Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN HEAD INJURY


DI RUANG BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. FAUZIAH BIREUEN

OLEH :

INDAH, S.Kep
NIM : 2207901049

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
2023
A. Definisi Head Injury

Head Injury atau cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak, dan otak ( Morton,2012 ).

Menurut Perdosi, cedera kepala atau trauma kapitis merupakan trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan
gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat
temporer maupun permanen

Cedera kepala dapat bersifat terbuka ( menembus melalui dura mater ) atau
tertutup ( trauma tumpul, tanpa melalui penetrasi melalui dura ) (Corwin).

B. Etiologi

1. Kecelakaan mobil
2. Perkelahian
3. Jatuh
4. Cedera Olahraga
5. Cedera kepala terbuka disebabkan oleh peluru atau pisau

C. Klasifikasi Cedera Kepala

a. Trauma kepala terbuka


1) Fraktur basic cranii
Tanda-tanda klinis yang mungkin muncul pada fraktur basic cranii adalah:
- Battle sign (warna kehitaman dibelakang telinga)
- Hemotimpanum
- Periorbitalekimosis (pembengkakan disekitar mata)
- Otorea (keluar darah dari hidung)
- Rinorea (keluar darah dari telinga)

b. Trauma kepala tertutup


1) Kromosio serebri/gegar otak
Tanda dan gejala yang terdapat pada trauma ini adalah sebagai berikut:
- Trauma kepala ringan
- Pingsan <10 menit
- Pusing
- Amnesia retrograde
- Amnesia anterograde
- Gejala sisa
2) Kortosio serebri/memar otak
Beberapa tanda dan gejala yang dapat terlihat adalah sebagai berikut:
- Perdarahan kecil/petekie jaringan otak
- Udim serebri
- TIK meningkat
- Gejala klinis sama dengan komosio serebri namun lebih berat
- Gangguan neurologis vokal

c. Cedera Kepala berdasarkan jenisnya:

1) Hematoma epidural
Hematoma epidural adalah hematoma antara durameter dan tulang,
biasanya sumber perdarahannya adalah robeknya arteri meningea media,
dimana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak daerah inferior menuju
bagian tipis tulang temporal, hemoragi karena arteri ini menyebabkan
penekanan pada otak. Manifestasi klinis dari hematoma epidural ini adalah
biasanya menyebabkan penurunan kesadaran .

2. Hematoma subdural
Hemaroma subdural adalah hematoma antara durameter dan otak, dapat
terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena,
pendarahan lambat dan sedikit. Manifestasi klinisnya nyeri kepala, bingung,
mengantuk, berpikir lambat, kejang, edema pupil.
Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologis penting dan
serius dalam 24 sampai 48 jam setelah cedera. Gangguan neurologis disebabkan
tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak dalam foramen magnum
yang selanjutnya menyebabkan tekanan pada batang otak. Keadaan ini dengan
cepat akan menimbulkan berhentinya pernapasan dan hilangnya control atas
denyut nadi
3. Hematoma subdural kronik dapat terjadi karena cedera kepala minor dan terliat
paling sering pada lansia. Trauma merobek salah satu vena yang melewati
ruangan subdural. Terjadi pendarahan secara lambat dalam suangan subdural,
dalam 7 sampai 10 hari terjadi pendarahan, darah dikelilingi ileh membrane
fibrosa. Dengan selisih tekanan osmotic yang mampu menarik cairan kedalam
hematoma, terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma, pertambahan
ukuran hematoma dapat menyebabkan pendarahan lebih lanjut dengan merobek
membrane atau pembuluh darah disekitarnya
4. Hemoragi subaraknoid
Hemoragi subaraknoid adalah akumulasi darah dibawah membrane
araknoid tetapi diatas pia meter. ruangan ini normalnya hanya berisi cairan CSS,
hemoragi subaraknoid biasanya terjafi akibat pecahnya aneurisma intracranial,
hipertensi berat atau cedera kepala, darah yang berakumulasi diatas atau
dibawah meningens menyebabkan peningkatan tekanan di jaringan otak di
bawahnya.

D. Cedera Kepala berdasarkan berat ringannya berdasarkan GCS ( Glasgown Coma


Scale)
1) Cedera Kepala ringan
- GCS 14 – 15
- Dapat kehilangan kesadaran, tetapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
2) Cedera kepala sedang
- GCS 9-13
- Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cedera kepala berat
- GCS 3 – 8
- Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
- Terjadi fraktur

E. Patofisiologi

F. Pemeriksaan diagnostic

1. Radiograf
Dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau perdarahan atau bekuan darah yang
terjadi
2. Angiografi serebral
dapat juga digunakan dan menggambarkan adanya hematoma supratemporial,
ekstraserebral dan intraserebral
3. Pemeriksaan MRI dan CT Scan
CT-Scan atau MRI dapat dengan tepat menentukan ketak dan luas cidera

G. Penatalaksanaan
1. Observasi dan tirah baring
2. Pembedahan dan evekuasi hematoma
3. Dekompresi melalui pengeboran lubang didalam otak
4. Ventilasi mekanis (ABC) dan cairan
5. Antibiotik
6. Pemberian diuretic (furosemid) untuk menurunkan tekanan pada intrakranial dan
antiinflamasi
7. Tindakan pada peningkatan TIK (pemberian manitol)
8. Terapi untuk mempertahankan homeostatis
DAFTAR PUSTAKA

Corwin,Elisabeth J. (2009).Patofisiologi.Jakarta.EGC
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC
Irawan, Budi.2003.Pengamatan Fungsi hati Pada Penderita Penyakit
Nurarif, A H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

Anda mungkin juga menyukai