Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA KLINIK

”LIQUOUR CEREBRO SPINALIS”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik 1

D3 B ANALIS KESEHATAN

Kelompok 4

Disusun Oleh:

Novia Rahmawati 1611E1050

Refsa Ramadhan 1611E1057

Siti khamidah 1611E1070

Tiara Anugra Illahi 1611E1077

Veni Meilania 1611E1080

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG TAHUN AJARAN 2017/2018

JALAN PADASUKA ATAS NO.233

TEL/FAKS 022 7203733


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang terpenting dalam prose diagnosis
suatu penyakit. Banyak informasi penting yang bisa didapatkan dari proses tersebut
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah yang akan diambil
terhadap pasien. Dengan demikian, proses pemeriksaan laboratorium memiliki
peranan vital bagi pasien. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien menggunakan
bahan pemeriksaan yang berasal dari tubuh pasien. Pada prinsipnya semua organ
dan cairan tubuh dapat diperiksa, namun yang sering dilakukan untuk pemeriksaan
rutin hanya specimen yang memiliki arti klinis, misalnya darah, urine, serum,
sekret/efusi, cairan sendi, dan cairan otak (LCS).
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik
terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan
LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput
otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan
Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi. Tinjauan pustaka mengenai LCS akan
dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian LCS
2. Untuk mengetahui cara pengambilan specimen LCS (Lumbal Pungsi)
3. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan LCS
4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan-pemeriksaan LCS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Otak


Otak adalah organ yang luar biasa, bekerja mengkoordinasikan seluruh yang
terjadi di dalam tubuh kita, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi,
hormon, ingatan , bekerja melebihi komputer manapun didunia ini. Kelainan kecil
pada otak akan mempengaruhi aktifitas tubuh, karenanya kita harus selalu menjaga
nutrisinya dan menjaga kesehatannya dan mengembangkannya
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3
pon) , menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen
tubuh dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan
yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama
berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan
terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja
sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit,
merusak permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga
merusak jaringan otak.
Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium)
adalah cairan suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau
hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen
penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular.
Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space,
interstitial space). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh
untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh
dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang
kehausan dan akhirnya dehidrasi. Contoh cairan tubuh adalah : darah dan plasma
darah, sitosol, cairan serebrospinal (CSS), cairan limfa, cairan pleura, dan cairan
amnion.
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal
punksi Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh
proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari
plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat
belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi
oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma darah. Pengambilan cairan
otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan tindakan terapi.
Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit
susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna
pula setelah terjadi trauma. Secara makroskopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan
serologi.

2.2 Prosedur Pungsi Lumbal


Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada
lumbal III dan IV dai cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke
dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan
indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut.
Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda,
antara lain :
1. Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin
mengandung darah pada saat penyedotan.
2. Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
3. Tabung III berisi 2 mL
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.

Tata Cara :
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal
(lutut di tarik ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan
menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan
garis antara kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan kanan.
Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun
tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan
duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah
memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik
pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tasukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan
jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan
mulut jarum terbuka ke atas samapai menembus duramater. Jarak antara
kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan
keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm
pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran
cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke
kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.
BAB III
PEMERIKSAAN TERHADAP LCS

3.1 Macam Pemeriksaan


Pemeriksaan terhadap LCS terdiri atas :
 Makroskopis
 Mikroskopis
 Kimia
 Bakteriologi

3.2 Makroskopis
Pemeriksaan Makroskopis meliputi :
 Warna
 Kekeruhan
 Konsistensi (Bekuan)

Metode : Visual (Manual)


 Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi :
warna, kejernihan, bekuan
 Alat :
Tabung reaksi
Beaker gelas
 Spesimen : Cairan LCS
 Prinsip : pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan
membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan pada LCS.
 Cara Kerja :
Tes Warna, Kekeruhan, dan Bekuan
 Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.
 Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan
pembanding.
 Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.
 Bandingkan contoh bahan dengan aquades

 Interprestasi hasil :
- Warna
Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding.
- Kejernihan/Kekeruhan
0 = jernih
+ 1 = berkabut
+ 2 = kekeruhan ringan
+ 3 = kekeruhan nyata
+ 4 = sangat keruh
- Bekuan
Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Warna
Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding air.
- Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi
- Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan
akan terlihat jelas sesudah disentrifuge
- Hijau atau keabu-abuan → pus
- Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik
- Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari eritrosit
yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh
kadar protein tinggi (> 200 mg/dl)
b. Kekeruhan
- Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang
jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan
meningitis tuberkulosa.
- Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika :
- leukosit 200-500/ul3
- eritrosit > 400/ml
- mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
- aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi
- media kontras radiografi.
c. Konsistensi Bekuan
- Bekuan → banyak darah masuk
- Normal → tidak terlihat bekuan
- Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.
Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa.
Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam.
- LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak
dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan
dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku.
- Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan
terdiri atas benang fibrin.

3.3 Mikroskopis
 Syarat Pemeriksaan :
Dilakukan dalam waktu < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan berkurang yang
disebabkan:
- Sel mengalami sitolisis
- Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen
- Sel terperangkap dalam bekuan
- Sel cepat mengalami perubahan morfologi

1.3.1 Hitung Jumlah Sel


 Metode : Bilik Hitung
 Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel
leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di
bawah mikroskop.
 Alat dan Reagensia :
- Mikroskop
- Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma
leukosit
- Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan
aquadest 90 mL.
 Spesimen : LCS
 Cara Kerja :
- Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
- Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
- Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
- Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua
kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
 Perhitungan :
Ʃ Sel = Jumlah sel ditemukan x 1 x 1 x pengenceran
Jumlah kotak L T

= ……..sel/mm3 LCS

Ket : T = tinggi bilik hitung : 1/10 mm


L = luas 1 satuan kotak yang dipakai

 Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS


1.3.2 Hitung Jenis Sel
 Metode : Tetes tebal dengan pewarnaan Giemsa
 Alat dan Reagensia :
- Objek Gelas
- Kaca Penghapus
- Sentrifuge
- Tabung reaksi
- Metanol absolut
- Giemsa
- Timer
 Spesimen : LCS
 Cara Kerja :
- Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
- Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
- Supernatant dibuang dan endapan diambil.
- Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
- Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
- Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
- Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.

1.3.3 Bakterioskopi
Dari pemeriksaan bakteliologi terhadap LCS, bakteri yang sering muncul
ialah : Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumoniae, dan Haemophillus influenzae.
Dengan melakukan pemeriksaan bakteriologi, sering sudah di dapatkan petunjuk
ke arah etiologi radang. Pemeriksaan yang paling diperlukan adalah pewarnaan
Gram dan Ziehl Neelsen. Specimen yang dipakai untuk pewarnaan ini sebaiknya
memakai sedimen dari LCS. Untuk pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen) baik juga
dipakai specimen bekuan halus dekat permukaan LCS.

a. Pewarnaan Gram
Cara Kerja :
- Gelas objek dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol 70% steril.
- Dibuat apusan dari bahan sedimen LCS
- Difiksasi di atas api bunsen.
- Apusan bakteri yang telah jadi ditetesi gram A selama 3 menit, dicuci denan
air mengalir, dan dikeringanginkan.
- Kemudian ditetesi gram B selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
- Kemudian ditetesi gram C selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
- Kemudian ditetesi gram D selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
- Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat
bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri.

3.4 Kimiawi
Analisa kimia LCS → membantu diagnosis / menilai prognosis.
Pemeriksaan rutin yang dilakukan :
- Kadar Protein
- Kadar Glukosa
- Kadar Klorida
A. Pandy Test
 Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin
dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi
kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
 Alat dan reagensia :
- Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
- Kertas putih
- Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)
 Cara Pemeriksaan :
- Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy
- Tambahkan 1 tetes LCS
- Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.
 Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak ada kekeruhan
- Positif : terlihat kekeruhan yang jelas
 +1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)
 +2 : keruh
 +3 : sangat keruh
 +4 : Kekeruhan seperti susu
 Nilai normal : (-) / (+1)

B. Test None Apelt


 Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin
dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan
dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk
makin tebal.
 Alat dan Reagensia :
- Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
- Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air)
 Cara Pemeriksaan :
- Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne
- Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan,
- di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang
gelap.
 Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan
- +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya).
- +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi
- +3 : mengawan setelah dikocok
 Normal : (-)
C. Glukosa Kuantitatif
Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS → meningitis purulenta (metabolisme
leukosit & bakteri ↓ kadar glukosa à 0).
Semua mikroorganisme menggunakan glukosaà pe↓ kadar glukosa dapat
disebabkan oleh : fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen.
Meningitis oleh virus à sedikit me↓ kadar glukosa dalam LCS.
Nila normal
Normal = 50-80 mg/ Dl (1/2 kadar glukosa plasma)
Hipoglikemia = kadar glukosa LCS rendah
Hiperglikemia = kadar glukosa LCS tinggi

D. Chlorida Kuantitatif
Metode : TPTZ
 Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2 pyridil)-
S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas
bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan
absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
 Alat :
- Tabung reaksi kecil
- Timer
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tissue
- Tip kuning dan biru
- Rak Tabung
- Fotometer
 Reagensia :
- Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II)
kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
- Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
- Spesimen : LCS
 Cara Kerja :
- Dipipet ke dalam tabung
- Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
- Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko
dengan panjang gelombang 546 nm.
 Perhitungan :
Chlorida = Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L)
Absorben standard
= .............. mmol/L
Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi
Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses
ultrafiltrasi saja dari plasma darah.
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R.1969. Penuntun Laboratorium Klinik . Dian Rakyat : Jakarta


Ginsberg Lionel. 2007. Lecture Notes Neurology. Erlangga : Jakarta
Kee, Joyce LeFeffer .1999. Pemeriksaan Dan Diagnosis. EGC : Jakarta
Pearce, Evelyn C.1972.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis . GBAB I

Anda mungkin juga menyukai