PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan biasa disebut juga dengan perilaku yang bersifat
agresif yang menimbulkan suatu perilaku kasar atau kata-kata yang
menggambarkan perilaku permusuhan, mengamuk dan potensi untuk merusak
secara fisik yang dapat menimbulkan kerusakan dan membahayakan baik
bagi diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. (Asad & Soetjipto, 2000)
Masalah yang ditimbulkan dari perilaku kekerasan ini selain merusak
dirinya sendiri, juga merusak orang lain dan lingkungan, contoh dari merusak
orang lain, misalnya memukuli orang lain, menciderai orang lain dan
memandang tajam orang tersebut seperti memandang orang tersebut sebagai
musuh terbesarnya, kemudian contoh dari lingkungan, misalnya merusak dan
mengotori lingkungan tersebut juga termasuk dalam perilaku kekerasan.
(Asad & Soetjipto, 2000)
Klien yang biasa datang ke unit psiakatri, biasanya datang dalam
keadaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Selama masa-masa stress
klien, sering terjadi perilaku agresif dan melukai. Oleh karena itu, peran
perawat sangatlah penting dalam melakukan pencegahan dan penanganan
perilaku kekerasan, dikarenakan perawat lebih banyak menghabiskan
waktunya bersama klien dibanding dengan profesi lain. Namun hal ini lebih
beresiko pula pada perawat untuk menjadi korban dari perilaku klien. Karena
alasan tersebut, maka kita sebagai calon perawat, harus dapat mengkaji klien
dengan beresiko perilaku kekerasan dan mengintervensinya secara efektif.
Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat dkk, 1999).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa
mampu
memahami
konsep
dasar
dan
asuhan
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku Kekerasan adalah kegiatan intens, kasar, atau membahayakan
terhadap orang lain atau lingkungan dapat berakibat cedera atau kerusakan
(kamus collind, (2003) dalam Stuart and Laraia 2005)
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap dirinya,
orang lain, maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen (1995) dalam buku Ade
Herman 2011. Hal 131) .
Suatu keadaan dimanana individu mengalami perilaku yang dapat
melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau oarang lain (Towsend
(1998) dalam buku Ade Herman 2011. Hal 131) .
Suatu kedaan dimana klien mengalami
perilaku
yang
dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barangbarang (Maramis (1998) dalam buku Ade Herman 2011. Hal 131) .
2. Proses terjadinya masalah
Menurut Townsend (1996) dalam Nita Fitria. (2011) .proses terjadinya
masalah dalam prilaku kekerasan meliputi faktor predisposisi, Faktor
presipitasi, Sumber Koping, Mekanisme koping, dan Rentang respon
a. Faktor predisposisi
Menurut Townsend (1996) dalam Nita Fitria. (2011), dan Stuart &
Sunden (2005), terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
faktor predisposisi prilaku kekerasan diantaranya sebagai berikut :
1) Biologik
Berdasarkan teori biologik ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut :
a) Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat
perilaku
agresif
dan
tindak
kekerasan
merupakan
agresif
sesuai
dengan
respon
yang
dipelajarinya.
anaknya
dan
tahap
perkembangan,
atau
perubahan
tahap
perkembangan keluarga.
c. Sumber Koping
Menurut Stuart & Laraia (2005, hal : 68), sumber koping dapat
berupa aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik defensif,
dukungan sosial, dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini. Sumber
koping lainnya termasuk kesehatan dan energi, dukungan spiritual,
keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial,
sumber daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai
dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal
yang paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk
kemampuan untuk mencari informasi, mengidentifikasi masalah,
menimbang alternatif, dan melaksanakan rencana tindakan. keterampilan
kemungkinan
untuk
mendapatkan
kerjasama
dan
dukungan dari orang lain, dan memberikan kontrol sosial individu yang
lebih besar. akhirnya, aset materi berupa barang dan jasa yang bisa dibeli
dengan uang. Sumber koping sangat meningkatkan pilihan seseorang
mengatasi di hampir semua situasi stres. Pengetahuan dan kecerdasan
yang lain dalam menghadapi sumber daya yang memungkinkan orang
untuk melihat cara yang berbeda dalam menghadapi stres. Akhirnya,
sumber koping juga termasuk kekuatan ego untuk mengidentifikasi
jaringan sosial, stabilitas budaya, orientasi pencegahan kesehatan dan
konstitusional.
d. Mekanisme koping
Menurut
Nita
Fitria.
(2011).
Hal
145,
perawat
perlu
sublimasi,
yang
menyakitkan
atau
10
e. Rentang respon
Berikut ini adalah skema Rentang Respon yang terjadi pada prilaku
kekerasan dari adaptif ke mal adaptif
Respon Adaptif
Asertif
Respon Maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
Skema 2.1 rentang respon prilaku kekerasan
11
perilaku
kekerasan
yang
berkaitan
dengan
12
pertumbuhan
13
kepribadian
secara
positif
14
ASI
dapat
menentukan
masalah
ketergantungan
dan
jengkel,
tidak
berdaya,
bermusuhan,
(5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan
sarkasme
(6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik
pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain,
tidak peduli dan kasar.
(7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
dan sindiran.
(8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, dan penyimpangan seksual.
d) Menurut Iyus Yosep. 2011, perawat perlu memahami dan
membedakan berbagai perilaku yang ditampilkan klien. Hal ini
dapat dianalisa dari perbandingan berikut :
Aspek
Pasif
Isi
Negatif,
pembicaraan
merendahkan
Asertif
Positif
diri, merendahkan
misalnya :
saya
Menyombongkan diri,
diri, menawarkan
misalnya :
Bisakah
Agresif
anda
melakukannya ?
Saya
lain, misalnya :
mampu,
Kamu
pasti
kamu
bisa,
selalu
Lambat, mengeluh.
Sedang.
Keras ngotot.
Posisi badan
Menundukkan
Kaku,
kepala
condong
kedepan.
Menjaga
jarak Mempertahankan
dengan
sikap jarak
mengabaikan .
Penampilan
tidak
Tekanan suara
Jarak
orang
nyaman.
16
Siap
dengan
jarak
posisi
Kontak mata
tenang.
menyerang.
tidak.
2) Pohon masalah
Menurut Stuart dan Sudden (1997, dalam buku Iyus Yosep.
2011, hal : 250) menindentifikasi pohon masalah perilaku
kekerasan sebagai berikut :
17
(2) Pasien
dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku
kekerasan
(3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
dapat dilakukannya
(4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukannya
(5) Pasien
dapat
menyebutkan
cara
mencegah
atau
b) Tindakan keperawatan
(1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya, pasien harus
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat. Dengan cara :
(a)
(b)
(c)
(d)
18
19
BAB II
STUDI KASUS
Klien ibu F 43, tahun masuk rsj dengan alasan mengamuk, membanting
barang-barang, gelisah tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi berjam-jam (3
jam). Sudah 3 kali dirawat dengan alasan yang sama yaitu mengamuk.
20
A. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
: Ny. F
: 25 Tahun
: Perempuan
: Islam
: Jln. Panglima Aim
21
Pekerjaan
Pendidikan
No RM
Penanggung Jawab
B. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Pasien :
Klien mengancam
Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
Klien mengatakan demam dan jengkel
Klien mengatakan ingin berkelahi
Klien menyalahkan dan menuntut
Klien meremehkan
Keluarga :
Data objektif :
Pasien :
muka klien tampak merah
tangannya mengepal saat menceritakan suaminya
bicara kasar
mengumpat dengan kata-kata kotor dan suara keras
melempar benda yang ada di sekitarnya
cerewet.
Keluarga :
22
2. Diagnosa keperawatan :
a. Kekerasan, resiko tinggi
b. Koping individu tidak efektif
c. Harga diri rendah kronis
d. Intoleransi aktivitas
e. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
f. Koping keluarga tidak efektif : ketidak mampuan keluarga
merawat klien dirumah
3. Tindakan
Pasien
Keluarga
23
C. Strategi Pelaksanaan
SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
penyebab marah, tanda dan gejala yang di rasakan, prilaku kekerasan yang
dilakukan,akibat, dan cara mengendalikan prilaku kekerasan dengan cara
fisik pertama (latihan nafas dalam)
1. Orientasi
Assalamualaikum selamat pagi ibu, (perawat tersenyum) perkenalkan
nama saya suster Fadillah saya biasa dipanggil dengan suster dilla,
saya perawat yang dinas di sini dari pukul 7 pagi sampai jam 2 siang,
saya yang akan merawat ibu selama ibu berada di sini, apakah benar
ini ibu Fatimah, ibu senangnya dipanggil ibu apa?
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu ima hari ini? Kalau saya boleh tahu, Ibu ima
sudah berapa lama disini?, Apakah ibu ima ingat siapa yang membawa
24
ibu kemari? Kalau saya lihat ibu ima tampak kesal ya, apa yang
membuat ibu ima kesal?
3. Kontrak waktu
Ibu ima, bagaimana kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang hal-hal
yang membuat ibu marah atau kesal, gak lama kok bu sekitar 15 menit
aja kok, ibu maunya kita bicara disini atau ditempat lain misalnya
ditaman ?
4. Tahap kerja
Nah, sekarang coba ibu ima ceritakan apa yang membuat ibu ima
sangat kesal dan membuat ibu ima marah?
Oh gitu ya bu, sebenarnya yang membuat ibu kesal karena mengingat
suami atau ada hal-hal lain? (fasilitasi saat klien mengeluarkan semua
perasaannya). kalau ibu marah biasanya apa yang ibu lakukan?.
Setelah melakukan hal itu apa yang ibu rasakan? Menurut ibu apa
dampak yang terjadi setelah ibu melakukan hal itu. (berikan edukasi
tentang dampak yang telah ibu lakukan)
Jadi, Bagaimana kalau kita belajar mengatasi marah ibu ima, agar
tidak menimbulkan dampak negative, disini saya punya 4 cara yang
bisa mengatasi marah ibu yaitu :
a. Tarik nafas dalam, agar ibu lebih rileks
b. Memukul bantal supaya ibu bisa melampiaskan marah ibu dengan
objek bantal
c. Ibu bercerita dengan orang yang ibu percaya agar terasa lebih lega
d. Spiritual , yakni dengan mendekatkan diri kepada allah, agar hati
ibu lebih tenang
e. Minum obat penenang, agar ibu merasa tenang
dari ke 5 cara tersebut mana yang ingin ibu lakukan?
Oh tarik nafas dalam ya bu?
begini bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu imah rasakan,
ibu berdiri, lalu tarik nafas dalam dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan / tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus... tahan dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, ibu ima sudah bisa
melakukannnya. Bagaimana perasaannya inu ?
25
Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu ima sudah biasa
melakukannya.
5. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana ibu perasaan ibu sekarang, apakah udah terasa lega
ibu?
ya, saya juga lihat ibu juga sekarang sudah tampak rilek.
b. Tindak lanjut :
Nah, bagaimana kalau latihan ini kita masukkan kedalam kegiatan
sehari-hari ibu, terus ibu maunya kita latihan ini setiap hari dan pada
jam berapa?
Kalau ibu marah, ibu bisa melakukan teknik ini untuk melampiaskan
kemarahan ibu,,
c. Kontrak lanjut
Nah, tindakan yang kita lakukan tadi itu merupakan salah satu
tindakan teknik mengatasi marah, bagsimana kalau nanti siang
sekitar jam 2 siang, kita mempelajari teknik napas dalam, agar ibu
bisa melakukannya setiap ibu marah.
Tempatnya disini saja ya ibu?
Ok ibu, saya permisi dulu ya ibu, dan kita akan bertemu lagi nanti
siang ya bu,, selamat pagi ibu, assalamualaikum ibu
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap
dirinya, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan timbul karena
adanya campuran perasaan frustasi dan benci atau marah yang bersatu
dalam suatu
perawat
ataupun
tenaga
kesehatan
lain
hendaknya
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok mengambil saran
dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran
adalah sebagai berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya memberikan pelayanan kesehatan
yang baik dan membuat suasana lingkungan menjadi lebih nyaman
agar klien tidak melakukan perilaku kekerasan kepada pihak rumah
sakit beserta petugas lainnya. Usahakan memberikan saran, nasehat
dan motivasi kepada klien agar klien
28
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti
baik secara teoritis maupun praktek tentang perilaku kekerasan agar
dapat memberikan nasehat, motivasi, dorongan dan memantau ketat
pada klien yang melakukan perilaku kekerasan agar tidak terjadi halhal yang membahayakan klien sendiri ataupun orang lain dan
memberikan dorongan serta support positif kepada keluarga yang
mungkin mengalami stress, cemas, dan takut akan kondisi klien dan
tindakan yang dilakukan klien.
3. Untuk Keluarga
Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan
dilakukan oleh klien yang melakukan perilaku kekerasan, maka
sebagai orang terdekat / keluarga harus memberikan motivasi dan
nasehat
agar
pasien
dapat
mengontrol
marah,
frustasi
dan
kekerasannya.
DAFTAR PUSTAKA
29
Fitria Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Willy, Maramis F & Albert Maramis A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya : Airlangga University Press
Herman, Ade. 2011. Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta :
Nuhamedika
30