Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SKILL

FUNGSI SISTEM SENSORIK DAN MOTORIK


OLEH KELOMPOK 6 :
1. INDARYANI (218016)
2. IRNAWATI (218017)
3. IRFAN (218018)
4. ISMA AZIZAH (218019)

DOSEN PEMBIMBING : NS. SULASRI, S.KEP., M.KEP


Pemeriksaan Fungsi Sistem Sensorik
• Definisi Sistem Sensorik

Sistem sensorik adalah sistem penghantaran rangsangan dari reseptor ke pusat otak.
Sistem ini merupakan bagian dari sistem saraf yang menerima rangsangan dari
lingkungan internal maupun eksternal. Sistem sensorik menyalurkan informasi ke bagian
otak yang bertugas mengolah informasi melalui stimulus.

Menurut Sunaryo, proses sensoris adalah proses masuknya rangsangan


melalui alat indra ke otak yang kemudian kembali melalui saraf motoris dan
berakhir dengan perebutan. (I Wayan Candra, 2017)
Tujuan

Pemeriksaan sistem sensorik merupakan bentuk


pemeriksaan neurologis yang dilakukan untuk menentukan
lokasi atau letak kelainan lesi pada kelainan sistem saraf secara
spesifik. Pemeriksaan ini juga bermanfaat menentukan jenis
pemeriksaan penunjang lainnya untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Indikasi

Indikasi melakukan pemeriksaan sistem sensorik adalah adanya defisit


neurologis yang dapat diakibatkan oleh kelainan neurologis misalnya :

• Meningitis atau Ensefalitis


• Lepra
• Diabetes Mellitus
• Penyakit Arteri Perifer
Kontraindikasi

a. Two Point Tactile Discrimination


b. Graphestesia
c. Stereognosis
d. Topografi/Topesthesia
e. Barognosis
Persiapan Alat
dan Bahan

1. Jarum berujung tajam dan tumpul (dapat digunakan jarum pentul atau
jarum pada palu refleks) .
2. Kuas halus, kapas, bulu, tisu.
3. Tabung yang diisi air dingin atau air panas.
4. Garpu tala berfrekuensi 128 atau 256 Hz.
5. Jangka untuk two point tactile discrimination, kunci, uang logam, dan botol.
6. Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi tidak memerlukan alat khusus.
Persiapan Pasien

1. Salam terapeutik kepada pasien.


2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, diikuti dengan
penjelasan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Meminta persetujuan dari pasien/keluarga.
4. Pastikan pasien sadar dan kooperatif.
5. Pasien berbaring secara relaks atau pasien dapat pula dalam posisi
berdiri dan berjalan, sesuai metode pemeriksaan yang digunakan.
Prosedur Kerja
I. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL/RABA HALUS
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan  

Memilih dengan benar alat yang akan digunakan  

Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan 


jaringan subkutan
Meminta penderita untuk menyatakan “YA” atau  

“TIDAK” pada setiap perangsangan


Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang  

Dirangsang
Meminta penderita untuk membedakan dua titik yang  

Dirangsang
II. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI SUPERFISIAL
Menerangkan tujuan pemeriksaan pada klien.  

Mata klien tertutup.  

Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum tadi


 

terhadap dirinya sendiri.


Tekanan terhadap kulit klien seminimal mungkin,  

jangan sampai menimbulkan perlukaan.


Klien jangan ditanya: apakah Anda merasakan ini atau apakah ini runcing?  

Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala jarum secara
bergantian, sementara itu penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai  
dengan pendapatnya.
Klien juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat  

perbedaan intensitas ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan.


Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun  
 
III. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI TEKAN

Massa otot, tendo atau saraf yang dekat permukaan ditekan dengan ujung
jari atau dengan (menekan di antara jari telunjuk dan ibu jari). Penderita
diminta untuk menyatakan apakah ada perasaan nyeri atau tidak;
pernyataan ini dicocokkan dengan intensitas  

tekanan.
Pemeriksaan Fungsi Sistem Motorik

Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mengirim impuls (sinyal
listrik) dari sistem saraf pusat (otak) ke otot atau kelenjar tubuh yang
menghasilkan tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Rangsangan ini
dapat berasal dari dalam atau luar tubuh.
Sistem motorik merupakan seluruh gerakan yang mampu dilakukan
oleh tubuh yang muncul sebagai tanggapan atau respons atau
rangsangan. (Dewi ratih Rapisa, 2019) .
 
 
Tujuan

Pemeriksaan sistem motorik merupakan bagian dari


pemeriksaan fisik untuk menilai sistem neurologis, khususnya segala
aktifitas susunan saraf pusat yang diperiksa melalui kondisi dan
gerakan otot. Pemeriksaan sistem motorik ini meliputi penilaian
massa otot, tonus otot, kekuatan otot, gerakan involunter otot, dan
gerakan ekstremitas. Teknik pemeriksaan sistem motorik terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu inspeksi (melihat postur, habitus dan
gerakan involunter), palpasi, dan penilaian kekuatan otot.
Indikasi dan
Kontraindikasi

Indikasi pemeriksaan sistem motorik adalah untuk mengevaluasi gangguan


fungsi sistem motorik seseorang yang disebabkan karena gangguan pada aktivitas
saraf pusat, seperti keadaan cedera kepala, cedera spinal, atau pasien dengan gejala
stroke. Pemeriksaan sistem motorik dilakukan hanya sesuai kebutuhan kondisi
pasien berdasarkan anamnesis saat persiapan, jadi tidak semua otot tubuh yang
diperiksa, hanya pada otot atau alat gerak yang mempunyai keluhan.

Kontraindikasi pemeriksaan sistem motorik, kecuali bila pasien menolak


pemeriksaan, antara lain seperti keadaan patah tulang, sprain, strain, dan pasien
dengan gangguan kesadaran.
Persiapan
Pasien

1. Salam terapeutik kepada pasien.


2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, diikuti dengan
penjelasan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Meminta persetujuan dari pasien/keluarga
4. Posisi klien berbaring dengan santai Lakukanlah observasi pada semua
otot dan dalam keadan rileks
Prosedur Kerja

LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN MOTORIK

A. UKURAN OTOT
1
Mintalah klien berbaring dengan santai Lakukanlah observasi pada
semua otot
2 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi, hipotrofi)

3 Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose, distonia, balismus,


spasme, tik, fasikulasi dan miokloni otot
B. TONUS OTOT

Mintalah klien berbaring dengan santai.  

Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya berbicara.  

Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan bawah klien di sendi


siku secara pasif, lakukan berulang kali secara perlahan dan kemudian secara  
cepat
Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan dan meluruskan tangan
 

Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggota gerak kanan dan
 
kiri,
Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan  
kaki.
 
C. KEKUATAN OTOT
1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping kanan tempat tidur klien. Suruhlah klien
mengangkat kedua lengan ke atas sampai melewati kepala. Nilailah kekuatan lengan dengan membandingkan
kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat bergerak
dibandingkan lengan yang lainnya.
2
Berikan tahanan ringan sampai berat pada lengan klien dan nilailah besar kekuatan yang dimilki oleh klien.
 
3
  Hal yang sama dilakukan pada kedua tungkai.

4 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat :


5 : Kekuatan normal seluruh gerakan dapat dilakuakan berulang- ulang tanpa terlihat adanya kelelahan.
 
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan tahan ringan dan sedang dari
pemeriksa.
 
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
 
2 : Didapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi).
 
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan
 
0 : Tidak dapat kontraksi sama sekali. Paralisis total
5 Lakukan cuci tangan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai