Oleh:
SUCI RAHMAWATI
P00341017096
II.B
Segala puja bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Pemeriksaaan
cairan Tubuh” ini tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampuh mata kuliah KIMIA KLNIK program studi D-III
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari “Theosobia G Orno,S.Si,.m.kes”
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk
kami sendiri khususnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan ................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cairan Otak.......................................................... 6
2.2. Proses Terbentuknya Cairan Otak ........................................ 7
2.3. Jenis Pemeriksaan Cairan Otak.. ........................................... 9
2.4. Interprestasi Hasil Pemeriksaan Cairan Otak…………….. 16
2.5. Kesalahan Pada Pemeriksaan Cairan Otak……………….. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis cairan tubuh merupakan sumber informasi untuk diagnosa medis saat
ini, karena dalam banyak kasus pasien yang didiagnosis dengan data dari tes ini,
dengan darah dan urin yang paling banyak digunakan. Cairan Tubuh adalah Air
beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel. jumlah cairan
tubuh 60% dari berat badan. Cairan tubuh terdapat di berada di luar sel (ekstra
selular) dan sebagian lagi di dalam sel (intra selular). Cairan tubuh terdiri dari sebagai
berikut : Cairan ekstra sel sebanyak: 20%Cairan interstisial : 15%. Cairan tubuh
merupakan medium di tengah-tengah sel hidup, sel menerima garam, makanan serta
oksigen dan melepaskan semua hasil buangannya ke dalam cairan itu juga.Plasma
darah = 5%, Merupakan sistem transport yang melayani semua sel melalui medium
cairan ekstraselular Cairan intra sel : 60%, Mengandung elektrolit, kalium, fosfat dan
bahan makanan seperti glukosa dan asam amino.Kerja enzim dalam sel adalah
konstan memecahkan dan membangun kembali sebagaimana dalam semua
metabolisme untuk mempertahanklan keseimbangan cairan.
Pertukaran antara cairan intra seluler dan ekstra selular juga tergantung pada
tekanan osmotik, akan tetapi membran sel mempunyai permiabilitas selektif dan
dilalui oleh beberapa bahan seperti oksigen, karbondioksida, dan ureum secara bebas,
dan juga memompakan bahan lain masuk atau keluar untuk mempertahankan
4
perbedaan konsentrasi dalam cairan intra selular dan ekstra selular, misalnya kalium
dikonsentrasikan dalam intra selular sedangkan natrium dipompakan keluar.
5. Mengetahui apa saja kesalahan yang terjadi pada pemriksaan cairan otak
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2. Mekanisme terbentuknya cairan otak
Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif.
Kalium disekresi ke CSS dgnmekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari
CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak
7
juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam
CSS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum. Perbedaan difusi
menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga pengeluaran CO2. Air
dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan
Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang interseluler, demikian juga
sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan intervena cairan
hipotonik dan hipertonik.
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan
terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di
atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral
sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS 20 ml/jam. CSS bukan hanya ultrafiltrat
dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses enzimatik. CSS dari
ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam ventrikel
III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dlam ventrikel IV. Tiga buah
lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen
luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler
medial (foramen magendi) yang berada dibagian tengah atap ventrikel III
memungkinkan CSS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga
subarakhnoid. CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai
batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan
dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui
apertura tentorial dan berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana
sebagian besar CSS akan diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada
dinding sinus sagitalis superior.
8
sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga metabolit dapat berpindah dari
jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf pusat,
lapisan pia dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan
diri pada tingkatan kapiler.
Jenis-jenis pemeriksaan
1. Pemeriksaan Makroskopik
b. Pemeriksaan tentang pH
9
d. Pemeriksaan tentang warna
1) Kekuning-kuningan
2) Merah
3) Coklat
4) Keabu-abuan
2. Pemeriksaan mikroskopik
10
a. Menghitung jumlah sel
Kamar hitung yang sering dan sebaiknya dipakai ialah menurut fuchs-
Rosenthal, tinggi kamar hitung itu 0,2 mm dan luasnya 16 mm2 . Larutan
pengencer ialah larutan turk pekat : methylviolet (gentianviolet) 200 mg,
asam asetat glacial 4 ml, aquadest 100 ml. Saring sebelum dipakai.
Cara kerja :
2) Isaplah lebih dulu larutan turk pekat sampai garis tanda 1 dalam pipet
leukosit.
5) Hitunglah semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi dengan
memakai lensa objektif 10x.
Meskipun dalam cairan otak ada lebih dari dua jenis sel, namun dalam
praktek sehari –hari hanya dibuat perbedaan antar sel yang berinti (hanya
limfosit) dan polinuklear (segmen).
11
Cara kerja :
1) Cairan yang jernih atau yang agak keruh saja, harus dipusing terlebih
dahulu dengan kecepatan sedang, umpamanya 1500-2000 rpm selama
10 menit.
2) Cairan yang dibuat dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus
yang dibiarkan kering pada hawa udara. Jangan memakai panas untuk
merekat sediaan itu.
c. Bakterioskopi
Diantara kuman yang paling sering didapat dalam getah otak ialah M.
Tuberculosis, meningococci, pneumococci, streptococci dan H.
Influenzae.Dengan mengadakan pemeriksaan bakterioskopi, sering sudah
dapat diperoleh petunjuk ke arah etiologi radang ; sebaiknya disamping itu
diusahakan biakan dan percobaan hewan pula. Yang diperlukan untuk
bakterioskopi ialah pulasan menurut gram dan menurut ziehl-neelsen atau
kinyoun, pulasan itu dikerjakan dengan memakai sedimen sebagai bahan
pemeriksaan.
3. Pemeriksaan Kimia
a. Protein
12
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Jiak ada darah dalam cairan otak,
hasil pemeriksaan ini ( dengan cara maupun juga ) tidak ada artinya lagi.
1) Test busa
2) Test Pandy
Cara kerja:
13
3) Test Nonne
Percobaan ini yang juga dikenal seperti test Nonne-Apelt atau test
Ross-Jones, memggunakan larutan jenuh amoniumsulfat sebagai
reagens. ( amonium sulfat 80 g: aquadest 100 ml; saring sebelum
memakainya ). Test seperti dilakukan dibawah ini terutama menguji
kadar globulin dalam cairan otak.
Cara kerja :
Seperti juga test Pandy, test Nonne sering dilkukan seperti badside
test pada waktu mengambil cairan otak dengan pungsi. Sebenarnya test
Nonne ini sudah usang, dalam laboratorium klinik modern ia sudah
kehilangan tempatnya. Dalam keadaan normal hasil test ini negatif,
artinya: tidak terjadi kekeruhan pada perbatasan. Semakin tinggi kadar
globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi. Laporkan hasil test ini
sebagai negatif atau positif saja.Test Nonne memakai lebih banyak
bahan dari test Pandy, tetapi lebih bermakna dari test Pandy karena
dalam keadaan normal test ini berhasil negatif: sama sekali tidak ada
kekeruhan pada batas cairan.
14
Cara-cara kuantitatif ini mudah dijalankan dan jauh lebih bermakna
dari pada hanya melakukan test Pandy atau Nonne saja. Kalau cairan otak
tercampur darah hasil penetapan inipun akan menjadi tanpa arti. Batas-
batas normal kadar protein dipengaruhi oleh tempat mengabil cairan otak;
semakin kranial, semakin kurang kadian lubar protein. Kadar protein
dalam cairan otak dalam ventriculi; 55-15 mg/dl; dalam cisterna magna
10-25 mg/dl dan dari bagian lumbal 15-40 mg/dl.
b. Glukosa
15
Indikasi terutama pada penetapan glukosa dalam cairan otak ialah
persangkaan meningitis. Pada meningitis kadar bakterial menurun. Kadar
yang normal yang mendampingi pleisitosis mengarah kepada peradangan
nonbakterial. Juga pada meningitis purulenta kadar glukosa turun,
mungkin hingga menjadi nol. Kadar glukosa biasanya tidak berubah pada
encephalitis, tumor otak dan neurosyphilis. Pemakaian cairan celup
seperti diterangkan pada bab uirinalisis untuk penetapan kadar glukosa
dalam cairan otak tidak dianjurkan.
c. Chlorida
Seperti juga kadar glukosa, kadar chorida dalam cairan otak turut
naik turun dengan kadar chorida dalam plasma darah, maka dari itu
penetapan chorida serum disamping chorida liquor membawa
manfaatnya. Dalam keadaan normal terdapat 720-750 mg chorida per dl (
disebut sebagai NaCL ) dalam cairan otak. Bandingkanlah nilai normal
dalam plasma darah : 550-620 mg/dl sebagai NaCL. Penetapan kadar
chlorida berguana dala diagnosa meningitis : pada meningitis acuta kadar
itu akan merendah hingga kurang dari 680 mg/dl.
1. Ensefalitis
Tekanan : Meningkat
Glukosa : Normal
16
Sel : Limfosit atau normal
Klorida : Normal
2. Meningitis bakterialis
Tekanan : Meningkat
Protein : Tinggi
Sel : Neutrofil
Klorida : Rendah
3. Meningitis virus
Tekanan : Meningkat
17
Protein : Agak menigkat
Glukosa : Normal
Sel : Limfosit
Klorida : Normal
4. Meningitis TB
Tekanan : Meningkat
Glukosa : Rendah
Sel : Pleositosis
18
5. Abses otak
Protein : Meningkat
Glukosa : Normal
Sel : Pleositosis
19
8. Test busa (pemeriksaan protein)
Sumber Kesalahan
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/mursidah_irawati/makalah-cairan-otak
http://www.scribd.com/doc/117189964/Analisa-Liquor-Crebospinalis
22