Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN CAIRAN OTAK

Oleh:

SUCI RAHMAWATI
P00341017096
II.B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puja bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Pemeriksaaan
cairan Tubuh” ini tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampuh mata kuliah KIMIA KLNIK program studi D-III
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari “Theosobia G Orno,S.Si,.m.kes”

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penyusun secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk
kami sendiri khususnya.

Kendari, 15 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .. ........................................................................................ i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan ................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cairan Otak.......................................................... 6
2.2. Proses Terbentuknya Cairan Otak ........................................ 7
2.3. Jenis Pemeriksaan Cairan Otak.. ........................................... 9
2.4. Interprestasi Hasil Pemeriksaan Cairan Otak…………….. 16
2.5. Kesalahan Pada Pemeriksaan Cairan Otak……………….. 20

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ........................................................................... 21
3.2. Saran… .................................................................................. 21

Daftar Pustaka ............................................................................................. 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis cairan tubuh merupakan sumber informasi untuk diagnosa medis saat
ini, karena dalam banyak kasus pasien yang didiagnosis dengan data dari tes ini,
dengan darah dan urin yang paling banyak digunakan. Cairan Tubuh adalah Air
beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel. jumlah cairan
tubuh 60% dari berat badan. Cairan tubuh terdapat di berada di luar sel (ekstra
selular) dan sebagian lagi di dalam sel (intra selular). Cairan tubuh terdiri dari sebagai
berikut : Cairan ekstra sel sebanyak: 20%Cairan interstisial : 15%. Cairan tubuh
merupakan medium di tengah-tengah sel hidup, sel menerima garam, makanan serta
oksigen dan melepaskan semua hasil buangannya ke dalam cairan itu juga.Plasma
darah = 5%, Merupakan sistem transport yang melayani semua sel melalui medium
cairan ekstraselular Cairan intra sel : 60%, Mengandung elektrolit, kalium, fosfat dan
bahan makanan seperti glukosa dan asam amino.Kerja enzim dalam sel adalah
konstan memecahkan dan membangun kembali sebagaimana dalam semua
metabolisme untuk mempertahanklan keseimbangan cairan.

Di dalam tubuh pertukaran cairan tubuh di pengaruhi oleh tekanan. Cairan


dalam plasma berada di bawah tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan
interstisial. Oleh sebab itu cairan cairan itu cendrung untuk keluar dari pembuluh
kapiler, akan tetapi di dalam plasma ada protein, sedangkan cairan interstisial
mengandung sedikit protein. Protein plasma ini mengeluarkan tekanan osmotik yang
berusaha mengisap cairan masuk pembuluh kapiler.Pada ujung kapiler arteri, tekanan
hidrostatik lebih besar dari tekanan osmotik, maka imbangan kekuatan kekuatan
mendorong cairan masuk jaringan. Sedangkan pada ujung kapiler vena tekanan
hidrostatik kurang, tekanan osmotik mengatasinya dan menarik kembali masuk
kapiler. Secara normal cairan yang meninggalkan kapiler lebih banyak daripada
cairan yang kembali masuk ke dalamnya, kelebihan ini disalurkan melalui limfe
(getah bening).

Pertukaran antara cairan intra seluler dan ekstra selular juga tergantung pada
tekanan osmotik, akan tetapi membran sel mempunyai permiabilitas selektif dan
dilalui oleh beberapa bahan seperti oksigen, karbondioksida, dan ureum secara bebas,
dan juga memompakan bahan lain masuk atau keluar untuk mempertahankan

4
perbedaan konsentrasi dalam cairan intra selular dan ekstra selular, misalnya kalium
dikonsentrasikan dalam intra selular sedangkan natrium dipompakan keluar.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian cairan otak ?

2. Bagaimana proses tebentuknya cairan otak?\ ?

3. Apa saja yang termasuk dalam pemeriksaan cairan otak ?

4. Interprestasi dari pemeriksaan cairan otak ?

5. Kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan cairan otak ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui apa itu cairan otak

2. Mengetahui proses terbentuknya cairan otak

3. Mengetahui pemeriksaan cairan otak

4. Dapat mengetahui interprestasi hsil dari pemeriksan cairan otak

5. Mengetahui apa saja kesalahan yang terjadi pada pemriksaan cairan otak

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian cairan otak

Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) adalah cairan yang


menggenangi otak dan akord tulang belakang. Cairan serebrospinal adalah satu dari
tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua lainnya adalah pembuluh darah dan
otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus koroid, serangkaian pembuluh darah
infolded bahwa proyek ke dalam ventrikel otak, dan itu diserap ke dalam sistem vena.
Jika produksi melebihi penyerapan, tekanan CSF naik, dan hasilnya adalah
hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi jika jalur CSF yang terhambat, menyebabkan
cairan menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal dianalisa untukmendeteksi
penyakit.

Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu


proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau
gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml,
volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104
ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra
sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit
atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml
dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi
dan absorpsi.

Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu,


maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan
serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik.
Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-
penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan
penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal
adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa,
mengidentifikasi organism penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas
antibiotika.

6
2.2. Mekanisme terbentuknya cairan otak

Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus,


dimana sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner
yang menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim,
yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul
danmembentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel
epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tigth junction pada sisi aspeks,
dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis dengan ruang stroma diantaranya.
Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler fenestrata). Inilah
yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini mempunyai
karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul besar dan
kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif. Pembentukan CSS melalui 2 tahap,
yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan
hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid
melalui proses metabolik aktif.

Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut:


Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus
sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini akan menarik ion-ion
bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam CSS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di
dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan somotik cairan ventrikel sekitar
160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotik ini menyebabkan
sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus ke dalam
CSS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik abhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan
akan mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini
disebut Na-K Pump yang terjadi dgnbantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam
keseimbangan. Obat yang menghambat proses ini dapat menghambat produksi CSS.
Penetrasi obat-obat dan metabolit lain tergantung kelarutannya dalam lemak. Ion
campuran seperti glukosa, asam amino, amin danhormon tyroid relatif tidak larut
dalam lemak, memasuki CSS secara lambat dengan bantuan sistim transport
membran. Juga insulin dan transferin memerlukan reseptor transport media. Fasilitas
ini (carrier) bersifat stereospesifik, hanya membawa larutan yang mempunyai
susunan spesifik untuk melewati membran kemudian melepaskannya di CSS.

Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif.
Kalium disekresi ke CSS dgnmekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari
CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak

7
juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam
CSS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum. Perbedaan difusi
menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga pengeluaran CO2. Air
dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan
Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang interseluler, demikian juga
sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan intervena cairan
hipotonik dan hipertonik.

Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan
terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di
atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral
sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS 20 ml/jam. CSS bukan hanya ultrafiltrat
dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses enzimatik. CSS dari
ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam ventrikel
III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dlam ventrikel IV. Tiga buah
lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen
luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler
medial (foramen magendi) yang berada dibagian tengah atap ventrikel III
memungkinkan CSS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga
subarakhnoid. CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai
batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan
dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui
apertura tentorial dan berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana
sebagian besar CSS akan diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada
dinding sinus sagitalis superior.

Yang mempengaruhi alirannya adalah metabolisme otak, kekuatan


hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah. CSS akan
melewati villi masuk ke dalam aliran adrah vena dalam sinus. Villi arakhnoid
berfungsi sebagai katup yang dapat dilalui CSS dari satu arah, dimana semua unsur
pokok dari cairan CSS akan tetap berada di dalam CSS, suatu proses yang dikenal
sebagai bulk flow. CSS juga diserap di rongga subrakhnoid yang mengelilingi batang
otak dan medula spinalis oleh pembuluh darah yang terdapat pada sarung/selaput
saraf kranial dan spinal. Vena-vena dan kapiler pada piameter mampu memindahkan
CSS dengan cara difusi melalui dindingnya. Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam
jaringan sistem saraf melalui perluasaan sekeliling pembuluh darah membawa juga
selaput piametr disamping selaput arakhnoid. Sejumlah kecil cairan berdifusi secara
bebas antara cairan ekstraselluler dan css dalam rongga perivaskuler dan juga

8
sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga metabolit dapat berpindah dari
jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf pusat,
lapisan pia dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan
diri pada tingkatan kapiler.

2.3. Jenis Pemeriksaan Cairan otak

Jenis-jenis pemeriksaan

1. Pemeriksaan Makroskopik

a. Pemeriksaan tentang kekeruhan

Untuk melihat adanya kekeruhan maka cairan oatak dibandingkan dengan


yang berisi aquadest, dalam keadaan normal cairan otak jernih. Keadaan
patologis dapat terjadi sebagai berikut:

1) Opalescent : seperti kabut halus, gris hitam pada dasar tabung

masih dapat dilihat.

2) Keruh : garis hitam pada dasar tabung tidak tampak lagi

pada keadaan ini jumlah sel umumnya lebih besar 500


sel/mm3Keadaan ini bisa disbabkan oleh perdarahan,
sel-sel radang, dan kuman, leukositosis tidak selalu
disertai kekeruhan misalnya pada meningitis
tuberculosa, meningitis syphili catabes dorsalis dan
polio myelitis pada keadaan ini cairan otak masih
jernih.

b. Pemeriksaan tentang pH

Cairan otak dalam keadaan normal pH bereaksi sedikit alkalis

c. Pemeriksaan tentang Berat Jenis

Dalam keadaan normal Berat Jenis cairan otak sekitar 1.003-1.008

9
d. Pemeriksaan tentang warna

Dalam keadaan normal cairan otak tidak berwarna, dalam keadaan


patologis cairan otak berwarna :

1) Kekuning-kuningan

Warna ini dapat disebaakan derivat hemoglobin dari perdarahan


yang telah lama terjadi ( minimum 6 jam maximum 1-1,5 minggu), brasal
dari bilirubin darah bila intensitas ikterus hebat. Cairan otak xanthocrome
karena kadar protein yang sangat tinggi atau pendarahan dapat membeku.

2) Merah

Warna merah disebakan oleh karena:

- Pendarahan artifisialyang merupakan komplikasi dari punksi

- Pendarahan sub arachnoidal

3) Coklat

Warna coklat disebabkan perdarahan yang lama disertai dengan


adanya hemolisis , maka LC akan berwarna coklat.

4) Keabu-abuan

Warna keabu-abuan ini disebabkan oleh adanya leukosit dalam jumlah


besar.

e. Pemeriksaan tentang pellicle ( bekuan halus)

Pada cairan otak yang normal pellicle / bekuan halus dapat


diperlihatkan. Bila cairan otak dibiarkan pada suhu kamar pada 24 jam.
Pada meningitis purulenta, pellicle akan cepat terbentuk besar dan kasar
dalam waktu beberapa menit sampai 1 menit sampai 1 jam.

2. Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopi diarahkan kepada jumlah dan jenis sel dalam


cairan otak dan kepada adanya bakteri serta jenis secara bakterioskopik.

10
a. Menghitung jumlah sel

Pemeriksaan ini di lakukan sebaik-baiknya setengah jam setelah


mendapat liquor karna leukosit sangat cepat rusak. Selain itu penyebaran sel
dalam cairan itu cepat menjadi serbaneka (teristimewa dalam cairan keruh)
dan tidak dapat lagi di jadikan homogen dengan mengocok.

Tabung ketigalah yang baik dipakai untuk menghitung jumlah sel


karena merupakan sampel yang paling murni. Jika terdapat darah dalam cairan
otak, penetapan jumlah sel (leukosit ) tidak mungkin teliti lagi dan banyak
orang menggap usaha itu tanpa arti. Dalam keadaan normal di dapat 0-5 sel/µl
cairan otak, karenaitu dipakai pengenceran dan kamar hitung yang berlainai
dari pada cara menghitung leukosit dalam darah.

Kamar hitung yang sering dan sebaiknya dipakai ialah menurut fuchs-
Rosenthal, tinggi kamar hitung itu 0,2 mm dan luasnya 16 mm2 . Larutan
pengencer ialah larutan turk pekat : methylviolet (gentianviolet) 200 mg,
asam asetat glacial 4 ml, aquadest 100 ml. Saring sebelum dipakai.

Cara kerja :

1) Kocoklah dulu cairan otak yang akan di periksa.

2) Isaplah lebih dulu larutan turk pekat sampai garis tanda 1 dalam pipet
leukosit.

3) Kemudian isap lah cairan otak sampai garis 11

4) Kocoklah pipat benar-benar, buanglah 3 tetes dari pipet dan kemidian


isilah kamar 9 hitung fuchs-rosenthal dan biarkan kamar hitung itu
mendatar selama 5 menit.

5) Hitunglah semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi dengan
memakai lensa objektif 10x.

b. Menghitung jenis sel

Meskipun dalam cairan otak ada lebih dari dua jenis sel, namun dalam
praktek sehari –hari hanya dibuat perbedaan antar sel yang berinti (hanya
limfosit) dan polinuklear (segmen).

11
Cara kerja :

1) Cairan yang jernih atau yang agak keruh saja, harus dipusing terlebih
dahulu dengan kecepatan sedang, umpamanya 1500-2000 rpm selama
10 menit.

2) Cairan yang dibuat dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus
yang dibiarkan kering pada hawa udara. Jangan memakai panas untuk
merekat sediaan itu.

3) Buanglah hitung jenis sel.

c. Bakterioskopi

Diantara kuman yang paling sering didapat dalam getah otak ialah M.
Tuberculosis, meningococci, pneumococci, streptococci dan H.
Influenzae.Dengan mengadakan pemeriksaan bakterioskopi, sering sudah
dapat diperoleh petunjuk ke arah etiologi radang ; sebaiknya disamping itu
diusahakan biakan dan percobaan hewan pula. Yang diperlukan untuk
bakterioskopi ialah pulasan menurut gram dan menurut ziehl-neelsen atau
kinyoun, pulasan itu dikerjakan dengan memakai sedimen sebagai bahan
pemeriksaan.

Pulasan terhadap batang tahan asam baik sekali dilakukan dengan


bekuan halus atau dengan selaput permukaan. Tidak terdapatnya batang tahan
asam dalam bahan itu tidak mengesampingkan kemungkinan meningitis
tuberculosa.

3. Pemeriksaan Kimia

Diantara banyak macam pemeriksaan kimia yang dapat dilakukan atas


cairan otak, ada beberapa macam yang sering dikehendaki, yaitu pemeriksaan
terhadap kadar protein ,glukosa dan cholorida. Selain itu,meskipun bukan
bersifat penetapan kimia sebenar-benarnya sering dikendaki juga test-test koloid.

a. Protein

Pemeriksaan terhadat protein dalam cairan otak ialah yang paling


penting diantara pemeriksaan kimia. Usaha mengetahui jumlahnya dapat

12
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Jiak ada darah dalam cairan otak,
hasil pemeriksaan ini ( dengan cara maupun juga ) tidak ada artinya lagi.

1) Test busa

Percobaan ini merupakan test kasar terhadap kadar protein yang


sangat meningkat. Kalau cairan otak normal dikocok kuat-kuat, maka
busa yang terjadi hanya sedikit saja dan menghilang setelah ditenangkan
selama 1-2 menit. Kalau kadar protein sangat meninggi, lebih banyak
busa terbentuk dan busa itu juga belum lenyap selama 5 menit. Test ini
hanya memberi kesan saja tentang kadar protein dalam cairan otak.

2) Test Pandy

Reagens pandy, yaitu larutan jenuh fenol dalam air ( penolum


liquefactum 10 ml : aqua dest 90 ml; simpan beberapa hari dalam lemari
peneram 37 dengan sering dikocok-kocok) bereaksi dengan globulin dan
dengan albumin.

Cara kerja:

 Sediakanlah 1 ml reagens pandy dalam tabung serologi yang kecil


bergaris tengah 7 mm.
 Tambahkan 1 tetes cairan otak tanpa sedimen.
 Segeralah baca hasil tes itu dengan melihat kepada derajat kekeruhan
yang terjadi.

Test pandy ini mudah dapat dilakukan pada waktu melakukan


fungsi dan memang sering dijalakan demikian sebagai bedside test. Itulah
sebabnya maka test Pandy masih juga dipertahankan dalam penuntun ini,
meskipun pada waktu ini dikenal test-test terhadap protein yang lebih
spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.

Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau


kekeruhan yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar
protein, semakin keruh hasil reaksi ini yang selalu harus segera dinilai
setalah pencampuran liquor dengan reagens. Tak ada kekeruhan atau
kekeruhan yang sangat halus berupa kabut menandakan hasil reaksi yang
negatif. Kekeruhan yang lebih berat berarti test Pandy ini menjadi lebih
positif.

13
3) Test Nonne

Percobaan ini yang juga dikenal seperti test Nonne-Apelt atau test
Ross-Jones, memggunakan larutan jenuh amoniumsulfat sebagai
reagens. ( amonium sulfat 80 g: aquadest 100 ml; saring sebelum
memakainya ). Test seperti dilakukan dibawah ini terutama menguji
kadar globulin dalam cairan otak.

Cara kerja :

 Taruhlah ½ -1 ml reagens Nonne dalam tabung kecil yang bergaris


kira- kira 7 mm.
 Dengan berhati-hati masukan sama banyak cairan otak kedalam
tabung itu, sehinggga kedua macam cairan tinggi terpisah menyusun
dua lapisan.
 Tengakanlah selama 3 menit, kemudian selidiki perbatasan kedua
cairan tersebut.

Seperti juga test Pandy, test Nonne sering dilkukan seperti badside
test pada waktu mengambil cairan otak dengan pungsi. Sebenarnya test
Nonne ini sudah usang, dalam laboratorium klinik modern ia sudah
kehilangan tempatnya. Dalam keadaan normal hasil test ini negatif,
artinya: tidak terjadi kekeruhan pada perbatasan. Semakin tinggi kadar
globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi. Laporkan hasil test ini
sebagai negatif atau positif saja.Test Nonne memakai lebih banyak
bahan dari test Pandy, tetapi lebih bermakna dari test Pandy karena
dalam keadaan normal test ini berhasil negatif: sama sekali tidak ada
kekeruhan pada batas cairan.

4) Penetapan Protein Kountitatif

Kadar protein dapat di ukur secara kuantitatif dengan bermacam-


macam cara yang menggunakan dasar fotokolorimeter atau turbidimeter.
Cara fotokolorimeter mengukur absorbansi larutan setelah membuat
warna dengan reaksi biuret atau mengukur warna hasil reaksi warna
dengan tirosin atau triptofan. Pada turbidimeter diukur kekeruhan yang
timbul akibat reaksi antara protein sulfosalisilat atau reagens lain yang
mengendapkannya.

14
Cara-cara kuantitatif ini mudah dijalankan dan jauh lebih bermakna
dari pada hanya melakukan test Pandy atau Nonne saja. Kalau cairan otak
tercampur darah hasil penetapan inipun akan menjadi tanpa arti. Batas-
batas normal kadar protein dipengaruhi oleh tempat mengabil cairan otak;
semakin kranial, semakin kurang kadian lubar protein. Kadar protein
dalam cairan otak dalam ventriculi; 55-15 mg/dl; dalam cisterna magna
10-25 mg/dl dan dari bagian lumbal 15-40 mg/dl.

Dalam keadaan normal terutama albumin yang ada dalam cairan


otak, pada keadaan patologik globulin-globulin juga akan muncul beserta
fibrinogen. Laboratorium klinik modern selayaknya dapat memisah-
misahkan fraksi-fraksi itu dengan elektroforesis dan dengan
imunoelektroforesis. Untuk melakukan elektroforesis dan dengan
memakai cellulose acetat sebagai media pendukung, perlu terlebih dahulu
melakukan pemekatan dari protein-protein dengan cara dianalisis. Dalam
cairan otak normal didapat fraksi-fraksi protein sbb: prealbumin 4,6
1,3%, albumin 49,5 ; alfa-1-globulin 6,7 2,1%; alfa-2-globulin 8,3 2,1%;
beta-globulin 8,2 2,7 %. Perubahan dalam konsentrasi fraksi-fraksi
protein dapat dihubungkan dengan kelainan neurologis tertentu.

Pada banyak keadaan abnormal kadar protein total mengikat kadar


protein yang sangat tinggi ( 200- 1000 mg/dl) didapat pada meningitis
purulate, pada perdarahan subarachnoidal dan jika ada satu penyumbatan
(block). Hampir semua macam penyakit organik pada susunan saraf pusat
disertai meningginya kadar protein : dearajat meningkatnya sesuai dengan
breatnya lesi. Kombinasi kadar protein tinggi, xanthochromi dan
pleiositosis limpositik dikenal dengan nama sindroma froin.

b. Glukosa

Penetapan glukosa harus dikerjakan dengan cair otak segar karena


sel-sel dan mikroorganismus akan mengurangi jumlhnya. Penetapan
biasanya mengunakan 0,1 ml cairan, tetapi ada juga yang memakai lebih
banyak tergantung cara penetapan.Normal 50-80 mg/dl glukosa atau kira-
kira setengah dari kadar dalam plasma. Kadar glukosa dalamm liquor
sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam plasma, maka itu sebainya
setelah melakukan penetapan kadar glukosa darah disamping kadar dalam
liquor untuk dapat menafsirkan hasil penetapan. Pada hipoglikemia kadar
glukoisa merendah dan pada hiperglikemia meningkat.

15
Indikasi terutama pada penetapan glukosa dalam cairan otak ialah
persangkaan meningitis. Pada meningitis kadar bakterial menurun. Kadar
yang normal yang mendampingi pleisitosis mengarah kepada peradangan
nonbakterial. Juga pada meningitis purulenta kadar glukosa turun,
mungkin hingga menjadi nol. Kadar glukosa biasanya tidak berubah pada
encephalitis, tumor otak dan neurosyphilis. Pemakaian cairan celup
seperti diterangkan pada bab uirinalisis untuk penetapan kadar glukosa
dalam cairan otak tidak dianjurkan.

c. Chlorida

Seperti juga kadar glukosa, kadar chorida dalam cairan otak turut
naik turun dengan kadar chorida dalam plasma darah, maka dari itu
penetapan chorida serum disamping chorida liquor membawa
manfaatnya. Dalam keadaan normal terdapat 720-750 mg chorida per dl (
disebut sebagai NaCL ) dalam cairan otak. Bandingkanlah nilai normal
dalam plasma darah : 550-620 mg/dl sebagai NaCL. Penetapan kadar
chlorida berguana dala diagnosa meningitis : pada meningitis acuta kadar
itu akan merendah hingga kurang dari 680 mg/dl.

Pada meningitis cubertulosa didapat penyusutan yang sangat besar,


biasanya sampai kurang dari 600 mg/dl. Peradangan setempat,
peradangan non-bakterial, tumor otak, encephalitis dan neurosyphilis
tidak disertai perubahan dalam kadar chlorida. Pendapat: cairan otak
jernih dengan tekanan meninggi, pleiositosis, kadar protein meninggi,
kadar glukosa dan chlorida kedua-duanya merendah merngarahkan
persangkaan kepada meningitis tuberculosa.

2.4. Interprestasi hasil pemeriksaan cairan otak

Interprestasi Hasil Pemeriksaan Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis)

1. Ensefalitis

Tekanan : Meningkat

Protein : Agak meningkat

Gambaran Makroskopis : Jernih

Glukosa : Normal

16
Sel : Limfosit atau normal

Pewarnaan Gram : Negatif

Pewarnaan tahan asam : Negatif

Kultur bakteri : Negatif

Kultur mikrobakteri : Negatif

Kultur virus : pada 30% atau kurang

Klorida : Normal

2. Meningitis bakterialis

Tekanan : Meningkat

Protein : Tinggi

Gambaran Makroskopis : Keruh

Glukosa : Sangat rendah

Sel : Neutrofil

Pewarnaan Gram : Positif pada 90%

Pewarnaan tahan asam : Negatif

Kultur bakteri : Positif pada 90%

Kultur mikrobakteri : Negatif

Kultur virus : Negatif

Klorida : Rendah

3. Meningitis virus

Tekanan : Meningkat

17
Protein : Agak menigkat

Gambaran Makroskopis : Jernih

Glukosa : Normal

Sel : Limfosit

Pewarnaan Gram : Negatif

Pewarnaan tahan asam : Negatif

Kultur bakteri : Negatif

Kultur mikrobakteri : Negatif

Kultur virus : Positif pada 70 %

Klorida : Normal

4. Meningitis TB

Tekanan : Meningkat

Protein : Sangat tinggi

Gambaran Makroskopis : Jernih

Glukosa : Rendah

Sel : Pleositosis

Pewarnaan Gram : Negatif

Pewarnaan tahan asam : Jarang positif

Kultur bakteri : Negatif

Kultur mikrobakteri : Positif

Kultur virus : Negatif

Klorida : Sangat rendah

18
5. Abses otak

Tekanan : Dapat sangat tinggi

Protein : Meningkat

Gambaran Makroskopis : Jernih

Glukosa : Normal

Sel : Pleositosis

Pewarnaan Gram : Kadang-kadang positif

Pewarnaan tahan asam : Negatif

Kultur bakteri : Kadang-kadang positif

Kultur mikrobakteri : Negatif

Kultur virus : Negatif

Klorida : Normal / rendah

6. Uji pandy (pemeriksaan protein)

Negatif : Tidak ada kekeruhan (15-45mg%)

[+] 1 : Terjadi opalescent (50-100mg%)

[+] 2 : Cairan keruh (100-300mg%)

[+] 3 : Keruh (300-500mg%)

[+] 4 : Keruh seperti susu (>500mg%)

7. Uji none (pemeriksaan protein)

Negatif : Tidak terbentuk cincin diantara 2 lapisan

Positif : Terbentuk cincin diantara 2 lapisan

19
8. Test busa (pemeriksaan protein)

Normal : hilang dala 1-2 menit

Abnormal : hilang > 5 menit

2.5. Kesalahan pada pemeriksaan Cairan Otak

Sumber Kesalahan

1. Wadah sampel yang tidak steril menyebabkan sampel terkontaminasi oleh


kuman-kuman sehingga memberikan hasil positif palsu.

2. Penundandaan pemeriksaan sampel tanpa ad perlakuan tertentu menyebakan


berbagai sel cepat lisis, glukosa cepat rusak sehingga memberikan hasil negatif
palsu.

3. Penyimpanan sampel di dalam lemari es yang menyebabkan bakteri yang tidak


tahan pada suhu redah, sehingga memerikan hasil negatif palsu.

4. Cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian


antibiotik seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan
Haemophilus influenzae, sehingga ,e,berikan hasil yang negatif palsu.

5. Cedera pembulu darah yang diakibat karena tindakan lumbal fungsi


menyebabkan terdapatnya darah pada sampel sehingga memberikan hasil
pemeriksaan yang positif palsu.

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus


khoroideus, dimana sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel
kuboid/kolumner yang menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan
modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke ventrikel. Pembentukan CSS
melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler
oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi
sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif.

Pemeriksaan cairan otak dibagi atas tiga bagian yaitu makroskopik,


mikroskopik, dan kimia. Pemeriksaan maksorkopik cairan otak yang dibahas
yaitu kekeruhan, warna berat jenis, ph, dan bekuan halus. Pemeriksaan
mikroskopi diarahkan kepada jumlah dan jenis sel dalam cairan otak dan
kepada adanya bakteri serta jenis secara bakterioskopik. Dan pemeriksaan
kimia meliputi pemeriksaan protein, glukosa dan chlorida.

3.2. Saran

Sebagai tenaga kerja yang bekerja sebagai analis kesehatan disarankan


untuk memahami tentang pemeriksaan cairan otak, proses terbentuknya, serta
sumber kesalahan hasil pemeriksaan, karena dengan memahami hal ini kita
mampu menegakkan diagnosa dengan tepat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R.1968.”Penuntun Laboratorium Klinik’’. Jakarta: Dian Rakyat


Agung.

Mahode ,Albertus .2011. ‘’ Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium

Kesehatan “. Jakarta : EGC.

http://www.slideshare.net/mursidah_irawati/makalah-cairan-otak

http://www.scribd.com/doc/117189964/Analisa-Liquor-Crebospinalis

22

Anda mungkin juga menyukai