Anda di halaman 1dari 25

Tugas Kelompok Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen : Ns. Sulasri, S.Kep.,M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS AKIBAT PATOLOGIS
SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN
PERSARAFAN : (AMPUTASI)

OLEH:

KELOMPOK 4

DIDI CAHYADI 218010

DWI PARAMITHA SARI 218011

AYU KOMALASARI 218009

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
KESDAM XIV/HASANUDDIN
2020
Rubrik Penilaian Tugas Paper
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (Kep 3. 09)

Judul :
Tanggal :
Item Penilaian Skore Nilai
A. Penyediaan Makalah (50%)
1. Tinjauan medis; Pengertian, Etiologi, 15
Patofisiologi, Penatalaksanaan,
Pemeriksaan penunjang.
2. Tinjauan Keperawatan; Pengkajian 20
Keperawatan, Diagnosa kepereawatan,
Intervensi meliputi Tujuan dan rencana
keperawatan
3. Penyimpakan KDM (chart clinical patoflow) 10
4. Referensi terbaru (10 tahun) 3
5. Konten penulisan mengikuti ketentuan 2
B. Penyajian (50%)
1. Penyajian materi dengan benar/sesuai 10
2. Handal menggunakan alat bantu/media 5
tepat guna
3. Penggunaan tata bahasa yang benar 5
4. Penyampaian materi yang menarik 5
5. Kemampuan berargumen 10
6. Kesesuaian pembahan dengan materi 5
7. Mampu menguraian penyimpangan KDM 10
kasus
TOTAL 100

Disetujui oleh fasilitator,

( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Aktivitas Akibat Patologis
Sistem Muskuloskeletal Dan Persarafan : (Amputasi)”.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak, begitu pula
makalah kami yang tak sempurna ini, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun makalah ini menjadi
lebih baik.
Demikianlah makalah ini kami susun semoga bermanfaat.

Makassar, Agustus 2020

Kelompok 4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................3
C. Tujuan Penulisan............................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................5
I. Tinjauan Medis................................................................................5
A. Defenisi.....................................................................................5
B. Etiologi......................................................................................5
C. Patofisiologi...............................................................................7
D. Manifestasi Klinis......................................................................8
E. Penatalaksanaan Medis...........................................................10
F. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................17
G. Patoflow Penyakit / Penyimpangan KDM.................................18
II. Tinjauan Keperawatan....................................................................19
A. Pengkajian Keperawatan..........................................................19
B. Diagnosis Keperawatan............................................................21
C. Intervensi Keperawatan............................................................39
D. Implementasi Keperawatan......................................................59
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................60
BAB III : PENUTUP...................................................................................61
A. Kesimpulan......................................................................................61
B. Saran ..............................................................................................62
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memendang masalah yang di
hadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi oleh pasien yang
mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memnuhi kebutuhan
fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk
mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak
menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif, tidak
mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya
secara utuh dan diterima dalam masyarakat. (Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh
yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa dilakukan amputasi.
70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian
besar disebabkan oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan
karena adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya tumior
dan 5% lainnya karena cacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda
bagi pasien dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena
ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial .Amputansi
dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di
gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan
menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya
positif maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap
amputasi dan berpatisipasi aktif dalam rencana rehabilitas karena
kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian besar. Persepsi
pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat
kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya
perubahan citra diri permanen, yang harus di selaraskan sedemikian
rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien
akibat perubahan citra tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi amputasi ?
2. Apa etiologi amputasi ?
3. Bagaimana patofisiologi amputasi ?
4. Bagaimana manifestasi klinis amputasi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis pada amputasi ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada amputasi ?
7. Bagaimana penyimpangan kebutuhan dasar manusia pada
amputasi ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan aktivitas akibat patologis sistem muskuloskeletal dan
persarafan : (amputasi) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu
memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kebutuhan aktivitas akibat patologis sistem
muskuloskeletal dan persarafan : (amputasi).
2. Tujuan khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan
mampu:
a. Menjelaskan defenisi amputasi
b. Menjelaskan etiologi amputasi
c. Menjelaskan patofisiologi amputasi
d. Menjelaskan manifestasi klinis amputasi
e. Menjelaskan penatalaksanaan medis amputasi
f. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik amputasi
g. Menjelaskan patoflow penyakit/penyimpangan kdm amputasi
h. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kebutuhan aktivitas akibat patologis sistem
muskuloskeletal dan persarafan : (amputasi)
BAB II
PEMBAHASAN

I. Tinjauan Medis
A. Defenisi
Amputasi berasal dari kata “Amputare” yang kurang lebih
diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang
terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ
dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau
merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi. (Daryadi, 2012)
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatik
pada tungkai. Aputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering
daripada ekstremitas atas, pada umumnya amputasi disebabkan
oleh kecelakaan, penyakit dan gangguan kongenital. (Doenges,
2000)
Amputasi adalah pembedahan yang melibatkan pemotongan
sebagian atau seluruh anggota badan karena trauma, tumor,
penyakit, atau indikasi medis lain. Agar memudahkan proses
penyembuhan dan penggunaan prostesis, biasanya dilakukan flap
kulit.
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang
bagian tubuh. Selain ketidakmampuan fisik, perawat perlu juga
mengetahui aspek psikososial yang ditimbulkan karena aspek
tersebut lebih sering dijumpai. Amputasi akan mengubah
gambaran tubuh dan harga diri.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan
beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem
persarafan, sistem muskuloskeletal dan sistem kardiovaskuler.
Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan
produktivitas.
B. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang
disebabkan oleh penyakit DM, Gangren, cedera, dan tumor ganas.
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat
diperbaiki
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
4. Infeksi berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh
lainnya
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
konservatif
6. Deformitas organ
C. Patofisiologi
Ketika tulang patah , maka sel-sel tulang mati, perdarahan
biasanya di sekitar tempat patah dan ke daalam jaringan lunak di
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak biasanya juga mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Ditempat patah terbentuk
bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jala untuk
melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin
direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati
menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami klasifikasi.
Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat
apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati
terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses
klasifikasi dan pengerasan (Corwin, 2000)
Penyembuhan tulang akan terhambat atau tidak terjadi, hal ini
dikarenakan terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera,
sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen untuk
pembentukan kalus, atau terjadi nekrosa tulang karena tidak ada
aliran darah.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan
post operasi amputasi antara lain :
1. Kehilangan anggota gerak (ekstremitas atas atau bawah)
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari
neuroma ujung saraf yang dekat dengan permukaan
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia
varikosa dengan keronitis
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal
atau aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan
kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses
kehilangan
8. Pantom syndrome
E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai peneymbuhan
luka amputasi dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak
nyeri tekan dengan kulit yang sehat. Pada lansia mungkin
mengalami kelambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya. percepatan penyembuhan
dapat dilakukan dengan :
1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of
paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu
memasang balutan ini harus direncanakan apakah penderita
harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi
tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan
kaki buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan
kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan
mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril
dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah
peka tekanan. Sisa tungkai (puntung) kemudian dibalut
dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan
tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat
pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar
harus segara diganti.
2. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat
digunakan bila diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai
(puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan
pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat
drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3. Amputasi bertahap
Amputasi  bertahap dilakukan bila ada gangren atau
infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk
mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka
didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa
hari infeksi telah terkontrol dan klien telah stabil, dilakukan
amputasi definitife dengan penutupan kulit.
4. Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah
sehingga latihan segera dapat dimulai. Keuntungan
menggunakan protesis sementara adalah membiasakan klien
menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh.
Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis
sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan
untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya
defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek
faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian
besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan
itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih
yang bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Daryadi (2012), pemeriksaan diagnostik pada klien
amputasi meliputi :
1. Foto rontgen, untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
2. CT scan, mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis,
pembentukan hematoma
3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi
perubahan sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu
memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah
amputasi
4. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme
penyebab
5. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
6. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
7. Hitung darah lengkap / deferensial peninggian dan
perpindahan ke kiri di duga proses infeksi

G. Patoflow Penyakit / Penyimpangan KDM


Iskemia (penyakit Trauma
vaskularisasi perifer (kecelakaan dll)

Amputasi

Pembuangan bagian Imobilisasi


tubuh

GANGGUAN MOBILITAS
FISIK
Luka post op Penurunan fungsi
peran

NYERI AKUT GANGGUAN CITRA TUBUH

Perawatan primer
tidak adekuat

RISIKO INFEKSI

Sumber : Ristanto, Uswatun. 2014. Buku Ajar Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Muskuloskeletal).
Yogyakarta : CV Budi Utama

II. Tinjauan Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan
sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori.
b. Riwayat penyakit sekarang : kita kaji kapan timbul
masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-
tiba/perlahan), lokasi, obat yang dikonsumsi, dan cara
penanggulangan.
c. Riwayat penyakit terdahulu : tanyakan apakah ada
kelainan muskuloskeletal (riwayat jatuh, infeksi, trauma
dan fraktur), diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit
ginjal dan penyakit paru.
d. Riwayat penyakit keluarga : apakah ada riwayat
penggunaan rokok dan obat-obatan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem integumen : secara umum lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
hidrasi lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan
akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau
kerusakan progresif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi
amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan
venus return.
b. Sistem kardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah
Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan
pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
fungsi jantung. Mengkaji kemungkinan atherosklerosis
melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
c. Sistem respirasi
Adanya sianosis, riwayat gangguan pernafasan.
d. Sistem urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan
warna, serta banyaknya urine.
e. Sistem neurologis
Mengkaji tingkat kesadaran klien, serta sistem
pernafasan khususnya sistem motorik dan sensorik
daerah yang diamputasi.
f. Sistem muskuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral, terjadi
kelemahan secara umum, keterbatasan ROM dan
masalah fungsi gerak lain.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.
Penyebab
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Kekakuan sendi
i. Kontraktur
j. Malnutrisi
k. Gangguan muskuloskeletal
l. Gangguan neuromuskular
m. Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
n. Efek agen farmakologis
o. Program pembatasan gerak
p. Nyeri
q. Kurang terpapar informasi tentag aktivitas fisik
r. Kecemasan
s. Gangguan kognitif
t. Keengganan melakukan pergerakan
u. Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif
a. Kekuatan otot menurun
b. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Nyeri saat bergerak
b. Enggan melakukan pergerakan
c. Merasa cemas saat bergerak
Objektif
a. Sendi kaku
b. Gerakan tidak terkoordinasi
c. Gerakan terbatas
d. Fisik lemah
Kondisi klinis terkait
a. Stroke
b. Cedera medula spinalis
c. Trauma
d. Fraktur
e. Osteoarthritis
f. Ostemalasia
g. Keganasan
2. Gangguan Citra Tubuh
Definisi
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
baik individu.
Penyebab
a. Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma,
luka bakar, obesitas, jerawat)
b. Perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
c. Perubahan fungsi kognitif
d. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
e. Transisi perkembangan
f. Gangguan psikososial
g. Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi,
terapi radiasi)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a. Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
Objektif
a. Kehilangan bagian tubuh
b. Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian
tubuh
b. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan
tubuh
c. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi
orang lain
d. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif
a. Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan
b. Menghindari melihat/menyentuh bagian tubuh
c. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
d. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
e. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
f. Hubungan sosial berubah
Kondisi klinis terkait
a. Masektomi
b. Amputasi
c. Jerawat
d. Parut atau luka bakar yang terlihat
e. Obesitas
f. Hiperpigmentasi pada kehamilan
g. Gangguan psikiatrik
h. Program terapi neoplasma
i. Alopecia chemically induced
3. Nyeri Akut
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, inskemia,
neoplasma).
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia
iritan).
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan).
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif
a. Mengeluh yeri
Obyektif
a. Tampak meringis.
b. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari
nyeri).
c. Gelisah.
d. Frekuensi nadi meningkat.
e. Sulit tidur.
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif
(tidak teredia)
Obyektif
a. Tekanan darah meningkat.
b. Pola nafas berubah.
c. Nafsu makan berubah.
d. Proses beroikir terganggu.
e. Menarik diri.
f. Berfokus pada diri sendiri.
g. Diaforesis.
Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi pembedahan.
b) Cedera traumatis.
c) Infeksi.
d) Sindrom koroner akut.
e) Glaukoma.
4. Risiko Infeksi
Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang oragnisme
patogenik.
Faktor Risiko
a. Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
b. Efek prosedur invasif
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
f. Gangguan peristaltik
g. Kerusakan integritas kulit
h. Perubahan sekresi pH
i. Penurunan kerja siliaris
j. Ketuban pecah lama
k. Ketuban pecah sebelum waktunya
l. Merokok
m. Statis cairan tubuh
n. Ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder :
o. Penurunan hemoglobin
p. Imunosupresi
q. Leukopenia
r. Supresi respon inflamasi
s. Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi Klinis Terkait
a. AIDS
b. Luka bakar
c. Penyakit paru obstruktif kronis
d. Diabetes melitus
e. Tindakan envasif
f. Kondisi penggunaan terapi steroid
g. Penyalahgunaan obat
h. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
i. Kanker
j. Gagal ginjal
k. Imunosupresi
l. Lymhedema
m. Leukositopenia
n. Gangguan fungsi hati
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas Fisik
a. Tujuan [ CITATION Tim194 \l 1057 ]
Mobilitas Fisik meningkat dengan kriteria hasil :
1) Pergerakan ekstremitas meningkat
2) Kekuatan otot meningkat
3) Rentang gerak (ROM) meningkat
4) Nyeri menurun
5) Kaku sendi menurun
6) Kelemahan fisik menurun
b. Tindakan
Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik melakukankan ambulasi
3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2) Anjurkan melakukan ambulasi dini
3) Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi).

D. Implementasi Keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika
perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan termonologi NIC, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
(atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.
[ CITATION Koz101 \l 1057 ]
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkenlanjutan,
dan terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan
(a) kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan (b)
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan atau diubah. [ CITATION Koz101 \l 1057 ]
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian,
diagnosis, perencanaan dan implementasi. Klien adalah fokus
evaluasi. Langkah – langkah dalam mengevaluasi asuhan
keperawatan adalah menganalisis respons klien, mengidentifikasi
faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan. [CITATION Ros121 \l
1057 ]
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi
merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis,
spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek
tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko
yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan
perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat
homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-
benar ditegakkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal
dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai