Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Menurut laporan Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) (12/12/2007), sebagian besar
bencana alam yang terjadi di dunia sepanjang 2007 merupakan dampak dari pemanasan global.
Setiap tahun, jumlah bencana alam naik hampir 20 persen dari tahun sebelumnya. Hingga 10
Oktober 2007, Federasi telah mencatat ada 410 bencana dan 56 persen dari jumlah itu
disebabkan oleh perubahan cuaca atau iklim. Pada 2006, IFRC mencatat 427 bencana alam.
Angka tersebut meningkat sebesar 70 persen dalam dua tahun sejak 2004. Selama 10 tahun
terakhir, jumlah bencana alam meningkat 40 persen dari dekade sebelumnya. Sedangkan angka
kematian yang disebabkan oleh bencana alam meningkat dua kali lipat menjadi 1,2 juta orang
dari 600.000 pada dekade sebelumnya. Jumlah korban bencana alam juga meningkat setiap
tahun. Tahun 2007, 270 juta orang menjadi korban bencana alam sedangkan tahun sebelumnya
230 orang (Suara Pembaruan, 2007).
Hingga pertengahan tahun 2013, BNPB mencatat terjadi bencana sebanyak 632 kejadian.
Dalam 6 bulan tersebut, bencana di dominasi oleh banjir, tanah longsor, dan puting beliung,
sedangakan jumlah bencana lainnya tidak sampai 10 % dari total seluruh kejadian. Selama 3
bulan pertama, puting beliung selalu menjadi bencana yang paling sering terjadi, sedangkan pada
3 bulan berikutnya digantikan oleh banjir. Korban meninggal dan hilang mencapai 380 jiwa
sedangkan korban yang menderita dan mengungsi lebih dari 570 ribu jiwa, kerusakan bangunan
akibat bencana mencapai lebih dari 33 ribu unit. (BNPB, 2013).
Alam Indonesia memang mengalami pengrusakan, ditambah dengan dampak posisi
negara kita yang rentan dengan perubahan iklim dunia, maka jadilah bencana terjadi di manamana di wilayah Indonesia sepanjang tahun. Namun, upaya adaptasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan
bancana minim kita rasakan. Seperti kejadian gempa Kebumen (25/01/14), masyarakat masih
saja kalut dan keluar rumah atau tempat umum berdesak-desakan.
Dilihat dari dana upaya adaptasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana pun kurang.
Anggaran penanggulangan bencana setiap tahunnya berkisar 1 triliun rupiah. Coba bandingkan
dengan taksiran kerugian beberapa bencana nasional: Tsunami Aceh 39 Triliun, gempa
Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Triliun, banjir Jakarta 4,8 Triliun, gempa Padang 21,6 Triliun,
dan Erupsi Merapi 3,65 Triliun. Kita bandingkan lagi dengan biaya tanggap darurat bencana
yang terjadi bulan ini: Manado 5 Milyar, Sinabung untuk pemulihan pertanian sebesar 63,5
Milyar, DKI Jakarta untuk penanganan banjir 3,5 Triliun, dan bencana banjir Pantura 800 Juta
rupiah (sumber kompas, 25/01/14).
Badan penanggulangan bencana daerah kota Samarinda, mencatat sebanyak 157 rumah
warga di kota itu terendam banjir di duga akibat luapan kolam penampungan air 2 perusahaan
tambang batu bara. Rumah- rumah tersebut berada di kawasan Pelita tujuh kecamatan Samarinda
Ilir, kota Samarinda. Selain mengenangi rumah warga, banjir tersebut juga menyebabkan

kerusakan sejumlah harta benda milik warga khususnya barang elektronik. (ANTARA Kaltim,
2014).
Oleh karena itu di perlukan penanggulangan yang tepat untuk mencagah bencana alam,
misalnya dengan membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air,
sehingga menyebabkan terjadinya banjir, Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan
yang gundul akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus air
tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus tanah. Hal ini juga dapat
menyebabkan tanah longsor, membuat waduk (dam) yang berfungsi sebagai persediaan air di
musim kemarau. Selain itu waduk dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan, reboisasi
atau penghijauan kembali daerah-daerah yang sudah gundul agar tanah lebih mudah menyerap
air pada musim penghujan dan sebagai penyimpanan cadangan air pada musim kemarau,
sosialisasi potensi gempa di wilayah yang rawan gempa, mengembangkan bangunan yang relatif
tahan gempa, dengan memperkuat atau memperdalam fondasi bangunan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bencana adalah kejadian yang mendadak atau tidak diperkirakan yang mengakibatkan rumah
sakit dan sarana masyarakat lainnya mengalami kerusakan dan fungsinya terganggu. Bencana
dapat disebabkan oleh kebakaran, cuaca atau iklim, misalnya: gempa bumi, angin rebut, dan
ternado, ledakan, aktifitas teroris, radiasi atau tumpahan zat kimia. Bencana dapat terjadi karena
kesalahan manusia yang mencakup kecelakaan lalu lintas,kecelakaan pesawat udara, bangunan
runtuh, atau kejadian serupa lainnya.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi, Bencana adalah peristiwa/kejadian
pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna
sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana ( disaster ) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.
B. Kategori Bencana Dan Korbannya
Keadaan bencana dapat digolongkan berdasarkan jumlah korban yang mencakup:
1.Mass patient incident (jumlah korban yang datang ke UGD kurang dari 10 orang).
2.Multiple cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD antara 10 dan 100 orang).
3.Mass cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD lebih dari 100 orang)
C. Fase Bencana
1.Pra-dampak: dimulai sejak awitan bencana, jika kejadian ini sudah diketahui terlebih dahulu.
Fase pra-dampak didefinisikan sebagai periode yang pada saat itu kita mengantisipasi dan
diperingatkan
2.Dampak : periode selama bencana terjadi, berlanjut hingga dimulainya fase paska dampak.
Fase ini juga dikenal sebagai penyelamatan. Pada saat ini pengkajian penting harus dilakukan
yaitu mengevaluasi besarnya kerugian, identifikasi sumber daya yang ada, dan merencanakan
penyelamatan korban. Fase ini bisa berlangsung singkat.

3.Pasca-dampak: disebut fase pemulihan. Selama fase ini, besarnya kerugian sudah dievaluasi
dan penyelamatan korban telah selesai dilaksanakan, kerusakn lebih lanjut sudah diminimalka.
Fase ini dapat menjadi fase yang paling lama.
D. Dampak Bencana Alam
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan
lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas social, dampak dalam bidang
sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunikasi,
sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.
E. Prinsip-Prinsip Dalam Penatalaksanaan Bencana
Ada 8 prinsip penatalaksanaan bencana, yaitu:
1.Mencegah berulangnya kejadian.
2.Meminimalkan jumlah korban
3.Mencegah korban selanjutnya.
4.Menyelamatkan korban yang cedera
5.Memberikan pertolongan pertama.
6.Mengevakuasi korban yang cidera.
7.Memberikan perawatan definitive.
8.Memperlancar rekonstruksi atau pemulihan.
F. Mencegah Kematian Pada Korban Bencana
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota
masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada
penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin
terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1.Penanggulangan penderita ditempat kejadian
2.Transpotasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih
memadai
3.Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita
gawat darurat
4.Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli
5.Upaya penanggulangan pendereita gawat darurat ditempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan
ICU)

6.Upaya pembiayaan penderita gawat darurat


G. Komponen Yang Disiapkan Dalam Menghadapi Bencana
1.Persiapan masyarakat, triase lapangan, persiapan Rumah Sakit, dan persiapan UGD.
Perencanaan menghadapi bencana akan mencakup banyak sumber daya:
a.Pejabat polisi, pemadam kebakaran, pertahanan sipil, pamong praja terutama yang terlibat
dalam penanganan bencana dan bahan berbahaya.
b.Harus sering dilatih dan di evaluasi.
c.Memperhitungkan gangguan komunikasi, misalnya karena jaringan telepon rusak atau sibuk.
d.Mempunyai pusat penyimpanan perbekalan, tergantung dari jenis bencana yang di duga dapat
terjadi.
e.Mencakup semua aspek pelayanan kesehatan dari pertolongan pertama sampai terapi definitif.
f.Mempersiapkan transportasi penderita apabila kemampuan local terbatas.
g.Memperhitungkan penderita yang sudah di rawat untuk kemudian di rujuk karena masalah lain.
2.Perencanaan Pada Tingkat Rumah Sakit. Perencanaan bencana rumah sakit harus mulai
dilaksanakan meliputi:
a.Pemberitahuan kepada semua petugas.
b.Kesiapan daerah triase dan terapi.
c.Klasifikasi penderita yang sudah di rawat, untuk penentuan sumber daya.
d.Pemeriksaan perbekalan(darah, cairan IV, medikasi) dan bahan lain(makanan, air, listrik,
komunikasi) yang mutlak di perlukan rumah sakit.
e.Persiapan dekontaminasi(bila diperlukan).
f.Persiapan masalah keamanan.
g.Persiapan pembentukan pusat hubungan masyarakat.
H.Prinsip umum dalam penanganan bencana
a.Cepat dan tepat
-Triage
-Diagnosa Keperawatan
-Tindakan keperawatan
-Evaluasi yang berkelanjutan
Pelayanan utama: penyelamatan hidup dan stabilisasi

Monitoring kondisi pasien setiap sesuai kondisi


Alat kesehatan penyelamat hidup harus selalu siap pakai dan sesuai
Jaga keamanan diri perawat dan pasien
Informasi dan pendidikan kesehatan: cepat, tepat, dan mudah dimengerti
System dokumentasi: mudah, cepat, dan tepat digunakan
Tetap menjaga aspek etik dan legal keperawatan.
I.Permasalahan Dalam Penanggulangan Bencana
Secara umum, masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah di daerah memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut ini.
oKurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya (hazard)
oSikap atau perilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA (vulnerability)
oKurangnya informasi atau peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
oKetidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Ketika bahaya dan kerntanan tadi dipicu dengan adanya fenomena alam maupun buatan manusia
(gempa, tsunami, banjir, lumour lapindo, dan sebagainya), maka timbul masalah beruntun,
meliputi korban jiwa dan luka, pengungsi, kerusakan infrastruktur, dan terputusnya pelayanan
public. Sebagaian besar masalah ini pada akhirnya merupakan masalah social dan masalalh
kesehatan.
J.Triase Lapangan
Triase lapangan merupakan proses memilih atau mengkaji korban bencana berdasarkan
beratnya cidera dan besarnya kemungkinankorban untuk diselamatkan dengan tindakan
medis.
Dua Macam Kategori Triase Lapangan
Klasifikasi

Triase

Konvensional

Nato

Klasifikasi Triase dengan Kode Warna

T1. Pembedahan segera: untuk Merah/darurat: prioritas 1: pasien kritis


menyelamatkan jiwa atau anggota yang dapat hidup dengan intervensi, tidak
tubuh.
Kualitas

Waktu operasi minimal. memerlukan personil dan sumber daya


keberhasilan

hidup dalam jumlah yang berarti.

diharapkan baik

T2.

Ditunda:

memakan
korban

banyak
tidak

penundaan
keadaan

pembedahan Kuning/urgen:
waktu.

terancam

operasi

korban,

prioritas

2:

korban

Jiwa mempunnyai kemungkinan tetap hidup


olen dan

kondisinya

stabilisasi beberapa

jam

tetap
dengan

stabil

selama

dilakukannya

meminimalkan tindakan stabilisasi.

efek penundaan.

T3.

Minimal:

ditangani

oleh

cidera

ringan

staf

dengan

pekatihan minimal.

Hijau/non urgensi: prioritas 3: cidera


ringan yang dapat diatasi oleh petugas
dengan pelatihan minimal dan dapat
menunggu sampai korban cidera lainnya
selesai ditangani.

T4. Ekspektan: cidera serius dan


multiple.

Penanganan

kompleks

dan memakan waktu. Penangan


memerlukan banyak personil dan
sumber daya.

Biru/urgensi bervariasi: prioritas 2/3:


korban

dengan

cidera

berat

yang

diperkirakan tidak akan bertahan hidup


kecuali bila dilakukan tindakan dengan
segera.

Korban ini akan menuntut sumber daya


terlalu banyak yang seharusnya dapat
menyelamatkan pasien lain yang dapat
bertahan hidup dan mungkin menempati

prioritas terendah bila sumber daya yang


ada terbatas. Warna biru kadang-kadang
digunakan untuk menggantikan warna
hitam karena banyak petugas mengalami
kesulitan
kedalam

dalam

menempati

kategori

pasien

korban
yang

memerlukan terapi paliatif saja.


Hitam/ekspektan: tidak terdapat prioritas
yang nyata. Korban menderita cidera
hebat dengan kecil kemungkianan untuk
hidup atau koraban sudah meninggal.
Prioritas yang harus dilkaukan hanyalah
tindakan untuk memberikan kenyamanan
kepada orang yang sedang berada dalam
proses kematian.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.Pengkajian kesadaran
Pengkajian kesadaran: AVPU
Alert/sadar lingkungan
Verbal/menjawab pertanyaan
Pain/nyeri
Unresponsive/tidak bereaksi
b.Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial dari kondisi life
threatening
a.Airway : ( bebasnya jalan nafas ) dengan control servical
Kaji :
Periksa apakah masih bernapas dengan membuka jalan napas head tilt, chin lift dan jaw trust.
Bersihkan jalan nafas
Ada tidaknya sumbatan jalan nafas
Distress pernafasan
Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
Sumbatan jalan nafas total
Pasien sadar: memegang leher, gelisah, sianosis
Pasien tidak sadar: tidak terdengar suara nafas dan sianosis
Sumbatan jalan nafas sebagian
Korban mungkin masih mampu bernafas namun kualitas pernafasannya bisa baik atau buruk
Pada korban dengan pernafasan yang masih baik, anjurkan untuk batuk dengan kuat sampai
benda keluar
Obstruksi partial dengan pernafasan buruk diperlakukan seperti sumbatan jalan nafas komplit
Sumbatan dapat disebabkan oleh berbagai hal penyebab psien bernafas dengan berbagai suara:

Cairan akan menimbulkan gurgling

Lidah jatuh ke belakang akan menimbulkan suara ngorok


Penyempitan jalan nafas akan menimbalkan suara crowing

b.Breathing : adekuat pernafasan


Periksa frekuensi pernapasan , bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah
Suara pernafasan
Adanya udara keluar dari jalan nafas
Cara pengkajian
1)Look : Apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejas diatas klavikula, adanya penggunaan
otot tambahan
2)Listen : Dengan atau tanpa stetoskop apakah ada suara tambahan
3)Feel : rasakan frekuensi pernafasanya
c.Circulation : (adekuat jantung dan sirkulasi tubuh) dengan control perdarahan. Yang dikaji :
Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary refill) Bila lebih dari 2
detik : Merah.
Ada tidaknya denyut nadi karotis
Ada tidaknya tanda-tanda syok
Ada tidaknya perdarahan eksternal
c.Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing, dan circulation yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian objektif dan
subjektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu,
riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
a.Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontiny
Kaji :
Tekanan darah
Irama dan kekuatan nadi
Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu
Saturasi oksigen
b.Riwayat Penyakit
1)Keluhan utama klien

10

2)Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah sakit


3)Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera
4)Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada organ tubuh yang mana, gunakan
: provoked (P), quality (Q), radian (R), severity (S) dan time (T)
5)Kapan makan terakhir
6)Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi pembedahan/kehamilan
7)Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yang
dilakukan dan riwayat alergi klien.
8)Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
c.Pengkajian Head to toe
1.Pengkajian kepala, leher dan wajah
o Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan jaringan lunak, adakah
perdarahan serta benda asing.
o Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan, benda asing, deformitas,
laserasi, perlukaan serta adanya keluaran
o Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah, kontusio/jejas, hematom,
serta krepitasi tulang.
o Kaji adanya kaku leher
o Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi vena leher, perdarahan,
edema, kesulitan menelan, emfisema subcutan dan krepitas pada tulang.
2.Pengkajian dada
o Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan
o Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
o Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan
o Amati penggunaan otot bantu nafas
o Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi.
3.Abdomen dan pelvis
Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis :
oStruktur tulang dan keadaan dinding abdomen
oTanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi, distensi abdomen, jejas.

11

oMasa : besarnya, lokasi dan mobilitas


oNadi femoralis
oNyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
oBising usus
oDistensi abdomen
oGenitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada meatus, ekimosis, tonus spinkter ani
4.Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi :
o Tanda-tanda injuri eksternal
o Nyeri
o Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
o Sensasi keempat anggota gerak
o Warna kulit
o Denyut nadi perifer
5.Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi :
o Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka pasien dimiringkan untuk
mengamati :
- Deformitas tulang belakang
- Tanda-tanda perdarahan
- Laserasi
- Jejas
- Luka
o Palpasi deformitas tulang belakang
d.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1.Radiologi dan scanning
2.Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine analisa dan lain-lain

12

2.Diagnosa Keperawatan
1.Sindrom Pasca trauma yang berhubungan dengan ancaman serius pada diri sendiri dan
kejadian tragis yang melibatkan banyak kematian
2.Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kematian
3.Kepedihan kronis yang berhubungan dengan disabilitas kronis fisik dan mental
3.Intervensi Keperawatan
1.Sindrom pasca trauma
a.Bantu pasien mengakui ketika kemarahan dan kebencian yang dibenarkan
b.Bantu pasien mengungkapkan perasaan marah, kepahitan dan kebencian
c.Pastikan apakah ada perbedaan antara kondisi pasien dengan apa yang perawat lihat
2.Ansietas
a. Penurunan ansietas : Minimalkan perasaan kekhawatiran, ketakutan, kfirasat, atau perasaan
tidak menentu yang berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisipasi dan tidak jelas
b.Peningkatan koping : Bantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan, atau
ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan pra hidup
c.Dukungan pembuatan-keputusan : Berikan informasi dan bantuan kepada pasien yang
membuat keputusan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan
d.Dukungan emosi : Berikan penenangan, penerimaan, dan dorongan selama masa-masa stress
e.Penumbuhan harapan : Fasilitasi pengembangan cara pandang yang positif dalam situasi
tertentu
3.Kepedihan kronis
a.Peningkatan koping : Bantu pasien beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan atau
ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan hidup dan peran
b.Fasilitasi proses dukacita : Bantu mengatasi kehilangan yang bermakna
c.Fasilitasi proses dukacita : kematian perinatal : Bantu mengatasi kehilangan perinatal
d.Penumbuhan harapan : Fasilitasi perkembangan sikap positif pada situasi tertentu
e.Manajemen alam perasaan : Sediakan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan
pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
f.Dukungan spiritual : Bantu pasien merasa seimbang dan dekat dengan Tuhan

13

4.Implementasi Keperawatan
1.Sindrom pasca trauma
d.Membantu pasien mengakui ketika kemarahan dan kebencian yang dibenarkan
e.Membantu pasien mengungkapkan perasaan marah, kepahitan dan kebencian
f.Memaastikan apakah ada perbedaan antara kondisi pasien dengan apa yang perawat lihat
2.Ansietas
f. Penurunan ansietas : Meminimalkan perasaan kekhawatiran, ketakutan, kfirasat, atau perasaan
tidak menentu yang berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisipasi dan tidak jelas
g.Peningkatan koping : Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan,
atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan pra hidup
h.Dukungan pembuatan-keputusan : Memberikan informasi dan bantuan kepada pasien yang
membuat keputusan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan
i.Dukungan emosi : Memberikan penenangan, penerimaan, dan dorongan selama masa-masa
stress
j.Penumbuhan harapan : Memfasilitasi pengembangan cara pandang yang positif dalam situasi
tertentu
3.Kepedihan kronis
g.Peningkatan koping : Membantu pasien beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan atau
ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan hidup dan peran
h.Fasilitasi proses dukacita : Membantu mengatasi kehilangan yang bermakna
i.Fasilitasi proses dukacita : kematian perinatal : Membantu mengatasi kehilangan perinatal
j.Penumbuhan harapan : Memfasilitasi perkembangan sikap positif pada situasi tertentu
k.Manajemen alam perasaan : Menyediakan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan
pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
l.Dukungan spiritual : Membantu pasien merasa seimbang dan dekat dengan Tuhan
5.Evaluasi
Secara umum evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode SOAP.
1.S (Subjektif)
melalui anamnesis.

: menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

14

2.O (Obyektif)
: menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
labolatorium dan uji diagnosis lain.
3.A (Assesment)
: menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi.
4.P (Plan)
: menggambarkan pendokumentasian dan tindakan/Implementasi dan
evaluasi perencanaan (E) berdasarkan assessment

15

BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pendidikan keperawatan bencana adalah salah satu aktivitas yang dilakukan selama masa tenang
dari siklus bencana. Perawatan mempunyai peranan penting dalam fase ini, yakni meningkatkan
kesadarannya, dan pada saat normal memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk keperawatan bencana. Untuk melakukan tugas ini, perlu mengembangan kesiap-siagaan
pada bencana dengan mempertahankan dan mengingatkan keterampilan diri sendiri melalui
program pendidikan dan pelatihan secara berkala dan berkelanjutan, dan perlu terus melanjutkan
praktik keperawatan didalam aktivitasnya sehari-hari.
Untuk mengambangkan kemampuan praktik pada keperawatan bencana bagi perawat, maka hal
ini menjadi penting untuk mengambangkan program pendidikan bencana yang menekankan
berkelanjutan, secara bertahap dan jenis/pola, mengevaluasi terhadap program pendidikan
dan pelatihan yang sedang / yang sedang dilaksanakan, serta melakukan upaya yang
berkelanjutan untuk perbaikannya.
3.2 Saran
Sebaiknya setiap korban mencari tempat yang aman ketika terjadi bencana, dan tim medis lebih
tanggap dan sigap saat menangani korban bencana.

16

FORMAT DATA PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BENCANA


A. Data Pasien
Nama :
Jenis Kelamin : Pria / Wanita

No Rekam medik :
Tanggal lahir : ......./......./.........

Umur: ......................Tahun

Transportasi :

Kondisi datang :

B. Primary Survey
Waktu kedatangan :

Tindakan Pre Hospital :


CPR
O2
Lain lain :

Infus

Bidai

Bebat

Urin Kateter

TRIAGE
Kesadaran

Kategori Triage :

Klasifikasi Kasus
Trauma Non Trauma

Allert

Verbal

P1

P2

P3

Pain

Unrespon

MerahKuning Hijau Hitam

Dx Medis :
Keluhan Utama
Tanda dan gejala

Karakteristik

Onset/awal kejadian

Faktor yg meringankan

Lokasi

Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke RS

Durasi

Faktor Pencetus

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Allergi :
Tanda vital :

Tensi :

mmHg

HR :

x/ menit

RR :

x/menit

Suhu : ...........C.
Lokasi :...........

AIRWAY

CIRCULATION

17

Paten Obstruksi
Tindakan

Irama jantung : reguler ireguler


Akral : HKM

dingin basah Pucat

BREATHING

Membran mukosa Sianosis Jaundice Normal

Pergerakan dada : simetris asimetri,

CRT :

Irama pernapasan : Reguler Ireguler


Suara napas tambahan :
SPO2 ......

Turgor kulit : Baik

< 2 Dtk

> 2Dtk
sedang

jelek

Edema :

Perdarahan :

DISABILITY
Fraktur : Tidak ada
Lokasi

GCS : E............. V............. M............


ada

total ...........

Paralisis : tidak ada ada


Lokasi : ...............................................................

C. Secondary Survey

18

Diagram Tubuh :

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


Kepala leher, thoraks, abdomen, Genitourinaria

19

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama

Ruang

Umur

Jenis Kelamin :

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DX. 1

DX. 2

20

RENCANA KEPERAWATAN

NO
1

Nama

Ruang

Umur

Jenis Kelamin :

DIAGNOSA KEP.
DX. 1

TUJUAN
Jangka Panjang :
Jangka Pendek :
Kriteria Hasil :

DX. 2

Jangka Panjang :
Jangka Pendek :
Kriteria Hasil :

21

:
INTERVENSI

RASIONAL

TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama

Ruang

Umur

Jenis Kelamin :

NO

DIAGNOSA KEP.

DX. 1

DX. 2

TGL/JAM

CATATAN PERKEMBANGAN
22

TINDAKAN

PARAF

Nama

Ruang

Umur

Jenis Kelamin :

NO
1

DIAGNOSA KEP.

TGL/JAM

DX. 1

EVALUASI
S:
O:
A:
P:

DX. 2

S:
O:
A:
P:

PETUNJUK PENGGUNAAN FORMAT PENGKAJIAN

23

PARAF

A Data Pasien
1 Nama : Isi nama pasien dengan inisial
2 No rekam medik : isi dengan nomor rekam medik pasien
3 Jenis kelamin : coret yang tidak perlu
4 Tanggal lahir : Isi tanggal lahir pasien dengan format tanggal / bulan / tahun
5 Umur : Lalu isikan perhitungan umur pasien berdasarkan tanggal lahir.
B Primary Survey
1 Waktu kedatangan : waktu kedatangan diisi sesuai jam berapa pasien datang ke instalasi
2

gawat darurat, tempat anda bertugas dengan format : tanggal, bulan , tahun dan jam
Transportasi : isikan transportasi apa yang digunakan pasien saat datang ke IGD

seperti : berjalan kaki, diantar, naik ambulans atau kendaraan lainnya


Kondisi datang : isikan bagaimana kondisi pasien saat datang seperti penurunan

kesadaran, delirium, nyeri hebat


Tindakan pre hospital : isikan tindakan yang telah dilakukan kepada pasien sebelum

datang ke IGD baik tindakan di fasilitas kesehatan lain maupun di rumah.


Kesadaran : Isikan tingkat kesadaran pasien secara cepat dengan pengkajian AVPU
a Allert : Bila pasien dalam keadaan sadar penuh, orientasi
b Verbal : Bila pasi en dalam penurunan kesadaran namun hanya dapat mengeluarkan
suara secara verbal
c Pain : bila pasien hanya berespon terhadap rangsangan nyeri yang diberikan
d Unrespon : bila pasien tidak memberikan respon apapun terhadap rangsangan yang
telah diberikan pemeriksa baik dengan suara keras sampai pada rangsang nyeri .

(INGAT !!! dalam keadaan ini, pasien dalam kondisi GAWAT DARURAT)
Kategori triage : isikan kategori triage, ada 2 jenis pengkategorian silakan dengan
memilih salah satu yaitu :

7
8

P1 :

Merah :

P2 :

Kuning :

P3:

Hijau :

Hitam :
Klasifikasi kasus : isikan sesuai dengan diagnosa medis kasus pasien apakah termasuk
trauma (cedera kepala, cedera medula spinalis, dll) atau trauma (Ketoasidosis, CVA , dll
Keluhan utama :
a Tanda dan gejala : hal utama yang dirasakan pasien misal : nyeri dada, sakit kepala,
sesak napas

24

Onset : Isikan waktu awal pertama kali kapan tanda dan gejala mulai dirasakan

pasien seperti sejak pagi hari, sejak malam hari, dll


Lokasi : isikan di lokasi bagian tubuh mana , tanda dan gejala di rasakan pasien.

Misal nyeri dirasakan di perut sebelah kanan bawah, perasaan ampek di dada bawah.
d Durasi : isikan berapa lama tanda dan gejala dirasakan pasien seperti nyeri dada
e

dirasakan setiap 3 menit, nyeri perut dirasakan setiap waktu dan lain lain
Karakteristik : Gambarkan karakteristik keluhan tanda dan gejala yang dirasakan
pasien seperti nyeri dirasakan seperti terhimpit , nyeri dirasakan seperti diremas,

mulas dll
Faktor meringankan : faktor apa yang dirasa meringankan keluhan tanda dan gejala
yang muncul misal nyeri dirasakan mereda disaat pasien duduk membungkuk,

sesak napas dirasakan berkurang ketika posisi fowler tinggi dll


g Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke RS : isikan tindakan yang telah
dilakukan pasien untuk meredakan keluhan yang dirasakan sebelum datang ke
rumah sakit, misal kerokkan, kompres hangat, minum obat yang dijual
bebas dll.
h Faktor pencetus : isikan faktor awal yang mendasari timbulnya keluhan yang
9

dirasakan seperti makan kerang, aktivitas berat dll.


Riwayat penyakit dahulu : isikan riwayat penyakit yang pernah di derita pasien sebelum
dirawat atau masuk ke IGD , Usahakan riwayat penyakit ada kaitannya dengan keadaan
yang diderita saat ini misal Diagnosa medis pasien adalah CVA, maka kaji apakah ada

riwayat hipertensi?
10 Riwayat Allergi : isikan riwayat alergi pasien terkait makanan, obat- obatan dan lain
lain.
11 Tanda vital : isikan tanda vital pasien sesuai dengan pengukuran yang telah anda
lakukan meliputi tekanan darah, heart rate, respiratory rate, dan suhu serta lokasi
pengukurannya
12 Airway : Isikan kondisi airway pasien saat datang apakah obstruksi (snoring, gargling,
crowing) atau paten, bila obstruksi maka tuliskan tindakan apa yang telah dilakukan
untuk membebaskan jalan napas.
13 Breathing : Isikan pengkajian breathing yang telah anda dapatkan meliputi : Pergerakan
dada, irama pernapasan, suara napas tambahan seperti ronkhi, wheezing, crackels,
saturasi oksigen

25

14 Sirkulasi : isikan pengkajian kondisi sirkulasi pasien saat datang meliputi irama jantung
apakah reguler atau tidak, akral, warna kulit, capilarry refill time, turgor kulit, edema
(gambarkan dengan skema), perdarahan
15 Disability : isikan kondisi disability pasien saat datang meliputi apakah ada fraktur,
paralisis, dislokasi dan pengkajian GCS.
C Secondary Survey
1

Pemeriksaan head to toe : isikan pemeriksaan head to toe yang terkait sebagai secondary
survey yaitu pada
a
b
c
d

Kepala leher
Thoraks
Abdomen
Genitourinaria

Diagram tubuh : Gambarkan pada diagram tubuh terkait laserasi, trauma atau gangguan
fungsi.

KASUS DAN FORMAT PENGISIAN ASUHAN KEPERAWATAN BENCANA


A. KASUS
Telah terjadi bencana banjir bandang di Kecamatan Gerogak,Desa Sanggalangit Singaraja
Sabtu,20 Februari 2016.
Rumah Warga Desa Gerogak mengalami kerusakan dengan genangan banjir akibat air sungai
yang meluap setelah hujan mengguyur selama 3 hari berturut-turut,Kerugian yang dialami warga
baik dari segi kesehatan akan diare,dan kuman penyakit lainnya akibat genangan banjir.
Kerusakan areal sekitar lingkungan,rumah warga,pepohonan tumbang,areal sekitar suci pura
belatungan.

26

Terdapat wanita perempuan yang bernama Luh Sunarsih,mengalami diare dengan muntah dan
demam
B.PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN ASKEP BENCANA BANJIR
1.Data Pasien
Nama : Luh Sunarsih
Jenis Kelamin : Pria / Wanita

No Rekam medik : 3
Tanggal

Umur: ..26.....Tahun

lahir : ...21..../05....../..1990.......

2. Primary Survey
Waktu kedatangan :

Transportasi :
Sepeda motor

08.00 wita

Kondisi datang :

Demam,Diare,Muntah

Tindakan Pre Hospital :


CPR
O2
Infus
Bidai
Bebat
Urin Kateter
Lain lain :
1.
Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2.
Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik
3.
Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4.
Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.

TRIAGE
Kesadaran

Kategori Triage :

Klasifikasi Kasus
Trauma Non Trauma

Allert

Verbal

P1

P2

P3

Pain

Unrespon

MerahKuning Hijau Hitam

Dx Medis : Diare
Keluhan Utama
Tanda dan gejala

Karakteristik
Nyeri perut
Mual
Muntah

Suhu tubuh >37


Onset/awal kejadian

3 hari lalu
Lokasi

Perut dan kepala

Faktor yg meringankan minum oralit dan paracetamol

Durasi

27

3 jam
Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke RS
Minum oralit
Minum obat paracetamol

Faktor Pencetus

Bencana banir
Kurang air bersih
Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi
Riwayat Allergi :

Tidak ada
Tanda vital :

Tensi : 80/50

HR :

mmHg

menit

112

x/

RR : 22

Suhu : ...39........C.

x/menit

Lokasi :...........

AIRWAY

CIRCULATION

Paten Obstruksi
Tindakan

Irama jantung : reguler ireguler


Akral : HKM

dingin basah Pucat

BREATHING

Membran mukosa Sianosis Jaundice Normal

Pergerakan dada : simetris asimetri,

CRT :

Irama pernapasan : Reguler Ireguler


Suara napas tambahan :
SPO2 ......

Turgor kulit : Baik

< 2 Dtk

> 2Dtk
sedang

jelek

Edema : tidak ada

Perdarahan : tidak ada

DISABILITY
Fraktur : Tidak ada
Lokasi

GCS : E...4.......... V....5......... M...6.........


ada

total .....15......

Paralisis : tidak ada ada


Lokasi : ...............................................................

28

D. Secondary Survey
Diagram Tubuh :

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


Kepala leher, thoraks, abdomen, Genitourinaria
BTCLS Kepala Clear
BTCLS Thoraks Clear
BTCLS Abdomen Clear
BTCLS Genitourinaria Clear

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama

: Luh Sunarsih

Ruang

Umur

Jenis Kelamin : Perempuan

NO

26

: Mawar

DIAGNOSA KEPERAWATAN

29

DX. 1
Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan

DX. 2
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik

3.

DX.3
Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri

RENCANA KEPERAWATAN

NO

Nama

: Luh Sunarsih

Ruang

Umur

Jenis Kelamin : Perempuan

26

DIAGNOSA KEP.

TUJUAN

30

: Mawar
INTERVENSI

RASIONAL

DX. 1
Gangguan keseimbangan
cairan b/d output yang
berlebihan

Setelah Dilakukan
Tindakan Keperawatan
2x24 Jam dengan
Tujuan : volume cairan
dan elektrolit dalam
tubuh seimbang
(kurangnya cairan dan
elektrolit terpenuhi)
Dengan KH :
-

Turgor kulit

1. pantau tanda
kekurangan cairan
2. observasi/catat
hasil intake output
cairan
3. anjurkan klien
untuk banyak minum
4. jelaskan pada ibu
tanda kekurangan
cairan

cepat kembali.

5.berikan terapi
sesuai advis :

- Infus RL 15 tpm

Mata kembali

Menentukan intervensi
selanjutnya
2.
Mengetahui
keseimbangan cairan
3.
Mengurangi
kehilangan cairan
4.
Meningkatkan
partisipasi dalam
perawatan
5.
mengganti cairan
yang keluar dan
mengatasi diare

normal
-

Membran

mukosa basah
-

Intake output

seimbang
2

DX. 2

Setelah dilakukan

Gangguan rasa nyaman

tindakan keperawatan

( nyeri ) b/d hiperperistaltik

2x24 jam dengan


Tujuan : rasa nyaman
terpenuhi, klien
terbebas dari distensi
abdomen dengan KH :
-

Klien tidak

Teliti keluhan nyeri,


cacat intensitasnya
(dengan skala0-10).
2. Anjurkan klien
untuk menghindari
allergen
3.
Lakukan
kompres hangat pada
daerah perut

menyeringai kesakitan.

4.

Berikan obat
sesuai indikasi

Klien

mengungkapkan verbal
(-)
-

Wajah rileks

Skala nyeri 0-3

31

Kolaborasi

Steroid oral,
IV, & inhalasi
Analgesik :
injeksi novalgin 3x1
amp (500mg/ml)

1. Identifikasi
karakteristik nyeri &
factor yang
berhubungan
merupakan suatu hal
yang amat penting
untuk memilih
intervensi yang cocok
& untuk mengevaluasi
ke efektifan dari terapi
yang diberikan.
2.
Mengurangi
bertambah beratnya
penyakit.
3.
Dengan kompres
hangat, distensi
abdomen akan
mengalami relaksasi,
pada kasus peradangan
akut/peritonitis akan
menyebabkan
penyebaran infeksi.
4.
Kortikosteroid
untuk mencegah reaksi
alergi.

Setelah Dilakukan
3

DX.3

Tindakan Keperawatan

Antasida dan
ulkus : injeksi
ulsikur 3x1 amp
(200mg/ 2ml)

5. Analgesik untuk
mengurangi nyeri.

Mengobservasi TTV

kehilangan cairan
yang aktif secar terus
menerus akan
mempengaruhi TTV

2.
Jelaskan pada
pasien tentang
Tujuan : Konsistensi
penyebab dari
BAB lembek, frekwensi diarenya
2x24 Jam dengan

1 kali perhari dengan


KH :
- Tanda vital dalam
batas normal (N: 12060 x/mnt, S; 36-37,50 c,

3.
Pantau leukosit
setiap hari

dan frekuensi BAB

RR : < 40 x/mnt )
-

Konsul ahli gizi


untuk memberikan
diet sesuai
kebutuhan klien.

11.000
-

Hitung jenis

leukosit : 1-3/2-6/5070/20-80/2-8

32

3
Berguna untuk
mengetahui
penyembuhan infeksi

4.
Kaji pola
Untuk
eliminasi klien setiap 4
mengetahui
konsistensi
hari
5.

Leukosit : 4000

2
Klien dapat
mengetahui penyebab
dari diarenya.

Kolaborasi

Antibiotik:
cefotaxime 3x1 amp
(500mg/ml)

5
Metode makan
dan kebutuhan kalori
didasarkan pada
kebutuhan.

TINDAKAN KEPERAWATAN

NO
1

Nama

: Luh Sunarsih

Ruang

Umur

: 26

Jenis Kelamin : Perempuan

NO DX
1,2,3

1,2

1,2

TGL/JAM

: Mawar
TINDAKAN

Jumat, 03/03/16
16.00

Mengkaji keluhan pasien


Mengobservasi TTV setiap 8
jam

16.15

Menentukan tanda-tanda kekurangan


cairan
Memasang infus RL 15 tpm

16.25

Memberikan obat:

Injeksi Novalgin 1 amp

Injeksi Ulsikur 1 amp

Injeksi Cefotaxime 1 amp


Menganjurkan untuk klien
minum

33

PARAF

1,2

1,3

Menganjurkan klien untuk istirahat dan


melakukan kompres hangat pada
daerah perut
Mengobservasi TTV
Mengganti infus RL 15 tpm
Mengkaji pola eliminasi klien

21.00

Sabtu,04/3/16

Memberikan obat:

Injeksi Novalgin 1 amp

Injeksi Ulsikur 1 amp

Injeksi Cefotaxime 1 amp

06.30

2,3

1,3

07.30

Observasi/catat hasil intake output


cairan

08.50

Menganjurkan makan dalam porsi


sedikit tapi sering.
-

34

Menyuruh pasien banyak minum

agar tidak dehidrasi


Jelaskan pada keluarga tandatanda kekurangan cairan

11.30

Memberikan obat:

1,2

Injeksi Dexa 1 amp

Minggu, 05/5/13
3

Memberikan obat:

Injeksi Dexa 1 amp

Injeksi Ulsikur 1 amp

Injeksi Cefotaxime 1 amp

06.00

1,3

06.30

2,3

08.00

08.30

Mengopservasi TTV
Mengganti cairan infus + drip
Neurobio

Menganjurkan makan dalam porsi dikit


tapi sering
Mengopservasi tanda tanda dehidrasi

Memberikan obat

Injeksi Ulsikur 1 amp

Injeksi Cefotaxime 1 amp

35

Observasi leukosit

10.00

CATATAN PERKEMBANGAN

NO

Nama

: Luh Sunarsih

Ruang

Umur

: 26

Jenis Kelamin :Perempuan

DIAGNOSA KEP.

TGL/JAM

36

: Mawar
EVALUASI

PARAF

DX. 1

Jumat,03/3/2016 S : Kien mengatakan bahwa


masih merasa lemas

Gangguan keseimbangan cairan

O:-

b/d output yang berlebihan

lemas
-

Klien masih tampak


Aktifitas klien masih

dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
S : Klien mengatakan bahwa
perutnya masih tersa sakit
O:-

Kien tampak menyeringai

kesaklitan
-

Klien terus memegangi

perutnya
-

Skala nyeri 3

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6
dilanjutkan
S : klien mengatakan bahwa
klien BAB berkali-kali,sudah
mulai berkurang 2x/hari, masih
merasa mual tapi tidak sampai
muntah.
O : - klien BAB 2x/hari
- Turgor kulit kembali < 1
detik
- Mata tidak cowong
- Klien merasa mual
sehingga tidak menghabiskan
porsi makannya
- Klien tidak muntah

37

A : Masalah gangguan pola


eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4
dilanjutkan
-

Kaji intak output cairan

setiap 8 jam
-

Pantau tanda-tanda

dehidrasi

DX. 2

Sabtu,04/3/2016

S : Klien mengatakan bahwa

Gangguan rasa nyaman ( nyeri )

merasa lebih sehat

b/d hiperperistaltik

O:-

Klien tampak lebih sehat

Klien lebih mandiri

dalam melakukan aktifitasnya


-

Turgor kulit < 1 detik

kembali
-

Mata tidak cowong

Mukosa mulut tidak

kering
Minggu,
05/3/2016

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Kien mengatakan bahwa
sakit perutnya sedikit berkurang
O : Klien menyeringai menahan
sakit, skala nyeri 2
A : Masalah tertasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

38

DX.3
Gangguan eliminasi BAB : diare
b/d infeksi bakteri

S: Klien mengatakan bahwa


perutnya sudah tidak sakit
O:-

Skala nyeri 0

Klien tidak menyeringai

kesakitan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan bahwa
sudah tidak merasa mual dan
muntah, konsistensi BAB lunak.
O:-

Klien BAB dengan

konsistensi lunak
-

Klien tidak merasa mual

dan muntah
-

Klien menghabiskan

porsi makannya dan minum


kurang lebih 1500cc/hari
-

Jumlah leukosit normal

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan bahwa
BAB sudah lembek 1-2/hari
mual sudah berkurang, tidak
muntah lagi.
O:-

Klien BAB 1-2x/hari,

konsistensi sedikit lunak


-

Klien menghabiskan

makanannya
-

Klien tidak muntah

Turgor kulit kembali < 1

detik

39

Mata tidak cowong

Mukosa mulut tidak

kering
-

Klien minum 1000cc/hari

A : Masalah teratasi sebagaian


P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

40

41

Anda mungkin juga menyukai