Anda di halaman 1dari 9

NAMA : NAUFAL MUYASSAR

NIM :2207901075

TUGAS RUANGAN MINA 2


1. Pemeriksaan 12 saraf kranial
1. Nervus Alfaktorius ( Nervus Kranialis I )
Nervus alfaktorius menghantarkan bau menuju otak dan kemudiandiolah lebih lanjut.
Dengan mata tertutup dan pada saat yang samasatu lubang hidung ditutup, penderita
diminta membedakan zat aromatis lemah seperti vanila, cau de cologne, dan cengkeh.
Fungsi saraf pembau.
2. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)
Nervus optikus menghantarkan impuls dari retina menuju plasma optikum, kemudian
melalui traktus optikus menuju korteks oksipitalis untuk dikenali dan diinterpretasikan.
Fungsi: Bola mata untuk penglihatan.
3. Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)
Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola mata). Fungsi sebagai
penggerak bola mata.
4. Nervus Troklearis (Nervus Kranialis IV)
Sifatnya motorik, fungsi memutar mata, sebagai penggerak mata.
5. Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)
Nervus Trigeminus membawa serabut motorik maupun sensorik dengan memberikan
persarafan ke otot temporalis dan maseter, yang merupakan otot-otot pengunyah.
Nervus trigeminus dibagi menjadi 3 cabang utama:
a. Nervus oftalmikus sifatnya motorik dan sensorik. Fungsi: Kulitkepala
dan kelopak mata atas.
b. Nervus maksilaris sifatnya sensorik. Fungsi : Rahang atas,palatum
dan hidung.
c. Nervus mandibularis sifatnya motorik dan sensorik. Fungsi :
Rahang bawah dan lidah.
6. Nervus Abdusen (Nervus Kranialis VI)
Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital. Fungsi: Sebagai saraf penggoyang bola
mata.
7. Nervus Facialis (Nervus Nervus Kranialis VII)
Sifatnya motorik dan sensorik, saraf ini membawa serabut sensorik yang menghantar
pengecapan bagian anterior lidan dan serabut motorik yang mensarafi semua otot
ekspresi wajah, termasuk tersenyum, mengerutkan dahi dan menyeringai.
Fungsi: Otot lidah menggerakkan lidah dan selaput lendir rongga
mulut.
8. Nervus Auditorius (Nervus Kranialis VIII)
Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengar membawa rangsangan dari pendengaran
dari telinga ke otak. Fungsinya: Sebagai saraf pendengar.
9. Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)
Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini dpat membawa
rangsangan cita rasa ke otak.
10. Nervus Vagus (Nervus Kranialis X).
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mengandung saraf-saraf motoric, sensorik dan
parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-
kelenjar pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
11. Nervus Assesoris (Nervus Kranialis XI).
Saraf ini mensarafi muskulus sternocleidomastoid dan muskulus trapezium,
fungsinya sebagai saraf tambahan.
12. Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di
dalam sumsum penyambung.
2. Penilaian nyeri
Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau
cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan
kerusakan jaringan.1 Nyeri adalah sensasi penting bagi tubuh. Provokasi
sarafsaraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distres, atau
penderitaan. Penilaian dan pengukuran derajat nyeri sangatlah penting dalam
proses diagnosis penyebab nyeri.

Berbagai cara dipakai untuk mengukur derajat nyeri, cara yang sederhana
dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif sebagai berikut:
1. Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu melakukan
aktivitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur
2. Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, yang hanya
hilang apabila penderita tidur
3. Nyeri berat adalah nyeri yang berlang sungterus menerus sepanjang hari,
penderita tak dapat tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu tidur
Pengukuran derajat nyeri:

1. Visual Analog Scale (VAS)


Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien.
Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau
tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini
dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif Ujung yang satu
mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa
nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau
horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda
rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat
utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana.
Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat
karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta
kemampuan konsentrasi.

2. Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan
pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri (Gambar
2). Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode
pascabedah, karena secara alami verbal / kata-kata tidak terlalu
mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal
menggunakan kata - kata dan bukan garis atau angka untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa
tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan
sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang,
baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata
pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

3,

3. Numeric Rating Scale (NRS)


Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap
dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS
terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti
dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesic

4. Wong Baker Pain Rating Scale


Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka

3. Tingkat ketergantungan pasien (metode douglas)


A. Kategori I: Perawatan Mandiri

Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah pasien masih dapat melakukan sendiri kebersihan dii,
mandi, ganti pakaian, makan, minum, penmpilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional.
Pasien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Pasien perlu dilakukan observasi
setiap shift, pengobatan minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan. Perawatan
Mandiri memerlukan waktu 1-2 jam/24jam

B. Kategori II: Perawatan Intermediate/Parsial

Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-
hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberikan motivasi agar makan, bantuan
dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan perawatan untuk memonitor tanda-tanda vital,
memeriksa produksi urine, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase (infus),
bantuan dalam pendidikan kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawatan Parsial memerlukan waktu 3-4 jam/24jam

C. Kategori III: Perawatan Total

Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-
harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan pasien sakit berat, pasien
memerlukan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, menggunakan selang NGT, menggunakan
terapi intravena, pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang pasien dalam kondisi
gelisah/disorientasi. Perawatan Total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam

4. Pemeriksaan kekuatan otot


Segala aktifitas susunan saraf pusat yang dilihat, didengar dan direkam
dan yang diperiksa adalah berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuron-
neuron yang menyusun susunan neuromuskular voluntar adalah sistem yang
mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh
kemauan. Sebagian besar manifestasi kelainan saraf bermanifestasi dalam
gangguan gerak otot. Manifestasi obyektif inilah yang merupakan bukti nyata
adanya suatu kelainan atau penyakit.

LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN KASUS


MOTORIK
A. UKURAN OTOT 1 2 3
1 Mintalah klien berbaring dengan santai
Lakukanlah observasi pada semua otot
2 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi,
hipotrofi)
3 Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose,
distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni
otot
B. TONUS OTOT 1 2 3
1 Mintalah klien berbaring dengan santai.
2 Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya
berbicara.
3 Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan
bawah klien di sendi siku secara pasif, lakukan
berulang kali secara perlahan dan kemudian secara
cepat
4 Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan
dan meluruskan tangan
5 Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada
anggota gerak kanan dan kiri,
Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut,
pergelangan tangan dan kaki.

1 2 3
C. KEKUATAN OTOT
1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri
disamping kanan tempat tidur klien. Suruhlah klien
mengangkat kedua lengan ke atas sampai melewati
kepala. Nilailah kekuatan lengan dengan
membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat
dilihat bila lengan yang satu lebih berat atau lebih
lambat bergerak dibandingkan lengan yang lainnya.
2 Berikan tahanan ringan sampai berat pada lengan klien
dan nilailah besar kekuatan yang dimilki olehklien.

3 Hal yang sama dilakukan pada kedua tungkai.

4 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat :

5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan


berulang-ulang tanpa terlihat adanya
kelelahan
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar
dan dapat melawan tahan ringan dan sedang
dari pemeriksa
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat (gravitasi)
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada
otot yang bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan

0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.

5 Lakukan cuci tangan rutin


5. Pengkajian TTV

1. Tekanan darah

Tekanan darah merupakan kekuatan pemompaan darah yang dilakukan oleh jantung
untuk mengalirkan darah di dalam arteri (pembuluh darah) hingga ke seluruh tubuh.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop.

Tekanan darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik merupakan bagian atas yang menunjukkan tekanan darah di dalam arteri pada saat
jantung berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Sedangkan tekanan
diastolik menunjukkan tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung beristirahat untuk
mengisi darah dari seluruh bagian tubuh.Tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah
120/80 mmHg. Sementara pada bayi dan anak-anak, tekanan darah normal lebih rendah
daripada dewasa. 

Tekanan darah normal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas fisik, diet dan
usia. Maka untuk dapat melakukan pengukuran tekanan darah dengan tepat, sebaiknya
beristirahatlah dengan santai terlebih dahulu selama sekitar 15 menit sebelum pengukuran
dilakukan.

2. Denyut nadi

Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan jantung pada arteri.Pengukuran denyut


nadi bermanfaat untuk menentukan irama dan kekuatan nadi.

Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menggunakan stetoskop atau


menggunakan jari yang ditekankan pada nadi penderita selama 60 detik. Pengukuran denyut
nandi dapat dilakukan pada 5 jenis arteri, yaitu:

 Arteri radialis (pergelangan tangan)


 Arteri brakialis (siku)
 Arteri karotis (leher)
 Arteri poplitea (belakang lutut)
 Arteri dorsalis pedis (kaki)

Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 kali per menit, dapat disebut
juga dengan detak jantung normal. Pada bayi dan anak-anak, denyut nadi normal
cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa. Denyut nadi seseorang dapat meningkat akibat
beberapa faktor, seperti olahraga, emosi, kondisi sakit, atau mengalami cedera. Sama seperti
pengukuran tekanan darah, pengukuran denyut nadi juga sebaiknya dilakukan setelah
seseorang beristirahat terlebih dahulu.

3. Laju pernapasan

Laju pernapasan sama dengan frekuensi pernapasan. Pengukuran laju pernapasan


dilakukan dengan menghitung jumlah pengembangan dada seseorang untuk menarik napas
dalam waktu satu menit. Pengukuran laju pernapasan umumnya dilakukan pada saat istirahat.
Metode ini bertujuan untuk menilai sulit atau tidaknya seseorang bernapas. Respirasi normal
atau pernapasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali per menit. Sementara pada
bayi dan anak-anak, laju perapasan normal lebih tinggi daripada orang dewasa. Laju
pernapasan dapat mengalami peningkatan dengan olahraga, demam atau karena penyakit
paru, atau kondisi medis lainnya.

4. Suhu tubuh

Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu tubuh
dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu yang disebut dengan termometer, bisa
dilakukan melalui mulut, ketiak, dubur, telinga, dan kulit dahi.Suhu tubuh normal untuk
orang dewasa adalah 36,5- 37,5 derajat Celsius. Suhu tubuh seseorang bisa berubah-ubah,
biasanya dipengaruhi oleh aktivitas, makanan, konsumsi cairan, cuaca, dan jenis kelamin,
terutama wanita pada saat mengalami masa subur.

Anda mungkin juga menyukai