D3 B ANALIS KESEHATAN
Kelompok 4
Disusun Oleh:
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian LCS
2. Untuk mengetahui cara pengambilan specimen LCS (Lumbal Pungsi)
3. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan LCS
4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan-pemeriksaan LCS
BAB II
PEMBAHASAN
Tata Cara :
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal
(lutut di tarik ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan
menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan
garis antara kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan kanan.
Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun
tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan
duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah
memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik
pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tasukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan
jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan
mulut jarum terbuka ke atas samapai menembus duramater. Jarak antara
kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan
keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm
pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran
cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke
kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.
BAB III
PEMERIKSAAN TERHADAP LCS
3.2 Makroskopis
Pemeriksaan Makroskopis meliputi :
Warna
Kekeruhan
Konsistensi (Bekuan)
Interprestasi hasil :
- Warna
Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding.
- Kejernihan/Kekeruhan
0 = jernih
+ 1 = berkabut
+ 2 = kekeruhan ringan
+ 3 = kekeruhan nyata
+ 4 = sangat keruh
- Bekuan
Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Warna
Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding air.
- Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi
- Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan
akan terlihat jelas sesudah disentrifuge
- Hijau atau keabu-abuan → pus
- Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik
- Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari eritrosit
yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh
kadar protein tinggi (> 200 mg/dl)
b. Kekeruhan
- Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang
jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan
meningitis tuberkulosa.
- Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika :
- leukosit 200-500/ul3
- eritrosit > 400/ml
- mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
- aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi
- media kontras radiografi.
c. Konsistensi Bekuan
- Bekuan → banyak darah masuk
- Normal → tidak terlihat bekuan
- Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.
Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa.
Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam.
- LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak
dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan
dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku.
- Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan
terdiri atas benang fibrin.
3.3 Mikroskopis
Syarat Pemeriksaan :
Dilakukan dalam waktu < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan berkurang yang
disebabkan:
- Sel mengalami sitolisis
- Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen
- Sel terperangkap dalam bekuan
- Sel cepat mengalami perubahan morfologi
= ……..sel/mm3 LCS
1.3.3 Bakterioskopi
Dari pemeriksaan bakteliologi terhadap LCS, bakteri yang sering muncul
ialah : Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumoniae, dan Haemophillus influenzae.
Dengan melakukan pemeriksaan bakteriologi, sering sudah di dapatkan petunjuk
ke arah etiologi radang. Pemeriksaan yang paling diperlukan adalah pewarnaan
Gram dan Ziehl Neelsen. Specimen yang dipakai untuk pewarnaan ini sebaiknya
memakai sedimen dari LCS. Untuk pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen) baik juga
dipakai specimen bekuan halus dekat permukaan LCS.
a. Pewarnaan Gram
Cara Kerja :
- Gelas objek dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol 70% steril.
- Dibuat apusan dari bahan sedimen LCS
- Difiksasi di atas api bunsen.
- Apusan bakteri yang telah jadi ditetesi gram A selama 3 menit, dicuci denan
air mengalir, dan dikeringanginkan.
- Kemudian ditetesi gram B selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
- Kemudian ditetesi gram C selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
- Kemudian ditetesi gram D selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir, dan
dikeringanginkan.
- Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat
bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri.
3.4 Kimiawi
Analisa kimia LCS → membantu diagnosis / menilai prognosis.
Pemeriksaan rutin yang dilakukan :
- Kadar Protein
- Kadar Glukosa
- Kadar Klorida
A. Pandy Test
Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin
dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi
kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
Alat dan reagensia :
- Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
- Kertas putih
- Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)
Cara Pemeriksaan :
- Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy
- Tambahkan 1 tetes LCS
- Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.
Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak ada kekeruhan
- Positif : terlihat kekeruhan yang jelas
+1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)
+2 : keruh
+3 : sangat keruh
+4 : Kekeruhan seperti susu
Nilai normal : (-) / (+1)
D. Chlorida Kuantitatif
Metode : TPTZ
Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2 pyridil)-
S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas
bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan
absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
Alat :
- Tabung reaksi kecil
- Timer
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tissue
- Tip kuning dan biru
- Rak Tabung
- Fotometer
Reagensia :
- Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II)
kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
- Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
- Spesimen : LCS
Cara Kerja :
- Dipipet ke dalam tabung
- Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
- Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko
dengan panjang gelombang 546 nm.
Perhitungan :
Chlorida = Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L)
Absorben standard
= .............. mmol/L
Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi
Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses
ultrafiltrasi saja dari plasma darah.
DAFTAR PUSTAKA