Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

“Gangguan Kardivaskuler Pada Masa Kehamilan dan


Pengaturan Kehamilan Pada Ibu Dengan CHF”
Dosen Pengampu : Bu Sri Karyati M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Mat

Disusun Oleh : Kelompok 4


1. Kartika Dwi Suryani (112019030698)
2. Frida Indah Tri Utami (112019030699)
3. Anita Puspitasari (112019030700)
4. Millenia Nurfitriana Shinta D.M (112019030701)
5. Dewi Restika Rini (112019030702)
6. Miftahul Jannah (112019030703)
7. Yulia Tri utami (112019030704)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi

manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke

seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari

makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Karena

itu, jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya

dengan baik. Kehamilan akan menyebabkan perubahan

fisiologis yang luas pada sistem kardiovaskular dan berakibat

terjadinya gangguan pada jantung dan aliran darah sehingga

perlu dipertimbangkan jika terjadi kehamilan. Pada wanita sehat

dapat beradaptasi terhadap perubahan hemodinamik (denyut

jantung, sistem pernafasan, volume darah, hormon dan lain

sebagainya)(Boestan IN 2017).

Penyakit jantung masih merupakan salah satu penyebab

kesakitan dan kematian non- obstetrik yang tinggi pada

kehamilan/persalinan, dapat terjadi pada 0,4-4% dari kehamilan.

Dilaporkan angka rata-rata mortalitas wanita hamil dengan klasifikasi

New York Heart Association kelas I dan II sebesar 0,4 hingga 6,8 %

dan lebih tinggi lagi pada penderita yang tingkat keparahannya kelas

III dan IV. Dilaporkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab

kematian sebesar 5,6 % dari 1459 kehamilan di Amerika Serikat sejak


tahun 1987 hingga 1990. Hal itu disebabkan oleh peningkatan beban

hemodinamik pada saat hamil, bersalin dan melahirkan yang dapat

meperburuk gejala dan mencetuskan berbagai macam komplikasi pada

wanita yang sebelumnya sudah menderita penyakit jantung.

Deteksi dini serta follow up yang teliti serta penatalaksanaan

yang agresif sangat membantu untuk menurunkan angka mortalitas

bagi wanita yang hamil dengan penyakit jantung. Dibutuhkan

pengetahuan tentang perubahan fisiologis pada system kardiovaskuler

selama kehamilan dan puerpurium, gejala dan tanda yang menyerupai

penyakit jantung pada kehamilan yang normal, efek dari perubahan

fisiologis pada kehamilan pada kelainan kardiovaskuler, dan diagnosis

serta penatalaksanaan pada penyakit kardiovaskuler yang sudah ada.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja gangguan kardivaskuler pada masa kehamilan ?

2. Bagaimana pengaturan kehamilan pada ibu dengan CHF ?

C. Tujuan

1. Mengetahui gangguan kardivaskuler pada masa kehamilan.

2. Mengetahui pengaturan kehamilan pada ibu dengan CHF.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Kardivaskuler Pada Masa Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling

mempengaruhi karena kehamilan dapat memberatkan penyakit

jantung yang dideritanya dan penyakit jantung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu

penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau

persalinan (Boestan IN 2017).

2. Klasifikasi

Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4

golongan. Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New York

Heart Association adalah :

1) Kelas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi

kegiatan fisik).

2) Kelas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat

istirahat (bila melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah,

jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi angina

pektoris).

3) Kelas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja

sedikit saja merasa lelah, sesak nafas, jantung berdebar).


4) Kelas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan

(memperlihatkan gejala-gejala dekompensasio walaupun dalam

istirahat).

Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus

prematurus atau kematian intrauterin karena oksigenasi janin

terganggu. Dengan kehamilan pekerjaan jantung menjadi sangat

berat sehingga klas I dan II dalam kehamilan dapat masuk ke

dalam klas III atau IV.

3. Etiologi

Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder.

Kelainan primer akibat kelainan kongenital, katup, iskemik dan

kardiomiopati. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai

adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis

mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi

aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan stenosis aorta,

penyakit katupulmonal dan trikuspidal. Sedangkan sekunder

akibat penyakit lain seperti hipertensi, anemia berat, dan lain-lain.

4. Komplikasi

Pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif,

edema paru, kematian, abortus. Pada janin dapat terjadi :

prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score

rendah, pertumbuhan janin terhambat.


5. Penyakit-Penyakit Jantung pada Kehamilan

1) Penyakit Jantung Katup

Penyakit jantung pada kehamilan jika dilihat berdasarkan

letak bagian dari jantung yang mengalami kelainan baik secara

fungsi maupun strukturnya, salah satunya adalah kelainan pada

katup jantung. Katup jantung dapat mengalami stenosis

maupun insufisiensi, keduanya memiliki pengaruh yang

berbeda bagi kehamilan tergantung dari masing-masing letak

katup yang mengalami kelainan (Manajoer AM., 2013).

Tabel 2.1 : Jenis Penyakit Jantung Katup dan Pengaruhnya


terhadap Kehamilan

JENIS PENYEBAB PATOFISIOLOGI KEHAMILAN

Stenosis Mitral Valvulitis reumatik Dilatasi atrium kiri Gagal jantung akibat
dan hipertensi kelebihan cairan;
pulmoner pasif takikardi
Insufisiensi Valvulitis reumatik Dilatasi ventrikel Fungsi ventrikel
Mitral Prolapse katup mitral kiri dan hipertrofi membaik dengan
Dilatasi ventrikel kiri Eksentrik berkurangya afterload
Stenosis Aorta Kongenital Hipertrofi konsentrik Stenosis sedang dapat
Katup bikuspid ventrikel kiri, ditoleransi, stenosis
penurunan curah berat mengancam
jantung nyawa jika terjadi
penurunan preload
Insufisiensi Valvulitis Hipertrofi dan Fungsi ventrikel
Aorta reumatik dilatasi ventrikel kiri Membaik dengan
Penyakit penurunan afterload
jaringan ikat
Kongenital
Stenosis Kongenital Pembesaran atrium Stenosis ringan
Pulmoner Valvulitis kanan dan ventrikel biasanya ditoleransi
reumatik kanan dengan baik; stenosis
berat berkaitan
dengan gagal jantung
kanan dan aritmia
atrium.
2) Penyakit Jantung Kongenital

Penyakit jantung kongenital menjadi salah satu jenis

penyakit jantung yang banyak ditemui pada kehamilan setelah

penyakit jantung rematik. Kehamilan dengan penyakit jantung

kongenital memiliki pengaruh tersendiri yang diperlihatkan

dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 : Jenis Penyakit Jantung Kongenital dan Pengaruhnya


terhadap Kehamilan

JENIS PENYEBAB PATOFISIOLOGI KEHAMILAN

Defek Septum Kongenital : Embolisme paradoks Kehamilan ditoleransi


Atrium Foramen ovale paten Stroke embolus baik, kecuali jika
terjadi hipertensi
pulmonar, karena bisa
menyebabkan gagal
jantung dan aritmia
Defek Septum Kongenital : Terhubungnya ruang Pada derajat ringan
Ventrikel Septum ventrikel tidak ventrikel kanan dan sampai sedang bisa
terbentuk atau terbentuk kiri, sehingga darah terjadi gagal ventrikel
tidak sempurna ventrikel saling kiri dan hipertensi
bercampur paru. Pada derajat
sedang sampai berat,
bisa sebabkan
kematian ibu akibat
tekanan arteri
pulmonar mencapai
tingkat sistemik
sehingga terjadi aliran
balik

Defek Septum Taut atrioventrikel Terhubungnya ruang Peningkatan kelas


Atrioventrikel bersama membentuk atrium dan ruang NYHA, aritmia, dan
ovoid. ventrikel, sehingga gagal jantung
darah atrium
bercampur dengan
darah ventrikel
Duktus Kongenital : Tekanan sistemik Jika ibu hamil
Arteriosus Kegagalan menutupnya turun, tekanan arteri hipotensi, bisa
Persisten duktus arteriosus arteri pulmonal meningkat sebabkan kolaps dan
yang menghubungkan sehingga terjadi kematian
antara aorta dan arteri pembalikan aliran
pulmonal darah dari arteri
pulmonal ke aorta
Penyakit Kongenital Pirau darah kanan- Kematian ibu,
Jantung Sianotik ke-kiri melewati hipoksemia berat
jaringan kapiler paru sebabkan keguguran,
persalinan kurang
bulan, atau kematian
janin.
Sindrom Kelainan jantung Hipertensi pulmonar Gagal ventrikel kanan
Eisenmenger Defek septum sekunder, terjadi dan syok kardiogenik,
atrium/ventrikel pirau kanan-ke-kiri sebabkan kematian
Duktus arteriosus ibu dan kematian janin
persisten intrapartum.
Sumber: Sumber: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY.

3) Hipertensi Pulmonal

Hipertensi pulmonal pada orang tidak hamil artinya

adalah tekanan rata- rata pulmonar > 25 mmHg. Terdapat dua

kelas, kelas I menunjukkan penyakit spesifik yang

mempengaruhi arteriol paru, seperti penyakit jaringan ikat,

skleroderma, lupus eritematosus sistemik, penyakit sel sabit,

dan tirotoksikosis. Kelas II lebih disering dijumpai pada wanita

hamil. Ini disebabkan oleh hipertensi vena pulmonaris akibat

penyakit atrium, ventrikel, atau katup sisi kiri. Gejala yang

ditemui adalah dispnea ketika aktivitas fisik, ortopnea, dan

dispnea pada malam hari. Angina dan sinkop terjadi jika curah

ventrikel kanan terfiksasi, dan hal ini menyatakan penyakit

tahap lanjut (Manajoer AM., 2013).


4) Penyakit Kardiovaskular Lain

Selain penyakit jantung katup dan kongenital, juga

terdapat kelainan jantung lainnya yang memberikan pengaruh

terhadap kehamilan seperti yang dijabarkan oleh tabel berikut :

Tabel 2.3 : Jenis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang Lain
dan Pengaruhnya terhadap Kehamilan
JENIS PENYEBAB PATOFISIOLOGI KEHAMILAN

Prolapsus Katup Kelainan jaringan ikat Kelainan pada katup, Jarang mengalami
Mitral anulus, atau korda penyulit jantung.
tendinae Hipervolemia akibat
kehamilan
memperbaiki susunan
katup jantung.
Kardiomiopati Mutasi salah satu gen Hipertrofi Kehamilan ditoleransi
Hipertrofik yang menyandi protein miokardium baik, namun gagal
sarkomer jantung verntrikel kiri jantung kongestif
sering terjadi
Endokarditis Infeksi bakteri : Terjadi pembentukan Jarang dijumpai
Infektif Streptococcus viridans, vegetasi pada katup selama masa
Staphylococcus aureus jantung kehamilan dan nifas,
dan Enterococcus sp. umumnya tidak
dll berpengaruh buruk
Penyalahgunaan obat
intravena
Sumber: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong

CY.

5) Penyakit Aorta

Di luar kelainan pada jantung itu sendiri, ditemukan juga

adanya kelainan di pembuluh darah. Hal tersebut juga

memberikan pengaruh bagi kehamilan dimana jenis penyakit

pada pembuluh darah aorta biasanya paling sering ditemui dan

memiliki pengaruh yang lebih signifikan jika dibandingkan

dengan penyakit pada pembuluh darah lainnya.


Tabel 2.4 : Jenis Penyakit Aorta dan Pengaruhnya terhadap Kehamilan

JENIS PENYEBAB PATOFISIOLOGI KEHAMILAN

Diseksi Aorta Sindrom marfan Robeknya tunika tidak berpengaruh


Koarktasio aorta intima aorta dan buruk
Katup aorta bikuspid perdarahan tunika
media yang
menyebabkan ruptur
Sindrom Marfan Genetik dominan Dilatasi aorta Dilatasi aorta lebih
autosom, mutasi gen progresif dari 40mm merupakan
FBN1 yang terletak di faktor risiko tinggi
kromosom 15q21 untu\k timbulnya
penyulit
kardiovaskular yang
mengancam nyawa
selama kehamilan
Koarktasio Abnormalitas aorta Penyempitan aorta Gagal jantung
Aorta akibat cacat jantung kongestif, hipertensi
bawaan berat yang kronis,
endokarditis bakteri
katup aorta bikuspid,
ruptur aorta.
Sumber: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong

CY.

6) Penyakit Jantung Iskemik

Kelainan pada penyakit jantung yang diakibatkan oleh

menyempitnya pembuluh darah koroner disebut juga penyakit

jantung iskemik atau penyakit jantung koroner. Penyempitan

pada arteri koronaria tersebut akan menyebabkan aliran darah

ke jantung menjadi terhambat atau tidak seperti semestinya.

Akibat yang akan ditimbulkan dari hal tersebut adalah

kurangnya aliran kaya oksigen ke otot jantung, sehingga akan

mempengaruhi kehamilan (Manajoer AM., 2013).


Tabel 2.5 : Jenis Penyakit Jantung Iskemik dan Pengaruhnya terhadap
Kehamilan

JENIS PENYEBAB PATOFISIOLOGI KEHAMILAN

Penyakit Diabetes Mellitus Disfungsi ventrikel Gagal jantung,


Jantung Iskemik Hipertensi perburukan angina
selama kehamilan
Infark Miokard Kelainan vaskular Kurangnya aliran Bisa menyebabkan
darah kaya O2 ke kematian ibu
otot jantung
Sumber: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.

B. Pengaturan Kehamilan Pada Ibu Dengan CHF

1. Definisi

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis

berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu

memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume

diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang

sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi

kanan.

2. Pengaturan atau Penanganan Pada Ibu Hamil Dengan

Penyakit Jantung

Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi

penambahan berat badan yang berlebihan, anemia secepat mungkin

diatasi, infeksi saluran pernafasan atas dan preeklampsia sedapat-

dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung.

Saat-saat berbahaya adalah pada kehamilan 28 – 32 minggu karena


merupakan puncak hemodilusi, partus kala II karena venous return

yang meningkat saat mengedan, dan masa postpartum sebagai

akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim sirkulasi sehingga

beban jantung bertambah berat.

Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung membutuhkan

kerja sama tim yang kompak dan terpadu dari berbagai disiplin

ilmu seperti obstetri ginekologi, kardiologi, ilmu penyakit dalam,

dan anestesi.

a. Kelas I dan II

Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai

cukup bulan dan melahirkan pervaginam. Namun tetap harus

diwaspadai terjadinya gagal jantung pada kehamilan,

persalinan dan nifas. Faktor pencetus utama terjadinya gagal

jantung adalah endokarditis, oleh karena itu semua wanita

hamil dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin dicegah

terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas atas.

Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan

terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Cukup istirahat (10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali


setelah makan) dan hanya pekerjaan ringan yang
diizinkan.
2. Harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan
orang-orang yang dapat menularkan infeksi saluran nafas
atas, merokok, penggunaan obat-obat yang memberatkan
pekerjaan jantung.
3. Tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui,

seperti adanya batuk, ronki basal, dispnoe dan hemoptoe.

4. Sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum

persalinan untuk istirahat.

5. Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi

kordis) diobati dengan digitalis. Memberikan

sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah sampai

dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan.

Jika perlu, dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Di

kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen,

morfin, dan suntikan diuretikum.

6. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung,

persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong

secara spontan. Dalam 20-30 menit, bila janin belum

lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi

vakum atau forseps. Kalau sosio sesarea dengan

lokal anestesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan

beberapa ahli multidisiplin.

7. Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat

analgesik seperti petidin dan lain-lain. Jangan

diberikan barbiturat (luminal) atau morfin bila ditaksir

bayi akan lahir dalam beberapa jam.


b. Kelas III dan IV

Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena

kehamilan sangat membahayakan jiwanya. Bila hamil,

segera konsultasikan ke dokter ahli atau sedini mungkin

abortus buatan medikalis. Pada kasus tertentu tubektomi.

Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai

kontrasepsi yang baik adalah IUD (AKDR).

Penatalaksanaan kelas III dan IV, pada penyakit yang

tidak terlalu parah, dianjurkan analgesia epidural.

Kelahiran pervaginam dianjurkan pada sebagian besar

kasus yang ada indikasi obstetrinya. Keputusan untuk

melakukan SC juga harus mempertimbangkan penyakit

jantung spesifiknya, kondisi ibu keseluruhan,

ketersediaan dan pengalaman ahli anestesi, serta fasilitas

yang ada.

c. Persalinan

Persalinan biasanya pervaginam, kecuali ada

indikasi obstetri untuk seksio sesarea. Penggunaan teknik

analgesia untuk menghilangkan nyeri persalinan sangat

dianjurkan, yang umum dipakai adalah analgesia epidural.

Apabila akan dilakukan seksio sesarea, kebanyakan

klinikus menyukai analgesia epidural namun penggunaan


harus hati-hati pada hipertensi pulmonar. Anestesi umum

dengan tiopental, suksinil kolin, N2O dan 30 % O2 juga

memberikan hasil yang memuaskan.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada

persalinan pervaginam adalah :

1. Ibu harus dalam posisi setengah duduk (kepala dan dada

ditinggikan) dan miring ke kiri.

2. Penolong persalinan harus memberikan pendekatan

psikologis supaya ibu tetap tenang dan merasa aman.

3. Untuk mencegah timbulnya dekompensasio kordis

sebaiknya dibuat daftar pengawasan khusus untuk

mencatat nadi dan pernapasan secara berkala (tanda-

tanda vital harus dimonitor diantara tiap his, dalam

kala I setiap 10-15 menit dan dalam kala II setiap

10 menit. Apabila terdapat peningkatan denyut nadi

lebih dari 115 x/mt atau peningkatan respirasi lebih

dari 28 x/mt dan disertai dispnu merupakan tanda-

tanda dini kegagalan ventrikel, dan pasien perlu

diberikan morfin, digitalis, oksigen dan diuretik).

4. Bila dibutuhkan oksitosin, berikan dalam konsentrasi

tinggi (20 U/ltr) dengan tetesan rendah dan

pengawasan keseimbangan cairan.

5. Nyeri persalinan dapat diatasi dengan pemberian


obat seperti Tramadol 100 mg supositoria, pethidin 50

mg IM, atau morphin 10-15 mg IM.

6. Persalinan kala II biasanya diakhiri dengan ekstraksi

forseps atau ekstraksi vakum dan sedapat mungkin ibu

dilarang mengedan.

7. Penanganan kala III dilakukan secara aktif, namun

pemakaian preparat ergometrin merupakan

kontraindikasi, karena kontraksi uterus yang

dihasilkan bersifat tonik dengan akibat terjadi

pengembalian darah ke dalam sirkulasi sistemik

kurang lebih 1 liter.

8. Setelah kala III selesai, harus dilakukan pengawasan

yang ketat untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

gagal jantung atau edema paru, karena saat tersebut

merupakan saat yang paling kritis selama hamil,

pemasangan gurita dengan kantong pasir di dinding

perut dapat dilakukan untuk mencegah perubahan

mendadak sirkulasi (kolaps postpartum).

(Kasron, 2011).

3. Penanganan Ibu Hamil dengan CHF

Saat didapatkan gejala gagal jantung akut, harus ditegakan

konfirmasi diagnosis dan menilai tingkatan atau beratnya gagal

jantung akut tersebut. Berdasarkan kondisi gagal jantung, maka


harus dikenali apakah gejala gagal jantung berat atau terjadi

shock kardiogenik. Dalam keadaan gagal jantung akut yang berat,

maka langkah yang harus diambil adalah stabilisasi pasien.

Stabilisasi pasien pada syok kardiogenik meliputi:

optimalisasi preload dengan menentukan pengisian vaskuler yang

cukup, tidak overload dan tidak kekurangan oksigenisasi optimal

dengan target saturasi oksigen >95%. Apabila saturasi menurun,

maka dilakukan pemasangan alat bantu napas atau ventilator baik

NIV maupun ventilator invasif tidak memberikan beta-blocker

terutama pasien PPCM lebih sensitif terhadap efek toksis dari

beta-blocker apabila tekanan darah tetap turun, dapat diberikan

inotropik dan bisa ditambah vasopresor apabila diperlukan.

Levosimendan merupakan inotropik terpilih dalam kondisi

kehamilan lakukan persalinan darurat apabila pasien PPCM,

cegah untuk tidak menyusui dan berikan bromokriptin selama

keadaan pasien masih tidak stabil, maka dipersiapkan untuk

diberikan dukungan sirkulasi mekanik. Jika kondisi perbaikan,

dapat dilakukan penyapihan. Namun, apabila tidak membaik,

maka pasien kandidat untuk dilakukan transplantasi jantung pada

pasien-pasien dengan gagal akut yang stabil, maka dibedakan

perlakuan antara pasien yang sudah melakukan dan persalinan

dan yang belum bersalin.


a) Pada pasien belum bersalin

Terapi gagal jantung: hidralazin, nitrat, beta-blocker,

pertimbangkan diuretik. Persalinan dapat dilakukan dengan

per vaginam dengan dibantu dengan anestesi peridural apabila

LVEF ≤35%, maka dilakukan pemasangan WCD.

b) Pada pasien pasca persalinan

Terapi gagal jantung: ACE-I atau ARB, beta blocker, MR

antagonist, diuretik, pertimbangkan ivabradin. Pada pasien

dengan PPCM diberikan bromokriptin apabila LVEF ≤35%,

maka dilakukan pemasangan WCD.

(Udjianti., W. J, 2012).
BAB III

KESIMPULAN

Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena

kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya dan penyakit

jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan

kematian yang tinggi pada kehamilan atau persalinan.

Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung membutuhkan kerja sama

tim yang kompak dan terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti obstetri

ginekologi, kardiologi, ilmu penyakit dalam, dan anestesi. Saat didapatkan gejala

gagal jantung akut, harus ditegakan konfirmasi diagnosis dan menilai tingkatan

atau beratnya gagal jantung akut tersebut. Berdasarkan kondisi gagal jantung,

maka harus dikenali apakah gejala gagal jantung berat atau terjadi shock

kardiogenik. Dalam keadaan gagal jantung akut yang berat, maka langkah yang

harus diambil adalah stabilisasi pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Boestan IN., (2017). Penyakit Jantung & Kehamilan. Surabaya : Airlangga


University Press.

Kasron., (2011). Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Manajoer AM., (2013). Penyakit-Penyakit Pada Kehamilan Peran Seorang


Internis. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Udjianti., W.J. (2012). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai