Pengampu
Disusun oleh
Winda Meilia
P1337434320038
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu alam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan semoga makalah ini dapat membantu dan memberikan ilmu pada
orang-orang yang membacanya.
20 Agustus
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. SUB POKOK BAHASAN...............................................................................................3
B. DEFINISI.........................................................................................................................3
C. ORGAN YANG BERPERAN.........................................................................................4
D. MEKANISME FISIOLOGIS DAN PATOFISIOLOGIS................................................5
E. ANALISA LAB...............................................................................................................6
F. KESIMPULAN..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
2
PEMBAHASAN
B. DEFINISI
1. PERSENDIAN
Suatu artikulasi, atau persendian, terjadi saat permukaan dari dua tulang
bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya.
Persendian dapat diklasifikasi menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga
persendian di antara tulang-tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang
berhubungan dengan persendian tersebut); dan menurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Klasifikasi struktural persendian terbagi menjadi:
3
o Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan
jaringan ikat fibrosa.
o Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan
jaringan kartilago.
o Persendian sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul
dan ligamen artikular yang membungkusnya.
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang
bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah
sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut
kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial
untuk “meminyaki” sendi. Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang
mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak halus
dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan
beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan
matriks rawan yang baik pula.
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak
terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil.
Sejalan dengan gerakan kedepan, cairan bergeser mendahului beban ketika
tekanan berkurang cairan kembali ke belakang. Tulang rawan merupakan jaringan
pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan matriks. Matriks tulang
rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar amorf.
Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu :
4
kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan
dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia.
5
dilakukan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu.
Ada beberapa karakteristik cairan sinovial yang patut dikaji antara lain:
Karakteristik fisik : evaluasi dari penampilan secara umum dari cairan
sinovial, meliputi kekentalan (viskositas). Karakteristik fisik yang normal
berupa : cairan bening, berwarna jernih hingga kekuningan, dan kental
(viskositas tinggi akibat kandungan asam hialuronat, ketika mengambilnya
dengan jarum membentuk ‘string’ beberapa inchi layaknya cairan kental
pada umumnya). Perubahan yang terkait pada aspek fisik ini yaitu : cairan
keputihan (berawan) disebabkan oleh hadirnya mikroorganisme dan sel
darah putih) dan berwarna kemerahan akibat hadirnya sel darah merah.
Antara cairan sinovial berawan dan kemerahan dapat terjadi dalam satu
spesimen.
Karakteristik kimia : mendeteksi perubahan zat kimia tertentu pada cairan
sinovial, meliputi : glukosa (level glukosa di dalam cairan ini lebih rendah
daripada level glukosa darah dan dapat menurun lebih signifikan lagi pada
inflamasi dan infeksi sendi), protein (kandungan protein meningkat akibat
peradangan infeksi), asam urat yang meningkat (pada Gout).
Karakteristik mikroskopik : menghitung sel-sel yang terdapat pada cairan
sinovial (terutama untuk menghitung leukosit) meliputi: hitung leukosit
(batas normal yaitu < 200 sel / mm3 , leukosit yang berlebihan
menandakan adanya inflamasi seperti pada Gout dan rheumatoid artritis,
neutrofilia menandakan infeksi bakteri, dan eosinifilia menandakan
penyakit Lyme), dan melewati cairan sinovial ke sinar polarisasi untuk
melihat adanya kristal asam urat (kristal jarum) pada penyakit Gout.
Karakteristik infeksius : menemukan agen infeksius (bakteri atau jamur)
dalam cairan sinovial meliputi: pewarnaan gram (untuk melihat tipe agen
infeksius), pembiakan, uji kerentanan terhadap antibiotik (sebagai panduan
dalam memilih antibiotik), dan uji BTA jika dikhatirkan adanya
mikrobakterium.
6
C. ORGAN YANG BERPERAN
Bagian-bagian utama dari articulatio genu adalah tulang, ligamentum, tendon,
kartilago, dan kapsula sendi yang terbentuk dari kolagen. Kolagen adalah jaringan
fibrosus yang ada diseluruh tubuh kita. Semakin kita mertambah usia, jumlah kolagen
semakin menurun. Sendi pada lutut bisa diklasifikasikan dalam bentuk fungsional atau
struktural. Klasifikasi fungsional berdasarkan gerakan, dapat dikategorikan menjadi
sinartrosis (tidak dapat digerakkan), amfiartrosis (sedikit dapat digerakkan) dan
diartrosis (bebas digerakkan). Klasifikasi struktural dapat dikategorikan menjadi
sinovial, fibrosus dan kartilagineus. Sendi sinovial yang normal memberikan jumlah
gerakan yang signifikan berhubungan dengan permukaannya yang sangat halus.
Sendi-sendi ini disusun dari kartilago artikular, tulang subkondral, membrane sinovial,
cairan sinovial dan kapsula sendi.
Pada ujung tulang yang meyentuh tulang lainnya dibungkus dengan kartilago
artikular. Kartilago ini berwarna putih, halus, jaringan pengikat fibrosus yang
membungkus ujung tulang untuk melindungi tulang dari gerakan sendi. Kartilago ini
juga membuat tulang bergerak lebih bebas terhadap satu sama lain. Kartilago artikular
terdapat di ujung akhir dari os femur atau tulang paha, ujung atas os tibia atau tulang
kering dan di belakang os patella atau tempurung lutut. Diantara lutut terdapat
menisci, bantalan berbentuk cakram yang bekerja sebagai penyerap goncangan.
7
2. PATOFISIOLOGIS
Inflamasi mula-mula mengenai sendi synovial seperti edema, kongesti
vascular, eksudat fibrin dan infiltrasi seluler. Peradangan yang berkelanjutan,
synovial menjadi menebal, teerutama pada sendi articular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulas membentuk panus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulksn gangguan pada nutrisi artilago artikuler. Kartilago menjadi
nekrosis. Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament
menjadi lemah dan biasa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial,
dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengalami perubahan generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.
Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di
daerah persendian, berupa:
a. nyeri di daerah persendian
b. eritema meliputi daerah persendian dan sekitarnya
c. inflamasi di daerah persendian
d. akumulasi cairan sinovial.
Prosedur dalam pengambilan cairan sinovial dikenal dengan arthrocentesis.
Setelah dianastesi lokal, dokter akan melakukan penyuntikan hinga masuk ke
tempat cairan sinovial berada (area diantara tulang). Selain untuk mengambil
spesimen cairan sinovial, prosedur ini dilakukan juga dalam:
a. Pengambilan cairan sinovial berlebihan untuk mengurangi tekanan yang
berlebihan.
b. Injeksi kortikosteroid ke dalam cairan sinovial yang mengalami inflamasi.
E. ANALISA LAB
1. PARAMETER
8
Cairan sendi tersebut diuji untuk menentukan jumlah sel putih, kristal, protein,
glukosa, serta kultur untuk mendeteksi infeksi. Masing-masing parameter
laboratorium ini dapat membantu dokter dalam menentukan penyebab suatu
bentuk artritis tertentu, khususnya dalam membedakan peradangan dari bentuk
artritis non-inflamasi. Hasilnya dapat menjadi kunci untuk mengidentifikasi
berbagai penyakit reumatologi potensial dan kondisi muskuloskeletal.
2. TUJUAN
Menginterpretasikan hasil pemeriksaan cairan sendi secara makroskopis dan
mikroskopis
3. METODE
Metode yang digunakan adalah metode makroskopis dan mikroskopis
4. PRINSIP
Urine mengandung elemen - elemen sisa hasil metabolisme didalam tubuh,
elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama - sama urine
tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen - elemen tersebut dapat
dipisahkan dari urine dengan jalan dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan
endapan dilihat dibawah mikroskop. setiap kelainan memberi warna dan
kejernihan yang berbeda.
9
Bahan Pemeriksaan
Sampel cairan sendi yang diperoleh dari punksi cairan sendi
6. SOP
10
viskositas (kekentalan) pada cairan sendi
2. Catat kejernihan dan warna serta ada tidaknya bekuan
3. Ukur berat jenis sampel dengan nilai normal 1.00
4. Viskositas (kekentalan) cairan sendi diperiksa dengan
cara meneteskan cairan kedalam tabung.
a. pemeriksaan mikroskopis
1. Pipet cairan sebanyak 200 µl, masukkan kedalam
tabung
2. Tambahkan Larutan Turk sebanyak 10 µl
3. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan kamar
hitung Improved Neubauer pada 4 kotak besar
4. Penghitungan jumlah leukosit dilakukan menurut
pemeriksaan jumlah leukosit darah jika sampel cairan
berupa pus (nanah)
b. pemeriksaan kimia
1. Pemeriksaan Glukosa dilakukan sama dengan
pemeriksaan glukosa darah
2. Pemeriksaan total protein dilakukan sama dengan
pemeriksaan protein dalam darah
3. pemeriksaan rivalta
1. Campurkan 2 tetes asam asetat glasial kedalam gelas
ukur yang berisi 100 ml aquadest
2. Masukkan 1 tetes sampel cairan pleura yang
diperiksa dan perhatikan reaksi yang terjadi.
Positif : Nampak kekeruhan seperti asap putih yang
turun tenggelam (eksudat)
Negatif : Tidak ada kekeruhan yang nampak
(transudat).
Pelaksana Laboratorium Patologi Klinik
Unit Terkait Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
11
7. INTERPRETASI HASIL DAN NILAI RUJUKAN
a. Uji warna dan kejernihan
Kuning jernih : artritis traumatic, osteoarthritis dan artritis rheumatoid
ringan.
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena
bertambahnya leukosit.
Seperti susu : artritis rheumatoid dengan efusi kronik, piral dengan
efusi akut, dan obstruksi limfatik dengan efusi.
Seperti nanah atau purulent : artrtitis septik yang lanjut.
Seperti darah : oada trauma, hemophilia, dan sinovitas vilonodularis
hemoragik. Bila darah terjadi trauma pada waktu aspirasi maka warna
merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan, sedangkan jika
bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.
Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama.
b. Uji Viskositas
Viskositas tinggi : non inflamatorik
Viskositas menurun : inflamatorik akut dan septik.
c. Uji kristal
Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis gout.
Calcium pyrophosphate hydrate (CPPD) yang ditemukan pada
kondro-kalsinosis (pseudogout)
Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific perilarthritis
dan tendenitis.
Kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid
d. Uji kimiawi
Mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas
tegas dalam cairan jernih. Misalnya pada RA
12
Mucin buruk : jika bekuan yang terjadi berkeping-keping dalam
cairan keruh, misalnya karena infeksi.
F. KESIMPULAN
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi. Pemeriksaan
cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri,
dan pembengkakan pada sendi. Dalam proses pengambilan sampel cairan sendi perlu
diperhatikan yaitu sterilitas dalam pengambilan dan menggunakan teknik pengambilan
yang benar. Jenis pemeriksaan dari cairan sendi diawali dengan pemeriksaan
makroskopi, pemeriksaan mikroskopi, dan pemeriksaan kimiawi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hardjoeno & Fitriani. 2007. Substansi dan Cairan Tubuh. Makasar: Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin (LEPHAS).
Kurniawan, B. F. 2014. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta: EGC.
Strasinger, Susan King dan Schaub, Marjorie. 2016. Urinalisis dan Cairan Tubuh
Edisi 6. Alih bahasa: Ramadhani, Dian dan Subekti Budhi. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
14