Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DENGAN JUDUL

“SYOK HIPOVOLEMIK”

DISUSUN OLEH :

RUNSIA
21230162P

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ANAK


Ns. Meri Epriani Susanti,S.Kep.,M.Kep

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


S1 KEPERAWATAN KONVERSI
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Syok Hipovolemik”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai penyakit ini,
serta mengetahui tentang jalan penyakit “Syok Hipovolemik”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi mata kuliah “Keperawatan Kegawatdaruratan anak ”.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Ns. Meri Epriani
Susanti,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pengajar , yang telah membimbing dalam proses
penyelesaian makalah ini.

Makalah ini menurut kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua
yang membacanya.

Bengkulu , Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
C. Metode Penulisan................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................3
A. Definisi................................................................................................................3
B. Etiologi................................................................................................................3
C. Patofisiologi........................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis...............................................................................................5
E. Diagnosis.............................................................................................................6
F. Prevensi dan Manejemen....................................................................................6
G. Prognosis.............................................................................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................9
A. Simpulan..............................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada
hemostasis tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar
yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok
kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor
yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi
jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok hemorragic)
atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab terjadinya
syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun
perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik merupakan salah satu syok dengan
angka kejadian yang paling banyak dibandingkan syok lainnya. Syok hipovolemik
pada umumnya terjadi pada negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi karena
salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan.
Sebanyak 500.000 pasien syok hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan
obsetri meninggal pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang. Sebagian
besar penderita meninggal setelah beberapa jam terjadi perdarahan karena tidak
mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.Penatalaksanaan syok hipovolemik dapat
dilakukan mulai dari saat terjadinya kejadian, apabila pasien mengalami trauma, untuk
menghindari cedera lebih lanjut vertebra servikalis harus diimobilisasi, memastikan
jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, memaksimalkan sirkulasi dan pasien
segera dipindahkan ke rumah sakit. Keterlambatan saat pemindahan pasien ke rumah
sakit sangat berbahaya. Salah satu terapi yang tepat untuk penatalaksanaan syok
hipovolemik adalah terapi cairan yang akan berdampak pada penurunan angka
mortalitas pasien. Akan tetapi terapi cairan yang tidak tepat akan menyebabkan pasien
mengalami edema paru dan gangguan elektrolit.
B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui definsi, epideminologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, pencegahan dan manajemen, serta prognosis syok hipovolemik.

C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan
dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang syok hipovolemik, untuk
memperoleh data, penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari
buku-buku referensi yang terkait.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Syok secara tradisional sering diartikan sebagai hipoksia pada jaringan karena
kurangnya perfusi. Syok umumnya dikatakan sebagai hipoksia, namun kata
disoksia lebih tepat digunakan. Hipoksia merujuk kepada kurangnya oksigenasi,
sedangkan disoksia adalah kondisi dimana metabolism sel dibatasi oleh
penyebaran oksigen yang kurang atau abnormal. Pada tingkat seluler, kondisi
hipoksia akan menyebabkan kegagaln fungsi mitokondria, perubahan pada
membran sel, pelepasan radikal bebas, produksi sitokin, dan mengakibatkan
beberapa reaksi inflamasi. Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat
didefinisikan sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan
kapasitas pembuluh darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang
disebabkan oleh kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau
plasma. Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan salah satu penyebab
yang umum, namun kehilangan darah yang tidak terlihat dapat ditemukan di
abdominal, jaringan retroperitoneal, atau jaringan di sekitar retakan tulang.
Sedangkan kehilangan plasma protein dapat diasosiasikan dengan penyakit seperti
pankreasitis, peritonitis, luka bakar dan anafilaksis.

B. Etiologi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat
(hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke
ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka
bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering
ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga
dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma
hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun
luka langsung pada pembuluh arteri utama.
C. Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan
penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan
menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ
1. Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi
jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya
traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di
jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu
menyimpan cadangan energi. Sehingga keduanya sangat bergantung akan
ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang
berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak.
Ketika tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga
60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis dan fungsi sel di semua
organ akan terganggu.
2. Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan
kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autonom
tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain.
3. Kardiovaskular
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi)
ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol
volume sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan,
adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya
menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi jantung sangat
bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung
4. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi
peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif
yang mati di dalam usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta
peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel dan
menyebabkan depresi jantung.
5. Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi,
frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan
pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat
interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti
aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal
mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat
aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron
dan vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya produksi urin.

D. Manifestasi Klinis
Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang:
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
• Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
• Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
• Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
• Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea,
penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan
anxietas ringan .
• Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya
meningkatkan tekanan darah diastolik.
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
• Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah
sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti
kebingungan
atau agitasi.
• Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah
jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan
darah sistolik.
• Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan
untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
• Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan
nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak ada)
urine
yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan
pucat.
• Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat

E. Diagnosis
Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan darahb ataupun
cairan tubuh pada tubuh manusia yang mengakibatkan jantung kekurangan darah
untuk disirkulasi sehingga dapat mengakibatkan kegagalan organ. Kehilangan
darah ini dapat diakibatkan karena trauma akut dan perdarahan, baik secara
eksternal ataupun internal. Gejala-gejala yang dimiliki bergantung pada persentase
darah yang hilang dari seluruh darah yang dimiliki pasien, namun ada beberapa
gejala umum yang dimiliki oleh seluruh penderita hypovolemic shock. Pada
umumnya, pasien yang menderita hypovolemic shock memiliki tekanan darah
yang rendah (dibawah 100mmHg) dan suhu tubuh yang rendah pada bagian-
bagian tubuh perifer. Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia (dibawah 60
bpm), dan tachypnea juga umumnya terjadi pada pasien-pasien yang menderita
hypovolemic shock. Kandungan haemoglobin yang relatif kurang (<=6g/l) pada
darah juga dapat menjadi pertanda adanya perdarahan dan dapat membantu dalam
mendeteksi hypovolemic shock. Pasien juga umumnya memiliki kegangguan
kesadaran dan mengalami kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh
gangguan pada sistem saraf akibat kurangnya darah.

F. Prevensi dan Manajemen


1. Manajemen dan Terapi
Ketika mendapati seseorang yang menunjukan gejala gejela hipovolemia
maka yang pertama harua dilakukan adalah mencari bantuan medis,sembari
menunggu bantuan medis datang Berikan pertolongan pertama pada penderita
hipovolemia, perlu digaris bawahi bahwa penangan pertama yang tepat pada
penderita hipovolemia sangat dibutuhkan karena dapat menghindari kematian
pada penderita. Berikut hal hal atau langkah langkah untuk memberi
pertolongan pertama pada penderita:
1. Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita contoh memberi
minum
2. Periksa ABC (airway, breathing, circulation)
3. Buat pasien merasa nyaman dan hangat, hal ini dilakulan agar mencegah
hipotermia pada pasien
4. Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau punggung jangan
memindahkan posisinya
5. Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka segera lakukan
penekanan pada lokasi perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk, hal
ini dilakukan untuk meminimalisir volume darah yang terbuang. Jika dirasa
perlu kain atau handuk dapat diikatkan
6. Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada tubuh penderita jangan
dicabut hal ini ditakutkan akan menyebabkan perdarahan hebat
7. Beri sanggaan pada kaki 45° atau setinggi 30 cm untuk meningkatkan
peredaran darah. Saat akan dipindahkan ke dalam ambulans usahakan posisi
kaki tetap sama
8. Jika adanya cedera pada kepala atau leher saat akana dinaikan menuju
ambulan berulah penyangga khusus terlebih dahulu

2. Field Care
Saat bantuan medis datang dan penderita dibawa menggunakn ambulan,
berikan oxygen pada pasien untuk mempertahankan suplai oksigen ke jaringan.
Terapi cairan intravena biasanya dilakukan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang, nmun cairan intravena todak dapat mengankut darah sehingga tetap
disarankan untuk segera mendapatkan transfusi darah. Selain oemberian cairan
intravena sering pula dilakukan metode permissive hypotension metode ini
diutamakan bagi penderita trauma atau yang lebih dikenal sebagai terapi cairan
restriktif, metode ini digunakan agar tekanan darahbsistolik meningkattanpa
mencapai tekanan darah normal dengan tujuan pencegahan terlarutnya faktor
pembekuan secara berlebih.

G. Prognosis
Pada umumnya, Hypovolemic shock dapat menyebabkan kematian meskipun
sudah diberikan penanganan medis. Faktor usia juga merupakan faktor yang
mempengaruhi Hypovolemic shock, biasanya orang-orang yang sudah lanjut
usia jika mengalami Hypovolemic shock akan sulit ditangani dan
disembuhkan. Hypovolumic shock dapat disembuhkan jika segera diberikan
penanganan atau tindakan meskipun tidak menutup kemungkinan dapat
menyebabkan kematian terhadap orang tersebut. Hypovolemi shock biasanya
tergantung dari hal-hal berikut:
1. Banyaknya darah yang hilang
2. Kecepatan penggantian cairan tubuh
3. Kondisi kesehatannya
4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang menuju ke organ-organ vital tubuh, sehingga mengakibatkan disfungsi
organ dalam tubuh. Salah satunya adalah syok hipovolemik, syok hipovolemik. Syok
hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik). Perdarahan
akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan menurunkan aliran
darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung (heart
pulse rate). Ketika heart pulse rate turun, ketahanan vaskular sistemik akan berusaha
untuk meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi
jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus
gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan
otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan
energi. Jika hal ini terus berlanjut maka satu persatu organ tubuh akan mati dan
berujung dapat menyebabkan kematian.

B. Saran
Bagi korban yang terkena syok, utamanya syok yang bersifat hipovolemik
harus mendapatkan penangana secara langsung, Karena jika tidak dapat ditangani
secara cepat dan tepat, maka satu persatu organ mengalami disfungsi dan mati
sehingga berujung pada kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kakunsi, Yane D., Killing, Maykel, and Deetje, Supit. Hubungan pengetahuan
perawat dengan penanganan pasien syokhipovolemik di ugd rsud pohuwato.
Buletin Sariputra. 2015;5(3):90-96.
2. Lamm, Ruth L., and Coopersmith, Craig M. 2012. Comprehensive Critical
Care:Adult. Chapter 10. Illinois: Society of Critical Care Medicine.
3. Yamauchi, Hiroshi, and Hopper, James. Hypovolemic shock and hypotension as
a complication in the nephrotic syndrome. Annals of Internal Medicine.
1996;60:242-254.
4. Wijaya, IP. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed VI. Interna
Publishing. Jakarta.
5. Worthley. IG, Shock: A Review of pathophysiology and management.
Department of critical care medicine. Flinders medical centre. Adelaide.
2000;2:55-65.
6. Queensland Ambulance Service. 2016. Clinical Practice Guidelines:
Trauma/Hypovolaemic Shock. Queensland;. Diakses pada [13 Oktober 2016].
Tersedia pada
[https://ambulance.qld.gov.au/docs/clinical/cpg/CPG_Hypovolaemic%20shoc
k.pdf]
7. Pascoe S, Lynch J. 2016. Management of Hypovolaemic Shock in the Trauma
Patient. Diakses pada [13 Oktober 2016]. Tersedia pada
[http://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0006/195171/Hypov
olaemicShock_FullReport.pdf]
8. First Aid Guide and Emergency Treatment Instructions. Saporo fire bureau.
Available at [https://www.city.sapporo.jp]. Diakses pada [10 oktober 2016].
9. Fitria, Cemy Nur. 2012. Syok d

Anda mungkin juga menyukai