1. Definisi
terjadi amnesia lebih dari 24 jam dengan GCS 3-8 (Morton, 1012)
2. Epidemiologi
meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80%
kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB).
dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9%
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu
inap, terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10%
hematoma epidural dengan fungsi batang otak yang masih baik. Lebih
dari 2 juta pasien dengan cedera kepala setiap tahunnya di ruang gawat
darurat AS, dan merupakan 25% dari pasien yang dirawat di rumah sakit.
setiap 5 menit. Sekitar 200.000 orang tewas atau cacat permanen setiap
puncak adalah pada orang dewasa muda antara usia 15 dan 24. Cedera
tahun. Pria tiga atau empat kali lebih sering dibanding wanita. P
yang rumit Misalnya, orang tua yang memiliki kejadian jatuh yang lebih
cedera.
3. Penyebab
a. Cedera akselerasi
b. Cedera deselerasi
Terjadi jika kepala yang bergerak membentur objek diam, seperti pada
kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan
mobil.
c. Cedera akselerasi-deselerasi
kekerasan fisik
e. Terjadi
f. Cedera rotasional
Cidera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cidera kulit
Cidera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai gegar otak, luka
terbuka dari tengkotak, disertai kerusakan otak, cidera pada otak, bisa
Trauma langsung bila kepala langsung terbuka, semua itu akibat terjadinya
Kerusakan itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak oleh
regulasi serebral dikurangi atau tidak ada pada area cidera, konsekuensinya
kapiler, serta vasodilatasi arterial, tekanan intra cranial) (Huddak & Gallo,
2000:226).
penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan otak, edema otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial yang dapat menyebabkan
menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang
lambung meningkat akibatnya timbul rasa mual dan muntah dan anoreksia
2) Edema serebri
4) Laserasi
Hematoma epidural
Hematoma subdural
1) Cidera tumpul
2) Cidera tembus
Berdasarkan anatomis
kehilangan kesadaran
detik/menit
b. Edema serebri
5) Penurunan kesadaran
7) Defisit neurologis
8) Herniasi
d. Laserasi
1) Hematoma Epidural
2) Hematoma subdural
epidural
dengan berbulan-bulan
f) Peningkatan TIK
h) Disfasia
1) GCS 13-15
1) GCS 9-12
dari 24 jam
1) GCS 3-8
yang terjadi kira kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena
pada jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku. Bergantung
kematian
gerakan mata, dan defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan
d. Fistel Karotis-Kavernosus,
e. Diabetes Incipidus,
hipernatremia.
f. Kejang Pascatrauma
resiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus
h. Meningitis Ventrikulitis
j. Perdarahan gastrointestinal
l. Kebocoran CSS
a. Peningkatan TIK
b. Hemorarghi
c. Kegagalan nafas
d. Diseksi ekstrakranial
9. Pemeriksaan penunjang
a. X Ray tengkorak
b. CT Scan
jaringan mati.
elektomagnetik.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Keadaan umum
berat/ cedera otak berat, bila GCS kurang atau sama dengan 8 dan terjadi
a. B1 (Breathing)
keadaan, hasil dari pemeriksaaan fisik dari sistem ini akan didapatkan :
1) Inspeksi
inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot – otot interkostal
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
b. B2 (Blood)
dari suatu syok. Pada beberapa keadaan lain akibat dari trauma kepala
sistem kardiovaskuler.
c. B3 (Brain)
sistem lainnya.
1) Tingkat kesadaran
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
jangka panjang
frustrasi
Saraf I
Saraf II
Saraf III, IV da VI
yang lain, maka pupil yang miosislah yang abnormal. Miosis ini
berkonstriksi.
Saraf V
gerakan menguyah
Saraf VII
Saraf VIII
Saraf XI
Saraf XII
4) Sistem motorik
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis
5) Pemeriksaan reflek
atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada klien
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
mual muntah pada fase akut. Mual dan muntah dihubungkan dengan
lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya
abdomen. Bising usus menurun atau hilang dapat terjadi pada paralitik
f. Tulang (Bone)
respirator dapat terjadi akibat penurunan aliran darah portal akibat dari
Pada klien dengan kulit gelap. Perubahan warna tersebut tidak begitu
demam dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan
11. Therapy
Penatalaksanaan Keperawatan
hiperhidrasi
Penatalaksanaan Medis
i. Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian Kegawatdaruratan :
a. Primary Survey
1) Airway dan cervical control
fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin
detik
b. Kontrol Perdarahan
4) Disability
b. Secondary Survey
1) Pengkajian
pada tipe, lokasi dan keperahan, cedera dan mungkin dipersulit oleh
a) Aktivitas/istirahat
b) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi,
takikardi.
c) Integritas Ego
d) Makanan/cairan
e) Eliminasi
f) Neurosensori
memoris.
g) Nyeri/kenyamanan
merintih.
h) Pernafasan
i) Keamanan
tubuh.
j) Interaksi social
2. Diagnose keperawatan
peningkatan TIK
6) Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan pusat pernafasan di
7) Resiko cidera
8) Resiko infeksi
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergiPilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
d. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
e. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
f. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
g. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
h. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
i. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Lingkungan :
merokok,
menghirup asap
rokok, perokok
pasif-POK,
infeksi
Fisiologis :
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia
dinding bronkus,
alergi jalan nafas,
asma.
Obstruksi jalan
nafas : spasme
jalan nafas,
sekresi tertahan,
banyaknya
mukus, adanya
jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus, adanya
eksudat di
alveolus, adanya
benda asing di
jalan nafas.
3 Resiko Setelah dilakukan Fluid Management
ketidakseimbangan asuhan keperawatan a. Timbang popok/pembalut
elektrolit b.d 2x 24 jam jika diperlukan
defisiensi volume diharapkan b. Pertahankan cairan intake
cairan kebutuhan cairan dan output yang akurat
Definisi : elektrolit pasien bias c. Monitor status hidrasi
Penurunan cairan seimbang dengan d. Monitor vital sign
intravaskuler, criteria hasil : e. Monitor masukan
interstisial, dan/atau Mempertahankan makanan
intrasellular. Ini urine output f. Kolaborasi masukan
mengarah ke sesuai dengan usia makanan/cairan dan hitung
dehidrasi, dan BB, BJ urine intake kalori harian
kehilangan cairan normal, HT g. Kolaborasi pemberian
dengan pengeluaran normal cairan IV
sodium Tekanan darah, h. Berikan pengganti
nadi, suhu tubuh nasogatrik sesuai output
Batasan dalam batas i. Atur kemungkinan tranfusi
Karakteristik : normal
Kelemahan Tidak ada tanda Hypovolemia management
Haus tanda dehidrasi, a. Monitor status cairan
Penurunan turgor Elastisitas turgor temasuk intake dan output
kulit/lidah kulit baik, b. Pelihara IV line
Membran membran mukosa c. Monitor tingkat HB dan
mukosa/kulit lembab, tidak ada hematokrit
kering rasa haus yang d. Monitor TTV
Peningkatan berlebihan e. Minitor respon pasien
denyut nadi, terhadap penambahan
penurunan cairan
tekanan darah, f. Monitor berat badan
penurunan
volume/tekanan
nadi
Pengisian vena
menurun
Perubahan status
mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur
tubuh meningkat
Hematokrit
meninggi
Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada
third spacing)
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
Kehilangan
volume cairan
secara aktif
Kegagalan
mekanisme
pengaturan
4 Resiko Setelah dilakukan Newborn Care
ketidakseimbangan tindakan a. Pengaturan suhu :
suhu tubuh b.d keperawatan selama mencapai dan atau
trauma yang 3 x 24 jam mempertahankan suhu
mempengaruhi diharapkan suhu tubuh dalam range normal
pengaturan suhu tubuh pasien bias b. Pantau suhusampai stabil
stabil dengan criteria c. Pantau tekanan darah,
hasil : nadi, dan pernafasan
Suhu kulit normal dengan tepat
Suhu badan 36-37 d. Pantau warna dan suhu
C kuilt
TTV dalam batas e. Pantau dan laporkan tanda
normal dan gejala hipotermi dan
Hidrasi adekuat hipertemi.
Tidak hanya f. Tingkatkan keadekuatan
menggigil masukan cairan dan nurtisi
Gula darah DBN g. Tempatkan bayi baru lahir
Keseimbangan pada ruangan isolasi atau
asam basa DBN bawah pemanas
Bilirubin DBN h. Gunakan matras panas dan
selimut hangat yang
disesuaikan dengan
kebutuhan.
i. Berikan pengobatan
dengan tepat untuk
mencegah atau control
menggigil
j. Gunakan matras sejuk dan
mandi dengan air hangat
untuk menyesuaikan
dengan suhu tubuh dengan
tepat
Temperature regulation
(pengaturan suhu)
a. Monitor suhu minimal tiap
2 jam
b. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
c. Monitor TD, nadi, dan RR
d. Monitor warna dan suhu
kulit
e. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
f. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
g. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
h. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
i. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dan
kedinginan
j. Beritahu tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
k. Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
l. Berikan anti piretik jika
perlu
Temperature regulation :
Intraoperative
a. Mempertahankan suhu
tubuh interaoperatif yang
diharapkan
b. Atur kemungkinan
tranfusi
c. Persiapan untuk tranfusi
Fluid Monitoring
a. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan
dan eliminasi
b. Tentukan kemungkinan
faktor resiko dan ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll)
c. Monitor berat badan
d. Monitor serum dan
elektrolit urine
e. Monitor serum dan
osmilalitas urine\
f. Monitor BP < HR, dan
RR\
g. Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama jantung
h. Monitor parameter
hemodinamik infasif
i. Catat secara akutar
intake dan output
j. Monitor membrari
mukosa dan turgor kulit,
serta rasa haus
k. Catat monitor warna,
jumlah dan
l. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan
BB
m. Monitor tanda dan gejala
dan odema
n. Beri cairan sesuai
keperluan
o. Kolaborasi pemberian
obat yang dapat
meningkatkan output
urin
p. Lakukan hemodialisis
bila perlu dan catat
respons pasien
Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
b. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
d. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari
nadi
g. Monitor adanya pulsus
paradoksus
h. Monitor adanya pulsus
alterans
i. Monitor jumlah dan
irama jantung
j. Monitor bunyi jantung
k. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
l. Monitor suara paru
m. Monitor pola pernapasan
abnormal
n. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
o. Monitor sianosis perifer
p. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
q. Identifikasi penyebab
dan perubahan vital sign
5 Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC :
perfusi jaringan asuhan keperawatan Intrakranial Pressure (ICP)
cerebral b.d edema 3 x 24 jam Monitoring (Monitor
serebral, diharapkan klien tekanan intrakranial)
peningkatan TIK menunjukan status a. Berikan informasi kepada
Definisi : beresiko sirkulasi dan tissue keluarga
mengalami perfusion cerebral b. Set alarm Monitor tekanan
penurunan sirkulasi membaik dengan perfusi serebral
jaringan otak yang KH: c. Catat respon pasien
dapat mengganggu TD dalam rentang terhadap stimuli
kesehatan. normal (120/80 d. Monitor tekanan
Batasan mmHg) intrakranial pasien dan
karakteristik : Tidak ada tanda respon neurology terhadap
- trauma kepala peningkatan TIK aktivitas
- embolisme Klien mampu e. Monitor jumlah drainage
neoplasma otak bicara dengan cairan serebrospinal
jelas, f. Monitor intake dan output
menunjukkan cairan
konsentrasi, g. Restrain pasien jika perlu
perhatian dan h. Monitor suhu dan angka
orientasi baik WBC
Fungsi sensori i. Kolaborasi pemberian
motorik cranial antibiotik
utuh : kesadaran j. Posisikan pasien pada
membaik (GCS posisi semifowler
15, tidak ada k. Minimalkan stimuli dari
gerakan lingkungan
involunter)
Peripheral Sensation
Management (Manajemen
sensasi perifer)
a. Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
b. Monitor adanya paretese
c. instruksikan keluarga
untuk mengobservasi kulit
jika ada lsi atau laserasi
d. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f. Monitor kemampuan BAB
g. Kolaborasi pemberian
analgetik
h. Monitor adanya
tromboplebitis
i. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi
6 Pola nafas tidak Setelah dilakukan a. Kaji status pernafasan
efektif b.d asuhan keperawatan klien
gangguan/kerusakan …. jam klien b. Kaji penyebab
pusat pernafasan di menunjukan pola ketidakefektifan pola
medula nafas yang efektif nafas
oblongata/cedera dengan KH: c. Beri posisi head up 35-45
jaringan otak Pernafasan 16- derajat
20x/menit, teratur d. Monitor perubahan
suara nafas bersih tingkat kesadaran, status
pernafasan mental, dan peningkatan
vesikuler TIK
Saturasi O2 ≥ 95% e. Beri oksigen sesuai
anjuran medic
f. Kolaborasi dokter untuk
terapi, tindakan dan
pemeriksaan
7 Risiko cidera NOC : NIC :
Definisi : beresiko Risk control Environment management
mengalami cedera Kriteria hasil (manajemen lingkungan)
sebagai akibat Klien terbebas
kondisi lingkungan dari cedera a. Sediakan lingkungan yang
yang berinteraksi Klien mampu aman untuk pasien
dengan sumber menjelaskan b. Identifikasi kebutuhan
adaptif dan sumber cara metode keamanan pasien, sesuai
defensif individu untuk mencegah dengan kondisi fisik dan
faktor resiko : injury/cedera fungsi kognitif pasien dan
Eksternal Klien mampu riwayat penyakit terdahulu
- Biologis menjelaskan pasien
(tingkat factor resiko c. Menghindarkan
imunisasi dari lingkungan yang
komunitas, lingkungan/peril berbahaya
mikroorganism aku personal d. Memasang side rail tempat
e) Menggunakan tidur
- Zat kimia fasiitas e. Menganjurkan keluarga
(racun, polutan, kesehatan yang untuk menemani pasien .
obat, alcohol, ada
nikotin)
Internal
- Profil darah
yang abnormal
- Disfungsi
biokimia
- Disfungsi
sensorik
8 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Immune Status Infection Control (Kontrol
Peningkatan resiko Knowledge : infeksi)
masuknya Infection control
organisme patogen Risk control a. Bersihkan lingkungan
Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor Klien bebas dari b. Pertahankan teknik isolasi
resiko: tanda dan gejala c. Batasi pengunjung bila
Prosedur Infasif infeksi perlu
Ketidakcukupan Mendeskripsikan d. Instruksikan pada
pengetahuan proses penularan pengunjung untuk
untuk penyakit, factor mencuci tangan saat
menghindari yang berkunjung dan setelah
paparan patogen mempengaruhi berkunjung meninggalkan
Trauma penularan serta pasien
Kerusakan penatalaksanaann e. Gunakan sabun
jaringan dan ya, antimikrobia untuk cuci
peningkatan Menunjukkan tangan
paparan kemampuan untuk f. Cuci tangan setiap
lingkungan mencegah sebelum dan sesudah
Ruptur membran timbulnya infeksi tindakan kperawtan
amnion Jumlah leukosit g. Gunakan baju, sarung
Agen farmasi dalam batas tangan sebagai alat
(imunosupresa) normal pelindung
Malnutrisi Menunjukkan h. Pertahankan lingkungan
Peningkatan perilaku hidup aseptik selama
paparan sehat pemasangan alat
lingkungan i. Ganti letak IV perifer dan
patogen line central dan dressing
Imonusupresi sesuai dengan petunjuk
umum
Ketidakadekuatan
j. Gunakan kateter
imum buatan
intermiten untuk
Tidak adekuat
menurunkan infeksi
pertahanan
kandung kencing
sekunder
k. Tingktkan intake nutrisi
(penurunan Hb,
l. Berikan terapi antibiotik
Leukopenia,
bila perlu
penekanan respon
inflamasi)
Tidak adekuat Infection Protection
pertahanan tubuh (proteksi terhadap infeksi)
primer (kulit tidak
utuh, trauma a. Monitor tanda dan gejala
jaringan, infeksi sistemik dan lokal
penurunan kerja b. Monitor hitung granulosit,
silia, cairan tubuh WBC
statis, perubahan c. Monitor kerentanan
sekresi pH, terhadap infeksi
perubahan d. Batasi pengunjung
peristaltik) e. Saring pengunjung
Penyakit kronik terhadap penyakit menular
f. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi
k/p
h. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
j. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
k. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Ajarkan cara menghindari
infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif
4. Implementasi
5. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Nyeri acut b.d agen injury Klien melaporkan nyeri berkurang dg
scala nyeri 2-3
Ekspresi wajah tenang
klien dapat istirahat dan tidur
TTV dalam batas normal
2 Ketidakefektifan bersihan Menunjukan jalan nafas yang paten
jalan nafas Mampu mengidentifikasi dan
mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Mendemonstrasikann batuk efektif
dan suara nafas yang bersih
EGC
Hudak dan Gallo. 2000. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II.
Soeparman. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
OLEH :
17.901.1834
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DENPASAR
2018