Anda di halaman 1dari 9

RESUME SITOHISTOTEKNOLOGI

Pertemuan 7
Selasa, 04 Mei 2021

DOSEN PENGAMPU:

Purwanto, S.Si

Ahmad Fahrurrozi, M.Sc

Burhannudin, M.Sc

DISUSUN OLEH:
Nanda Dyah Ayu Prasasti
P3.73.34.2.18.021

PRODI D IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS SEMESTER VI

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN AJARAN 2020/2021


Quality Control Patologi Anatomi dan Pengarsipan

I. Quality Control
1. Pengertian
Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk menjamin agar
hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan
memuaskan konsumen
2. Tujuan Quality Control
Menghindari adanya hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan standar mutu
yang diinginkan (second quality) secara terus-menerus. Dapat juga digunakan
sebagai pengendalikan, menyeleksi dan menilai kualitas agar pengguna jasa
merasa puas.
3. Manfaat Quality Control
1. QC Teknis
Mendeteksi adanya perubahan pada sistem operasional rutin yang stabil
Memberikan alarm sedini mungkin bila terjadi kesalahan yang signifikan
Menjamin hasil lab yang dilaporkan mendekati “true value” untuk
membantu klinisi membuat keputusan suatu diagnosa
2. QC Non Teknis
Mutu hasil pemeriksaan meningkat
Kepercayaan dokter terhadap laboratorium meningkat
Pimpinan laboratorium lebih mudah melakukan pengawasan
Meningkatkan kepercayaan dan moral petugas laboratorium
4. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
A. Definisi
kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/ penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
B. Tujuan
Menjaga kualitas sediaan sehingga layak untuk dibaca dan diagnosis dapat
ditegakkan.
C. Cakupan objek PMI di Laboratorium Patologi Anatomi meliputi
aktivitas:
1) Pra analitik
Tahapannya :
a. Fiksasi Spesimen
b. Pengiriman Spesimen
c. Identifikasi Spesimen
d. Data Klinik yang adekuat
e. Pencatatan
2) Analitik
Intra-operative frozen section
Pemotongan dilakukan di ruangan dengan ventilator
Kualitas potongan histologi
Spesimen hilang selama prosessing
Perhatikan labelling pada blok dan slide, suhu pembuatan paraffin
sesuai, slide dicek kualitasnya secara mikroskopik
Dokumentasi seluruh proses dan prosedur. Berguna jika sampel dirujuk
3) Pasca analitik
Kesalahan penulisan dan verifikasi
Penyimpanan blok jaringan sampel positif atau langka disimpan
Kesalahan pengiriman hasil
Laporan tidak lengkap
4) TAT (Turn Around Time)
Frozen section
Biopsi
Spesimen besar
D. Pemantauan Mutu Internal Histopatologi
Dilakukan pembuatan slide unstained (jaringan yang digunakan yaitu
appendik) yang akan digunakan sebagai control mutu internal.
Slaid diwarnai dengan Hematoksilin Eosin (HE).
Sediaan diberi label QC (Quality Control) dan tanggal
Sediaan diperiksa di bawah mikroskop, dinilai berdasarkan kualitas warna,
kontras warna, kontras lipatan dan ketebalan potongan jaringan. (dengan
melihat nukleus, sitoplasma dan Substansi dasar lainnya eritrosit, kolagen,
otot, mucin)
Sediaan yang sudah sesuai dengan mutu dapat dijadikan standart penilaian
untuk sediaan rutin yang akan diwarnai pada hari yang sama.
Jika hasil pulasan slaid belum mencapai mutu yang diharapkan, akan di
lakukan perubahan – perubahan sampai diperoleh hasil yang diharapkan.
Slaid dan kaca penutup bersih, bening, tanpa bercak – bercak buram.
Media “mounting” tidak berlebihan.
Seluruh jaringan tertutup kaca penutup. Tidak di jumpai gelembung udara
atau lipatan.
Jaringan tidak pecah – pecah/ retak – retak.
Orientasi jaringan benar (untuk organ berongga)
Potongan tipis, menampilkan sel yang saling menutupi atau bertumpuk.
Potongan dengan ketebalan merata.
Tidak ada kontaminasi jaringan lain.
Pulasan inti dan sitoplasma jelas kontrasnya.
Tidak di jumpai butir – butir udara/cairan di atas jaringan (dehidrasi pasca
pulasan sempurna).
Membedakan serat otot dan kolagen
Otot akan berwarna merah lebih tua dari kolagen. Sel darah merah haeus
berwarna merah terang
Beberapa pedoman control kualitas harian pewarnaan HE dapat dilakukan
pada organ usus besar, kulit, dan ginjal
Standart Mutu untuk Sediaan Sitopatologi

Apusan cukup tipis.


Fiksasi adekuat, tidak ada sel yang degeneratif akibat terlambat fiksasi.
Pewarnaan inti tidak terlalu pekat.
Kontras baik, metakromasia pada giemsa baik.
Dehidarasi baik.
Tertutupoleh 1 kaca penutup.
Mounting tidak berlebihan, namun menutupi seluruh permukaan sel.

5. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


A. Definisi
Kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Wajib dilakukan
setiap satu tahun sekali melalui Badan Penjamin Mutu Pelayanan Patologi
Anatomi Indonesia ( BPMPPI) di bawah naungan Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Anatomi.
B. Tujuan
Meningkatkan mutu pengolahan spesimen menjadi blok parafin dan slaid
dengan pewarnaan Hematoksilin – Eosin sesuai standard sehingga gambaran
morfologik jelas dan mudah dibaca dan dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan
teknologi canggih lainnya, seperti imunohistokimia dan tehnologi DNA.
C. Mekanisme kerja PME
1) Penilaian dilakukan secara survei
2) Laboratorium peserta mengirimkan contoh blok parafin dan slaid dengan
pewarnaan Hematoksilin – Eosin dari blok tersebut.
3) Laboratorium mengisi dan menyertakan lembaran protokol pengolahan
jaringan yang dilakukan untuk membuat contoh blok parafin yang dikirim.
4) Contoh jaringan yang dikirim adalah: Jaringan otot polos (leiomioma),
kelenjar getah bening, dan kulit/usus (organ berongga).
5) Parameter penelaian

D. Standart Mutu Pemotongan Blok Parafin dan Pewarnaan Hematoksilin


Eosin
1) Fiksasi
Jaringan terfiksasi sempurna
Tidak tampak lisis
2) Pengolahan sampai menjadi Blok Parafin
Tidak tampak bercak – bercak putih dalam blok
Tidak tampak fragmentasi/kerapuhan
Tidak dijumpai efek termal/kering
Orientasi jaringan pada embeding, menampilkan semua lapisan secara
lengkap
3) Pemotongan Blok Parafin
Tipis, sel tidak bertumpuk (ketebalan 1 sel maksimal 5 mikron)
Ketebalan merata
Tanpa lipatan
Tidak ada goresan (venetian blind phenomeron-mata pisau yang tidak
tajam)
Tidak ada kontaminan jaringan lain.
4) Pulasan dan Mounting
Kontras warna hematoksilin dan eosin cukup jelas
Sediaan jernih/bersih, dehidrasi pasca eosin sempurna
Tidak ada sel udara pada mounting
Mounting media tidak berlebihan
Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup
Tidak ada bercak/sidik jari pada slide, terutama di atas kaca penutup.

E. Contoh Gambar

Gambaran adanya kontaminasi


pada preparat
Gambaran goresan pada preparat
(akibat kesalahan pada proses
mikrotomi)

Gambaran apabila ada lipatan


pada preparat

Gambaran apabila ketebalan


dalam pemotongan Blok Parafin

II. Pengelolaan Arsip di Lab. PA


a. Pengertian
Pengarsipan patologi anatomi adalah melakukan peyimpanan secara sistematik
semua dokumen baik berupa formulir permintaan, jawaban pemeriksaan, slide
mikroskopik, blok paraffin sampai sisa jaringan basah, beserta pengelolaan waktu
simpan, kondisi penyimpanan sampai pemusnahan.
b. Tujuan
Menyediakan infromasi memenyediakan informasi mengenai seluruh data
pemeriksaan patologi anatomic yang dapat diakses dengan mudah untuk berbagai
kepentingan beserta pengelolaanya.
c. Tabel penyimpanan9
NO JENIS ARSIP KONDISI PENYIMPANAN WAKTU
d. PENYIMPANAN
HISTOPATOLOGI
1. Spesimen basah Suhu ruang 4 minggu setelah laporan
hasil akhir
2. Blok Paraffin 24°C dengan kelembaban 10 tahun
rendah dan bebas hawa
3. Slide Mikroskop 24°C dengan kelembaban 10 tahun
rendah dan bebas hawa
4. Arsip laporan kertas Suhu ruang dengan 10 tahun
& elektronik kelembaban rendah dan bebas
hawa
SITOPATOLOGI
1. Spesimen Suhu 2-8°C 1 minggu setelah laporan
basah/cairan akhir
2. Slide mikroskop Suhu ruang 24°C dengan Ginekologi : 5 tahun
kelembaban rendah Non-ginekologi : 10
tahun
3. Sel blok Suhu ruang 24°C dengan 10 tahun
kelembaban rendah
4. Arsip laporan kertas Suhu ruang 24°C dengan 10 tahun
& elektronik kelembaban rendah
5. Jaringan basah Suhu ruang 4 minggu
Penyimpanan Slide Mikroskopik Pemeriksaan Histopatologi
a. Tujuan
Menyimpan slide dengan system tertentu agar mudah ditemukan dan
dipergunakan kembali jika diperlukan
b. Prosedur
1) Mengambil dan mengumpulkan slide-slide yang sudah didiagnosa oleh
dokter SpPA
2) Melakukan pengecekan slide-slide sesuai dengan yang tertera dalam
formulir
3) Apabila ditemukan ketidak sesuaian jumlah slide, petugas
menginformasikan kepada dokter yang mendiagnosa agar dapat segera
dilengkapi dan diserahkan ke Unit Arsip segera mungkin
4) Menyusun slide-slide sesuai nomor urut pemeriksaan PA
5) Mencatat nomor slide ke dalam buku log arsip
6) Mengeringkan slide sebelum dimasukkan ke lemari arsip slide
7) Memasukkan slide ke dalam lemari arsip slide dimulai dari nomor urut
kecil d bagian depan, menyusul nomor urut besar
8) Menyimpan slide di ruang arsip selama 10 tahun, setelah itu slide akan
dikeluarkan dan dimusnahkan

5. Penyimpanan Blok Parafin


a. Tujuan
Menyimpan paraffin blok untuk kebutuhan pelayanan, penelitian dan
pendidikan.
b. Prosedur
1) Mengambil dan mengumpulkan blok paraffin yang sudah selesai
pemrosesan oleh teknisi dan telat dilakukan pelapisan ulang paraffin
2) Menghitung jumlah blok dari masing-masing nomor blok sesuai dengan
keterangan formulir makroskopik
3) Memasukkan dan menyusun blok sesuai nomor urut
4) Mencatatkan nomor-nomor blok ke dalam buku log arsip
5) Menyimpan blok ke dalam lemari arsip blok paraffin
6) Memasukkan slide ke dalam lemari arsip slide dimulai dari nomor urut
kecil di bagian depan, menyusul nomor urut besar
7) Menyimpan blok paraffin di ruang arsip selama 10 tahun, setelah itu
paraffin blok akan dikeluarkan dan dimusnahkan

6. Penyimpanan formulir asli permintaan pemeriksaan histopatologi


a. Tujuan
Menyimpan formulir asli dalam satu system agar mudah ditemukan dan
dipergunakan kembali jika diperlukan
b. Prosedur
1) Mengumpulkan fomrulir permintaaan asli yang sudah selesai dilakukan
didiagnosis oleh dokter SpPA
2) Mengecek serta mencocokan formulir asli dengan slide terkait
3) Mencatat nomor formulir pada buku log arsip
4) Menyusun formulir ke dalam map ordner sesuai nomor urut
5) Meletekkan map ordner pada lemari arsip sesuai nomor urut
6) Meletakkan formulir hingga 10 tahun setelah itu akan dimusnahkan

7. Penyimpanan formulir duplikat hasil pemeriksaan histopatologi


a. Tujuan
Menyimpan formulir duplikat jawaban / hasil pemeriksaan dalam satu system
agar mudah ditemukan dan dipergunakna kembali jika diperlukan.
b. Prosedur
1) Mengumpulkan formulir duplikat hasil pemeriksaan yang dijawab oleh
dokter SpPA
2) Menyimpan nomor formulir pada buku log arsip
3) Mencatat nomor formulir ke dalam map ordner yang sama dengan
formulir asli sesuai nomor urut
4) Meletekan map orddner pada lemari arsip sesuai nomor urut
5) Melakukan penyimpnaan data (back up) secara rutin setiap bulannya
6) Menyimpan CD back up di ruang computer arsip dan di tempat lain
diluar lingkungan rumah sakit
7) Menyimpan harddisk eksternal back up di lemari yang ada di ruang
computer arsip
8) Menyimpan formulir duplikat hingga 10 tahun di ruang arsip setelah itu
akan dimusnahkan

Anda mungkin juga menyukai