PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang
melindungi rongga-rongga jantung (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan
oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau
penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai
dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang
melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).
jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang ruang terletak rongga
dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri stemum (Elizabeth J.Corwin,
2009, 441).
2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut di
bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang di perdarahi oleh
pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit yang melekat di
arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang
jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi.
(Elizabet J. Corwin, 2009).
C. Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini
disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat menghentikan
aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung memompanya darah dapat hilang. Hal
ini akan merusak system golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian (Krisatuti
dan Yenrina, 1999).
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak tinggi
terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan diserap tubuh
maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan
disimpan di hati dan metabolisme menjadi kolesterol pembentuk asam empedu yang
berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam
darah. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada
pembuluh nadi koroner (arteri koronoria).
Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan
jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi mengalami penyumbatan
ketika itu pula darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti
(Sulistiani, W, 2005).
Penyakit jantung coroner (PJK) ternyata bukan ditimbulkan oleh satu penyebab saja.
Hasil penyelidikan medis mengungkapkan bahwa ada serangkaian keadaan yang
memungkinkan Anda terkena PJK, dan inilah yang dinamakan factor risiko.
Faktor risiko
Sebagaimana orang berbadan tinggi lebih mudah terantuk ambang pintu daripada
orang pendek, begitupun orang dengan satu atau lebih faktor risiko lebih mudah terkena
serangan jantung , meski kemungkinannya lebih besar.
Faktor risiko untuk penyakit jantung dapat dibagi dalam dua bagian, yang kami
sebut “dapat diubah” dan “yang tak dapat diubah” (lihat tabel hlm.29). Kemungkinan
terkena PJK akan semakin besar jika faktor risikonya lebih banyak.
Tidak semua faktor risiko sama beratnya. Beberapa faktor, seperti merokok, bisa
memiliki efek yang lebih besar untuk menimbulkan PJK. Jadi, misalnya, seorang
perokok dengan tingkat kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi mempunyai risiko
lebih tinggi daripada orang yang tidak mempunyai faktor – faktor tersebut.
Jadi , tingkat kolestrol yang tinggi pada seseorang tanpa faktor risiko lain
berarti bahwa risiko itu akan meningkat hanya sedikit di atas rata-rata. Hal ini
mungkin tak perlu terlalu dikhawatirkan, dokter Anda bisa memberi nasehat yang
diperlukan.
1. Usia dan Gender
Penyakit jantung, sebagaimana penyakit lain, semakin meningkat seiring
pertambahan usia. Di Inggris, misalnya, separuh dari jumlah serangan jantung terjadi
pada mereka yang berusia di atas 65 tahun, dan jumlahnya bertambah sesuai rata –
rata pertambahan usia.
Hal yang mencolok pada PJK adalah dibawah usia 55 tahun, jumlah pria yang
terkena PJK lebih banyak daripada wanita. Penyebabnya, sebelum menopause (berhenti
haid pada wanita), sangat jarang wanita yang terkena serangan jantung. Setelah
menopause, jumlah wanita yang terkena PJK meningkat, dan diatas 75 tahun , jumlah
wanita dan pria yang terkena penyakit ini kira – kira sebanding.
Penyebab yang tepat wanita jarang terkena PJK sebelum menopause belum
diketahui secara pasti, namun tampaknya berhubungan dengan hormon yang tidak
produksi lagi setelah haid berhenti. Terapi pengganti hormon (TPH) yang banyak
dilakukan kaum wanita ternyata dapat mencegah terjadinya serangan jantung. Karena
itu, beberapa dokter merekomendasikan TPH ini.
Riwayat Keluarga
Dokter biasanya akan menanyakan tentang riwayat keluarga Anda jika ada
anggota keluarga dekat(orang tua, kakak, adik, atau anak) terkena PJK. Jika ayah Anda
kena serangan jantung sebelum usia 60 tahun atau ibu terkena sebelum 65 tahun, Anda
berisiko tinggi terkena PJK. Namun, jika orang tua Anda hidup sampai usia ketika
serangan jantung biasanya terjadi, hal ini tidak mengkhawtirkan. Hal sama juga berlaku
untuk kakak dan adik. Walaupun dalam suatu keluarga besar, ternyata ada salah
seorang terkena serangan jantung, mungkin hanya suatu kebetulan saja.
Bagaimana PJk bisa menurun dalam keluarga ? Sebagian jawabnya bergantung
pada gen yang diwarisi dari orang tua yang membuat kita mudah terkena kolestrol
tinggi, tekanan darah tinggi atau diabetes. Selain itu kesamaan gaya hidup keluarga
juga menentukan, misalnya makan makanan yang sama dank jika orang tua merokok,
anak biasanya juga merokok.
Jika keluarga Anda cenderung terkena penyakit jantung, sebaiknya lakukan
pemeriksaan ke dokter untuk memastikan bahwa Anda tidak mengidap kolestrol
tinggi, tekanan darah tinggi, atau gangguan kesehatan lain yang harus segera diobati
untuk menghindari risiko tinggi.
4. Merokok
Merokok sigaret berkaitan erat dengan risiko PJK. Zat-zat kimia dalam asap
sigaret terserap ke dalam aliran darah dari paru-paru lalu beredar ke seluruh tubuh ,
dan memengaruhi setiap sel tubuh. Zat-zat kimia ini sering membuat pembuluh darah
menyempit dan membuat sel-sel darah yang di sebut platelet menjadi lebih lengket,
sehingga mudah membentuk gumpalan.
Risiko para perokok pipa dan cerutu tidak setinggi perokok sigaret, namun masih
berisiko terkena PJK disbanding yang tidak merokok. Jumlah rokok yang diisap juga
berpengaruh ; risikonya meningkat sesuai tingkat konsumsi, yaitu ringan (kurang dari 10
batang sehari) sedang (10-20 batang sehari), dan perokok berat (lebih dari 20 batang
sehari).
Alasan dokter sangat menyarankan untuk berhenti merokok karena inilah faktor
risiko yang dapat anda control sendiri. Lagipula , Anda akan mulai merasakan
manfaatnya saat berhenti. Meskipun risiko terkena PJK tidak serendah orang bukan
perokok, hasilnya akan mendekati sekitar setahun kemudian.
5. Stres
Banyak orang yang pernah mendapat serangan jantung menyatakan bahwa stress
adalah penyebabnya, namun secara ilmiah hal ini sebnenarnya sulit dibuktikan. Ada
beberapa faktor pemicu lain, seperti olahraga secara tiba-tiba dan emosi yang meluap –
luap , dapat mengakibatkan serangan jantung meskipun hal ini jarang terjadi. Percaya atau
tidak, selama masa Perang Dunia II yang banyak menimbulkan stress pada warga sipil
dan militer, jumlah warfa sipil, yang terkena serangan jantung malah menurun.
Jenis kepribadian tertentu diduga berisiko lebih tinggi terhadap serangan jantung.
Teknologi modern memungkinkan orang melakukan sesuatu dalam beberapa jam
dibandingkan masa primitive yang mungkin memerlukan waktu berhari – hari. Stres
karena ingin sesuatu diluar kemampuan, ingin mencapai sesuatu yang tidak realistis,
digolongkan dalam kepribadian tipe A. Orang yang gelisah (biasanya pria), yang sulit
untuk rileks, akan semakin terikat pada pekerjaan yang mengandalkan hubungan pribadi,
dan akhirnya cenderung menghabiskan tenaga. Mereka ini mempunyai risiko dua kali
lipat terkena PJK dibanding dengan orang yang berkepribadian tipe B yang dapat
menahan diri.
4. Statin
Perubahan besar dalam pengobatan terhadap kolesterol dalam lima tahun terakhir ini
adalah berkat jenis obat-obatan ini yang mampu menghambat produksi kolesteorl di hati.
Statin mampu menurunkan kolesterol hingga 20-30 persen dengan hanya sedikit efek
samping.
Beberapa penyelidikan penting telah dilakukan terhadap ribuan pasien di Eropa,
Australia, dan Amerika. Hailnya menunjukkan bahwa penurunana kolesrterol diikuti oleh
menurunnya 20-30 persen resiko terkena serangan jantung. Jenis obat-obatan statin yang
paling banyak digunakan adalah amvastatin dan pravastatin, namun masih banyak lagi yang
diproduksi.
Obat-obatan ini biasanya diminum sekali sehari setelah makan hanya dengan sedikit
efek samping. Kadang-kadang timbul radang pada otot tangan dan kaki, serta nyeri yang
rasnya seperti flu.
Hal ini terjadi pada minggu-minggu pertama setelah memulai pengobatan dan harus
segera dilaporkan ke dokter. Keluhan itu segera akan hilang setelah Anda berhenti makan
obat.
Jika Anda tdak ada keluhan terhadap obat-obatan ini dalam minggu-minggu pertama
setelah meminimnya, biasanya Anda tidak akan mendapat masalah untuk selanjutnya.
5. Fibrat
Bagi beberapa orang, khususnya penderita diabetes, masalah lipid mungkin tidak
sebanyak dengan kolesterol serta trigliserid karena mereka bisa menggunakan kelompok obat
lain yang disebut fibrat. Sebagaimana statin, obat-obatan ini hanya sedikit efek sampingnya
dan diminum makan. Dalam minggu-minggu pertama setelah ada keluhan nyeri pada otot,
namun selain itu hampir tidak ada keluhan lain. Fibrat dapat menurunkan tingkat kolesterol
hingga 10-15 persen dan mengurangi resiko terkena PJK.
6. Resin
Resin menurunkan tingkat kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dalam usus dan
mempengaruhi penyerapannya dalam tubuh. Obat ini berupa bubuk, biasanya dicampurkan
dalam sari buah, diminun satu atau dua kali sehari. Karena tidak diserap oleh tubuh, tidak ada
efek samping bagi jaringan tubuh, namun bisa menyebabkan perut kembung dan sendawa,
atau sembelit pada beberapa orang.
Resin juga dapat mencegah terulangnya serangan jantung, meskipun kurang ampuh
dibandingkan dengan statin dan hanya mengurangi resiko 10-15 persen.
7. Memperbaiki Makanan
Mengubah jenis makanan yang biasa Anda makan tidaklah mudah, namun penting
untuk mengurangi resiko terulangnya serangan jantung. Caranya sangat sederhana.
Makan makanan sehat bukan berarti Anda harus berpantang semua makanan yang
Anda sukai hanya makan sayuran mentah. Kebanyakan orang makan terlalu banyak lemak,
khususnya yang berasal dari hewan atau susu. Menguranginya adalah bonus yang sehat
untuk seluruh keluarga Anda. Kurangilah makan daging, keju keras, mentega, krim, susu full-
cream, dan yoghurt, serta makanan lain yang kaya lemak. Makanlah sedik saja, atau hanya
pada acara khusus.
Selain mengurangi jumlah lemak dalam makanan Anda, gunakan lemak tak jenuh
ganda (polyunsatu-rated fat), biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, atau lemak tak jenuh
tunggal (monounsaturated fat), seperti minyak zaitun. Jika Anda tidak yakin menentukan
minyak yang baik untuk kesehatan, periksalah labelnya atau tanyakan pada ahli gizi karena
berapa jenis minyak tidak baik untuk jantung. Minyak kelapa sama buruknya untuk jantung,
seperti lemak dari hewan.
Mengurangi lemak adalah juga cara yang baik untuk menurunkan berat badan dan
banyak orang merasa bahwa setelah mengubah makanan, gangguan pencernaan mereka akan
berkurang. Bila Anda cemas akan tingkat kolesterol Anda, hindari makanan yang
berkolesterol tinggi, seperti telUR, hati, dan kerang. Namun makanan ini masih lebih baik
daripada makanan yang mengandung lemak hewan. Ingatlah juga banyak makanan yang
diproses dan makanan jadi, seperti pai, biscuit, cake yang banyak mengandung lemak hewan,
demikian juga buger! Mulailah dengan program hidup lebih sehat dan perhatikan label
makanan ditoko yang menginformaikan kandungan lemak.
Perubahan penting lain untukmemulai program diet yang sehat adalah dengan
mengonsumsi sebanyak mungkin buah dan sayuran, paling sedikit lima porsen setiap hari.
Bila anda dapat meningkatkan makanan yang kaya serat, seperti roti gandum, beras
merah, pasta, dan sereal untuk sarapa, terutama havermut, makanan anda sangat baikuntuk
kesehatan dan jantung anda.
Untung lah banyak pabrik makanan mulai menyadari pentingnya makanan sehat dan
banyak buku resep makanan sehat yang dapat membantu. Kendala untuk mengikuti pola
makanan sehat mungkin adalah masalah biaya. Jika demikian, bicarakan hal ini dengan
dokter atau ahli gizi yang akan membantu memecahkan masalah anda.
8. Berhenti Merokok
Manfaat menghentikan kebiasaan merokok sungguh besar dan mulai saat anda
menghentikannya, dan dalam lim tahun ke depan, resiko terulangnya serangan jantung
berkurang hingga setengahnya.
Namun, anda harus berhenti merokok sama sekali. Bila anda hanya mengurangi
jumlahnya atau mengubahnya dari sigaret ke cerutu atau pipa, risikonya hampir tidak
berkurang.
Para dokter menyadari hal ini 30 tahun yang lalu ketika hubungan Antara merokok dan
penyakit jantung mulai diberitakan. Hingga waktu itu, para dokter termasuk perokok paling
berat, kini hanya sedikit saja yang suka merokok.
Banyakorang merasa lebihmudah berhenti merokok di rumah sakit,namun agak sulit
memper tahanya bila anda pulang. Bila anda telah merokok sejak remaja, hal ini bias menjadi
masalah. Inilah kesempatan seluruh keluarga untuk membantu, sebap sulit menghilakan
kebiasaan merokok apa bila anggota keluaga anda merokok. Rumah sakit kini adalah wilayah
‘’dilarang merokok’’ dan begituh lah sehausnya rumah anda.
Bagaimana caranya berhenti merokok? Hal ini berbeda pada setiap orang.ada yang
dengan mudah tiba-tiba berhenti merokok. Anda yang secara perlahan-lahan mulai
menguranginya, hingga perlu waktu beberapa minggu. Masalah sebenarnya adalah
kecanduan pada nikotin sehingga beberapa orang perlu mengunyah permen karet yang
mengandung zat ini. Kadang-kadang berbagi rasa dengan orang lain dapat juga membantu.
Beberapa sebab mengapa orng enggan berhenti merokok-terutama wanita- adalah
karena ada kalanya berat badan akan bertambah setelah berhenti merokok. Belum di ketahui
secara jelas mengapa hal ini bias terjadi. Nafsu maka jelas akan bertambah dan beberapa
orang suka mengudap untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Rata-rata berat badan
memang akan naiksetengah sampai satu kilogram dalam enam bulan pertama setelah berhenti
merokok. Namun, jika anda telah mengubah makanan anda menjadi lebih sehat dan rendah
lemak, biasanya kelebihan berat badan itu akan menurun lagi dalam waktu 6-12 bulan.
9. Mengurangi Stres
Jika anda terkena angina untuk serangan jantung, ini lah kesempatn untuk
mempertimbang kan prioritas dalam hidup anda. Anda mungkin merasa bahwa pekerjaan
selama ini menyita waktu dan energi anda begitu banyak di bandinkan waktu untuk keluerga,
teman-teman, maupun minat andayang lain. Meski belum ada bukti secara ilmiah bahwa
mengubah gaya hidup akan mengurangi risiko, hal ini jelas akan meningkat kan kualitas
hidup anda
F. Faktor-faktor Pencegah
Beberapa faktor yang di yakini dapat melindungi anda terhadap PJK adalah mengurangi
jumlah minuman baralkohol dan melakukan pelatihan fisik secara teratur
a. Alkohol
Banyak di beritakan tentang manfaat alkohol bila di minum dan jumlah cukup , namun
alkohol dalam jumah tinggi yang di minum secara teratur dapat menjadiracun bagi
jantung ,otak,dan hati.
Jadi, berapakah ukuran yang cukup? Jumlah yang cukup adalah kira-kira 2-3 unit sehari
bagi pria,dan jumlahnya agak kurang bagi wnita.satu unit adalah ukuran minuman keras,
gelas anggur, atau setengah pint bir atau cider (sari buah apel). Pernah ada anggapan bahwa
anggur merah baik untuk mencegah serangan jantung, namun ternya ta setiap jenis alkohol
punya efek yang sama.
b. Pelatihan Fisik
Pelatihan fisik secara teratur baik bagi anda dan dapat mencegah terjadinya PJK. Banyak
penyelidikan di amerika dan eropa menunjukan bahwa pelatihan secara teratur (20 menit, 2-3
kali seminggu) berhasil menurun kan risiko PJK.
Jika anda pernah terkena serangan jantung, anda akan di ajarkan pelatihan fisik di bagian
rehabilitasi jantung rumah sakit, dan mereka yng terkena PJK jenis apapun di anjurkan
melakukan lebih banyak latihan. Jika anda belum pernah mengikuti pelatihan fisik
sebelumnya dan tidak tahu cara memulainya, mintalah nasihat dokter. Jenis pelatihan yang
anda lakukan mungkin idak begitupenting, asal cukup merangsang jantung dan aliran darah
dengan cukup lakukanlah apa yang paling anda sukai, seperti berjalan, berenang, jogging,
senam lantai atau berdansa. Banyak orang mulai dengan perlahan-lahan dan akahirnya
menambah waktu dan jumlah pelatihan, dalam pelatihan atau senam terpimpin, anda akan
diajarkan cara melakukan pemnasan terlebih dahulu, dan hal ini sebaiknya dilakukan dalam
setiap pelatihan.
Pelatihan untuk “membakar kalori sebanyak-banyaknya” hingga badan Anda terasa sakit
dan pegal sangat tidak dianjurkan. Jika Anda merasa nyeri, pusing, atau sesak napas,
beristrahat dan berhentilah dulu sampai Anda mersa sehat kembali.
c. Kerja sama dengan dokter
Meskipun merokok dan tingkat lipid merupakan faktor utama yang sepenuhnya berada
dalam kontrol Anda , ada hal-hal lain ketika Anda dan Dokter Anda bisa bekrja sama untuk
meminimalkan risiko lebih lanjut. Mereka yang cenderung mudah terkena PJK, seperti para
penderita diabetes dan hipertensi , harus berusaha untuk ttap mengontrol kesehatannya.
d. Hipertensi
Berusahalah untuk minum obat secara teratur meski tidak ada gejala apapun. Periksakan
tekanan darah Anda secara teratur ke dokter.
e. Diabetes
Cobalah mempertahankan berat badan Anda sedekat mungkin dnga yang seharusnya.
Usahakan agar tingkat gula darah Anda normal dengan menjga diet Anda secara ketat dan
minum obat yang diberikan dokter secara teratur. Pelatihan fisik penting karena dapat
menurunkan berat badan dan juga menurunkan kebutuhan insulin Anda.
f. Tingkat Lipid Naik
Usahan untuk tetap menjalankan diet yang ketat dan makanlah obat yang diberikan
dokter secara teratur.
g. Mengatasi Keadaan Darurat
Serangan jantung bisa terjadi di mana saja dan setiap orang harus tahu apa yang perlu
dilakukan untuk menolong orang yang pingsan dan jantungnya berhenti berdenyut. Basic Life
Support (BLS) atau bantuan dasar untuk mempertahankan hidup tidak sulit dipelajari dan
sangat bermanfaat untuk menolang mempertahankan hidup seseorang. Banyak istruktur bisa
didapatkan di berbagai kota, baik yang bekerja secara sukarela maupun dari rumah sakit
terdekat.
Jika Anda atau seseorang secara tiba-tiba merasa nyeri dada yang menjurus ke serangan
jantung, inilah langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1. Istirahatlah sambil duduk atau berbaring
2. Minumlah obat GTN dan tunggu lima menit
3. Jika rasa nyeri masih sama atau bertambah buruk setelah 5-10 menit, minum dosis kedua
4. Jika tidak berhasil juga, telepon ambulans
5. Kunyah sebutir aspirin (kecuali Anda atau orang itu alergi pada aspirin) karena ini akan
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan.
G. Penyakit Jantung Koroner pada Pekerja
Hasil penelitian pada tabel 2.1 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner lebih
banyak terjadi pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori
Davidson, (2003) risiko PJK lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian oleh Supriyono (2008) yang melakukan
olahraga teratur bisa mengurangi risiko penyakit jantung koroner.
Tabel 2.2 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Kelompok
Umur.
Hasil penelitian pada table 2.2 menunjukkan sebagian besar responden yang mengalami
penyakit jantung koroner dengan usia lebih dari 40 tahun, hal ini menunjukkan prevalensi
penyakit jantung koroner akan meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini sesuai dengan
teori Davidson, (2003) bertambahnya umur akan meningkatkan risiko kejadian penyakit
jantung koroner. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Djohan (2004) ada hubungan
antara umur dengan kejadian PJK. Kasus PJK akan meningkat dengan bertambahnya
umur.
Tabel 2.3 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Jenis Pekerjaan
Jenis PJK
Pekerjaan F %
Tidak Bekerja 12 20,0
PNS 7 11,7
Swasta 4 6,7
Wiraswasta 7 11,7
Petani 0 0
Jumlah 30 50
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.3 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner sebagian
besar terjadi pada yang tidak bekerja, PNS dan wiraswasta. Hasil penelitian oleh Supriyono
(2008) yang melakukan studi kasus di RSUP Dr. Kariyadi dan RS Telogorejo Semarang
pekerjaan tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Tabel 2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Merokok pada Pekerja Kantoran dan
Pekerja Kasar.
Berdasarkan Tabel 2.4 dapat diketahui bahwa pada pekerja kasar seluruhnya merokok,
sedangkan pada pekerja kantoran hanya sebagian kecil yang merokok yaitu 4 responden
(13,3%). Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar
kolesterol HDL. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada pekerja kantoran yang
mempunyai kebiasaan merokok mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Sedangkan pada
pekerja kasar, meskipun mempunyai kebiasaan merokok, namun karena disertai aktivitas
yang tinggi maka pembakaran kolesterol tinggi pula, sehingga kadarnya di dalam darah
menjadi rendah.
Tabel 2.5. Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut aktivitas
olahraga.
Olahraga PJK
F %
Tidak Rutin 18 30,0
Rutin 12 20,0
Jumlah 30 50,0
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.5 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner
sebagian besar terjadi pada responden yang tidak rutin berolahraga. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Febriani (2011) bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan
olahraga beresiko lebih besar terkena PJK daripada orang yang mempunyai kebiasaan
olahraga. Hal ini sesuai dengan penelitian Hariadi & Ali (2005) yang menyatakan bahwa
olahraga teratur bisa mengurangi
risiko penyakit jantung koroner.
Tabel 2.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol pada Pekerja Kantoran dan
Pekerja Kasar.
Berdasarkan Tabel 2.6. dapat dilihat bahwa kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan
terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Pekerja kasar mempunyai
aktivitas yang berat, sehingga memungkinkan terjadi pembakaran kolesterol yang tersisa di
dalam pembuluh darah. Aktivitas yang rendah pada pekerja kantoran diduga berperan dalam
tingginya kadar kolesterol tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wiyono dkk., (2004) yang menyatakan bahwa aktivitas yang berat memerlukan energi yang
banyak dan energi ini diperoleh dari glukosa dan kemudian lipid sebagai alternatif
berikutnya. Pada pekerja kasar umumnya berasal dari sosial ekonomi yang rendah, sehingga
asupan nutrisinya terbatas. Hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya simpanan energi
dan produk sisa termasuk kolesterol.
Berdasarkan uji T diperoleh t = -2.511 (p=0,016), hasil ini menunjukan ada perbedaan
kadar kolesterol darah yang bermakna antara pekerja kantoran dan pekerja kasar di desa
Majasari, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga. Individu yang bekerja sebagai
pegawai kantoran biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik di bidang finansial
bila dibandingkan dengan seorang tukang becak. Dengan penghasilan yang tertentu setiap
bulan, pekerja kantoran dapat merencanakan kehidupannya dengan baik. Namun, pekerjaan
yang monoton dalam ruangan, terlebih lagi di belakang meja kerja, membuat individu itu
tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Keadaan ini membuat metabolisme tubuh berjalan
lambat. Di sisi lain, tuntutan pekerjaan yang selalu mendesak, membuat karyawan kantoran
pada umumnya memilih gaya hidup praktis, antara lain masalah makanan.
Makanan cepat saji (fast food) telah menjadi pilihan untuk memudahkan dalam
beraktivitas bagi karyawan kantoran dewasa ini. Selain praktis dan cepat, makanan ini juga
meningkatkan gengsi dan prestise individu yang mengkonsumsinya. Di sisi lain, kandungan
gizi pada makanan ini sebenarnya tidak mencukupi kebutuhan gizi harian. Bahkan kandungan
kolesterol tinggi yang ada, dapat mejadi sumber berbagai macam penyakit. Antara lain
penyakit atherosclerosis, diabetes mellitus, dan sebagainya (Nystrom, 2008). Bila sering
dikonsumsi dan tidak diimbangi dengan kegiatan fisik yang cukup, dapat terjadi dislipidemia
yang merupakan factor risiko terjadinya berbagai penyakit.
Inilah yang menjadi penyebab penyakit-penyakit di atas cenderung terjadi pada
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas (Lee, 2008).
Berbeda dengan pekerja kasar, tukang becak tidak bermotor, pendapatan yang sedikit
dan tidak menentu, membuatpara pekerja kasar tidak mempunyai banyak pilihan berbagai
jenis makanan. Umumnya para pekerja kasar hanya mengkonsumsi tahu, tempe, dan sayur,
ikan asin. Tentunya jarang sekali pekerja kasar dapat mengkonsumsi makanan cepat saji, atau
bahkan makanan dengan tinggi lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Aktifitas
fisik yang berat sebenarnya perlu diimbangi dengan asupan makanan yang bergizi tinggi,
namun jarang tercukupi.
Walaupun demikian, bukan berarti berbagai jenis penyakit seperti atherosclerosis tidak
terjadi pada masyarakat golongan ekonomi bawah. Hal ini dapat terjadi akibat mengkonsumsi
makanan yang salah. Untuk mendapatkan kemudahan dalam memasak, umumnya masyarakat
menggoreng makanan tersebut. Namun karena kesulitan ekonomi, sering kali digunakan
minyak goreng berkualitas rendah atau bahkan minyak goreng bekas. Padahal telah terjadi
perubahan rantai karbon pada minyak goreng tersebut menjadi minyak jenuh dan ikatan trans,
sehingga mengandung kolesterol tinggi dan dapat memicu dislipidemia (American Heart
Association, 2008).
Kolesterol diperoleh dari makanan dan juga disintesis di dalam tubuh. Kolesterol yang
disintesis yaitu sekitar 500 mg/hari dan dari makanan yang hanya
sekitar 20% dari seluruh kolesterol yang ada di dalam tubuh. Pembentukan kolesterol di
dalam tubuh terutama di hati (50% total sintesis), sisanya disintesis di usus, kulit dan semua
jaringan yang memiliki sel-sel berinti (Siburian, 2005). Fessenden dan Joan (1989)
mengatakan bahwa hati dan kuning telur merupakan bahan makanan yang kaya akan senyawa
kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan pengerasan dinding
pembuluh darah (atherosclerosis), yang disebabkan oleh endapan kolesterol dan lipid-lipid
lain pada dinding sel pembuluh darah.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel, yang
menyebabkan munculnya atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan
penimbunan plak di dinding pembuluh darah (Murray, 2003). Hal ini dihubungkan dengan
peningkatan risiko penyakit akibat gangguan pembuluh darah (misalnya: penyakit jantung
koroner, stroke, gangguan pembuluh darah tepi) (Anwar, 2004).
Makanan kaya lemak jenuh dianggap sebagai salah satu penyebab atherosclerosis. Bila
terjadi sumbatan pada pembuluh darah jantung, maka dapat terjadi kematian tiba-tiba. Pada
tahun 1992, penyakit jantung koroner menempati urutan pertama dan merupakan 15,5% dari
seluruh penyebab kematian (Darmojo,
1993).
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
penyebab kadar kolesterol yang tinggi adalah genetik, diet tinggi lemak, kelebihan berat
badan, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok.
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol
HDL. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dapat pula disebabkan oleh konsumsi alkohol atau
obat-obatan (misalnya: steroid atau pil kontrasepsi).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak, antara lain riwayat
keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas, diet kaya lemak, kurang melakukan olah raga,
penggunaan alkohol, merokok sigaret, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, kelenjar
tiroid yang kurang aktif, dan lainnya (Anwar, 2004).
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda.
Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak
yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan
ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan
masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah.
Lemak yang masuk ke dalam tubuh, terutama dipengaruhi oleh jenis asupan makanan.
Membatasi pemasukan beberapa lemak juga penting. Dari berbagai jenis lemak, lemak jenuh
dan trans menjadi faktor utama risiko penyakit jantung koroner. Lemak jenuh berbahaya bagi
tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol sehingga menaikkan
kadar kolesterol darah. Kemudian kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan
menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot jantung.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja
kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan
control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah
kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran
darah dan keseimbangan metabolisme.
Risiko penyakit jantung koroner terkait dengan kombinasi antara tekanan kerja
dan gaya hidup individu, disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan kohort. memiliki salah
satu faktor risiko gaya hidup merokok, aktivitas fisik atau obesitas tetapi tidak
ada tekanan pekerjaan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner.
Selain itu tekanan kerja pada obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, tetapi
risiko tidak meningkatcukup besar ketika tekanan kerja ditambah dengan merokok, peminum
berat ataupun aktivitas fisik (Mika Kivimaki, 2013).
Hubungan antara jam kerja yang panjang dan rumah sakit masuk karena AMI
dilaporkan oleh Russek dan Zohman sedini tahun 1958, untuk 100 kasus laki-laki dan
mereka 100 kontrol . Menggunakan sampel yang sama tapi lebih tua usia , Theorell dan Rahe,
Falger dan Schouten, dan Sokejima Kagamimori , Liu dan Tanaka, dan Fukuoka et
al . juga menemukan hubungan yang signifikan antara kerja yang panjang jam dan
PJK(Marianna Virtanen, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh antara kerja lembur dengan peningkatan
risiko kejadian PJK. Adapun faktor yang berperan penting dalam penelitian ini seperti jenis
kelamin, usia, kelas kerja, beberapa hal yang berkaitan dengan biologis, perilaku, psikososial
dan psikologis terhadap faktor risiko terjadinya PJK, termasuk karakteristik pekerjaan dan
jenis pola perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa peserta yang bekerja lembur lebih
muda umurnya dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur. Peserta laki-laki, peserta
yang sudah menikah dan orang-orang yang bekerja di kelas kerja yang lebih tinggi lebih
sering bekerja lembur dibandingkan dengan peserta wanita, peserta yang belum menikah dan
orang-orang yang bekerja di kelas bawah. Riwayat penyakit seperti diabetes, kebiasaan
merokok dan penggunaan alkohol yang melebihi batas juga dikaitkan dengan kerja lembur.
Peserta yang bekerja lembur dilaporkan mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari dan
sering berolah raga akan tetapi kurang tidur dan sedikit yang absen karena sakit. Peserta yang
kerja lembur juga dilaporkan bahwa mempunyai prevalensi tekanan psikologis dan tuntutan
pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak bekerja lembur. Kerja lembur juga
mempunyai kadar kolestrol HDL yang lebih tinggi dibandingkan peserta yang tidak bekerja
lembur. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebanyak 67.543,9 orang
terdapat 369 kasus baru yang terjadi dalam periode tersebut sehingga apabila dirata-ratakan
terdapat 546 kejadian per 1.000 orang per tahunnya. Daripenelitian ini, merokok dan indeks
massa tubuh juga terkait dalam terjadinya PJK (Marianna Virtanen, 2010).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala
dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara
umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK
terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi),
tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK
pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit
jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari
fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan
aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja
kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan
control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah
kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran
darah dan keseimbangan metabolisme.
B. Saran
1. Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2. Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol, kontrol
tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara rutin.
3. Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah
berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang memicu stroke.
4. Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical
Workers and Managers.
Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan Kadar Kolesterol
Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.
Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta : EGC, 2009.
Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik dengan Faktor
Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit
Jantung Koroner.
Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A Systematic
Review and Meta-Analysis.
Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart Disease:The Whitehall II
Prospective Cohort Study.
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk of coronary
artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner.
Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell American
Journal of Roentgenology, 175, 45-51
Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung. Universitas
Diponegoro.
Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi Pengeboran
Minyak dan Gas Bumi.www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18 Mei 2014].