Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SYOK HIPOVOLEMIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah “KDM”

Disusun oleh:

1. Acep Wenda
2. Annisa Tasyalia
3. Ari Fergiana
4. Arief Nurdiansyah
5. Dini Haryani

PROGRAM S1 KEPERAWATAN NON REGULER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat illahi robbi, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, bahwasanya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “SYOK HIPOVOLEMIK”.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kekhilapan baik dari segi penulisan ataupun pembahasannya yang
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang
membangun guna perbaikkan yang akan datang.
Atas dorongan dan bimbingan dari pembimbing kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas ini maka dengan segala kerendahan hati perkenankanlah
penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis, umumnya bagi semua pembaca. Amin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tasikmalaya, November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Medik............................................................................ 3
1. Definisi ................................................................................ 3
2. Etiologi................................................................................. 4
3. Patofisiologi ......................................................................... 5
4. Manifestasi Klinis ................................................................ 7
5. Penatalaksanaan.................................................................... 8
B. Konsep Keperawatan ................................................................ 9
1. Pengkajian ........................................................................... 9
2. Diagnosa Keperawatan......................................................... 10
3. Perencanaan.......................................................................... 11
4. Evaluasi................................................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 14
B. Saran .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.
Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat
akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan
adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan
cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok
harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).
(Bruner & Suddarth,2002).
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan kekurangan volume cairan
CES. Syok hipovolemik paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat
(syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan
perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab
syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa
terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga
abdomen. Syok hipovolemik biasanya terjadi akibat pendarahan yang herbat,
muntah, diare, intake dan output yang tidak seimbang, sehingga terjadi suatuu
keadaan dimana sesorang mengalami syok atau shock dapat didefinisikan
sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya
perfusi dan oksigenasi jaringan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa definisi dari Syok hipovolemik?
2.      Apa saja etiologi dari Syok hipovolemik?
3.      Bagaimanakah patofisiologi dari Syok hipovolemik?
4.      Bagaimana manifestasi klinis Syok hipovolemik?
5.      Bagaimana penatalaksaan Syok hipovolemik?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan Syok hipovolemik?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Syok hipovolemik
2.    Untuk mengetahui etiologi dari Syok hipovolemik
3.    Untuk mengetahui patofisiologi dari Syok hipovolemik
4.    Untuk mengetahui manifestasi klinis Syok hipovolemik
5.    Untuk mengetahui penatalaksaan Syok hipovolemik
6.    Untuk mengetahui asuhan keperawatan Syok hipovolemik

D. Manfaat Penulisan
a)   Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat
karya ilmiah dan menambah wawasan khususnya tentang Syok
hipovolemik dan ruang lingkupnya
b)   Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu
pengetahuan terutama mengenai konsep tentang Syok hipovolemik dan
ruang lingkupnya dalam bidang kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medik
1. Definisi
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok
hipovolemik juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan
menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga
menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah
dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin
memburuk. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui
permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare
juga dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler. Pada obstruksi,
ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes
atau penggunaan diuretic kuat dapat terjadi kehilangan cairan karena
dieresis yang berlebihan. Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada
sepsis berat, pancreatitis akut, atau peritonitis purulenta difus. Pada syok
hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, dan hematokrit) dan
dehidrasi interstitial. Dengan demikian tujuan utama dalam mengatasi syok
perdarahan adalah menormalkan kembali volume intravascular dan
interstitial. Bila deficit volume intravascular hanya dikoreksi dengan
memberikan darah maka masih tetap terjadi deficit interstistial, dengan
akibatnya tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang
berkurang. Pengambilan volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin
bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dan
sebagainya) dan cairan garam seimbang.kecuali jika miokard sudah
mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respon tubuh
terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan dan lama
perdarahan. Bila volume intravaskuler berkurang, tubuh akan selalu

3
berusaha mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak)
dengan mengorbankan perfusi organ yang lain seperti ginjal, hati dan kulit
akan terjadi perubahan-perubahan hormonal melalui system rennin-
angiotensin-aldosteron, system ADH, dan system saraf simpatis. Cairan
interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk mengembalikan
volume intravascular, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma
protein
2. Etiologi
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah
efektif. Kekurangan volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya
akan menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik; sedangkan deficit
volume darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok setelah trauma
biasanya jenis hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan (internal atau
eksternal) atau karena kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio atau
usus yang mengembang kerusakan jantung dan paru-paru dapat juga
menyokong masalah ini secara bermakna. Syok akibat kehilangan cairan
berlebihan bias juga timbul pada pasien luka bakar yang luas  (john
a.boswick,1998:44).
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan
intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1) Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang
mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan
kehamilan ektopik terganggu.
2) Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan
500–1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000–1500 ml
perdarahan.
3) Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena
kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
 Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.
 Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.
 Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.

4
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat
berkurangnya aliran darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya
pelepasan oksigen ke dalam jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan
menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme anaerob dan
menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya
asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991).
Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian
syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu
diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan
penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan
prioritas utama.
3. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
a. Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme
kompensasi sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan
sempurna tanpa dibantu terapi dari luar.
b. Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul
kematian.
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa
sehingga semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi
menolong penderita, meskipun pada saat itu, orang tersebut masih
hidup. 
Patofisiologi syok hepovelemik yaitu:
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara
mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem
kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin.system hematologi
berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut dengan
mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh
darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk
sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan
menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk.

5
Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang
sempurna dan formasi matur.
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard,
dan mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat
peninggian pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus vagus (yang
diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus karotid, arkus
aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga
merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan
membawa darah dari kulit, otot, dan GI.
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang
meningkatkan pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari
pelepasan rennin kemudian dip roses kemudian terjadi pembentukan
angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan
pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal.
Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan
konservasi air.
System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan
meningkatkan sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior
yang merespon pada penurunan tekanan darah dan penurunan pada
konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air dan
garam (NaCl) pada tubulus distal. Ductus colletivus dan the loop of Henle.
Patofisiology dari hipovolemik syok lebih banyak lagi dari pada
yang telah disebutkan . untuk mengexplore lebih dalam mengenai
patofisiology, referensi pada bibliography bias menjadi acuan. Mekanisme
yang telah dipaparkan cukup efektif untuk menjaga perfusi pada organ vital
akibat kehilangan darah yang banyak. Tanpa adanya resusitasi cairan dan
darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi
biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.

6
Tahap Syok Hipovolemik
Tahap I :
- terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
- terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah
masih dapat dipertahankan
Tahap II :
- terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
- tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
Tahap III
- bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
- terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi
jaringan secara cepat
- terjadi iskemik pada organ
- terjadi ekstravasasi cairan
4.      Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis
respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera
kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni
Ashadi, 2006 adalah:
a.      Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b.     Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran

7
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis
jaringan.
c.      Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor
yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi
aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak
dibawah 70 mmHg.
d.     Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia
akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
      Turunnya turgor jaringan.
      Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi
kering.dan
       Bola mata cekung.
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat,
disebabkan oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai
asidosis metabolik dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan
dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan kegagalan jantung
(decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika
(hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat
5.      Penatalaksanaan
Syok hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh
Terapi yang harus diberikan adalah resusitasi (penggantian) cairan. Jenis
cairan kristaloid dan komposisinya yang diberikan untuk mengatasi syok
hipovolemik dan komplikasi yang meungkin terjadi serta kontra indikasi
dapt dilihat dibawah ini :
         Volume konsentrasi (ml) Elektrolit Ditandai
         Na K Cl

8
      Cairan Isotonik 1000 0,9% 154 - 154 pH 6 ; dapat menyebabkan
peninggian klorida dan asidosis
       Ringer’s Laktat 1000 - 130 4 109 Lebih disukai untuk mengganti cairan
ekstraseluler. Laktat tak dimetabolisasi pada syok dan penyakit liver
karena itu dapat bertumpuk dalam darah.
Natrium Bikarbonat 50 7,5% 45 - - Harus diberikan secara perlahan
tidak lebih dari 2,5 mEq/ menit.
      Kalium Klorida 20 14,9% - 40 40 Tidak boleh diberikan pada gagal
ginjal. Kecepatan pemberian tidak boleh > 2/3 mEq/ menit.
NAtrium Laktat 1000 1/6 molar 167 - - Laktat sangat sulit
dimetabolisasi pada shock dan penyakit hati sebab dapat menimbulkan
mengumpulnya laktat
      Amonium Klorida 100 1% - - 18 Hanya digunakan pada keadaan
metabolic alkalosis berat 2/3 mEq/ menit dan bila fungsi ginjal dan hati
baik.

B.     Konsep Keperawatan


1.    Pengkajian
A.    Data Demografi
a.       Identitas klien
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, usia, alamat,
no.telepon, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
lama bekerja, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, ruangan dan
sumber info.
b.      Penanggung jawab
Meliputi nama, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan dan hubungan
dengan klien.
B.     Riwayat Kesehatan Saat Ini
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan syok hipovelemik adalah pendarahan atau
terlalu banyak mengeluarkan NaCL.

9
C.     Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya memicu resiko syok hipovelemik.
D.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit pada anggota keluarga yang lain yang dapat
menyebabkan syok hipovelemik.
E.     Pemeriksaan Fisik
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan
kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor,
mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan pemeriksaan neurologi
singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai
perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan
cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang
kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum
penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.

2.      Diagnosa Keperawatan


1)      Kekurangan volume cairan
  Domain 2 : Nutrisi
  Kelas 5 : Hidrasi
Definisi: penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intra
seluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan pada natrium.
Batasan Karakteristik :
  Peningkatan hematokrin
  Peningkatan suhu tubuh
  kelemahan
Faktor yang berhubungan :
  Kehilangan cairan aktif

10
2)      Penurunan curah jantung
  Domain 4 : aktivitas / istirahat
  Kelas 4 : respon kardiovaskuler
Definisi: ketidak adekuartan darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan Karakteristik :
  Keletihan
  Penurunan tekanan vena sentral
  Perubahan EKG
Faktor yang berhubungan :
  Perubahan frekuensi jantung
3)      Perfusi jaringan tidak efektif
3.      Perencanaan
No Diagnosa NOC NIC
1.      Kekurangan Setelah dilakukan tindakan  Kaji status volume
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 jam cairan ( TD, FJ, FP,
diharapkan kekurangan volume suhu, bunyi jantung)
cairan klien dapat teratasi, setiap 1 jam.
dengan kriteria hasil :  Berikan cairan IV sesuai
  Terbebas dari kelelahan, instruksi.
kecemasan atau  Monitor irama jantung
kebingungan  Berikan obat dan
 Menjelaskan indicator elektrolit sesuai
kelebihan cairan instruksi.
  Memelihaara tekanan vena   Berikan pengobatan β-
sentral, tekanan kapiler adrenerjik sesuai
paru, output jantung dan instruksi
vital sing dalam batas
normal

11
2.        Penurunan Setelah dilakukan tindakan  kaji dan pantau status
curah jantung keperawatan selama 3 x 24 jam kardiovaskuler setiap 1-
diharapkan penurunan curah 4 jam atau sesuai
jantung klien dapat teratasi, indikasi ; warna kulit,
dengan kriteria hasil : denyut nadi, TD,
 Mempertahankan curah parameter
jantung untuk menjamin hemodinamik, denyut
perfusi jaringan nadi perifer dan irama
jantung.
 Berikan cairan IV sesuai
instruksi.
 Berikan dopamine,
dobutamin atau
ephinephrin sesuai
instruksi untuk
mempertahankan TD
yang memadai ( > 90
mmHg sistolik).
 Pantau Hb dan Ht.
  Pantau Asidosis dengan
AGd setiap hari
3.        Perfusi Setelah dilakukan tindakan  Kaji tanda dan gejala
jaringan tidak keperawatan selama 3 x 24 jam yang menunjukkan
efektif diharapkan perfusi jaringan gangguan perfusi
tidak efektif dapat teratasi jaringan
dengan criteria hasil:  Pertahankan   tirah 
  Perfusi jaringan kembali baring   penuh 
efektif (bedrest   total) 
  Tekanan darah dalam batas dengan   posisi 
normal ekstremitas
  Nadi perifer > 2 kali suhu memudahkan sirkulasi
tubuh

12
 Pertahankan terapi
parenteral sesuai
dengan program terapi,
seperti darah lengkap,
plasmanat, tambahan
volume
 Ukur intake dan output
setiap jam
 Berikan obat-obatan
sesuai dengan program
terapi dan kaji efek obat
serta tanda toksisitas
 Pertahankan klien
hangat dan kering

4.      Evaluasi
Adapun evaluasi yang dapat diharapkan setelah memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien syok hipovelemik adalah sebagai berikut :
  Kekurangan volume cairan teratasi
  Penurunan curah jantung teratasi
  Perfusi jaringan tidak efektif teratasi

13
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik
juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume
intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol
yang akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah jantung (cardiac output).
Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh
darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin
memburuk.
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif.
Kekurangan volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik; sedangkan deficit volume darah
lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis
hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau
karena kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio atau usus yang mengembang
kerusakan jantung dan paru-paru dapat juga menyokong masalah ini secara
bermakna. Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bias juga timbul pada pasien
luka bakar yang luas  (john a.boswick,1998:44).

B.     Saran
Melalui makalah diatas , adapun saran yang diajukan oleh tim penulis
adalah :
1. Perawata harus melalukan tindakan keperawatan dengan baik pada pasien
penderita syok hipovelemik sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai.
2. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari syok
hipovelemik dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan
keperawatan pada pasien penderita syok hipovelemik dapat terlaksana dengan
baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda nurafif dan Hardhi kusuma. Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 2.
Yogyakarta: MediAction
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta:
EGC. 2002
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012 –2014. Jakarta : ECG
Wilkinson, J.M.,Nancy R. Ahern. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai