DISUSUN OLEH :
GLENNATA APRIATAMA (142012016008)
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Lela Aini, S.Kep, M.Bmd
Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ADAPTASI, JEJAS DAN PENUAAN SEL”
dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, Oleh karena
itu kami membutuhkan kritik ataupun saran demi perbaikan. Harapan kami semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sel merupakan unit kehidupan terkecil yang ada, dalam kehidupannya sel
mampumelakukan berbagai aktivitas metabolisme yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Didalam sel terdapat membran plasma, nukleus, sitoplasma, dan organel-organel
yangmelakukan peranannya masing-masing. Setiap sel menjalin suatu hubungan satu
samalain melalui berbagai cara membentuk suatu jaringan, kemudian, organ, sistem
organ,dan pada akhirnya orgenisme. Patologi sebagai ilmu mengenai penyakit
mempelajarisel sebagai unit kehidupan terkecil yang menjadi proses awal mula terjandinya
patogenesis.Apabila sel mendapat suatu stimulus maka akan terjadi suatu response sebagai
usahasel untuk tetap mempertahankan fungsi kehidupannya, karena itulah sel
memilikikemampuan untuk melakukan adaptasi. Sel yang beradaptasi ini bisa jadi
mengalami perubahan struktural maupun fungsional baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.Apabila sel gagal melakukan adaptasi maka sel akan mengalami kematian
sel.Melalui makalah ini penulis menyusun apa, bagaimana, serta perubahan apa sajakahyang
terjadi selama proses adaptasi berlangsung. Kemudian lebih jauh lagi penulismemaparkan
proses terjadinya nekrosis dan apoptosis beserta contoh kemudian aging process.
B. POKOK-POKOK BAHASAN
1. Pengertian sel
2. Respon adaptasi sel terhadap rangsangan patologis
3. Degenerasi dan inflasi Sel
4. Mekanisme terjadinya degenerasi Akibat Iskemia
5. Pengertian Jejas Sel
6. Jejas Reversibel
7. Jejas Irreversibel
8. Definisi Penuaan Sel
9. Penyebab penuaan Sel
10. Teori proses penuaan sel
11. Teori penuaan radikal bebas
12. Tahapan penuaan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................3
B. POKOK-POKOK BAHASAN............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6
1.1 Tinjauan Pustaka......................................................................................6
1.2 Respon Adaptasi Sel Terhadap Rangsangan Patologis................................6
1.3 Degenerasi dan Infiltrasi Sel........................................................................8
1.4 Mekanisme terjadinya degenerasi Akibat Iskemia......................................9
1.5 Jejas Sel........................................................................................................9
1.6 Jejas Reversibel..........................................................................................11
1.7 Jejas Irreversibel........................................................................................11
2.1 Definisi Penuaan Sel..................................................................................13
2.2 Penyebab Penuaan....................................................................................13
2.3 Teori Proses Penuaan................................................................................13
2.4 Teori Wear and Tear..................................................................................14
2.5 Teori penuaan radikal bebas..................................................................14
2.6 Tahapan penuaan...................................................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18
BAB II
PEMBAHASAN
1. Atrofi
Penyusutan ukuran sel akibat berkurangnya substansi sel sehingga jaringan
dan organyang tersusun atas sel tersebut menjadi lebih kecil. Sel yang mengalami
atrofi akanmengalami penurunan fungsi sel tetapi sel tersebut tidak mati. Atrofi
dapatdisebabkan oleh penurunan load kerja (misalimobilisasi), kehilanganinervas,
enurunansuplaidarah, nutrisi tidak adequat, kehilangan stimulasi endokrin,
penuaan(senile atrophy)
2. Hipertrofi
Pertambahan ukuran sel sehingga jaringan atau organ yang tersusun atas sel
tersebutmenjadi lebih besar pula. Pada organ yang mengalami hipertrofi, tidak
dijumpai sel baru melainkan hanya selnya saja yang bertambah besar. Sel tersebut
menjadi lebih besar karena sintesis komponen dan struktur sel yang bertambah.
Contoh hipertrofi patologis adalah pembesaran jantung pada penderita hipertensi. Hal
ini terjadi karenahormone adrenal diproduksi berlebih sehingga memacu jantung
untuk memompadarah lebih cepat. Kerja jantung menjadi lebih berat sehingga
terjadilah hipertrofi pada jantung.
3. Hyperplasia
Pertambahan jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ sehingga organ atau
jaringan menjadi lebih besar ukurannya dari normal. Pada hyperplasia terjadi
pembelahan sel atau mitosis. Hal inilah yang mengakibatkan jumlah sel bertambah.
Hyperplasia patologis biasanya disebabkan oleh sekresi hormone yang berlebihan,
Misalnya hiperplasia endometrium yang terjadi akibat adanya gangguan
keseimbanganantaraestrogen dan progesteron, yang menyebabkan mentruasi
abnormal. Kutil pada kulitdisebabkan oleh peningkatan ekspresi berbagai factor
transkripsi oleh
papillomavirus,
setiap stimulasi tropik minor pada sel oleh factor pertumbuhan menghasilkanaktivitas
mitotic
4. Metaplasma
Perubahan reversible dalam tipe sel dewasa (epithelial atau mesenchimal)
yangdigantikan oleh tipe sel dewasa lain. Pada tipe adaptasi sel ini, sel-sel
sensitivekepada stress khusus digantikan oleh tipe sel lain yang lebih baik untuk dapat
bertahan terhadap lingkungan yang merugikan. Misal pada perokok : sel
epitelsilindris bersilia pada trakea dan bronchi diganti dengan epitel pipih berlapis2
5. Induksi
Merupakan hipertrofi pada reticulum endoplasmic, tempat kemampuan
adaptasi sel pada bagian sub seluler. Misalnya pada waktu individu yang
menggunakan obat tidurdalam waktu lama, reticulum endoplasmic sel hepatosit akan
melakukan hipertrofiterhadap obat tidur ini. Hal ini disebabkan oleh barbiturate akan
didetoksifikasi dihepar sehingga untuk dapat tidur memerlukan dosis obat yang
semakin besar.
a. Deplesi ATP Penurunan sintesis ATP dan deplesi ATP merupakan konsekuensi yang
umum terjadi karenan jejas iskemia maupun toksik. Hipoksia akan meningkatkan
glikolisis anaerob dengan deplesi glikogen, meningkatkan produksi asam laktat atau
asidosis intrasel. Berkurangnya sintesis ATP akan berdampak besar terhadap transpor
membran, pemeliharaan gradien ionik (khusus Na+, K+ dan Ca2+) dan sintesis
protein.
b. Akumulasi radikal bebas yang berasal dari oksigen Iskemia yang terjadi dapat
menyebabkan jejas sel dengan mengurangi suplai oksigen seluler. Jejas sel tersebut
juga dapat mengakibatkan rekruitmen sel radang yang terjadi lokal dan selanjutnya sel
radang tersebut akan melepaskan jenis oksigen reaktif berkadar tinggi yang 8 akan
mencetuskan kerusakan membran dan transisi permeabilitas mitokondria. Disamping
itu, sel yang mengalami jejas juga memiliki pertahanan antioksidan yang terganggu.
c. Influks kalsium intrasel dan gangguan homeostasis kalsium Kalsium bebas sitosol
dipertahankan pada kadar yang sangat rendah oleh transportasi kalsium yang
terganggu ATP. Iskemia atau toksin dapat menyebabkan masuknya kalisum ekstrasel
melintasi membran plamsa dan diikuti dengan pelepasan kalsium dari deposit
intraseluler di mitokondria serta retikulum endoplasma. Penginkatan kalsium sitosol
dapat mengaktifkan enzim fosfolpase (mencetuskan kerusakan membran), protease
(mengkatabolis protein membran serta sitoskeleton), ATPase (mempercepat depleso
ATP) dan endonuklease (menyebabkan fragmentasi kromatin).
d. Defek pada permeabilitas membran plasma Membran plasma dapat berlangsung
dirusak oleh toksin bakteri tertentu seperti protein virus, komponen komplemen,
limfosit sitolitik atau sejumlah agen fisik dan kimiawi. Perubahan permeabilitas
membran bisa juga sekunder yang disebabkan oleh hilangnya sintesis fosfolipid yang
berkaitan dengan deplesi ATP atau disebabkan oleh aktivasi fosfolipase yang
dimediasi kalsium yang mengakibatkan degradasi fosfolipid. Hilangnya barier
membran menimbulkan kerusakan gradien konsentrasi metabolit yang diperlukan
untuk mempertahankan aktivitas metabolik sel.
e. Kerusakan mitokondria Sel-sel tubuh sangat bergantung pada metabolisme oksidatif,
maka keutuhan mitokondria sangat penting bagi pertahanan hidup sel. Kerusakan
mitokondria dapat terjadi langsung karenan hipoksia atau toksin atau sebagai akbiat
meningkatnya Ca2+ sitosol, stress oksidatif intrasel atau pemecahan fosfolipid dapat
menyebabkan akumulasi pada saluran membran mitokondria interna yang nantinya
akan mencegah pembentukan dari ATP. Gambaran morfologis nekrosis (Robbins,
2010)
1. Perubahan pada inti sel oleh hilangnya integritas sel akibat rusaknya membran sel
yang ditandai oleh satu atau tiga gambaran berikut :
a. Piknosis ditandai oleh inti sel yang menyusut, padat, memiliki batas yang
tidak teratur dan menjadi sangat basofilik (berwarna gelap).
b. Karioreksis ditandai oleh ini sel yang hancur dan membentuk fragmen-
fragmen kromatin yang tersebar di dalam sel.
c. Kariolisis ditandai oleh larutnya kromatin dalam inti sel dan berwarna pucat.
2. Perubahan sitoplasma menjadi eosinofilik (berwarna merah muda) terjadi karena
denaturasi protein-protein dalam sitoplasma dan hilangnya ribosom yang
merupakan pemberi warna basofilik pada sitoplasma normal.
1. Glikosilasi
Teori ini dikemukakan dan mendapatkan momentumnya sejak diketahui
bahwa glikosilasi memiliki peranan penting dalam kaitannya dengan diabetes tipe
2. Glukosa bergabung dengan protein yang telah mengalami dehidrasi, yang
kemudian menyebabkan terganggunya sistem organ tubuh. Pada diabetes, 15
glikosilasi menyebabkan kekakuan arteri, katarak, hilangnya fungsi syaraf, yang
merupakan komplikasi yang umum terjadi pada diabetes.
1. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun) Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam
tubuh mulai menurun, yaitu hormone testosteron, growth hormone, estrogen. Radikal
bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh, tetapi secara
fisik belum terlihat tanda–tanda penuaan. 17.
2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun): Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25
persen. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun, tenaga
dan kekuatan terasa hilang, komposisi lemak tubuh bertambah yang mengakibatkan
terjadinya resistensi insulin, resiko penyakit jantung pembuluh darah meningkat. Pada
tahap ini gejala penuaan mulai muncul, yaitu penglihatan dan pendengaran menurun,
rambut mulai putih, elastisitas kulit berkurang, dorongan seksual dan bangkitan
seksual menurun.
3. Tahap Klinis (usia 45 tahun keatas) : Pada tahap ini penurunan hormon terus berlanjut,
meliputi DHEA, melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.
Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan,
vitamin, dan mineral. Densitas tulang menurun, masa otot berkurang sekitar satu
kilogram setiap tiga tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori
sehingga meningkatkan lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih
nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan, aktivitas sehari hari terganggu,
disfungsi seksual merupakan keluhan yang terpenting.
Dengan melihat ketiga tahap ini, dapat dikatakan bahwa proses penuaan tidak selalu
dinyatakan dengan suatu gejala atau keluhan. Hal ini mempertegas bahwa seseorang yang
tidak menunjukkan gejala ataupun keluhan bukan berarti tidak mengalami proses penuaan
dan dalam mengatasi proses penuaan, tidaklah perlu menunggu adanya gejala atau keluhan
yang nyata.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sel merupakan unit kehidupan terkecil yang ada, dalam kehidupannya sel
mampumelakukan berbagai aktivitas metabolisme yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Sel melakukan perubahan fungsi dan struktur dalam usahanya
mempertahankankondisi keseimbangan tubuh normal. Apabila tubuh mengalami stres
fisiologisataupun adanya proses yang abnormal, maka sel akan melakukan adaptasi.
Kegagalanadaptasi sel berakibat pada cedera sel yang bisa bersifat reversible (dapat
kembalinormal) ataupun irreversible (tidak kembali normal).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/202134777/Adaptasi-Sel-Jejas-Seluler-Dan-Kematian-Sel
https://www.academia.edu/22825732/Rangkuman_PIDK_Adaptasi_and_Jejas_Sel
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/f0ca3b2267831042e4bfd94912929098.pdf