Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SYOK HIPOVOLEMIK di RS BHAYANGKARA MOHAMMAD HASAN


PALEMBANG

Disusun oleh:

Lidiyawati (1902003)

Dosen pembimbing: Ns. Yora Nopriani,S. Kep, M. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM


STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Pendahuluan asuhan keperawatan
gawat darurat Syok hipovolemik” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Gadar.
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Syok hipovolemik di kehidupan
sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua,
terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Palembang 17 Juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan............................................................... 1

Kata Pengantar...................................................................... 2

BAB 1...................................................................................... 3

Pendahuluan.......................................................................... 3

A. Latar Belakang............................................................. 3
B. Rumusan Masalah....................................................... 4
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II

Pembahasan

A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi klinis
D. Patofisiologi
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
H. Primer Survey
I. Skundery
J. Tersiersurvei
K. Diagnosa

Penutup
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok hipovolemik merupakan masalah yang serius karena menyebabkan seseorang
kehilangan lebih dari 20 persen (1/5) cairan atau darah yang ada di dalam tubuh (Zou et
al., 2017). Kehilangan cairan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat
membuat jantung sulit memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh nantinya
dalam keadaan hipoksia ataupun iskemia (Hobson and Chima, 2013).Insiden tahunan
terjadinya syok berdasarkan berbagai macam penyebab yaitu 0.3 sampai 0.7 per 1000,
dimana penyebab yang paling sering muncul di ruang IGD yaitu syok hemoragic. Syok
hemoragic merupakan kondisi dari syok hipovolemik yang dikarenakan kehilangan darah
atau cairan tubuh yang berlebih (Taghavi and Askari, 2019).Kematian akibat syok
dinegara berkembang terjadi pada sekitar 50% dalam waktu 24 jam pertamasetelah
tanda-tanda syok timbul.
Hal ini berhubungan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi kematian di
antaranya, dokter terlambat dalam mengenali tanda awal syok yang berimplikasi
terhadap penatalaksanaan, sekitar 54% disebabkan keterlambatan mencapai fasilitas
pelayanan dan faktor biaya (Al Aseri, 2012). Sebanyak 500.000 pasien syok hipovolemik
pada wanita karena kasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan 99% terjadi
pada negara berkembang. Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa jam
terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat (Kakunsi,
Killing and Supit, 2015).Menurut WHO, angka kematian akibat diare yang disertai syok
hipovolemik di Brazil mencapai 800.000 jiwa. Sebagian besar penderita meninggal
karena tidak mendapat penanganan pada waktu yang tepat (Diantoro, 2014). Insiden
terjadinya diare di Indonesia berdasarkan hasil utama Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2018 yaitu terjadi peningkatan prevalensi diare dimana pada tahun
2013, prevalensi diare berdasarkan diagnosis yaitu 7.0% dan pada tahun 2018
meningkat menjadi 8.0% (Kementerian Kesehatan, 2018). Berdasarkan data yang
peneliti dapatkan di Ruang IGD RSUD Sanjiwani pada tahun 2020 jumlah pasien yang
terdiagnosis syok hipovolemia berjumlah 14 orang, dan pada tahun 2021 berjumlah 7
orang.Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di ruang IGD RSUD Sanjiwani
Gianyar dari tanggal 05 april 2021 sampai 23April 2021 didapatkan 2 pasien yang
terdiagnosis syok hipovolemia.Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari
penerapan algoritma ABC, dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani
gangguan Airway, Breathing dan Circulation segera (Ainun Najib Hidayatulloh et al.,
2016). Tujuan penanganan tahap awal pada pasien syok adalah untuk mengembalikan
perfusi dan oksigenasi jaringan dengan memulihkan volume sirkulasi intravaskuler
(Leksana, 2015).
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan
hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi stabil. Penatalaksanaan syok
hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan tubuh atau darah yang hilang
(Hardisman, 2013). Penatalaksanaan lainnya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan posisi Passive Leg Raising (PLR) pada pasien dengan syok
hipovolemik dalam meningkatkan tekanan darah di Ruang IGD RSUD Bhayangkara
palembang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir (KIA) Ners ini bertujuan untuk menganalisis penerapan
posisi Passive Leg Raising (PLR) pada pasien dengan syok hipovolemik dalam
meningkatkan tekanan darah di Ruang IGD RSUD Bhayangkara palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan analisa proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi terkait dengan kasus syok
hipovolemik.
b. Melakukan analisis evidence based mengenai penerapan posisi Passive Leg
Raising (PLR) pada pasien dengan syok hipovolemik dalam meningkatkan
tekanan darah di Ruang IGD RSUD Bhayangkara palembang.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan para pembaca
terutama mengenai penerapan posisi Passive Leg Raising (PLR) pada pasien dengan
syok hipovolemik dalam meningkatkan tekanan darah.
2. Manfaat Praktisa
Institusi pendidikanKarya ilmiah ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi
institusi pendidikan dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan,
khususnya keperawatan kritis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan syok hipovolemik.b. Pelayanan keperawatanKarya ilmiah ini diharapkan
dapat menjadi salah satu dasar bagi pelayanan keperawatan dalam memberikan
intervensiposisi Passive Leg Raising (PLR) pada pasien syokhipovolemik.
BAB II
PEMBAHASAN
SYOK HIPOVOLEMIK

1. Syok Hipovolemik
A. Definisi
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.Kemudian diikuti perfusi
jaringan dan organ yang tidak adekuat, yangakibat akhirnya gangguan metabolik
selular. Pada beberapa situasikedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi
kemungkinan syok.Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan
adanyasyok.Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik,neurogenik,
atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasiyang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan
mekanisme homeostasis (ToniAshadi,2006).Syok hipovolemik diinduksi oleh
penurunan volume darah, yangterjadi secara langsung karena perdarahan hebat
atau tidak langsungkarena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare
berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan). (Bruner
&Suddarth,2002).
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yangmenyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahayasyok adalah tidak adekuatnya
perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah kejaringan. jaringan akan
kekurangan oksigen dan bisa cedera.(AzRifki,2006).

B. Etiologi
Menurut toni Ashadi,2006,Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh gudang
cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada
a. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir
keluar tubuh seperti hematotorak,pecah limpa,dan kehamilan ektopik
terganggu.
b. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar,dapat menampung kehilangan
darah yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500 - 1000ml
pendarahan atau fraktur tulang paha menampung 1000 - 1500ml
perdarahan.
c. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
1. Gastrointestinal : peritonitis, pankreatitis, dangan stroenteritis
2. Ginjal: terapis diuretik, krisis penyakit tambahan
3. Lukabakar (kompustio) dan anafilaksis.

C. ManifestasiKinik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi ,tergantung pada usia,kondisi pramorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan masa lalu berlangsung. Kecepatan
kehilangan cairan tubuh merupakan faktorkritis respon kompensasi. Pasian muda
dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia.Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu
lambat, meskipunterjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga
dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Padakeadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidaksegera kembali dalam beberapa
menit. Tanda-tanda syok adalah menurut (Toni Ashadi, 2006) adalah:
a) Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisiankapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b) Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovo lemia. Peningkatan kecepatan
aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
c) Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluhdarah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktoryang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak
dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg
d) Oliguri: produksi kencing umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguri pada orang dewasa terjadi jika jumlah kencing kurang dari 30ml/jam.

D. Patofisiologi
menurut patofisiologinya ,menurut Guyton, (1997) syok terbagi atas 3 fase yaitu:
a) fase Kompensasi penurunan curah jantung (jantung keluaran ) terjadi begitu
rupa jadi timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi
untuk menaikkan aliran darah ke jantung ,otak dan otot kerangka dan
penurunan aliran darah ketempat yang kurang vital. Faktor humoris diperbarui
untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan
konservasi udara. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar
oksigen didaerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detok
dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan
pernafasan untuk perbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah keginjal
menurun, tapi karena ginjal memiliki cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasiglomerulus. Akan tapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasiglomerulus juga menurun
b) Fase kemajuan terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung
Curah jantung tidak lagi mencukupi jadi terjadi gangguan seluler diseluruh tubuh.
Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun,hipoksia jaringan
bertambah nyata,gangguan seluler,metabolisme terganggu, produk metabolisme
menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi
lemah, tidak mampu berkonstriksi jadi terjadi bendungan vena, vena balik (vena
kembali) menurun. Relaksasisf inkterprekapiler diikuti dengan aliran darah ke
jaringan tapi tidak dapat kembali kejantung peristiwa ini dapat menyebabkan
trombosis kecil-kecilan didapat terjadi koagulopati intra vasa yang luas
( DIC=Disebar luaskan intravaskuler Pembekuan ). Menurunnya aliran darah ke
otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan pernafasan diotak. Keadaan
ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya
racun dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok( vaso dilatasi dan memperlemah fungsi jantung ). Iskemia dan
anoksia usus menimbulkan penurunan integritasmukosa usus, jadi racun dan
invasi bakteri usus kesirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi detok
sikasihepar memperjelek keadaan dapat timbul sepsis, DIC bertambahnya ta,
integritas sistem retikuloendotelial rusak,integritas mikrosirkulasi juga
rusak.hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik
menjadi anaerobik. Hasil terjadi asidosismetabolik, terjadi peningkatan asam
laktatek straseluler dan timbunan asam karbona tdijaringan.
c) FaseIrevesibel Karena kerusakan seluler dan sirkulasi begitu luas jadi tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat munculnya ireversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi petunjuk darah yang
cukup, paru menjadi kaku,timbul busunginterstisial,daya pernafasan
menurun,dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

E. Komplikasi
komplikasi yang terjadi pada syok hipovolemik menurut Az Rifki,(2006) adalah
sebagai berikut:
1. Gagal jantung gagal ginjal
2. Kerusakan jaringan ARDS (Akut pernapasan kesulitan sindrom )
3. Kerusakan otak ireversibel
4. dehidrasikronis
5. Beberapa organ kegagalan DIC (Diseminasi intravaskuler Pembekuan ).

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali
diresusitasi secara adekuat. Penanganan ini lebih utama lebih dari pemeriksaan
radiologi dan menjadi campur tangan segera dan membawa pasien cepat
keruang operasi.
b. langkah diagnosa pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia
langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
c. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan
ultrasonografi disatuan darurat darurat jika dicurigai terjadi aneurismaaorta
perut. Jika dicurigai terjadi pendarahan pencernaan, sebaiknya dipasang selang
nasogastrik,dan lambung lavageharusdilakukan.foto polos dada posisitegak
dilakukan jika dicurigai ulkus perforasiatau Sindroma Boerhaave. Endoskopi
dapat dilakukan (biasanya
setelahpasientertangani)untukselanjutnyamencarisumber perdarahan.
d. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia
pinggiran kota. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok,konsultasi
bedah dan ultrasonografi panggul harus segera dilakukan pada pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan
ektopik sering terjadi.Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien
dengan hasil tes kehamilan negatif jarang,namun pernah dilaporkan.
e. Jika dicurigai terjadi dieksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto
polos dada awal, dapat dilakukan transesofagealeko
kardiografi,aortografi,atauCT-Scan dada.
f. Jika dicurigai terjadi cedera perut,dapat dilakukan pemeriksaan CEPAT (Terfokus
perut sonografi untuk trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau
tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
g. Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi
(Gultom,2005)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada syok hipovolemik menurut ( Tambunan Karmel,1990).adalah
sebagai berikut:
a) Mempertahankan suhu tubuh suhu tubuh dipertahankan dengan memakai kan
selimut pada penderita untuk mencegah Kedinginan dan mencegah kehilangan
panas. Jangan sekali-kali pemanasan tubuh penderita karena akan sangat
berbahaya
b) Pemberiancairan
1. Jangan memberikan minum untuk penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi
2. Jangan memberi minum untuk penderita yang akan dioperasi atau dibius dan
yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3. Pendedehanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
4. Cairan intra vena seperti solusi isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume pengantara,dan intrasel. Cairan plasma atau pengganti
plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada pendarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan udara harus diganti dengan solusi hipotonik. Kehilangan cairan
berupa udara dan elektrolit harus diganti dengan solusi isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid membutuhkan volume 3–4
kali volume pendarahan yang hilang, sedang bila menggunakan solusi koloid
membutuhkan jumlah yang sama dengan jumlah pendarahan yang hilang.
Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit persetujuan yang dikombinasi
dengan solusi dering laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.
6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
mempersembahkan cairan yang berlebihan.
7. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk
( Beberapa Organ Gangguan fungsi). Diperlukan pemantauan alat moderen
berupa pemasangan CVP,"Angsa Ganz” cateter, dan pemeriksaan analisa gas
darah.
H. Primer survei
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan untuk diagnosa cidera yang mengancamnya
wadan termasuk? dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal ( dasar rekaman )
penting untuk menyatukan tanggapan penderita terhadap terapis. Yang harus
diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi kencing dan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
setuju.
1. Saluran udara dan pernafasan Prioritas pertama adalah menjamin saluran udara
yang paten dengan cukup nya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan
tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih 95%.
2. Sirkulasi - kontrol pendarahan termasuk dalam keutamaan adalah
mengendalikan pendarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena
yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Menjadi dari luka luar biasanya dapat
dikendalikan dengan tekanan akuangsung pada tempat berdarah. PASG
(Pneumatik Anti Terkejut pakaian) dapat digunakan untuk mengendalikan
pendarahandaripatahtulang panggul atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh
menganggu resusitasi cairan cepat. Cukup nya perfusi jaringanmenentukan
jumlah cairan resusitasi yang diperlukan mungkin diperlukan operasi untuk dapat
mengendalikan pendarahan intern.
3. Disabilitas pemeriksaan neurologi dilakukan pemeriksaan neurologi singkat
untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan tanggapan murid,
fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi
otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.
Perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intrakranial
tapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan
oksigenasi otak harus tercapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap
berasal dari cidera intrakranial.
4. Paparan–pemeriksaan lengkap setelah mengurus keutamaan-keutamaan untuk
menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-
ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari sari. Bila menelanjangi
penderita, sangat penting mencegah hipotermia.
5. Dilasilambung – dikompresi. Dilatasi lambung seringkali terjadi pada penderita
trauma, khususnya pada anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau
disritmia jantung yang tidak dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari
stimulasi saraf fagus yang berlabihan. Distensi lambung membuat terapis syok
menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar distensi lambung besar kan resiko
pernafasan isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal.
Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukan selang atau pipake dalam
perut melalui hidung atau mulut dan pemasangan nya pada penyedot untuk
mengeluarkan isi lambung .Namun,walaupun penempatan pipa sudah baik,
masih hijau muda terjadi aspirasi.
6. Pemasangan cateter kencing katerisasi kandung kencing memudahkan? kencing
akan adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan menyatukan
produksi air seni. Darah pada uretra atau prostat pada letak tinggi, mudah
bergerak, atau tidak bagian pada laki-laki merupakan kontradiksi mutlak bagi
pemasangan keteter uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra
yang tidak utuh.
I. Sekundery
survei harus segera dapat akses sistem pembulu darah. Ini pagar baik dilakukan
dengan masukkan doa cateterintravena ukuran besar (minimal 16 pengukur)
sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding terbalik
lirus dengan empat ikaliradius kanul, dan berbanding terbalik terbalik dengan
panjangnya (hukum poiseuille). Karena itu lebih baik cateter pendek dan kali
berbesar agar dapat masukkan cairan terbesar dengan cepat. Tempat yang terbaik
untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah atau pembulu darah
lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkinkan pembulu darah periver, maka
digunakan akses pembulu sentral ( vena-vena femuralis ,jugu laris atau vena
subklavia dengan cateter besar) dengan menggunakan tektik penjual atau
melakukan vena seksi pada vena safena di kaki, tergantung tingkat ketrampilan
dokternya. Kadang akses vena sentral didalam situasi darurat darurat tidak bisa
dilaksanakan dengan sempurna ataupu tidak seratus persen steril, karena itu bila
keadaan penderita sedang memungkinya, maka jalur vena sentralini harus diubah
atau diperbaiki.
Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi yang serius hubungan dengan
usaha penempatan cateter vena sentral, yaitu radang paru-paru atau hemat, pada
penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil. Pada anak-anak dibawah 6tahun,
teknik penempatan jarum intra-osseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur
vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk memilih prosedur atau caranya
adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya. Kalau cateter intra vena
telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan pertandingan silang,
pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes kehamilan
pada wanita usia pinggiran kota. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan
padasaat ini foto torak harus diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia
atau vena jugularis luar negeri untuk mengetahui posisidan? kemungkinan
terjadinya radang paru-paru atau hemat energi.
J. Tersiersurvei
Terapi awal cairan larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. jenis
cairan ini mengisi intravas kuler dalam waktu singkat dan juga terkenal volume
vaskuler dengan cara pengganti kehilangan cairan berikutnya ke dalam ruang
intersisial dan intra seluler. larutan dering Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl
fisiologis adalah pilihan kedua. Meskipun NaCL fisiologis merupakan pengganti
cairan terbaik namun cairan ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis
hiperkloremik.

K. Diagnosa
1. Terganggu pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansiparu
2. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan supplay darah kejaringan
3. Sakit b/d trauma hebat
4. Terganggu keseimbangan cairan b/d mual, muntah
5. Terganggu pola eliminasi air seni b/d Oliguri
6. Kurang nya pengetahuan b/d kurang informasi mengenai pengobatan

Diagnosa Tujuan Intervensi

Terganggu pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan HAI Evaluasi frekuensi
efektif penurunan 1000 diharapkan pola nafas pernafasan dan kedalaman.
ekspansiparu klien kembali normal, dengan Catat upaya pernafasan,
kriteria hasil: HAI Area paru contohnya sesak napas,
bersih HAI Bebas sianosis dan penggunaan alat bantu nafas
tanda atau gejala lain dari HAI Tinggikan kepala tempat
hipoksia dengan bunyi nafas tidur, tempat pada posisi
sama secara bilateral duduk tinggi atau
semipemburu burung HAI
dorong pasien kamu tidak
berpartisipasi selama nafas
dalam, gunakan alat bantu
( meniup botol ), dan baru
sesuai indikasi HAI auskultasib
unyi. Catat daerah yang
menurun / tidak ada bunyi
nafas dan adanya bunyi
tambahan, contoh
krekelautau ronchi, HAI beri
bantuan ventilator tambahan
sesuai kebutuhan. Kalaborasi
HAI catat respon terhadap
latihan nafas dalam.

Perubahan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan HAI awasi tanda vital,palpasi
b/d penurunan supplay darah 1000 diharapkan klien dapat: nadi pinggiran, perhatikan
kejaringan HAI klien menunjukkan kekuatan dan kesamaan HAI
perfusi jaringan yang adekuat lakukan pengkajian
HAI nadi dapat teraba HAI neurovaskuler berkala, contoh
kulit hangat dan kering HAI sensasi, gerakan,nadi, warna
Sensasi biasa. kulit dan suhu
DAFTAR PUSTAKA

Toni Ashadi,(2006). Syok Hipovolemik.( On line)... Toko obat. Com / med/


. Detail- pyk. PhD? Id. ( Diakses 12 Desember 2006 ).
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. ( Edisi 8, Jil. 3)
EGC, Jakarta
Doenges,E, Marilyn, Maria Frances Moorhause, Alice C. Geissler.2002.
rencana asuhan keperawatan. (Edisi 3). EGC. Jakarta
Silvia & Leorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi konsep klinik Proses-
proses penyakit, (Edisi 4). EGC. Jakarta
Sibuea,WH,. M. M. Panggabean, dan SP. Gultom. 2005. Ilmu Penyakit
Dalam, Cetakan ke dua. Jakarta: Rineka cipta
Tambunan Karmel,. Et. Semua. 1990. Buku Panduan Penatalaksanaan
Gawat darurat. FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai