Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CORONARY ARTERY DISEASE

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Penyakit arteri koroner atau Coronary Artery Disease (CAD)
adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang
menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat,
jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila
satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali,
akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan pada otot
jantung (Glassman & Shapiro, 2014).
CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang
ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak
dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang
mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan
penurunan aliran darah ke jantung (Glassman & Shapiro, 2014 ).
Kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) V adalah suatu perasaan takut (fear) dan
rasa khawatir, dimana rasa takut merupakan suatu respons emosi
normal terhadap ancaman yang nyata sedangkan rasa khawatir
adalah antisipasi terhadap ancaman yang akan datang yang tidak
jelas. Rasa takut dikaitkan dengan keterjagaan otonom yaitu
penting untuk fight/flight, pikiran tentang bahaya yang mengancam
dan perilaku melarikan diri (menyelamatkan diri), sedangkan rasa
khawatir dikaitkan dengan ketegangan otot, kewaspadaan
terhadap bahaya yang akan datang dan perilaku menghindar
(Kaplan dkk, 2010; Gorman & Sloan, 2014).
Kriteria diagnostik gangguan depresi mayor menurut DSM V
adalah terdapat 5 (atau lebih) gejala dalam waktu 2 minggu di
antaranya mood depresi, menurunnya minat atau rasa senang
terhadap semua hal, berat badan meningkat atau menurun,
insomnia atau hipersomnia, 7 agitasi atau retardasi psikomotor,
letih atau tidak ada tenaga, perasaan tidak berharga, menurunnya
kemampuan berpikir dan kosentrasi, dan berulangnya pikiran
tentang kematian (Carney dkk, 2015; Heather dkk, 2015; Sadock
dkk 2015).
2. Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka
kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras
sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam
gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan
terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45
tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang
pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
b. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini
sebagai akibat operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi
(menopause) secara fisiologis ataupun secara dini
(pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia
lanjut).
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan
akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian
terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.

d. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi
komplikasi ke jantung mereka.
e. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko
utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam
rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah
sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang
akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
f. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan
trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri
koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis
koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.
g. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan
manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam
tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal
terjadinya penyakit jantung koroner.
h. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya
olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga
akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung
koroner.
i. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila
menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung
yang membahayakan jiwa.
3. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol, lemak tetimbun di intima
arteri. Timbunan ini akan mengakibatkan terganggunya absorbsi
nutrient sel-sel endotel yang menyusun lapisan dalam pembuluh
darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol
ke lumen pembuluh darah. Sel-sel endotel pembuluh darah yang
terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut.
Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar,
akan cenderung terjadinya pembentukan bekuan darah. Hal ini
menjelaskan bagaiman terjadinya koagulasi intravaskuler yang
diikuti oleh penyakit tromboemboli.
a. CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat
aterosklerosis, spasme atau, jarang, emboli.
b. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil
kerusakan ke lapisan dalam arteri koroner dengan kekakuan
pembuluh darah dan respon lalai berkurang.
c. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan
perkembangan plak fibrosa atas kawasan yang rusak di
pembuluh darah, menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, sehingga mengurangi ukuran lumen pembuluh darah
dan menghambat aliran darah ke jaringan miokard.
d. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan
menyebabkan iskemia miokard transien dan nyeri.
e. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak
lembut dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah
Jenis CAD :
a. Stabil
1) Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres
emosional, paparan suhu panas atau dingin, makanan
berat , dan merokok
2) Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5
menit atau kurang, dan mudah hilang dengan obat-obatan
b. Labil
1) Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga
atau saat istirahat, atau percepatan terbaru dalam
keparahan nyeri
2) Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung
lebih lama ( 30 menit ), umumnya tidak lega dengan
istirahat atau obat-obatan
3) Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard
( MI ) di bawah diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
c. Variant (prinzmetal)
1) Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam
hingga dini hari nyeri mungkin parah
2) Elektrokardiogram (EKG) berubah karena koroner spasme
arteri.

http://health.harvard.edu

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Hermawatirisa 2014 : hal 13, Gejala
penyakitjantung koroner seperti:
a. Timbulnya rasa nyeri didada (Angina pectoris)
b. Sesak napas (Dispnea)
c. Keanehan pada irama jantung
d. Pusing
e. Mual
f. Kelemahan yang luar biasa
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisa gas darah (AGD).
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. Hb, Ht
d. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran
elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang
untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini
kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya.
Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau
serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
e. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-
tidaknya pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat
juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat
dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai
apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut.
Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.

f. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor
resiko meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-
tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan
enzim jantung
g. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya,
namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG.
Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan.
Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang
memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena
jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan
sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
g. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter
semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan
langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal
paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan
bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di
lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga
mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada
penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja
mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa
juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas
dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan
obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan factor
resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal
dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula
dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau
gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon
dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
melakukan bedah pintas koroner.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi
kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri
jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan
jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung
dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga
melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan
kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan
mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat,
Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau
semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang
nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril,
Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan,
Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung
lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat,
Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat
(Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu
penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau
lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi
penyakit jantung koroner.
f. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri
jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik
ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan,
balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit,
dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin)
disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin
baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat
(berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa
pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung
koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan
gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double
mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit
pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk,
prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung
sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan
yang lebih baik.
g. Operasi.
1) Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari
dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute
baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini
menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang
kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan
rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa
serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG
sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
2) Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil
untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi
Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini,
laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil
pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke
pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi
angina
7. Penyimpangan KDM

Arterisklerosis
Trombosis
Kontruksi aeteri koronaria

Aliran darah kejantung menurun

menurun
O2 dan nutrisi menurun

Jaringan miocard

Nerose lebih dari 30 menit

Suplay dan kebutuhan o2


kejantung tidak

Suplay o2 ke miocard
Metabolisme anaerob Seluler hipoksia
menurun

Kerusakan Timbunan asam laktat


Integritas membran
Nyeri
pertukaran gas meninkat sel berubah
Fatique cemas Kontraktilitas Penurunan

Intoleransi menurun curah jantung


COP Turun Kegagalan
aktifitas
pompa jantung
Ganguan
Gagal jantung
perfusi jaringan

B. Tinjauan Keperawatan
1. PengkajianKeperawatan
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan
objektif (misal : tanda-tanda vital, wawancara pasien atau
keluarga pasien, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi
riwayat pasien pada rekam medik [ CITATION Her10 \l 1057 ].
Pengkajian (juga disebut pengumpulan data) adalah langkah
awal dalam berfikiran kritis dan pengambilan keputusan yang
menghasilkan diagnosis keperawatan[ CITATION wik16 \l 1057 ].
Fase dari pengkajian meliputi pengumpulan data dan analisa
data.Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian
merupakan dasar utama dan hal penting yang dilakukan oleh
perawat.
Metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
wawancara, pemeriksaan fisik, laboratorium, rontgen, observasi,
dan konsultasi.
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan
keluhan pasien atau keluarga pada pasien CAD.
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan perawat kondisi pasien.
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat yang terkumpul
dalam bentuk data.
1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status material, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, ruang rawat, momor rekam medic,
diagnose medis, dan alamat.
2) Riwayat Keperawatan merupakan keluhan utama berupa
keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan
pengkajian.
3) Keluhan utama : dengan menanyakan keluhan utama
yang menggangu atau keluhan yang dirasakan klien saat
dilakukan pengkajian pada klien yang mengalami CAD
sejak 3 hari sampai datang ke Rumah sakit.
4) Riwayat kesehatan sekarang: Riwayat kesehatan
menunjukan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegel seluruh
tubuh, sakit pada menelan, lemas, panas, mual, nafsu
makan menurun.
5) Riwayat masa lalu : Tidak ada penyakit yang dideita
secara spesifik.
6) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat adanya penyakit
CAD pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan.
7) Riwayat spiritual : keyakinan klien sangat mempengaruhi
presepsi klien terhadap penyakitnya.
8) Riwayat social : sangat dipengaruhi oleh keadaan dalam
keluarga peran keluarga, cara dalam pencapaian peran
tersebut, keberadaan dalam lingkungan sekitar
bagaimana peran dalam masyarakat, hubungan
interpersonal dan hubungan dengan lingkungan sekitar.
9) Riwayat Psikologi : meliputi keadaan emosi klien pola
konsep diri dan pola interaksi klien.
10) Pola kebiasaan sehari-hari yaitu kebiasaan sehari-hari
yang suka klien lakukan baik dirumah pada saat sebelum
sakit maupun pada saat dirumah sakit.
11) Pemeriksaan Fisik yaitu melakukan pemeriksaan fisik
klien untuk menentukan masalah kesehatan pada klien,
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
12) Pemeriksaan Penunjang yaitu sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh klien untuk menemukan
tanda klinis penyakit.
13) Therapi yang diberikan yaitu obat yang diberikan kepada
klien dalam proses keperawatan untuk pemulihan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian kronis tentang
respont manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses
kehidupan, atau rentanan respon dari seorang individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas[ CITATION Her16 \l 1057 ].
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang didalamnya baik yang berlangsung aktual
maupun pontensial SDKI[ CITATION PPN16 \l 1057 ].
Diagnosis keperawatan menurut SDKI[ CITATION PPN16 \l 1057 ]
Beberapa Diagnosis yang di temukan pada pasien Coronary
Artery Disease:
a. Penurunan Curah Jantung
1) Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
2) Penyebab
a) Perubahan irama jantung
b) Perubahan frekuensi jantung
c) Perubahan kontraktilitas
d) Perubahan preload
e) Perubahan afterload
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Perubahan irama jantung : Palpitasi
b) Perubahan preload : lelah
c) Perubahan afterloadn : Dispnea
d) Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal nocturnal
dispnea (PND), Ortopnea, Batuk
Objektif
a) Perubahan irama jantung : Bradikardia / takikardia
Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
b) Perubahan preload : Edema, Distensi vena jugularis
Central venous pressure (CVP) meningkat / menurun
c) Perubahan afterload : Tekanan darah meningkat /
menurun, Nadi perifer teraba lemah, Capillary refill
time > 3 detik, Oliguria, Warna kulit pucat dan/atau
sianosis
d) Perubahan kontraktilitas : Terdengar suara jantung S3
dan/atau S4, Ejection fraction (EF) menurun
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Perubahan preload (tidak tersedia)
b) Perubahan afterload (tidak tersedia)
c) Perubahan kontraktilitas (tidak tersedia)
d) Perilaku / emosional : Cemas, Gelisah
Objektif
a) Perubahan preload : Murmur jantung, Berat badan
bertambah, Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
menurun
b) Perubahan afterload : Pulmonary vascular resistance
(PVR) meningkat / menurun, Systemic vascular
resistance (SVR) meningkat/ menurun, hepatomegali
c) Perubahan kontraktilitas : Cardiac index (CI) menurun,
Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun,
Stroke volume index (SVI) menurun
d) Perilaku / emosional (tidak tersedia)
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Gagal jantung kongestif
b) Sindrome koroner akut
c) Stenosis mitral
d) Regurgitas mitral
e) Stenosis aorta
f) Regurgitas aorta
g) Stenosis trikuspidal
h) Regurgitas trikuspidal
i) Stenosis pulmonal
j) Regurgitas pulmonal
k) Aritmia
l) Penyakit jantung bawaan
b. Intoleransi Aktivitas
1) Definisi
Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Gejala hidup monoton
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Mengeluh lelah
Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi
istirahat
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Dispnea saat / setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman saat beraktivitas
c) Merasa lemah
Objektif
a) Tekanan darah berubah < 20 % dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat / setelah
aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Anemia
b) Gagal Jantung Kongestif
c) Penyakit Katup Jantung
d) Aritmia
e) Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
f) Gangguan Metabolik
g) Gangguan Muskoloskletal
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan / atau
elimanasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Perubahan membran alveolus-kapiler
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Dispnea
Objektif
a) PCO2 meningkat / menurun
b) PO2menurun
c) Takikardia
d) pH arteri meningkat / menurun
e) Bunyi napas tambahan
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Pusing
b) Penglihatan kabur
Objektif
a) Sianosis
b) Diaforesis
c) Gelisah
d) Napas cuping hidung
e) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
f) Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
g) Kesadaran menurun
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
b) Gagal jantung kongestif
c) Asma
d) Pneumonia
e) Tuberkulosis paru
f) Penyakit membran hialin
g) Asfiksia
h) Persistent pulmonary hypertension of newborn
(PPHN)
i) Prematuritas
j) Infeksi saluran napas
d. Hipervolemia
1) Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan /
atau intraseluler
2) Penyebab
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
d) Gangguan aliran balik vena
e) Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid,
chlorpropamide, tolbutamide, vincristine,
tryptilinescarbamazeoane).
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Ortopnea
b) Dispnea
c) Paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif
a) Edema anasarka dan/atau edema perifer
b) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c) Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau Central
Venous Pressure (CVP) meningkat
d) Refleks hepatojugular positif
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Distensi vena jugularis
b) Terdengar suara napas tambahan
c) Hepatomegali
d) Kadar Hb/Ht turun
e) Oliguria
f) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
g) Kongesti paru
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/kronis, sindrom
nefrotik
b) Hipoalbuminemia
c) Gagal jantung kongestif
d) Kelainan hormon
e) Penyakit hati (mis. sirosis, asites, kanker hati)
f) Penyakit vena perifer (mis. varises vena, trombus
vena, plebitis)
g) Imobilitas
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara
penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan
keperawatan.Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk
tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana
tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.
Intervensi keperawatan merupakan bentuk penanganan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan pengetahuan
klinis yang bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien
(Bulechek, Butcher, dan Dochterman 2008).
Beberapa intervensi yang di temukan pada pasien Coronary
Artery Disease:
a. Penurunan Curah Jantung (Perawatan Jantung) (PPNI, 2018)
1) Definisi
Mengidentifikasi, merawat dan membatasi komplikasi
akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi
oksigen miokard
2) Tujuan :
a) Lelah menurun
b) Edema menurun
c) Dispnea menurun
d) Oliguria menurun
e) Gambaran EKG aritmia menurun.
2) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
jantung (meliputi dyspnea, kelelahan, edema,
ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan
CVP)
b) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
jantung (meliputi peningkatan berat badan,
hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
c) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
sama
f) Monitor saturasi oksigen
g) Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
h) Monitor EKG 12 sadapan
i) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
j) Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit,
enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
k) Monitor fungsi alat pacu jantung
l) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
m) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. beta blocker, ACE inhibitor,
calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik
a) Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi nyaman
b) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
c) Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten,
sesuai indikasi
d) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
hidup sehat
e) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika
perlu
f) Berikan dukungan emosional dan spiritual
g) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
a) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
b) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
c) Anjurkan berhenti merokok
d) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
harian
e) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
b. Intoleransi Aktivitas
1) Definisi (Manajemen energi)
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
proses pemulihan
2) Tujuan :
a) Saturasi oksigen meningkat
b) Aritmia saat aktivitas menurun
c) Aritmia setelah aktivitas menurun
d) Sianosis menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Keluhan lelah menurun
2) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan)
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

c. Gangguan Pertukaran Gas (Pemantauan Respirasi)


1) Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas
2) Tujuan :
a) Dipsnea menurun
b) Takikardia membaik
c) PH arteri membaik
d) Pusing menurun
2) Tindakan
Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya produksi sputum
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g) Auskultasi bunyi napas
h) Monitor saturasi oksigen
i) Monitor nilai AGD
j) Monitor hasil X-ray toraks
Terapeutik
a) Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi
pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

d. Hipervolemia (Manajemen Hipervolemia)


1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kelebihan volume cairan
intravaskuler dan ekstraseluler serta mencegah terjadinya
komplikasi
2) Tujuan :
a) Edema menurun
b) Tekanan darah membaik
c) Tekanan arteri rata-rata membaik
d) Membran mukosa membaik
2) Tindakan
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea,
dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks
hepatojugular positif, suara napas tambahan)
b) Identifikasi penyebab hipervolemia
c) Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung,
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika
tersedia
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium,
BUN, hematokrit, berat jenis urine)
f) Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
(mis. kadar protein dan albumin meningkat)
g) Monitor kecepatan infus secara ketat
h) Monitor efek samping diuretic (mis. hipotensi
ortostostik, hipovolemia, hypokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
a) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang
sama
b) Batasi asupan cairan dan garam
c) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi
a) Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
b) Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam
sehari
c) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
d) Ajarkan cara membatasi cairan.
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian diuretic
b) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
diuretic
c) Kolaborasi pemberian continuous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier[ CITATION koz10 \n \t \l 1057 ] menyatakan
bahwa implementasi merupakan fase dalam proses keperawatan
yang melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus
dipersiapkan ketika melakukan implementasi keperawatan adalah
intervensi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, pergerakan keterampilan, intelektual, dan tehnikal
[ CITATION Bar13 \l 1057 ].
Implementasi adalah fase ketika perawat
menginplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melakukan intervensi (program keperawatan) [ CITATION koz10 \l
1057 ].

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan
hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan[ CITATION
Pot10 \l 1057 ]
Evaluasi keperawtan adalah aktivitas yang direncanaan,
berkelanjutan dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaiantujuan atau hasil
dan keefektifan rencana asuhan keperawatan [ CITATION koz10 \l
1057 ]
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung


Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014].

Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang


Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan
Pekerja Kasar.

Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas


Fisik dengan Faktor Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.

Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart


Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis.

Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart


Disease:The Whitehall II Prospective Cohort Study.

Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors
with risk of coronary artery disease: a meta-analysis of individual
participant data.

Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan.


(2012), Hubungan Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan
Penyakit Jantung Koroner
Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner.

Bararah, T. &. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta.

Haswati & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk


Mahasiswa Keperawatan Dan Kebidanan. Jakarta: TIM.

Heather, H. d. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasivikasi


2012-2014. Jakarta: EGC.

Herdman, T. &. (2010). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi


10. Jakarta: EGC.

Kozier, d. (2010). Buku Ajar Fondenmental: Konsep,Proses & Praktik.


Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Mubarak, W. &. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Perry, P. &. (2010). Fundenmental Of Nursing. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator


Diagnosis. Jakarta: DPP PPNI.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP


PPNI.

Wartonah, T. &. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai