tempat cedera dengan menghambat proses
inflamasi. Terapi panas juga dapat dan meningkatkan aliran
darah ke suatu area dan memungkinkan dapat menurunkan
rasa nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
c) Distraksi, distraksi merupakan pengalihan perhatian dari hal
yang menyebabkan rasa nyeri, seperti menyanyi, berdoa,
bercerita, berfoto, mendengarkan musik, maupun bermain.
d) Relaksasi, merupakan teknik pengendoran atau pelepasan
ketegangan yang dapat meningkatkan ketegangan fisik
21

maupun mental dari ketegangan terhadap stres, sehingga


dapat meningkatkan toleransi terhadap suatu persepsi. Terdiri
atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama
(teknik nafas dalam) seperti bernafas dalam dan pelan.

g. Pencegahan Dismenore
Pencegahan dismenore dapat menghindari stres, miliki pola
makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna. Sebisanya hindari makanan yang
cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid. Istirahat yang cukup
dapat menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah dan tidak terlalu
menguras energi yang berlebihan. Tidur yang cukup sesuai standar 6-8
jam dalam sehari. Olahraga yang ringan secara teratur (Anurogo &
Wulandari 2011).
Cobalah diurut atau dipijat dengan tekanan ringan, jangan terlalu
keras, untuk membantu menghilangkan rasa pegal pada otot-otot
tubuh. Berbaring pada satu sisi tubuh, lalu tarik lutut sampai ke batas
dada, lakukan beberapa kali. Ini akan membantu meringankan rasa
sakit dan pegal pada punggung. Makan makanan bergizi dan hindari
konsumsi garam dan kafein (Sinaga. et al, 2017).

3. Konsep Massage
a. Defenisi Massage
Istilah massage diambil dari bahasa Francis, sedangkan dalam
bahasa Arab berasal dari kata “Maas” yang berarti menyentuh atau
meraba. Didalam bahasa Indonesia disebut dengan pijat atau urut.
Selain itu massage dapat disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang
tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap
tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk
pegangan atau teknik (Trisnowiyanto, 2012).
Nurgiwiati (2015) menyatakan massage adalah suatu tindakan
manipulasi otot-otot dan jaringan dari tubuh dengan cara menekan,
22

menggosok, getaran/vibrasi dan menggunakan tangan, jari tangan atau


alat-alat manual/elektrik untuk memperbaiki kondisi kesehatan.
Massage sudah lama diyakini bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari
meredakan stres hingga mempercepat waktu pemulihan setelah sakit,
alergi, depresi, masalah pernafasan, insomnia, cedera saat olahraga
dan kelelahan kronis. Massage merupakan terapi dengan pendekatan
holistik yang berfungsi menurunkan tekanan darah, denyut jantung,
memperbaiki pernafasan, membantu pengeluaran sisa metabolisme,
mengurangi kekakuan, membuat tubuh menjadi rileks, meningkatkan
tidur, meningkatkan pergerakan sendi, mengurangi nyeri secara alami
dan memperbaiki kesehatan pada umumnya.

b. Manfaat Massage
Manfaat fisiologi dari massage adalah dapat memperlancar
peredaran darah atau meningkatkan sirkulasi darah maupun getah
bening. Massage dapat membantu memperlancar metabolisme dalam
tubuh. Massage akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler
sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh
darah kapiler. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan
sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon
endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman dan dapat
mengurangi rasa nyeri (Brunner & Suddarth, 2013).

c. Teknik Massage
1) Mengusap (Efflurage)
Efflurage merupakan gerakan urut yang mempergunakan
seluruh permukaan telapak tangan yang melekat pada pada bagian
tubuh secara berirama dan berturut-turut ke atas. Efflurage ini
yaitu gerakan ringan dan terus-menerus yang dilakukan dengan
ujung jari bagian bawah. Gerakan ini sering dipakai untuk muka,
leher, kulit kepala, punggung, dada, lengan dan kaki.
23

2) Meremas (Petrisage)
Teknik petrisage ini menggunakan ujung jari dan telapak
tangan untuk menjepit beberapa bagian kulit. Gerakan ini perlu
sedikit tekanan (pressure) yang dilakukan secara berirama dan
ringan.
3) Menggosok (Friction)
Teknik friction memberi tekanan pada kulit untuk
melancarkan sikulasi darah, mengaktifkan kelenjar kulit,
menghilangkan kerut dan menguatkan otot kulit. Pada pijatan ini,
lakukan dengan cara melingkar ringan pada bagian yang dipijat.
4) Menekan (Pressure)
Teknik ini dilakukan dengan kedua ibu jari yang disatukan
atau menggunakan jari-jari tangan yang lain. Pressure dilakukan
dengan cara penekanan pada titik saraf tertentu yang tegang
dengan menggunakan kekuatan jari tangan. Penekanan ini
dilakukan dengan kekuatan sedang hingga kuat.
5) Menggetar (Vibration)
Vibration merupakan teknik menggetar untuk meransang atau
menenangkan urat saraf. Pada teknik ini menggunakan ujung jari
dan telapak tangan untuk menggetarkan kulit secara bergantian.
Gerakan ini untuk melemaskan jaringan-jaringan dan
menghilangkan ketegangan.
6) Mengetuk (Tapotament)
Tapotament adalah gerakan dengan ketukan yang berturut-
turut dan cepat, dilakukan dengan seluruh tangan atau ujung jari.
Ketukan ini dilakukan untuk mengembalikan tonus otot-otot yang
kendur. Mencincang merupakan gerakan menepuk yag dilakukan
dengan menggunakan bagian samping dari luar kedua tangan,
yang kemudia ditepukkan pada kulit secara berturut-turut dan
bergantian ke punggung, bahu dan lengan. Gerakan ini dapat
menyegarkan otot-otot dan melancarkan peredarah darah.
24

4. Konsep Peppermint Oil


Tanaman mint berasal dari benua Eropa yang merupakan tanaman
aromatik dan dikenal sebagai salah satu tanaman herbal tertua didunia.
Daun mint (mentha piperita) merupakan herbal berakar rizoma serta
berbatang halus yang tumbuh mencapai tinggi antara 30-90 cm. Daunnya
memiliki panjang antara 4-9 cm dan lebar antara 1,5-4 cm, berwarna hijau
gelap dengan pembuluh daun kemerah-meraha, ujungnya tajam dan tepi
kasar seperti gigi. Bunga daun mint berwarna ungu dengan panjang 6-8
mm, bunganya muncul saat pertengahan musim panas (USDA, 2009).
Daun mint bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi kesehatan
organ mulut serta merangsang air liur. Daun mint juga dapat mengatasi
masalah pernafasan, peradangan, serta dapat meningkatkan kerja sistem
pencernaan. Selain itu, daun mint juga bermanfaat untuk merelaksasikan
kerja otot polos diperut sehingga dapat mengatasi terjadinya kram
dibagian perut.
Komponen utama daun mint adalah minyak atsiri. Minyak atsiri atau
dikenal juga dengan istilah essential oil adalah komoditi ekstrak alami dari
jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan
putik bunga. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai antibakteri,
antifungi, antiseptik, pengobatan lesi dan anti nyeri (Gunawan dalam
Indriyanti, 2013).
Banyak sekali jenis minyak esensial yang ada dan yang biasa
digunakan adalah peppermint. Minyak esensial merupakan sari tumbuhan
aromatik yang dipakai dan diperoleh melalui berbagai macam cara
pengolahan. Salah satu proses penyembuhan yang menggunakan sari
tumbuhan aromatik murni adalah aromaterapi. Aromaterapi merupakan
penggunaan minyak untuk tujuan terapeutik yang meliputi mind, bodu,
and spiritis. Sebagai suatu jenis pengobatan yang menerapkan kontak
tubuh secara langsung, aromaterapi mempunyai kekuatan penyembuhan
yang menggabungkan efek fisiologis, yang ditimbulkan oleh massage
pada tubuh serta efek psikologis yang berasal dari minyak esensial.
25

Aromaterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penghirupan,


pengompresan atau perendaman, tetapi yang paling efektif adalah dengan
massage (Sulistyowati, 2009).

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Irma (2014) tentang “Pengaruh Pemberian


Aromaterapi Peppermint (Mentha Piperita) Secara Inhalasi Terhadap
Skala Nyeri Dismenore Primer Pada Siswi SMA Negeri 10 Sijunjung”.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon,
menunjukkan adanya pengaruh aromaterapi peppermint (Mentha Piperita)
secara inhalasi terhadap skala dismenore primer dengan rata-rata
penurunan skala nyeri adalah 1,95 dan p=0,00. Aromaterapi peppermint
(Mentha Piperita) secara inhalasi dapat dijadikan suatu alternatif untuk
mengurangi nyeri dismenore primer.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Solihatunisa (2012) tentang “Pengaruh
Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Saat Dismenore Pada
Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”. Dari hasil analisis data bivariat dengan menggunakan uji
Wilcoxon. Pada kelompok intervensi didapatkan nilai (Z=-4,090, p=0,000
(p<0,05)) dan pada kelompok control didapatkan nilai (Z=-1,697, p=0,90
(p<0,05)). Hasil analisis mengenai perbedaan penurunan skala nyeri pada
kedua kelompok dengan Uji Mannt-Whitney menunjukkan bahwa nilai
rata-rata selisih penurunan skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah
diberikan intervensi yaitu nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan ada
perbedaan selisih rata-rata penurunan skala nyeri dismenore pada
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Senam efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri saat dismenore.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Baroroh (2011) tentang “Pengaruh
Pemberian Effleurage Massage Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore Pada
Mahasiswi di Asrama STIKes ‘Aisyiah Yogyakarta”. Dari analisa data
dilakukan secara kompeterisasi dengan menggunakan uji t-test. Hasil uji
26

statiktik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p=0,000


(0,000<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat tingkat nyeri
dismenore. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi kaum
perempuan yang mengalami dismenore untuk melakukan massage
effleurage agar nyeri yang dirasakan dapat berkurang.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau
teori-teori yang mendukung penelitian. Kerangka konsep terdiri dari variabel-
variabel serta hubungan antara variabel satu denga variabel lainnya yang akan
mengarahkan untuk menganalisis hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Skema 2.1
Kerangka Konsep

Pre-Test Intervensi Post-Test

Intensitas Nyeri Massage dengan Intensitas Nyeri


Dismenore Peppermint Oil Dismenore

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang


diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Sujarweni, 2014).
Ho : Tidak ada pengaruh massage dengan peppermint oil terhadap nyeri
dismenore.
Ha : Ada pengaruh massage dengan peppermint oil terhadap nyeri
dismenore.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan rancangan eksperimen dengan pendekatan pre


eksperimen design pre-test and post-test one group. Rancangan ini tidak memiliki
kelompok perbandingan (kontrol), tetapi dilakukan observasi pertama (post-test)
yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperimen (Dharma, 2015). Pada penelitian ini peneliti melakukan pre-test
terlebih dahulu terhadap intensitas nyeri dismenore kemudian melakukan
intervensi massage dengan peppermint oil setelah itu, peneliti melakukan post-
test terhadap intensitas nyeri dismenore.

Skema 3.1
Desain Penelitian

Pre-test Post-test
R O1 X O2

R = Subjek (Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri


Pekanbaru).
O1 = Pre-test intensitas nyeri dismenore.
X = Intervensi massage dengan peppermint oil.
O2 = Post-test intensitas nyeri dismenore.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Lokasi
ini dipilih karena STIKes Payung Negeri Pekanbaru termasuk institusi
pendidikan yang memiliki jumlah mahasiswi yang banyak. Dari studi
pendahuluan yang telah dilakukan, banyak dari mahasiswi S1
Keperawatan yang mengalami nyeri dismenore dan belum pernah
dilakukan penelitian tentang Pengaruh Massage dengan Peppermint Oil

27
28

Terhadap Dismenore Pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung


Negeri Pekanbaru.

2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan riset yang dilakukan
mulai bulan Februari 2019 dan pelaksanaan penelitian hingga seminar
hasil riset yaitu bulan Juli 2019, jadwal penelitian lengkap dapat dilihat
pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
No. Uraian Kegiatan
Feb Mar April Mei Juni Juli
1. Pengajuan Judul
2. Pembuatan Proposal
3. Ujian Proposal
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
6. Analisa Data
7. Ujian Hasil
8. Perbaikan Skripsi

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian
Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan
(digeneralisir). Idealnya penelitian-penelitian dilakukan pada populasi,
karena dapat melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil
penelitian akan diterapkan (Dharma, 2015). Populasi dari penelitian ini
adalah mahasiswi S1 Keperawatan yang mengalami nyeri dismenore yaitu
77 orang.

2. Sampel
Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi adalah
sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau
dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan
29

pengamatan/pengukuran pada unit ini (Dharma, 2015). Pengambilan


sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

15,5

Keterangan :

= Perkiraan jumlah sampel

= Perkiraan besar populasi

= Nilai standar normal untuk α =0.05 (1.96)

= Perkiraan proporsi , jika tidak diketahui dianggap 50%

= 1-p (100% - p)

= Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0.05)

Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini


adalah sebanyak 16 responden yang dilakukan intervensi. Perhitungan
besar sampel perlu diperhitungkan adanya sampel drop out maka dapat
dikoreksi sebesar 10% (Dharma, 2015). Maka besar sampel yang
diperlukan adalah :
30

Keterangan :

= Perkiraan jumlah sampel yang dihitung

= Jumlah responden (16)

= Perkiraan proporsi drop out (10%)

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 18


responden.

3. Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode “Purposive
Sampling”, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan
maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Dharma, 2015).
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus diambil
masing-masing anggota masing-masing anggota yang akan dijadikan
sampel (Notoatmodjo, 2012).
1) Sedang mengalami dismenore
2) Bersedia menjadi responden
b) Kriteria Eksklusi
31

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi


yang tidak dapat dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2012).
1) Sedang mendapatkan terapi farmakologi
2) Yang telah mendapatkan terapi non-farmakologi sebelum
perlakuan

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh sari
suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari
suatu penelitian (Dharma, 2015).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala nyeri Numeric
Pain Rating Scale (NPRS), lembar observasi data nyeri pre-test dan post-test dan
terapi massage dengan peppermint oil yang sudah diolah dalam sebuah botol 60
ml, didalamnya mengandung oleum menthae piperithae 5% dan oleum cocos 95%.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Ringan Sedang Berat Sangat


Nyeri Berat

Gambar 3.1
Peppermint Oil
32

E. Definisi Operasional

Penelitian pada dasarnya adalah mengukur/menilai variabel penelitian,


kemudian memberikan gambaran tentang variabel tersebut atau menghubungan.
Sehingga penting untuk menjelaskan variabel penelitian, meliputi variabel-
variabel yang diteliti, jenis variabel, defenisi konseptual dan operasional, serta
bagaimana melakukan pengukuran/penilaian terhadap variabel (Dharma, 2015).

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Defenisi Skala
No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Variabel Memberikan Terapi Nominal Diberikan terapi
Independen pijatan lembut massage massage
: Massage dengan
dengan menggunakan
Peppermin peppermint oil
t Oil

2. Variabel Tingkat atau Menggunakan Rasio


Dependen : kekuatan nyeri lembar
Nyeri yang dirasakan observasi yang
Dismenore oleh penderita berisi skala
dismenore intensitas nyeri
numerik 0-10
33

F. Etika Penelitian

Etika merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam penelitian.
Hal ini disebabkan karena penelitian dalam bidang keperawatan berhubungan
dengan manusia. Beberapa hal yang dilakukan peneliti terkait etika penelitian,
yaitu (Hidayat, 2012) :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Responden)
Informed consent merupakan cara bentuk bukti persetujuan antara
peneliti dan responden yang ditunjukkan dengan lembar persetujuan.
Tujuannya yaitu responden mengetahui maksud, tujuan serta manfaaat dari
penelitian tersebut. Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian. Bagi responden yang bersedia,
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Bagi responden yang
tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak responden.

2. Veracity (Kejujuran)
Veracity atau kejujuran merupakan upaya untuk menyampaikan
kebenaran informasi yang diberikan, tidak melakukan kebohongan, dalam
hal ini peneliti memberikan informasi benar tanpa ada responden.

3. Anonimity (Tanpa Nama)


Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaaan dan keikutsertaan
responden dalam penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan responden,
peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan
data, dan hanya dituliskan inisial responden yang hanya diketahui oleh
peneliti.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang telah diperoleh dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan peneliti sebagai hasil
penelitian.
34

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Pengumpulan Data


a. Tahap Persiapan
1) Menentukan masalah penelitian.
2) Mencari studi keperpustakaan dan studi pendahuluan
dengan cara membagikan angket skala nyeri kepada mahasiswi
program studi S1 Keperawatan untuk mendapatkan data seberapa
banyak mahasiswi yang mengalami dismenore dan merekap
kembali data yang telah terkumpul untuk menentukan mahasiswi
yang mengalami dismenore untuk dijadikan populasi dalam
penelitian ini.
3) Menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dari
pembimbing.
4) Melakukan seminar proposal.
5) Mengurus surat izin penelitian yang dibuat oleh kampus
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
6) Setelah mendapatkan surat izin dari STIKes Payung Negeri
Pekanbaru, selanjutnya peneliti memasukkan surat izin penelitian
ke Program Studi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Peneliti datang ke Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Payung Negeri Pekanbaru.
2) Peneliti mengumpulkan responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi.
3) Setelah itu peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur
penelitian serta menjamin hak-hak responden kemudian peneliti
meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan
bersedia menjadi responden.
4) Peneliti memberikan lembar observasi skala intensitas nyeri
untuk menentukan intensitas nyeri sebelum diberikan tindakan.
35

5) Pemberian terapi massage dengan menggunakan


peppermint oil yang sudah diolah dalam sebuah botol 60 ml,
didalamnya mengandung oleum menthae piperithae 5% dan
oleum cocos 95% dan diberikan 5-10 tetes pada bagian yang akan
di massage.
6) Massage dilakukan oleh 3 orang terapis yang sudah dilatih.
7) Massage dilakukan pada bagian tertentu yang dapat
mengurangi atau merileksasikan responden, seperti diperut bagian
bawah, punggung, dada, telapak kaki akan di massage selama 5
menit.
8) Teknik massage yang dilakukan menggunakan pijatan
lembut pada kulit seperti mengusap (efflurage) dan menggosok
(friction).
9) Peneliti memberikan lembar observasi skala intensitas nyeri
untuk menentukan intensitas nyeri setelah diberikan tindakan.
c. Tahap Akhir
1) Data yang sudah terkumpul dilakukan pengolahan.
2) Data diolah dengan menggunakan komputer untuk
dilakukan uji statistik.

2. Teknik Pengolahan Data


Menurut Hidayat (2012), langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisa yaitu :
a. Editing (Pengeditan Data)
Editing merupakan suatu upaya untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh. Editing bisa dilakukan pada tahap
pengumpulan data ataupun setelah data terkumpul.
b. Coding (Penandaan)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode berbentuk angka
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode bila
pengolahan dan analisa data menggunakan komputer sangat penting.
36

c. Data Entry
Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau database komputer.
d. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning adalah suatu kegiatan mengecek kembali data untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan terjadi kesalahan kode,
ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
e. Processing (Memproses)
Processing adalah kegiatan memproses data agar data yang sudah
di entry dapat dilakukan analisa.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dari tiap variabel yang diteliti baik variabel independen maupun
variabel dependen, yang termasuk dalam variabel independen adalah
massage dengan peppermint oil dan variabel dependen intensitas nyeri
dismenore.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen (massage dengan peppermint oil)
dengan variabel dependen (intensitas nyeri dismenore). Data yang telah
terkumpul kemudian ditabulasi kedalam tabel sesuai dengan variabel yang
diukur. Setelah tabulasi untuk mengetahui pengaruh variabel digunakan uji
statistik dengan paired t-test dengan derajat kepercayaan (ρ=0.05) apabila
dari uji statistik didapatkan ρ<0.05 maka diartikan ada Pengaruh Massage
dengan Peppermint Oil Terhadap Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru, sehingga Ho ditolak.
Apabila ρ>0.05 maka tidak ada Pengaruh Massage dengan Peppermint Oil
37

Terhadap Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes


Payung Negeri Pekanbaru, sehingga Ho gagal ditolak (Hidayat, 2012).

Tabel 3.3
Perbandingan Rata-rata Skala Nyeri Dismenore Responden Pre-test dan Post-test
Massage dengan Peppermint Oil di STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Kelompok Nilai Rata-rata Selisih Nilai Δ Value


Eksperimen Rata-rata % (ρ)
Skala nyeri Pre-test Post-test
dismenore
diberikan terapi
massage dengan
peppermint oil
<0.05
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian Pengaruh Massage dengan


Peppermint Oil Terhadap Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di STIKes Payung
Negeri Pekanbaru pada tanggal 9 Mei sampai 25 Mei 2019 yang dilakukan pada
16 orang mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru sebagai
sampel penelitian.

A. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mendapatkan data


mengenai karakteristik responden, meliputi umur dan suku pada mahasiswi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru, serta distribusi hasil pengukuran
skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan massage dengan peppermint oil. Hasil
univariat yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Umum

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes
Payung Negeri Pekanbaru

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal 95% CI


Umur 19,75 1,18 18-21 19,12-20,38
Sumber : Analisa Data Primer, 2019

Hasil analisis didapatkan rata-rata umur mahasiswi S1 Keperawatan adalah


19,75 tahun (95% CI : 19,12-20,38), dengan standar deviasi 1,18 tahun. Umur
termuda 18 tahun dan umur tertua 21 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur mahasiswi S1
Keperawatan adalah diantara 19,12 sampai dengan 20,38 tahun.

Tabel 4.2

38
39

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes


Payung Negeri Pekanbaru

Suku Jumlah Persentase


Melayu 7 43,8
Minang 3 18,8
Jawa 5 31,3
Dan Lain-lain (Bugis) 1 6,3
Total 16 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2019

Distribusi suku responden untuk masing-masing suku. Paling banyak


responden bersuku Melayu yaitu 7 orang (43,8%) sedangkan untuk suku Minang,
Jawa dan Lain-lain (Bugis) masing-masing 18,8%, 31,3% dan 6,3%.

2. Data Khusus
Tabel 4.3
Rata-Rata Intensitas Skala Nyeri Pre-test Massage Dengan Peppermint Oil

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal 95% CI


Skala nyeri 5,44 1,31 4-8 4,74-6,14
pre-test
Sumber : Analisa Data Primer, 2019

Hasil analisis didapatkan rata-rata skala nyeri pre-test mahasiswi S1


Keperawatan adalah 5,44 (95% CI : 4,74-6,14), dengan standar deviasi 1,31. Skala
nyeri pre-test minimal 4 dan skala nyeri pre-test maksimal 8. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata intensitas skala
nyeri pre-test massage dengan peppermint oil terhadap mahasiswi S1
Keperawatan adalah diantara 4,74 sampai dengan 6,14.
40

Tabel 4.4
Berdasarkan Tingkatan Skala Nyeri Pre-test Massage Dengan Peppermint Oil

Intensitas Nyeri Frekuensi Persentase


(0) Tidak Nyeri 0 0
(1-3) Ringan 0 0
(4-6) Sedang 13 81,3
(7-9) Berat 3 18,8
(10) Sangat Berat 0 0
Total 16 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2019
Distribusi skala nyeri pre-test paling banyak tingkat nyeri adalah sedang
dengan responden 13 (18,8%) responden (4 responden berada pada skala nyeri 4,
6 responden berada pada skala nyeri 5 dan 3 responden berada pada skala nyeri 6).

Tabel 4.5
Rata-Rata Intensitas Skala Nyeri Post-test Massage Dengan Peppermint Oil

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal 95% CI


Skala nyeri 1,63 0,71 1-3 1,24-2,01
post-test
Sumber : Analisa Data Primer, 2019

Hasil analisis didapatkan rata-rata skala nyeri post-test mahasiswi S1


Keperawatan adalah 1,63 (95% CI : 1,24-2,01), dengan standar deviasi 0,71. Skala
nyeri post-test minimal 1 dan skala nyeri post-test maksimal 3. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata intensitas skala
nyeri post-test massage dengan peppermint oil terhadap mahasiswi S1
Keperawatan adalah diantara 1,24 sampai dengan 2,01.

Tabel 4.6
Berdasarkan Tingkatan Skala Nyeri Post-test Massage Dengan Peppermint Oil

Intensitas Nyeri Frekuensi Persentase


(0) Tidak Nyeri 0 0
(1-3) Ringan 16 100,0
(4-6) Sedang 0 0
(7-9) Berat 0 0
(10) Sangat Berat 0 0
Total 16 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2019
41

Distribusi skala nyeri post-test paling banyak tingkat nyeri adalah ringan
dengan responden 16 (100,0%) responden (8 responden berada pada skala nyeri 1,
6 responden berada pada skala nyeri 2 dan 2 responden berada pada skala nyeri 3).

3. Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat
distribusi dari sebuah data normal atau tidak. Penyajian data dan uji
hipotesis tergantung normal atau tidaknya sebuah data. Dalam penelitian
ini peneliti melakukan uji normalitas intensitas nyeri dismenore sebelum
dan sesudah tindakan. Penilaian dilakukan secara deskriptif dan secara
analitik. Hasil uji normalitas dapat dilihat sebagai berikut:
1) Menilai Distribusi Data Secara Analitik
Dalam penelitian ini menilai distribusi data menggunakan uji
normalitas Shapiro-Wilk, karena pada data penelitian jumlah sampel
kurang dari 50 orang. Secara analitik Shapiro-Wilk, didapatkan p =
0,000 yang artinya data berdistribusi normal.
2) Menilai Kurva Histogram
Dilihat dari histogram, tampak bahwa data tidak simetris kiri dan
kanan berarti data berdistibusi tidak normal.
3) Menghitung Rasio Kurtosis
Berdasarkan perhitungan rasio kurtosis yaitu dengan nilai kurtosis
dibagi dengan nilai standar error yang hasilnya -0,495 (<2) artinya
data berdistribusi normal.
4) Menghitung Rasio Skewness
Berdasarkan perhitungan rasio skewness yaitu dengan nilai skewness
dibagi dengan nilai standar error yang hasilnya 1,52 (<2) artinya data
berdistribusi normal.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan


intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan massage dengan peppermint oil
42

terhadap intensitas nyeri dismenore yang sebelumnya dilakukan uji normalitas


data. Uji normalitas dapat dilihat dari kurva histogram, nilai shapiro-wilk, nilai
skewness dibagi nilai standar error dan nilai kurtosis dibagi nilai standar error
yang didapatkan hasil data berdistribusi normal sehingga uji yang digunakan
adalah paired t-test. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7
Pengaruh Massage Dengan Peppermint Oil Terhadap Nyeri Dismenore

95%
Std. Confidence Value
Variabel Std. t df
Mean Error Interval of the (ρ)
Deviation
Mean Difference
Lower Upper
Skala
Nyeri
3,813 0,834 0,209 3,368 4,257 18,282 15 0,000
Pre-test
Post-test
Sumber : Analisa Data Primer, 2019

Skala nyeri pada pre-test adalah 5,44 dengan standar deviasi 1,31. Pada post-
test didapat skala nyeri adalah 1,63 dengan standar deviasi 0,71. Terlihat nilai
mean selisih antara pre-test dan post-test adalah 3,813 dengan selisih perbedaan
antara 3.368 sampai dengan 4.257 dan didapatkan nilai standar deviasi 0,834.
Hasil uji statistik didapatkan nilai ρ value = 0,000 lebih kecil dari alpha ρ<α
(0,05), sehingga Ho ditolak artinya ada perbedaan yang signifikan antara skala
nyeri pre-test dan post-test massage dengan peppermint oil.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 orang mahasiswi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru memiliki rentang umur
yaitu 18-21 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Rahayu. et al (2017) yang mengemukakan bahwa dari 38 mahasiswi
rentang usia yang mengalami dismenore adalah usia 17-25 tahun.
Menurut Potter & Perry (2009), salah satu faktor yang mempengaruhi
respon terhadap nyeri adalah umur. Umur yang berbeda akan
mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri. Anak-anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sedangkan orang dewasa akan memberitahukan
nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan pada fungsi, dan pada
lansia cenderung memendam nyeri karena menganggap nyeri adalah hal
alamiah. Nyeri haid sering terjadi pada pada wanita usia muda, karena
belum mencapai kematangan biologis (khususnya kematangan alat
reproduksi yaitu pertumbuhan endometrium belum sempurna) dan
psikologis. Puncak umur insiden wanita yang mengalami dismenore
adalah 20-24 tahun. Frekuensi nyeri akan menurun sesuai dengan
bertambahnya usia, hal ini terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim
akibat penuaan (Suliawati, 2013).
Menurut asumsi peneliti, umur merupakan faktor resiko yang
mempengaruhi respon nyeri seseorang. Semakin bertambahnya usia
respon nyeri seseorang semakin berkurang. Pada penelitian ini, nyeri haid
banyak terjadi pada usia muda, hal ini disebabkan karena pada usia muda
organ reproduksi belum berkembang secara maksimal.

43
44

2. Distribusi Responden Berdasarkan Suku


Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai suku, seperti Melayu,
Minang, Jawa dan Lain-lain (Bugis) dimana dari 16 responden, 7
responden terdapat (43,8%) adalah suku melayu. Hal ini dikarenakan
penelitian dilakukan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru, yang
merupakan wilayah kerja dengan mayoritas suku melayu, sehingga
responden yang didapat lebih banyak bersuku melayu dibandingkan suku
lainnya. Selain itu, faktor budaya juga mempengaruhi respon sesorang
terhadap nyeri.
Hal ini sesuai dengan teori Perry & Potter (2009) yang menyebutkan
bahwa latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu. Budaya mempengaruhi cara melaksanakan kesehatan
pribadi. Setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri yang
dialaminya, sesuai dengan suku dan kultur dimana ia berasal, karena
kulturakan mengajarkan orang tersebut merespon nyeri.
Menurut peneliti, respon terhadap nyeri seseorang juga dipengaruhi
oleh suku budaya yang mempengaruhi kebiasaan individu.

3. Distribusi Responden Berdasarkan Skala Nyeri Pre-test Massage


dengan Peppermint Oil
Intensitas yang dirasakan mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung
Negeri Pekanbaru sebelum diberikan massage dengan peppermint oil
berbeda-beda. Dimana intensitas nyeri pre-test yang paling dominan
adalah nyeri sedang yaitu sebanyak 13 (81,3%) responden dan nyeri berat
3 (18,8%) responden. Rohmatika (2016), dalam penelitiannya mengatakan
bahwa perasaan nyeri pada waktu menstruasi sangat subjektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi otot rahim. Perbedaan tingkat
nyeri menstruasi pada setiap responden juga dapat disebabkan adanya
perbedaan respon dan persepsi responden terhadap nyeri yang dialami.
Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri
dikarakteristikkan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi
45

berlangsung, yang dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan


menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang
berlokasi di area suprapubis, dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram,
tumpul atau sakit. Seringkali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau
sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis
(Reeder, 2011).
Hal ini sesuai dengan pendapat Andrews (2010) yang menyatakan
prostagladin dalam jumlah besar di uterus saat mentruasi diduga
menyebabkan nyeri tersebut. Pelepasan PGF₂𝛼𝛼 yang berlebihan
meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan
vasospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram
abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap PGF₂𝛼𝛼
(prostagladin F₂ alfa) meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran
keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah dan diare), dan
gejala sistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi
buruk).
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Apabila
seseorang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama nyeri
dapat mengganggu koping individu. Cara seseorang berespon terhadap
nyeri adalah akibat dari banyak kejadian selama rentang kehidupannya.
Apabila seseorang mengalami nyeri tersebut dengan jenis yang sama dan
berulang-ulang kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan maka akan
lebih mudah bagi individu untuk menginterprestasikan sensasi nyeri
tersebut (Potter & Perry, 2009).
Terdapat beberapa cara yang dilakukan wanita dalam mengatasi
dismenore. Beberapa wanita mengatasi dismenore dengan mengkonsumsi
obat. Namun karena sifat obat-obat tersebut hanya menghilangkan rasa
nyeri, maka penderita dismenore akan mengalami ketergantungan obat
dalam jangka panjang. Di sisi lain ada beberapa wanita yang mengatasi
dismenore dengan tindakan non-farmokologi, mendengarkan musik,
46

pijatan dengan aromaterapi ataupun istirahat yang cukup (Anurogo &


Wulandari, 2011).
Menurut asumsi peneliti, intensitas nyeri mahasiswi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru sebelum diberikan intervensi mayoritas
pada tingkat sedang, ini disebabkan karena terjadi kontraksi otot rahim
mengakibatkan kram pada perut bagian bawah dan respon terhadap bagian
tubuh lainnya seperti punggung, paha dan lain-lain. Nyeri menstruasi
dirasakan secara terus-menerus setiap bulannya sehingga menyebabkan
responden membutuhkan obat penghilang rasa nyeri yang dibeli di toko
obat ataupun apotek.

4. Distribusi Responden Berdasarkan Skala Nyeri Post-test Massage


dengan Peppermint Oil
Setelah peneliti melakukan massage dengan peppermint oil untuk
melihat perubahan skala nyeri pada mahasiswi S1 Keperawatan STIKes
Payung Negeri Pekanbaru didapatkan hasil frekuensi dominan post-test
adalah skala nyeri ringan 16 (100,0%) responden. Pada penelitian ini,
setelah pemberian massage dengan peppermint oil secara signifikan dapat
menurunkan skala nyeri dismenore. Massage dapat mengurangi nyeri
karena stimulus sentuhan mencapai otak sebelum stimulus nyeri; untuk
mengurangi stres, ansietas, depresi dan menstimulasi fungsi imun
(Andrews, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Yoenaningsih (2012) pada remaja di SMP Negeri 1 Jember bahwa adanya
penurunan tingkat nyeri menstruasi setelah dilakukan effleurage massage
abdomen. Penelitian yang sama juga dilakukan Sinurat (2018) dengan
melakukan teknik effleurage massage abdomen terhadap penurunan
dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan USU, yang diperoleh
hasil effleurage massage abdomen efektif terhadap penurunan nyeri
dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan USU.
47

Menurut asumsi peneliti, mayoritas mahasiswi S1 Keperawatan


STIKes Payung Negeri Pekanbaru mengalami skala nyeri ringan karena
setelah pemberian massage dengan peppermint oil secara signifikan dapat
menurunkan skala nyeri dismenore dan dengan adanya pemberian
massage dengan peppermint oil ini dapat memberi ketenangan, aliran
oksigen dalam darah meningkat serta pembuangan sisa-sisa metabolik
semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang berfungsi
memberikan rasa nyaman dan dan dapat mengurangi nyeri.

B. Analisis Bivariat

Pengaruh Massage dengan Peppermint Oil Terhadap Nyeri Dismenore


Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan sebagian besar responden
merasakan adanya penurunan skala nyeri dismenore setelah pemberian
terapi massage dengan peppermint oil terhadap nyeri dismenore.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan paired t-test didapatkan nilai
ρ value = 0,000 lebih kecil dari alpha ρ<α (0,05), maka Ho ditolak artinya
ada pengaruh pemberian terapi massage dengan peppermint oil terhadap
penurunan intensitas nyeri dismenore pada mahasiswi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wulandari dan Hiba (2015) tentang pengaruh massage effleurage terhadap
penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada primigravida. Massage
effleurage juga dapat dikombinasikan dengan aromaterapi lavender
(lavandula angustifolia) (Wahyuningsih, 2014). Sesuai juga dengan hasil
penelitian Parulian (2014) tentang pengaruh teknik effleurage massage
terhadap perubahan nyeri pada ibu post partum.
Adanya pengaruh pemberian terapi massage dengan peppermint oil
terhadap penurunan skala nyeri dismenore yang diberikan membuat
relaksasi otot abdomen sehingga sangat efektif untuk menurunkan rasa
nyeri dismenore. Hal ini sejalan dengan teori Gate Control menurut Potter
& Perry (2009), bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak
48

lebih kecil dan jalan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan
yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri diransang bersamaan, sensasi
sentuhan berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak,
sehingga pembatasan jumlah nyeri dirasakan dalam otak.
Komponen utama daun mint adalah minyak atsiri. Minyak atsiri atau
dikenal juga dengan istilah essential oil adalah komoditi ekstrak alami dari
jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan
putik bunga. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai antibakteri,
antifungi, antiseptik, pengobatan lesi dan anti nyeri. Selain itu, daun mint
juga bermanfaat untuk merelaksasikan kerja otot polos diperut sehingga
dapat mengatasi terjadinya kram dibagian perut (Gunawan dalam
Indriyanti, 2013).
Teknik massage bermanfaat untuk dapat melancarkan sirkulasi darah
didalam seluruh tubuh, menjaga kesehatan agar tetap prima, membantu
mengurangi rasa sakit dan kelelahan, meransang produksi hormon
endorphin yang berfungsi untuk relaksasi tubuh mengurangi beban yang
ditimbulkan akibat stress, menyingkirkan toksin, menyehatkan dan
menyeimbangkan kerja organ-organ tubuh dengan massage ini stress,
nyeri dan ketegangan dapat diminimalisir (Brunner & Suddarth, 2013).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian terapi massage
dengan peppermint oil dapat menurunkan skala intensitas nyeri dismenore
pada mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
Sehingga terapi massage dengan peppermint oil sangat efektif untuk
meringankan rasa nyeri pada saat menstruasi.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat


kekurangan, diantaranya :
1. Keterbatasan waktu dalam menyebarkan angket untuk mendeteksi
mahasiswi yang mengalami dismenore, harusnya disebarkan kesemua
mahasiswi disetiap angkatan, tetapi hanya disebarkan pada beberapa
49

angkatan saja sehingga populasi dalam penelitian ini masih belum terdata
seluruhnya, sehingga ketika peneliti melakukan intervensi, banyak
mahasiswi diluar responden ingin di intervensi dismenorenya.
2. Penelitian ini hanya untuk mengetahui tentang pengaruh dan tidak
mengkaji bagaimana hubungan setiap variabel.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Massage dengan Peppermint


Oil Terhadap Dismenore Pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKes Payung
Negeri Pekanbaru, dapat ditarik kesimpulan :
1. Karakteristik responden yaitu sebagian besar pada umur 22 tahun dan suku
responden terbanyak adalah melayu.
2. Rata-rata skala nyeri dismenore pada responden pre-test massage dengan
peppermint oil adalah 5,44 dengan standar deviasi 1,31.
3. Rata-rata skala nyeri dismenore pada responden post-test massage dengan
peppermint oil adalah 1,63 dengan standar deviasi 0,71.
4. Dari hasil uji statistik menggunakan paired t-test diperoleh nilai ρ value =
0,000 lebih kecil dari alpha ρ<α (0,05) yang berarti Ho ditolak artinya ada
perbedaan yang signifikan rata-rata skala nyeri pre-test dan post-test
dengan peppermint oil. Didapatkan nilai mean selisih antara pre-test dan
post-test adalah 3,813 dengan standar deviasi 0,834.

B. Saran

1. Bagi Responden
Melalui penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi
responden maupun tambahan ilmu tentang pengaruh massage dengan
peppermint oil terhadap dismenore.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan


Sebagai bahan bacaan bagi yang memerlukannya dan tambahan
referensi bagi mahasiswa untuk dapat dijadikan ilmu pengetahuan maupun
dasar penelitian selanjutnya.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

50
51

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data atau informasi


untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian tentang nyeri
dismenore menggunakan metode non-farmakologi lainnya serta dapat
mengkaji hal-hal yang belum dibahas dalam penelitian ini seperti dampak
yang dirasakan ketika mengalami dismenore.
52

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, Gilly. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Anurogo, D & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.


Yogyakarta : CV ANDI Offset

Bahmani, M., Eftekhari, Z., Jelodari, M., Saki, K., Abdollahi, R., Majlesi, M., …
Rasouli, S. (2015). Effect of iranian herbal medicines in dysmenorrhea
phytotherapy. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research.

Baroroh, W.N. (2011). Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Terhadap


Tingkat Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi di Asrama STIKes ‘Aisyiah
Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes ‘Aisyiah.
Yogyakarta

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Vol. 2. Edisi 8. Editor ; Smeltzer, S.C. Bare, B.G. Jakarta : EGC

Calis, K.A. (2011). Dysmenorrhea Treatment and Management. Bandung :


Alfabeta

Dharma, K.K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media

Hestiantoro, Andon. (2012). Mengapa Haid Tidak Teratur? Penyebab dan


Solusinya. Jakarta: Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM

Hidayat, A.A. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Indriyanti, C.P. (2013). Identifikasi Komponen Minyak Atsiri pada Beberapa


Tanaman dari Indonesi Yang Memiliki Bau Tidak Sedap. Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung
53

Irma, Rahmadeni. (2014). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Peppermint


(Mentha Piperita) Secara Inhalasi Terhadap Skala Nyeri Dismenore Primer
Pada Siswi SMA Negeri 10 Sijunjung. Thesis. Universitas Andalas. Padang

Jaelani. (2009). Aroma Terapi. Bandung : Yayasan Obor Indonesia

Kusmiran, E. (2011). Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika

Lestari, N. M. S. D. (2013). Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Pengaruh


Dismenorea Pada Remaja, 323–329. Retrieved from
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download

Manuaba. et al. (2010). Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : TIM

Marmi. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, T & Utama, I.B. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta : Nuha Medika

Nurgiwiati, E. (2015). Terapi Alternatif & Komplementer Dalam Bidang


Keperawatan. Bogor : In Media

Parulian. (2014). Pengaruh Teknik Massage Effluerage Terhadap Perubahan


Nyeri Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Sari Ningsih Bandung. Jurnal
Keperawatan, 2 (4)

Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika

Prawirorahardjo, S. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Proverawati, A & Misaroh, S. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh


Makna. Yogyakarta : Nuha Medika
54

Pupaningtyas, D. (2014). Variasi Favorit Infused Water Berkhasiat. Jakarta:


Fmedia

Purwoastuti, E & Walyani, S.E. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi


& Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Rahayu, A., Pertiwi, S., Patimah, S. (2017). Pengaruh Endorphine Massage


Terhadap Rasa Sakit Dismenore Pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Midwife Journal, 02 (3) : 22-30

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Koniak-Griffin, D. (2011). Keperawatan


Marernitas: Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Volume 1, ed. 18. Jakarta:
EGC
Sallika, NS. (2010). Serba Serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta : Bukune

Samori, Angelia. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta : Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia

Satya, Bayu. (2013). Koleksi Tumbuhan Berkhasiat. Yogyakarta : Rapha


Publishing

Sinaga. et al. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta : Universitas


Nasional

Solihatunisa, Ica. (2012). Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri


Saat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Sujarweni, V.W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava


Media

Suliawati, G. (2013). Hubungan Umur, Paritas dan Status Gizi dengan Kejadian
Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gambung Klieng Kecamatan
Baitussalam Aceh Besar. Journal Midwifery U’budiyah
55

Sulistyowati, R. (2009). Pengaruh Aromaterapi Lavender Secara Masase


Terhadap Nyeri Kanker. Thesis. Fakultas Keperawatan. Universitas
Indonesia. Jakarta

Trisnowiyanto. B. (2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

United States Departement of Agriculture (USDA). (2009). Natural Resources


Conservation Service. Diperoleh 22 Maret 2019 dari
https://plants.usda.gov/coreprofile?symbol=MEPI

Verawaty, S.N & Rahayu. (2012). Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual
Wanita, Bandung : PT. Grafindo Media Pratama

Wahyuningsih, M. (2014). Efektivitas Aromaterapi Lavender (Lavandula


Angustifiola) Dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan
Kala 1 Fase Aktif Pada Primigravida Di BPS UTAMI Dan Ruang PONEK
RSUD Karanganyar. Skripsi. STIKes Kusuma Husada

Wulandari & Hiba. (2015). Pengaruh Massage Effleurage Terhadap


Pengurangan Tingkat Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Pada Primigrafida
Diruang Bougenvile RSUD Tegu Rejo Semarang. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 1 (3)

Yahya, Nadjibah. (2011). Kesehatan Reproduksi Pranikah Panduan Sehat Masa-


Masa Penting Wanita. Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
56

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai