Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CAIRAN OTAK ( LIQUOR CEREBRO SPINALIS)

Dianjukan sebagai tugas mata kuliah Kimia Klinik I dengan dosen


Ibu Fitri Fadhilah S. Si., M. Kes., AIFO

Disusun oleh :
Widia Oktapiany 1511E1033
Mirdana Sari Sitanggang 1511E1040
Sri Bintang Wahyuni 1511E1044
Siti Hamidah Fauziah 1511E1052
Nanda Widyaningsih 1511E1053
Adhella Arthamevina 1511E1057

Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung


Jl. Padasuka Atas No. 233 Bandung 40192 Telp/Fax. (022)7203733

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Cairan Otak (LCS) dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepaas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Cairan Otak (LCS) dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 19 Maret 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
TEORI DASAR .............................................................................................................................. 3
2.1 Definisi Cairan Otak......................................................................................................... 3
2.2 Proses Terbentuknya Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis) ......................................... 3
2.3 Fungsi cairan otak ............................................................................................................ 4
2.4 Parameter Pemeriksaan Cairan Serebrospinal.................................................................. 4
BAB III ......................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak adalah organ yang luar biasa, bekerja mengkoordinasikan seluruh yang terjadi
di dalam tubuh, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi, hormon, ingatan. Kelainan
kecil pada otak akan mempengaruhi aktifitas tubuh, sehingga harus selalu menjaga nutrisi,
kesehatan, dan mengembangkannya.
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon) ,
menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar
400 kilo kalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai
energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa. Jaringan otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran
darah berhenti 10 detik saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam
beberapa menit, merusak permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan
juga merusak jaringan otak.
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular
seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh
merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida
transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan. Rata-rata seseorang
memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan
tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh
menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi. Beberapa cairan tubuh yaitu
darah dan plasma darah, sitosol, cairan serebrospinal (CSS), cairan limfa, cairan pleura, dan
cairan amnion.
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik
terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan LCS ini
berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/
meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis,
Mikroskopis, dan Kimiawi.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi cairan otak ?
b. Bagaimana proses terbentuknya cairan otak ?
c. Untuk mengetahui fungsi cairan otak?
d. Bagaimana parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?
e. Apa saja yang menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan cairan otak ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cairan otak ?
b. Untuk mengetahui proses terbentuknya cairan otak ?
c. Untuk mengetahui fungsi cairan otak?
d. Untuk mengetahui parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?
e. Untuk mengetahui yang menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan cairan otak.

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Cairan Otak


Cairan otak (serebrospinalis,CSS) adalah cairan jernih yang tidak berwarna yang
dibentuk oleh pleksus koroideus di dalam ruang atau vertikel tertius, vertikel quartus, dan
vertikel lateralis melalui sekresi yang melibatkan transpor aktif dan ultrafiltrasi plasma
darah.

Sumber : http://aceh-
laboratorium.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-
cairan-otak-lcs.html

2.2 Proses Terbentuknya Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis)


Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi
stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke
ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul dan membentuk seperti daun pakis
yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel epitel kuboid berhubungan satu sama lain
dengan tigth junction pada sisi aspeks, dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis

3
dengan ruang stroma diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam
(kapiler fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS. Pembentukan CSS melalui 2
tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan
hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui
proses metabolik aktif.

2.3 Fungsi cairan otak


a. Mensuplai nutrien ke jaringan otak
b. Membuang hasil metabolisme
c. Melindungi otak dari benturan

2.4 Parameter Pemeriksaan Cairan Serebrospinal


Cara memperoleh cairan otak
Cairan otak diperoleh cara melakukan punksi pada :
a. Daerah pungsi lumbal (L3 dan L4)
Cairan otak biasanya didapatkan dengan fungsi kedalam rongga subaraknoid bagian
lumbal. Selain di tempat tersebut, dapat dilakukan pada area suboksipital kedalam sistena
magna atau memaluli ventrikel, sesuai dengan indikasi klinik. Sakus lumbalis antara L4-
L5 merupakan lokasi yang paling sering di pilih karena pada lokasi tersebut terdapat
genangan cairan otak dan hampir tidak mungkin menimbulkan cidera sistem saraf. Pada
anak medula spinalis lebih kuadal dari orang biasa, yaitu L3-L4 sampai usia sembilan
bulan.
Indikasi pungsi lumbal :
- membantu diagnosis
- mengetahui perjalanan suatu penyakit
- mengidentifikasi penyakit meningitis
- melakuan tindakan terapi pada penyakit gangguan saraf
b. Sisterna magna
c. Ventrikel otak ( sesuai dengan indikasi)

4
Pemeriksaan cairan otak
Pemeriksaan cairan otak meliputi :
a. Pemeriksaan makroskopis
1. Kekeruhan
Dibandingkan dengan aquadest dalam keadaan normal LCS jernih, kekeruhan dapat
disebabkan oleh sel darah, sel peradangan dan bakteri , hasil dilaporkan:
- Jernih
- Agak keruh
- Keruh
- Sangat keruh
Kekeruhan LCS dapat dilihat dengan memperhitung jumlah sel 200-500 sel/ml.
Beratnya/bertambahnya jumlah sel tanpa disertakan kekeruhan :
- Encephalitis
- Meningitis tuberculosis
- Meningitis syphilitica
- Tabes dorsalis
- Polio myelitis
2. Sediment
LCS normal tidak mempunyai sediment
3. Bekuan
LCS normal tidak mempunyai bekuan karena fibrinogen
Keadaan abnormal adanya bekuan:
- Meningitis Tuberculosa
LCS bekuan sangat halus dan sangat renggang dimulaidari permukaan
- Peradangan yang menahun
LCS bekuan merupakan selaput tipis diatas permukaan
- Meningitis purulenta
LCS bekuan keras
- Sindroma froin (kadar protein tinggi, xanthochromi, pleisitosis limfositik)
4. Warna
Dalam keadaan normal tidak berwarna seperti aqua, keadaan patologi:

5
- Merah
Oleh adanya darah disebabkan : punksi dan trauma punksi , perdarahan sub
arachriodal
- Coklat
Menunjukan pada perdarahan yang lama disebabkan oleh eritrosit yang hemolis
- Kuning
Disebabkan oleh icterus berat kadar potein yang tinggi
- Keabu – abuan
Disebabkan oleh lekosit dalam jumlah besar seperti didapat pada radang purulent
b. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikoskopis pnting untuk menghitung jumlah sel dan mengetahui jenis sel.
Pemeriksaan harus segera bila lebih dai ½ jam akan berkurang jumlah selnya karena sel
mengalami lisis dan cepat mengalami perubahan morfologi.
1. Menghitung jumah sel
Pemeriksaan ini di lakukan sebaik-baiknya setengah jam setelah mendapat liquor
karna leukosit sangat cepat rusak. Selain itu penyebaran sel dalam cairan itu cepat
menjadi serbaneka (teristimewa dalam cairan keruh) dan tidak dapat lagi di jadikan
homogen dengan mengocok.
Tabung ketigalah yang baik dipakai untuk menghitung jumlah sel karena
merupakan sampel yang paling murni. Jika terdapat darah dalam cairan otak,
penetapan jumlah sel (leukosit ) tidak mungkin teliti lagi dan banyak orang menggap
usaha itu tanpa arti. Dalam keadaan normal di dapat 0-5 sel/µl cairan otak, karenaitu
dipakai pengenceran dan kamar hitung yang berlainai dari pada cara menghitung
leukosit dalam darah.
Alat yang digunakan : pipet leukosit , kamar hitung Fuchs-Rosenthal
Reagensia : larutan turk pekat
Cara pemeriksaan :
- Homogenkan LCS
- Isap dengan pipet leukosit larutan turk pekat sampai tanda 1
- Isap LCS hingga tanda 11

6
- Homogenkan buang 3 tetes kemudian isi kedalam kamar hitung Fuchs Rosenthal
biarkan 3 menit
- Hitung semua sel yang terlihat pada lensa objek pembesaran 10x
Dalam keadaan normal :
- 0-5 sel/mm3
- 6-10 sel/mm3
Abnormal lebih dari 10 sel/mm3
2. Menghitung jenis sel
- Limposit / sel berinti satu
- Segment / poli nuclear
Cara pemeriksaan:
- LCS disentrifuse 1500-2000 rpm 10 menit
- Sediment dipakai untuk membuat sediaan hapus
- Warna dengan giemsa/wright
- Hitung jenis atas dasa 100 sel
Dalam keadaan normal hanya terlihat limfosit bila ada peradangan akan terlihat
segment.
c. Pemeriksaan kimiawi
1. Test Pandy
Test pandy ini mudah dapat dilakukan pada waktu melakukan fungsi dan memang
sering dijalakan demikian sebagai bedside test. Itulah sebabnya maka test Pandy masih
juga dipertahankan dalam penuntun ini, meskipun pada waktu ini dikenal test-test
terhadap protein yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang sangat
ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein, semakin keruh hasil reaksi
ini yang selalu harus segera dinilai setalah pencampuran liquor dengan reagens. Tak
ada kekeruhan atau kekeruhan yang sangat halus berupa kabut menandakan hasil
reaksi yang negatif. Kekeruhan yang lebih berat berarti test Pandy ini menjadi lebih
positif.
Tujuan :
Untuk mengetahui kenaikan globulin dan albumin

7
Prinsip :
Protein akan mengendap pada larutan jenuh phenol dalam air
Reagen :
10 gr phenol dalam 100 ml air kocok inkubasi beberapa hari 37◦C
Cara kerja :
- Dalam tabung widal 1 ml reagen pandy
- Ditambah 1 tetes LCS tanpa sedimen
- Segera baca hasilnya melihat derajat kekeruhan
2. Test Nonne-Apelt (Test Ross Jones)
Dalam keadaan normal hasil test ini negatif, artinya: tidak terjadi kekeruhan pada
perbatasan. Semakin tinggi kadar globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi.
Laporkan hasil test ini sebagai negatif atau positif saja.
Test Nonne memakai lebih banyak bahan dari test Pandy, tetapi lebih bermakna
dari test Pandy karena dalam keadaan normal test ini berhasil negatif: sama sekali
tidak ada kekeruhan pada batas cairan.
Prinsip :
Globulin dalam LCS akan menimbulkan lapisan keruh dengan reagen larutan jenuh
ammonium sulfat.
Reagen :
- Ammonium sulfat 80 gr
- Aquadest 100 ml ( saring sbelum dipakai)
Cara kerja :
- Masukkan 1 ml reagen none kedalam tabung widal
- Dengan hati-hati dimasukan sama banyak LCS kedalam tabung sehingga
membentuk 2 lapisan
- Tunggu 3 menit kemudian dibaca pembatas kedua lapisan
3. Pemeriksaan Chlorida
Dalam keadaan normal 720-750 mg/dl Cl sebagai NaCl dalam plasma 550-620 mg/dl
bersama NaCl pada meningitis kadar Cl akan menurun. Cara pemeriksaan nya dengan
metode titrimetric.
Reagen :

8
- Merkuri niitrat 0,01 N
- Diphenyl carbozin 100 mg % dalam alcohol
Cara kerja :
- Dalam tabung 0,1 ml LCS ditambah 1 ml air
- Ditambah 5 tetes diphenyl carbozin
- Dititrasi dengan merkuri nitrat sampai warna ungu 1 ml mercuri nitrat 0,01 N –
0,355 mg Cl kadar Cl per 100 ml jumlah mercuri nitrat 0,01 N x 355 mg Cl
4. Pemeriksaan Glukosa
Penetapan glukosa harus dikerjakan dengan cair otak segar karena sel-sel dan
mikroorganismus akan mengurangi jumlhnya. Penetapan biasanya mengunakan 0,1 ml
cairan, tetapi ada juga yang memakai lebih banyak tergantung cara penetapan.
Normal 50-80 mg/dl glukosa atau kira-kira setengah dari kadar dalam plasma. Kadar
glukosa dalamm liquor sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam plasma, maka itu
sebainya setelah melakukan penetapan kadar glukosa darah disamping kadar dalam
liquor untuk dapat menafsirkan hasil penetapan. Pada hipoglikemia kadar glukoisa
merendah dan pada hiperglikemia meningkat.
Indikasi terutama pada penetapan glukosa dalam cairan otak ialah persangkaan
meningitis. Pada meningitis kadar bakterial menurun. Kadar yang normal yang
mendampingi pleisitosis mengarah kepada peradangan nonbakterial. Juga pada
meningitis purulenta kadar glukosa turun, mungkin hingga menjadi nol. Kadar glukosa
biasanya tidak berubah pada encephalitis, tumor otak dan neurosyphilis. Pemakaian
cairan celup seperti diterangkan pada bab uirinalisis untuk penetapan kadar glukosa
dalam cairan otak tidak dianjurkan.
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa adalah GOD-PAP
Prinsip:
Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hydrogen peroksida yang
bereaksi dengan 4 aminoatipirin dan fenol katalis peroksidase menghasilkan
quenoneimine yang berwana merah
Reagensia :
- Reagen kerja Glukosa
- Reagen standar Glukosa 100 mg/dl

9
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada
suhu 2-8˚ C.
Spesimen : LCS
Cara kerja:
- Dipipet ke dalam tabung:
Blanko Standar Sampel
Standar - 10 µl -
Serum - - 10 µl
Reagen kerja 1000 µl 1000 µl 1000 µl
- Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
- Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan
panjang gelombang 546 nm.
5. Penetapan Protein Kountitatif
Kadar protein dapat di ukur secara kuantitatif dengan bermacam-macam
cara yang menggunakan dasar fotokolorimeter atau turbidimeter. Cara fotokolorimeter
mengukur absorbansi larutan setelah membuat warna dengan reaksi biuret atau
mengukur warna hasil reaksi warna dengan tirosin atau triptofan. Pada turbidimeter
diukur kekeruhan yang timbul akibat reaksi antara protein sulfosalisilat atau reagens
lain yang mengendapkannya.
Cara-cara kuantitatif ini mudah dijalankan dan jauh lebih bermakna dari pada hanya
melakukan test Pandy atau Nonne saja. Kalau cairan otak tercampur darah hasil
penetapan inipun akan menjadi tanpa arti. Batas-batas normal kadar protein
dipengaruhi oleh tempat mengabil cairan otak; semakin kranial, semakin kurang
kadian lubar protein. Kadar protein dalam cairan otak dalam ventriculi; 55-15 mg/dl;
dalam cisterna magna 10-25 mg/dl dan dari bagian lumbal 15-40 mg/dl.
Dalam keadaan normal terutama albumin yang ada dalam cairan otak, pada keadaan
patologik globulin-globulin juga akan muncul beserta fibrinogen. Laboratorium klinik
modern selayaknya dapat memisah-misahkan fraksi-fraksi itu dengan elektroforesis
dan dengan imunoelektroforesis. Untuk melakukan elektroforesis dan dengan
memakai cellulose acetat sebagai media pendukung, perlu terlebih dahulu melakukan
pemekatan dari protein-protein dengan cara dianalisis. Dalam cairan otak normal

10
didapat fraksi-fraksi protein sbb: prealbumin 4,6 1,3%, albumin 49,5 ; alfa-1-globulin
6,7 2,1%; alfa-2-globulin 8,3 2,1%; beta-globulin 8,2 2,7 %. Perubahan dalam
konsentrasi fraksi-fraksi protein dapat dihubungkan dengan kelainan neurologis
tertentu.
Pada banyak keadaan abnormal kadar protein total mengikat kadar protein yang sangat
tinggi ( 200- 1000 mg/dl) didapat pada meningitis purulate, pada perdarahan
subarachnoidal dan jika ada satu penyumbatan (block). Hampir semua macam
penyakit organik pada susunan saraf pusat disertai meningginya kadar protein :
dearajat meningkatnya sesuai dengan breatnya lesi. Kombinasi kadar protein tinggi,
xanthochromi dan pleiositosis limpositik dikenal dengan nama sindroma froin.
d. Pemeriksaan Bakterilogis
Diantara kuman yang paling sering didapat dalam getah otak ialah M. Tuberculosis,
meningococci, pneumococci, streptococci dan H. Influenzae.
Dengan mengadakan pemeriksaan bakterioskopi, sering sudah dapat diperoleh petunjuk
ke arah etiologi radang ; sebaiknya disamping itu diusahakan biakan dan percobaan
hewan pula. Yang diperlukan untuk bakterioskopi ialah pulasan menurut gram dan
menurut ziehl-neelsen atau kinyoun, pulasan itu dikerjakan dengan memakai sedimen
sebagai bahan pemeriksaan.
Pulasan terhadap batang tahan asam baik sekali dilakukan dengan bekuan halus atau
dengan selaput permukaan. Tidak terdapatnya batang tahan asam dalam bahan itu tidak
mengesampingkan kemungkinan meningitis tuberculosa.
e. Test busa (pemeriksaan protein)
Percobaan ini merupakan test kasar terhadap kadar protein yang sangat meningkat. Kalau
cairan otak normal dikocok kuat-kuat, maka busa yang terjadi hanya sedikit saja dan
menghilang setelah ditenangkan selama 1-2 menit. Kalau kadar protein sangat meninggi,
lebih banyak busa terbentuk dan busa itu juga belum lenyap selama 5 menit. Test ini
hanya memberi kesan saja tentang kadar protein dalam cairan otak.
Normal : hilang dala 1-2 menit
Abnormal : hilang > 5 menit

11
2.5 Sumber Kesalahan
1. Wadah sampel yang tidak steril menyebabkan sampel terkontaminasi oleh kuman-kuman
sehingga memberikan hasil positif palsu.
2. Penundandaan pemeriksaan sampel tanpa ada perlakuan tertentu menyebakan berbagai sel
cepat lisis, glukosa cepat rusak sehingga memberikan hasil negatif palsu.
3. Penyimpanan sampel di dalam lemari es yang menyebabkan bakteri yang tidak tahan
pada suhu redah, sehingga memerikan hasil negatif palsu.
4. cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik
seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus influenzae,
sehingga ,e,berikan hasil yang negatif palsu.
5. Cedera pembulu darah yang diakibat karena tindakan lumbal fungsi menyebabkan
terdapatnya darah pada sampel sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang positif
palsu.

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Cairan otak (serebrospinalis,CSS) adalah cairan jernih yang tidak berwarna yang
dibentuk oleh pleksus koroideus di dalam ruang atau vertikel tertius, vertikel quartus, dan
vertikel lateralis melalui sekresi yang melibatkan transpor aktif dan ultrafiltrasi plasma
darah. Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di
luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi
sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif. Fungsi Cairan otak untuk
mensuplai nutrien ke jaringan otak, membuang hasil metabolisme, dan melindungi otak dari
benturan. Pemeriksaan cairan otak diantaranya ada pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan
mikroskopis, pemeriksaan kimiawi, pemeriksaan bakteriologis dan test busa. Kesalahan
pemeriksaan dapat terjadi karena, wadah sampel tidak steril, penundaan pemeriksaan,
penyimpanan sampel dan lain-lain.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kerja yang bekerja sebagai analis kesehatan disarankan untuk memahami
tentang pemeriksaan cairan otak, proses terbentuknya, serta sumber kesalahan hasil
pemeriksaan, karena dengan memahami hal ini kita mampu menegakkan diagnosa dengan
tepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Johan. 2013. Diklat Kimia Klinik. SMK Cagar Budaya: Jakarta

Mauliana, M. 2012. Pengertian Cairan Otak (LCS). [Online]. http://aceh-


laboratorium.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-cairan-otak-lcs.html. Diakses pada
tanggal 18 Maret 2017

14

Anda mungkin juga menyukai