Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT CEDERA

KEPALA SEDANG DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMMAD


HASAN

Disusun oleh:

Lidiyawati (1902003)

Dosen pembimbing:

Ns. Yora Nopriani,S. Kep,. M. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM


STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER TAHUN AJARAN 2021/2022
1. DEFINISI
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
( mansjoer,2007:3).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala ( Suriadi & Rita Yuliani,2001).
Menurut Brain injury assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat kongenital atau pun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

2. ETIOLOGI
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
( mansjoer,2000:3). Penyebab cidera kepala antara lain kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, terjatuh dan cidera oleh olahraga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan
oleh peluru atau pisau ( corkrin,2001:175).
a. Cedera kepala primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari trauma:
1) Kulit : Vulnus,laserasi,hematoma subkutan, hematoma subdural.
2) Tulang : Fraktur lineal, fraktur bersih kranial,fraktur infresi ( tertutup dan
terbuka)
3) Otak : Cedera kepala primer, robekan dural,contusio(ringan, sedang,
berat),difusi laserasi.
b. Cedera kepala sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena komplikasi:
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolik
4) Kelainan saluran nafas
5) Syok

Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua:

1. Cedera kepala primer


Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acelerasi - decelerasi rotasi) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi:
1) Gegar kepala ringan
2) Memar otak
3) Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti:
1) Hipotensi sistemik
2) Hipoksia
3) Hiperkapnea
4) Udema otak
5) Komplikasi pernapasan
6) Infeksi

PENDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN

1) Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat
pecahnya pembuluh darah/ cabang - cabang arteri menigeal media yang terdapat
diduramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat
berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering
yaitu di lobus temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi:
 Penurunan tingkat kesadaran
 Nyeri kepala
 Muntah
 Hemiparesis
 Dilatasi pupil ipsilateral
 Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler
 Penurunan nadi
 Peningkatan suhu

2) Subdural Hematoma
Terpukulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik.
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah Vena/ jembatan Vena yang biasanya terdapat
diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam -
2 hari atau 2 Minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 Minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah:
 Nyeri kepala
 Bingung
 Mengantuk
 Menarik diri
 Berpikir lambat
 Kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan dijaringan otak karena pecahnya
pembuluh darah arteri : kapiler : Vena
Tanda dan gejalanya:
 Nyeri kepala
 Penurunan kesadaran
 Komplikasi pernapasan
 Hemiplegia kontra lateral
 Dilatasi pupil
 Perubahan tanda-tanda vital
3) Pendarahan Subarachnoid
Pendarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala:
 Nyeri kepala
 Penurunan kesadaran
 Hemiparase
 Dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk

3. MANIFESTASI KLINIS

a. Berdasarkan anatomis
1. Gegar otak(comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran.
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa detik/menit.
c) Sakit kepala,tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin muntah.
d) Kadang amnesia retrogard.
2. Edema cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit.
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak.
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3. Memar otak (kontusio Cerebri)
a. Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi tergantung
lokasi dan derajat.
b. Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan.
c. Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d. Penekanan batang otak
e. Penurunan kesadaran
f. Edema jaringan otak
g. Defisit neurologis
h. Herniasi
4. Leserasi
a. Hematoma Epidural.Talk dan die" tanda kelasik: penurunan kesadaran
ringan saat benturan merupakan periode lucid ( pikiran jernih). Beberapa
menit s.d beberapa jam, menyebabkan penurunan kesadaran dan defisit
neurologis ( tanda hernia ):
 Kacau mental > koma
 Gerakan bertujuan > tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
 Pupil isokhor > anisokhor
b. Hematoma subdural
 Akumulasi darah dibawah lapisan duramater diatas araxhnoid,
biasanya karena aselerasi, deselerasi,pada lansia, alkoholik
 Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti pendarahan
epidural
 Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai dengan
berbulan-bulan
 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma( akut )
 Perluasan massa lesi
 Peningkatan TIK
 Sakit kepala,lethargi,kacau mental, kejang
 Disfasia
c. Perdarahan Subarachnoid
 Nyeri kepala hebat
 kaku kuduk
b. Berdasarkan nilai GCS ( Glasgow coma scale )
1. Cidera kepala ringan ( CKR )
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/ amnesia<30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, Hematoma
2. Cidera kepala sedang ( CKS )
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang dari 24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
3. Cidera kepala berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral leserasi, atau Hematoma intracranial

4. PATOFISIOLOGI

Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit,dan tulang yang membungkusnya. Tanpa
perlindungan ini,otak yang lembut ( yang membuat kita seperti adanya ) akan mudah
sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Cedera memegang peranan yang
sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologi dari suatu
trauma kepala. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga
kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada
tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu:
1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak ( kepala tergencet )
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala diterangkan oleh
beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak, pergeseran otak dan rotasi
otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan coup. Contre
coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-orang yang
mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan
hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi
pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan.
Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada keadaan. Keadaan ini terjadi ketika
pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam bagian
depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang.
Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan. Karena pergerakan ke belakang yang
cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang tengkorak, dan
bagian depan otak menabrak tulang tengkorak bagian depan.
Menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang
secara mendadak terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan
tulang tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak
bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan
tinggi dan menekan gelembung udara tersebut.
Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang mendadak sangat berbahaya bagi
pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh
suplai darah dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila
terjadi pergerakan kepala ke depan.

5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan Hematoma intracranial,
edema seleberal progresif, dan Herniasi otak
a. Edema seleberal dan Herniasi
Edema seleberal adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien
yang mendapat cedera kepala. Puncak pembengkakan yang terjadi kira-kira 72
jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk
membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan
trauma.
b. Defisit neurologis dan psikologik
Pasien cedera dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia ( tidak
dapat mencium bau-bauan ) atau abnormalitas gerakan mata,dan defisit
neurologik seperti afasia,defek memori, dan kejang post traumatic atau
epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic
1) Infeksi sistemik ( pneumonia,ISK,sepsis )
2) Infeksi bedah neurologi ( infeksi luka,osteomielitis,
meningitis,ventikulitis,abses otak )
3) Osifikasi heterotropik ( nyeri tulang pada sendi ).
d. Komplikasi lain
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan Laboratorium khusus, tetapi untuk memonitoring kadar O2
dan CO2 dalam tubuh dilakukan pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostik
untuk menentukan status respirasi.
b) CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan pergeseran jaringan
otak
c) Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan struktur
garis ( perdarahan/edema )Fragma tulang.
d) MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras
e) Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi selebral, perdarahan
f) Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan subarahnoid.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2005.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. "Jakarta: Media Aesculapius

Brunner & Sudsart. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Carolyn M. Hudak. 2001.Critical Care Nursing: A Holistic Approach.Edisi VII Volume II. Alih
Bahasa: Monica E. D Adiyanti. Jakarta: EGC

Carpenito. L.J.1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kalaborasi.
Edisi 8 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carwin,E. J. 2002 . Handbook of Pathophysiologi. Alih bahasa: Pendit, B.U. Jakarta: EGC.

Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Planning.2007-2008. Jakarta: EGC

Price,S. A. & Wilson,L. M.2002. Pathophysiology: Clinical Concept of Disiase Processed. 4th
Edition. Alih bahasa: Anugerah, P. Jakarta:EGC.

Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta:EGC.

Smeltzer, S.C.& Bare, B. G. 2002. Brunner and suddarth's Texbook of Medical - Surgical Nursing.
8th Edition. Alih bahasa: Waluyo,A. Jakarta: EGC.

Suyono,S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai