Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit jantung
umumnya mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau
pemblokiran pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung,
nyeri dada (angina) atau stroke. Kondisi jantung lainnya yang
mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga dianggap bentuk
penyakit jantung (American Heart Association, 2017).
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian secara
umum dan merupakan penyebab tersering kematian pada kehamilan di
negara berkembang. Angka kejadian penyakit jantung dalam kehamilan
meningkat jumlah serta tingkat kompleksitasnya. Di negara maju 0,2 - 4 %
dari kehamilan mengalami komplikasi penyakit jantung dan kasus hamil
dengan penyakit jantung semakin meningkat.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2010 – 2013
penyebab tersering kematian pada ibu hamil adalah perdarahan (31,85%),
kedua hipertensi (25,05%), ketiga infeksi (4,55%), dan penyebab kematian
terendah adalah partus lama (0,98%). Sementara itu, penyebab lainnya dari
kematian ibu selama tahun 2010 – 2013 yaitu sebesar 34,95% yang
termasuk di dalamnya adalah penyakit jantung.
Gambaran penyakit jantung dalam kehamilan berbeda di setiap
negara. Di negara barat risiko penyakit jantung dalam kehamilan
meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia ibu pada kehamilan
pertama dan tingginya faktor risiko terjadinya penyakit jantung, seperti
diabetes, hipertensi, dan obesitas. Hipertensi merupakan penyebab
tersering terjadinya penyakit jantung dalam kehamilan, terjadi sebanyak 6-
8% dari seluruh kasus kehamilan dan berhubungan erat dengan terjadinya
gagal jantung.

1
Gagal jantung merupakan komplikasi terbanyak hamil dengan
penyakit jantung, yaitu sebanyak 173 (13,1%) dari 1321 kasus.8 Gagal
jantung sering terjadi pada usia 31 minggu kehamilan dengan insidensi
tertinggi pada akhir trimester kedua (34%) atau peripartum (31%) dan
lebih sering menyebabkan kematian ibu dan janin dibandingkan dengan
hamil tanpa komplikasi gagal jantung.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi kelainan kardiovaskular pada masa
kehamilan?
1.2.2 Apa etiologi kelainan kardiovaskular pada masa
kehamilan?
1.2.3 Apa saja kelainan-kelainan kardiovaskular pada masa
kehamilan?
1.2.4 Bagaimana pencegahan kelainan kardiovaskular pada
masa kehamilan?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.3.1 Menetahui definisi kelainan kardiovaskular pada masa
kehamilan.
1.3.2 Mengetahui etiologi kelainan kardiovaskular pada masa
kehamilan.
1.3.3 Mengetahui kelainan-klainan kardiovaskular pada masa
kehamilan.
1.3.4 Mengetahui pencegahan kelainan kardiovaskular pada
masa kehamilan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca

2
Agar masyarakat khususnya ibu hamil mengetahui
kelainan-kelainan kardiovaskular pada masa kehamilan sehingga
mereka bisa mengantisipasi jika mereka mempunyai gejala-
gejala tersebut.
1.4.2 Bagi penyusun
Menambah pengetahuan penulis tentang kelainan
kardiovaskular pada masa kehamilan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelainan Kardiovaskular pada Masa Kehamilan


Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi
karena kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya.
Dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada
kehamilan atau persalinan.

Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan.

 Klas I : Aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan


fisik).
 Klas II : Aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat
(bila melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah, jantung berdebar-
debar, sesak nafas atau terjadi angina pektoris).
 Klas III: Aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit
saja merasa lelah, sesak nafas, jantung berdebar).
 Klas IV: Waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan
(memperlihatkan gejala-gejala dekompensasio walaupun dalam
istirahat).
Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus
atau kematian intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan
kehamilan pekerjaan jantung menjadi sangat berat sehingga klas I dan II
dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.

2.2 Etiologi Kelainan Kardiovaskular pada Masa Kehamilan


Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan
primer akibat kelainan kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati.

4
Sedangkan sekunder akibat penyakit lain seperti hipertensi, anemia berat,
dan lain-lain.

2.3 Jenis-jenis Kelainan Kardiovaskular pada Masa Kehamilan


2.3.1. Stenosis Aorta
Stenosis Aorta adalah penyempitan katup aorta yang
menyebabkan hambatan ejeksi vrentikel kiri. Hal ini jarang
ditemui sebagai komplikasi dalam kehamilan karena
sebagian besar wanita mengalami kondisi ini saat masa
kreproduksinya selesai.
Definisi Stenosis aorta (aortic stenosis) adalah
penyumbatan katup aorta yang disebabkan penuaan,
penyakit (seperti demam rematik), atau kelahiran cacat.
Bila obstruksi katup mencapai tingkat kritis, gejala seperti
pusing, sesak napas, pingsan selama aktivitas, atau
kematian mendadak dapat terjadi.Satu-satunya pengobatan
yang efektif untuk stenosis aorta berat adalah katup baru.
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal
dariklep (katup) aorta (aortic valve).Sejumlah dari kondisi-
kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada
penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari
penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi
aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang
mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.
(Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187)
1. Etologi
Stenosis Katup Aorta juga bisa disebabkan
oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada
keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada
katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi
maupun keduanya.

5
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang
paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa
bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak
menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada
masa pertumbuhan anak.Ukuran katup tidak
berubah, sementara jantung melebar dan mencoba
untuk memompa sejumlah besar darah melalui
katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun
yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk
abnormal seperti corong. Lama-lama,
lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi
kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan
kalsium.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis
katup aorta merupakan penyakit utama pada orang
tua, yang merupakan akibat dari pembentukan
jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam
daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul
setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru
muncul setelah usia 70-80 tahun.
2. Manifestasi Klinis
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap
ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup
aorta berkembang ketika penyempitan katup
semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi
secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal
ini dikarenakan jantung telah dapat
mengkompensasi penurunan kondisi katup
aorta.Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup
aorta :

6
 Nyeri Dada
Nyeri dada adalah gejala pertama
pada sepertiga dari pasien-pasien dan
akhirnya pada setengah dari pasien-pasien
dengan aortic stenosis.Nyeri dada pada
pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah
sama dengan nyeri dada (angina) yang
dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit
arteri koroner (coronary artery disease).
Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini,
nyeri digambarkan sebagai tekanan dibawah
tulang dada yang dicetuskan oleh
pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan
beristirahat. Pada pasien-pasien dengan
penyakit arteri koroner, nyeri dada
disebabkan oleh suplai darah yang tidak
cukup keotot-otot jantung karena arteri-arteri
koroner yang menyempit. Pada pasien-
pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada
seringkali terjadi tanpa segala penyempitan
dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya.
Otot jantung yang menebal harus memompa
melawan tekanan yang tinggi untuk
mendorong darah melalui klep aortic yang
menyempit. Ini meningkatkan permintaan
oksigen otot jantung yang melebihi suplai
yang dikirim dalam darah, menyebabkan
nyeri dada (angina).
 Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan
dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan

7
dengan pengerahan tenaga atau
kegembiraan. Kondisi-kondisi ini
menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari
pembuluh-pembuluh darah tubuh
(vasodilation), menurunkan tekanan darah.
Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu
untuk meningkatkan hasil untuk
mengkompensasi jatuhnya tekanan darah.
Oleh karenanya, aliran darah ke otak
berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan
dapat juga terjadi ketika cardiac output
berkurang oleh suatu denyut jantung yang
tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan
yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah
kurang dari tiga tahun setelah timbulnya
nyeri dada atau gejala-gejala syncope.
 Sesak Napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah
tanda yang paling tidak menyenangkan.
Iamen cermin kan kegagalan otot jantung
untuk mengkompensasi beban tekanan yang
ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas
disebabkan oleh tekanan yang meningkat
pada pembuluh-pembuluh darah dari paru
yang disebabkan oleh tekanan yang
meningkat yang diperlukan untuk mengisi
ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi
hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit
berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat.
Pasien-pasien dapat menemukannya sulit
untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas

8
(orthopnea). Tanpa perawatan, harapan
hidup rata-rata setelah timbulnya gagal
jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis
adalah antara 6 sampai 24 bulan.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Electrocardiogram (EKG)
EKG adalah suatu perekaman dari
aktivitas elektrik jantung.Pola-pola abnormal
pada EKG dapat mencerminkan suatu otot
jantung yang menebal dan menyarankan
diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-
kejadian yang jarang, kelainan konduksi
elektrik dapat juga terlihat.
 Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya
menunjukan suatu bayangan jantung yang
normal. Aorta diatas klep aortic seringkali
membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan
di jaringan paru dan pembuluh-pembuluhd
arah yang lebih besar di daerah-daerah paru
bagian atas seringkali terlihat.
 Echocardiography
Echocardiography menggunakan
gelombang-gelombang ultrasound untuk
memperoleh gambar-gambar (images)
dariruang-ruang jantung, klep-klep, dan
struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii
adalah suatu alat non-invasive yang berguna,
yang membantu dokter-dokter mendiagnosa
penyakit klep aortic.Suatu echocardiogram
dapat menunjukan suatu klep aortic yang

9
menebal dan kalsifikasi yang membuka
dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan
ukuran dan kefungsian dariruang-ruang
jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler
dapat digunakan untuk menentukan
perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep
aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
 Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah
standar emas dalam mengevaluasi aortic
stenosis. Tabung-tabung plastic berongga
yang kecil (catheters) dimasukan dibawah
tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam
ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan
diukur pada kedua sisi dari klep aortic.
Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep
aortic dapat juga diukur menggunakan suatu
kateter khusus.
4. Penatalaksanaan
Infark miocard sama dengan pada wanita
tidak hamil dan termasuk pemberian oksigen,
aspirin, beta bloker, nitrat, dan heparin. Wanita
yang mengalami penyakit jantung simtomatik
selama kehamilan harus terus meminum obat dan
mendapat oksigen saat persalinan. Oleh karena rasa
nyeri dapat menyebabkan tacikardi dan
meningkatkan kebutuhan jantung, control rasa nyeri
pada saat persalinan sangat penting. Posisi
berbaring miring lenih dipilih karena mencegah
tekanan pada vena kava. Kelahiran ervagina juga

10
lebih dipilih, dengan mencegah ibu mengedan dan
menggunakan bantua anvacum atau forsep.
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini
adalah sebagai berikut :
 Gagal jantung
 Hipertensi sisitemik
 Nyeri dada (angina pectoris)
 Sesak nafas

2.3.2. Kardiomioparti Peripartum


Kardiomipati Peripartum (KMP) merupakan gagal
jantung kongestif dengan kardiomiopati. Kriteria klasik
untuk diagnosis KMP termasuk terjadinya gagal jantung
kongestif selama bulan terakhir kehamilan atau dalam 5
bulan pertama postpartum, tidak adanya penyakit jantung
sebelum bulan terakhir kehamilan , fraksi ejeksi ventrikel
kiri kurang dari 45% dan yang paling penting, tidak adanya
penyebab gagal jantung lainnya. Penyebab penyakit ini
tidak diketahui. (Blanchard & Shabetai, 2009)
1. Etiologi
Penyebab pasti kardiomiopati peripartum
masih belum diketahui, beberapa faktor etiologi
yang potensial adalah infeksi virus (coxsackievirus,
parvovirus B19, adenovirus dan herpesvirus), proses
infl amasi, miokarditis, peristiwa autoimun akibat
kehamilan, peningkatan apoptosis miokardium, efek
hormonal, toksemia, abnormalitas respons
hemodinamik terhadap kehamilan, predisposisi
genetik dan pemotongan enzimatik protein prolaktin
selama peristiwa stres oksidatif. Biopsi jantung pada

11
tahap awal rumatan penyakit dapat menemukan
tanda miokarditis, mungkin disebabkan oleh reaksi
autoimun terhadap antigen asing janin yang sedang
dikandung. Kardiomiopati peripartum dicurigai
terjadi sebagai konsekuensi ketidakseimbangan
proses stres oksidatif, menyebabkan pemotongan
enzimatik hormon laktasi prolaktin sehingga
berubah menjadi faktor angiostatik yang bersifat
poten dan fragmen pro-apoptotik. Selain itu,
peristiwa microchimerism fetal, terdapatnya sel fetal
yang lolos masuk ke dalam sirkulasi maternal dan
menginduksi terjadinya miokarditis autoimun serta
abnormalitas kejadian stres oksidatif juga berperan
cukup signifikan.
2. Manifestasi Klinis
Pada penyakit Kardiomipati Peripartum adalah:
 Sesak napas
 Edema ekstremitas
 Edema paru
 Batuk dimalam hari
 Kelelahan
 Sakit dada
3. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan darah rutin, kimia darah
dan kadar elektrolit (natrium, kalium) sangat
penting dilakukan terutama untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya
aritmia. Pemeriksaan laboratorium lain dapat
ditambahkan sesuai kondisi klinis masing-

12
masing pasien. Pemeriksaan biomarker
jantung, seperti BNP (brain natriuretic
peptide) dan NT Pro-BNP (N-terminal pro-
brain natriuretic peptide), selain untuk
kepentingan diagnosis, dapat juga digunakan
untuk pemantauan hasil terapi dan menilai
prognosis.
 Elektrokardiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk
menilai dan memantau aktivitas kelistrikan
otot jantung secara non-invasif dengan
tingkat akurasi cukup tinggi. Dengan
pemeriksaan EKG dapat dideteksi tanda
adanya gagal jantung dan faktor pencetus
lain misalnya gangguan irama jantung
(takikarida ventrikular, takikardia
supraventrikular dan sindroma preeksitasi)
serta abnormalitas segmen ST dan
gelombang T.4 Hipertrofi ventrikel kiri
akibat gangguan fungsi sistolik dan diastolik
jantung ditandai dengan gambaran
gelombang R di aVL >11 mm; atau R di V5-
V6 >27 mm; atau S di V1+ R di V5/V6 >35
mm dengan depresi segmen ST dan inversi
gelombang T pada sadapan prekordial kiri
dan lateral (LV Strain pattern). Kasus gagal
jantung kanan akibat berbagai sebab dapat
disertai dengan hipertrofi ventrikel kanan
yang ditandai dengan gambaran EKG
deviasi aksis ke kanan (aksis > +110o ),
tidak ditemukan adanya penyebab deviasi

13
sumbu jantung yang lain (misalnya defek
konduksi interventrikular, left posterior
hemiblock), rasio gelombang R: S >1 pada
sadapan prekordial kanan (V1/V2) dan
masih ditemukannya gelombang S dalam
pada lead prekordial kiri (V5/V6).31
Pemeriksaan Holter kadang diperlukan
untuk pasien gagal jantung pada
kardiomiopati peripartum dengan aritmia
transien misalnya fibrilasi atrial atau
takikardi ventrikel.
 Foto rontgen toraks
Pemeriksaan radiologi dapat menilai
ukuran jantung (kardiomegali), kondisi
parenkim paru, derajat kongesti, edema
alveoli, edema interstitial, efusi pleura dan
dilatasi pembuluh darah lobus superior
paru/sefalisasi. Perlu diingat pemeriksaan
rontgen toraks memberikan risiko cukup
signifi kan terhadap janin dalam kandungan.
Penggunaan teknik diagnostik ini sedapat
mungkin dihindari dan dalam keadaan
terpaksa dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pelindung regio abdomen
ibu selama proses pengambilan gambar.
 Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan
untuk menilai fungsi sistolik dan diastolik
pasien kardiomiopati peripartum dengan
kondisi gagal jantung kronik. Selain itu
pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan

14
untuk mencari kemungkinan penyebab
utama gagal jantung lain, misalnya iskemia,
kardiomiopati, gangguan katup jantung dan
sebagainya. Pada pemeriksaan
ekokardiografi dapat ditemukan bukti
disfungsi sistolik ventrikel kiri dengan fraksi
ejeksi.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksaan dari Kardiomiopati Peripartum yaitu
regimen untuk gagal jantung kongestif :
 Diuretic
 Restriksi cairan dan garam, dan
 Obat yang mengurangi afterload dan
digoksin
 Obat antikoagulasi mungkin diperlukan jika
ruang jantung membesar dan tidak bisa
berkontraksi dengan baik karena
peningkatan risiko terbentuknya bekuan
darah. Inhibitor enzim konversi angiotensin
(ACE-i), sering diresepkan untuk
mengurangi afterload, hanya bisa digunakan
setelah melahirkan karena berhubungan
dengan disfungsi ginjal janin. Selama
persalinan, anestesi epidural sering kali
digunakan untuk mengontrol nyeri untuk
menurunkan beban jantung dan mengurangi
takikardi. Operasi cesar hanya boleh
dilakukan bila terdapat indikasi obstetric.
(Easterling & Stout, 2007).

2.3.3. Sindrom Marfan

15
Sindrom marfan adalah kelainan autosom dominan
yang dicirikan dengan jaringan ikat yang lemah,
menyebabkan ciri yang khas dari penyakit ini, seperti
dilatasi aorta. Tanda dan gejala lainnya yang dihubungkan
dengan sindrom marfan adalah dislokasi lensa mata,
deformitas toraks internal, skoliosis, ekstremitas panjang,
lemas sendi, dan arakhnodaktili. Diagnosis biasanya dibuat
berdasarkan riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik,
termasuk ciri okular, kardiovaskular, dan rangka (Easterling
& Stout, 2007).
1. Etologi
Sebagian besar kematian pada sindrom
marfan disebabkan oleh diseksi aorta dan ruptur
aorta. Gejala diseksi aorta yang paling umum adalah
nyeri dada yang sangat berat. Diseksi aorta paling
sering terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau
setelah melahirkan. Tingkat mortalitas ibu ang
berhubungan dengan sindrom marfan lebih besar
dari 50%. Meski demikian tingkat mortalitas
meningkat secara signifikan bila diameter aorta
lebih dari 4 cm (Easterling & Stouth, 2007).
Konseling prekonsepsi pada wanita dengan sindrom
Marfan penting untuk membuat wanita tersebut
sadar akan risiko kehamilannya. Oleh karena
kondisi ini diwariskan, 50% anak yang lahir dari
wanita dengan sindrom Marfan juga akan
mengalami kelainan ini. Pemeriksaan aorta yang
akurat dengan pencitraan tidak invasif seperti
ekokardiografi trans esofagus, CT, atau MRI harus
dilakukan untuk mengkaji risiko pasien dan
membuat anjuran terapi. Perbaikan aortasecara

16
elektif direkomendasikan bila diameter lebih dari
5,5 – 6 cm. Oleh karena itu wanita dengan diameter
aorta lebih dara 5,5 cm harus dikonseling untuk
menjalani perbaikan sebelum hamil. Sebaliknya,
wanita dengan diameter aorta kurang dari 4 cm
dapat hamil dengan risiko yang kecil.
2. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang paling serius dan gejala
yang berhubungan dengan sindrom marfan
melibatkan sistem kardiovaskular. Semistiya
kelelahan, sesak nafas, jantung berebar-debar, detak
jantung balap, atau angena tektoris dengan nyeri
menjalar kepunggung, bahu, atau lengan. Dingin
lengan, tangan dan kaki juga dapat dihubungkan
dengan sindrom marfan karena sirkulasi tidak
memadahi. Namun, tanda utama yang akan
membanya dokter untuk mempertimbagkan kondisi
yang mendasari adalah dilatasi aorta atau aneurisma
aorta. Sebuah diseksi aorta yang paling sering fatal
dan menyajikan dengan nyeri yang menjalar ke
punggung , memberikan sensasi robek.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Ekokardiografi
Ekokardiografi atau ekokardiogram
adalah satu tes yang menggunakan
gelombang bunyi untuk menunjukkan
gambar jantung. Gambar dan informasi yang
dihasilkan adalah lebih detail dari rontgen.
Dan tes ini tidak memaparkan pasien pada
radiasi. Jadi, tes ini adalah sangat berguna

17
untuk memeriksa pasien dengan aneurisma
aorta, seperti pada pasien sindrom marfan.
 Electrocardiogram (ECG)
EKG adalah untuk memeriksa rentak
jantung menggunakan elektrod yang
ditempelkan di dada pasien.
 MRI or CT scans
Pemeriksaan ini buat melihat aorta.
MRI menggunakan magnet yang kuat dan
gelombang radio untuk memamparkan
jaringan di dalam tubuh. CT scan akan
menggunakan dye yang dapat di lihat di
rontgent. Dye tersebut akan di injeksi ke
vena untuk menghasilkan gambaran aorta
pasien. Berguna untuk pencitraan seluruh
aorta, tetapi juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi tulang belakang untuk dural
ektasia.
 Radiografi
Radiografi tulang belakang
digunakan untuk diagnosis seoliosis, jika di
curigai. Pasien juga harus memiliki
radiografi AP dari pelvis untuk
mengevaluasi protrusi asetabulum.
Radiografi tangan dapat dilakukan untuk
menghitung indeks metakarpal, yang
ditentukan dengan membagi panjang tiap-
tiap 4 metakarpal terakhir dengan lebar dari
titik tengahnya dan membuat rata-rata dari
jumlahnya. Indeks metakarpal pada pasien
sindrom marfan biasanya lebih dari 8.5

18
dimana pada orang normal hanya 8 atau
kurang dari 8.
 Slit-lamp exam
Untuk memeriksa lens dislocation,
katarak, atau retina lepas. Untuk
pemeriksaan ini mata pasien harus dilatasi
dengan menggunakan obat tetes.
 Genetic testing
Genetic testing dijalankan adalah
untuk memastikan lagi diagnosis sindrom
Marfan setelah melihat gejala-gejala klinis
yang lain. Tes ini adalah dengan
mengidentifikasi mutasi di gen fibrilin 1
(FBN 1).
4. Penatalaksanaan
Sampai saat ini tidak ada pengobatan untuk sindrom
Marfan. Pengobatan hanya ditujukan untuk
mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi.
Ada beberapa isu penting dalam pengobatan
kardiovaskular :
 Terapi beta bloker harus dipertimbangkan
pada usia berapapun jika aorta berdilatasi,
tetapi tetap profilaksis mungkin lebih efektif
pada pasien dengan diameter aorta kurang
dari 4 cm.
 Faktor risiko terjadinya diseksi aorta, yaitu
diameternya lebih dari 5 cm, kecepatan
dilatasi yang besar (45% per tahun) dan
riwayat keluarga mengalami diseksi aorta.
 Semua pasien dengan MFS harus di
echocradiographi tiap tahun. Pasien dengan

19
dilatasi aorta acesden > 4,5cm harus dicek
lebih sering. Demikian pula bila pasien
hamil karena kehamilan meningkatkan
resiko disestion of the aneurysm yang makin
besar gistasinya, makin tinggi resikonya.

2.4 Pencegahan Kelainan Kardiovaskular pada Masa Kehamilan


Penelitian pernah menyebutkan kalau wanita yang selama hamil
yang pernah menderita pre-eclampsia atau pembengkakan anggota badan
berisiko dua kali lipat terkena penyakit kardiovaskular. Sehingga saat
masa kehamilan tiba, ibu hamil harus lebih ekstra dalam menjaga
kesehatannya.
2.4.1 Pemeriksaan rutin
Kebanyakan penyakit kardiovaskular menyerang dengan
tiba-tiba tanpa gejala apapun. Sebelum semuanya terlambat, akan
lebih baik jika Anda rutin melakukan check up atau pemeriksaan
kesehatan untuk mengetahui risiko tersembunyi dari penyakit
kardiovaskular.
2.4.2 Yoga
Latihan pernapasan melalui yoga adalah salah satu cara
untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Selain mampu
melancarkan asupan oksigen melalui latihan pernapasan, yoga juga
menurunkan stres dan mencegah penyakit kardiovaskular.
2.4.3 Aktif bergerak
Seperti yang sudah disebutkan, gaya hidup yang tidak aktif
menjadi salah satu penyebab dari penyakit kardiovaskular. Oleh
sebab itu, cara mencegahnya adalah dengan lebih aktif bergerak.
Misalnya membiasakan diri untuk jalan kaki lebih sering setiap
hari.

20
2.4.4 Berjemur
Vitamin D adalah nutrisi yang penting bagi jantung. Jadi
pastikan Anda memperoleh vitamin D dari sinar matahari dengan
cara berjemur. Beberapa makanan juga bisa dijadikan alternatif
untuk memenuhi kebutuhan vitamin D.

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas
Penyakit yang diakibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh
darah yang bisa menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina)
atau stroke.
b) Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh sesak nafas, pusing
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mendadak pingsan saat melakukan aktivitas disertai
sesak nafas dan nyeri pada dada
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga. Riwayat adanya penyakit kardiovaskular
pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.
e) Pengkajian Persistem
 Sistem integument, stretch mark di bahu, punggung dan paha
 Kepala biasanya terdapat nyeri kepala atau rasa pusing
 Mata pada pasien penyakit kardiovaskular, terjadi dislokasi
lensa mata, rabun jauh dan astigmatisme
 Hidung, pada pasien penyakit menular seksual dapat merusak
tulang rawan pada hidung dan palatum.
 Mulut : Pada pasien penyakit menular seksual kongenital,
gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya
seperti obeng).
 Sistem kardiovaskuler, penyempitan atau penyumbatan
katup aorta, fraksi ejeksi ventrikel kiri lemah,

22
 Sistem musculoskeletal, deformitas toraks internal, skoliosis,
dan lemas sendi
 Sistem Neurologis, bengkak pada durameter pembungkus
korda spinalis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Stenosis Aorta
1. Nyeri dada berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay darah ke
miokardium
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveoli
B. Kardiomiopati Peripartum
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokardi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen
C. Sindrom Marfan
1. Intolenransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
2. Pola nafas tidak teratur disertai sesak nafas dan rasa nhyeri yang
menjalar ke punggung

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. STENOSIS AORTA
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO. INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri dada NOC NIC
berhubungan - Body image - Atur posisi
dengan Kriteria Hasil : fisiologis
ketidakseimbangan - Secara - Istirahatkan kien
suplay darah ke subyektif klien - Berikan Oksigen
miokardium mengatakan tambahan

23
penurunan rasa dengan kanula
nyeri dada nassal atau
- Secara obyektif masker sesuai
didapatkan indikasi
tanda vital - Kondisikan
dalam batas lingkungan
normal , tidak tenang dan
terjadi batasi
penurunan pengunjung
perfusi - Ajarkan teknik
relaksasi
pernafasan
dalam
- Ajarkan teknik
distraksi pada
saat nyeri
- Lakukan
manajemen
sentuhan untuk
menurunkan
nyeri

2 Pola nafas tidak NOC NIC


efektif berhubungan - Terjadi - Auskultasi bunyi
dengan perubahan perubahan pola nafas
membran kapiler nafas - Ukur intage dan
alveoli - RR dalam batas output cairan
normal - Pertahankan
- Klien tidak pemasukan total
sesak nafas cairan 2000 ml /
jam dalam

24
toleransi

B. KARDIOMIOPARTI PERIPARTUM

N DIAGNOSA TUJUAN DAN


INTERVENSI
O KEPERWATAN KRITERIA HASIL
1 Penurunan curah NOC NIC
jantung berhubungan - Bebas gejala - Kaji kulit terhadap
dengan kontraktilitas gagal jantung pucat dan sismosis
miokardi - Melaporkan - Berikan oksigen
penurunan tambahan dengan
episode dispnea kanula
- Tanda vital nasal/masker
dalam batas - Catat bunyi
normal atau jantung
terkontrol - Pantau TD
- Palpasi nadi
perifer, penurunan
curah jantung
dapat
menunjukkan
menurunnya nadi
radial

2 Intoleransi aktivitas NOC NIC


berhubungan dengan - Memenuhi - Periksa tanda vital
ketidakseimbangan perawatan diri sebelum dan
suplai oksigen sendiri sesudah aktivitas,
- Mencapai khususnya bila
peningkatan klien
toleransi menggunakan

25
aktivitas yang vasodilator,
dapat diukur, diuretic dan
dibuktikan oleh penyekat beta
menurunnya - Catat respon
kelemahan dan kardiopulmonal
kelelahan terhadap aktivitas,
catat takikardi,
diritmia, dispnea
berkeringan dan
pucat
- Evaluasi
peningkatan
intoleran aktivitas
- Implementasi
program
rehabilitasi
jantung / aktivitas

C. SINDROM MARFAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1 Intolenransi aktivitas NOC NIC


b.d kelemahan - Mencapai - Periksa tanda vital
umum, peningkatan sebelum dan
ketidakseimbangan toleransi sesudah aktivitas,
antara suplai dan aktivitas yang khususnya bila
kebutuhan oksigen dapat diukur, klien menggunakan
dibuktikan oleh vasodilator,
menurunnya diuretic dan
kelemahan dan

26
kelelahan penyekat beta
- Memenuhi - Catat respon
perawatan diri kardiopulmonal
sendiri terhadap aktivitas,
catat takikardi,
diritmia, dispnea
berkeringan dan
pucat
- Evaluasi
peningkatan
intoleran aktivitas
- Implementasi
program
rehabilitasi jantung
/ aktivitas
2 Ketidakefektifan NOC NIC
pola nafas b.d nafas - Respiratory Airway Management
tidak teratur disertai status : - Buka jalan nafas,
sesak nafas ventilation gunakan teknik
- Respiratory chin lift atau jaw
status : airway thrust bila perlu
patency - Posisikan pasien
- Vital sign status untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan
- Mendemonstrasi ventilasi
kan batuk efekif - Lakuka fisioterapi
dan suara nafas dada bila perlu
yang bersih, - Auskultasi suara
tidak ada nafas, catat adanya
sianosis dan suara tambahan
dyspnea

27
(mampu Oxygen Therapy
mengeluarkan - Bersihkan mulut,
sputum, mampu hidung dan secret
bernafas dengan trakea
mudah, tidak - Pertahankan jalan
ada pursed lips) nafas yang paten
- Menunjukkan - Atur peralatan
jalan nafas yang oksigenasi
paten (klien - Monitor aliran
tidak merasa oksigen
tercekik, irama - Pertahankan posisi
nafas, frekuensi pasien
pernafasan
Vital Sign Monitoring
dalam rentang
- Monitor TD, nadi,
normal, tidak
suhu, RR
ada suara nafas
- Monitor TD, nadi,
abnormal)
RR, sebelum,
- TTV dalam
selama, dan
rentang normal
sesudah aktivitas
(tekanan darah,
- Monitor kualias
nadi,
pernafasan) nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
- Monitor suara paru

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan yang dimulai setelah
rencana tidankan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang

28
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.

5. EVALUASI
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

29
PATHWAY

PENYAKIT KARDIOVASKULER

STENOSIS KARDIOMIOPATRI SINDROM


AORTA PERIPARTUM MARFAN

NYERI PENURUNAN INTOLERANSI


DADA CURAH AKTIVITAS
JANTUNG

SUPLAY POLA NAFAS


DARAH KE KONTRAKTILITAS
TIDAK
MIOKARDIUM MIOKARDI
TERATUR

POLA NAFAS INTOLERANSI


TIDAK AKTIVITAS
EFEKTIF

KETIDAKSEIMBANGAN
PERUBAHAN SUPLAI O2
MEMBRAN
KAPILER
ALVEOLI

30
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi
karena kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya.
Dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Pasien dengan penyakit jantung
biasanya dibagi dalam 4 golongan yaitu kelas I-IV. Etiologi kelainan
jantung bisa dari faktor primer maupun sekunder. jenis-jenis kelainan
kardiovaskular pada masa kehamilan ada 3 macam yaitu steniosis aorta,
kardiomipati peripartum dan sindrom marfan. Pencegahan kelainan
kardiovaskular pada masa kehamilan, ibu hamil harus lebih ekstra dalam
menjaga kesehatannya dengan cara pemeriksaan rutin, yoga, aktif
bergerak, dan berje
4.2 Saran
Komunikasi, edukasi dan informasi untuk ibu hamil dengan penyakit
jantung merupakan hal yang sangat penting, untuk itu komunikasi,edukasi
dan informasi yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil yang menderita
penyakit jantung dapat diberikan sebelum kehamilan, saat kehamilan dan
pasca kehamilan. Hal ini sebagai upaya pencegahan kematian ibu dan
janin.

31
DAFTAR PUSTAKA

Lodermilk, D.L & E. Perry .S. & Kitty, .C.2013.KeperawatanMaternitas, Edisi 8-


Buku 2.Singpura:Elsevier.

Nurarif, A. H., &Kusuma, H. (2015).AplikasiAsuhanKeperawatan Nanda NIC-


NOC Jilid 2,3. Jogjakarta:Mediafiction.

32

Anda mungkin juga menyukai