Anda di halaman 1dari 25

OSTEOARTHRITIS

Disusun oleh :
MIEN IBADHIATI, SSi, APT
NIP. 19680926 199103 2005

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF


KABUPATEN GOWA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah :

OSTEOARTHRITIS

Disusun oleh :
MIEN IBADHIATI,SSi,APT
NIP. 19680926 199103 2005

Sungguminasa-Gowa, April 2019

Disahkan oleh;
Direktur RSUD Syekh Yusuf Kab.Gowa

dr. H. SALAHUDDIN, M.Kes.


Nip. 19630910 199503 1 002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Sungguminasa, 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
A. Tinjauan pustaka...........................................................................3
1. Tinjauan tentang sendi......................................................3
2. Tinjuan tentang osteoarthritis...........................................5
B. Contoh kasus penyakit osteoartristis..........................................19
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................23
LAMPIRAN..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................25

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurang lebih terdapat 151.400.000 jiwa di seluruh dunia menderita
osteoarthritis. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang
mengalami simtom osteoartritis. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita
Osteoartritis. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit
kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik di dunia Barat. Secara
keseluruhan, sekitar 10-15% orang dewasa berumur 60 tahun menderita
osteoartritis. sebanyak 40% manusia di dunia di atas umur 70 tahun menderita
penyakit osteoartritis. Walaupun begitu, orang yang berusia lebih muda pun,
termasuk anak-anak, dapat menderita osteoarthritis karena obesitas atau cedera
pada sendi.
Di indonesia osteoartritis merupakan penyakit rematik yang paling
banyak di temui dibandingkan penyakit rematik lainnya, prevalensi penyakit
sendi berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 24,7%, dan prevalensi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 11,9%.Orang lanjut usia di
Indonesia yang menderita cacat karena osteoarthritis diperkirakan mencapai dua
juta. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun,
30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoartritis
lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.
Osteoartritis (OA) merupakan sindroma klinis perubahan metabolik,
biokimia, struktur tulang rawan sendi dan jaringan sekitarnya osteoartritis
merupakan penyakit degeneratif dengan perkembangan slow progressive yang
memiliki gambaran patologis karakteristik berupa memburuknya rawan sendi
sebagai hasil akhir perubahan biokimiawi, metabolisme, fisiologis, dan patologis.
Osteoartritis disebut juga dengan penyakit sendi degeneratif (arthritis
degenerative) dan arthritis hipertrofik. Osteoartritis ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan tulang subkondral,
sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot yang
menghubungkan sendi.
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irregular pada permukaan persendian. Nyeri
menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoarthritis

1
Osteoarthritis menyerang berbagai persendian pada tubuh, namun biasanya hanya
menyerang satu atau sedikit persendian saja. Persendian yang sering mengalami
osteoarthritis adalah sendi pada lutut, pinggul, tulang belakang, dan tangan.
Kasus osteoarthritis pada persendian lutut (genu) lebih sering terjadi daripada
persendian yang lain. Akibatnya, sebanyak 80% mengalami keterbatasan dalam
bergerak dan 25% di antaranya bahkan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-
hari.
Gambaran klinis osteoarthritis dapat dilihat dengan adanya tanda-tanda
nyeri persisten lutut, kekakuan lutut terbatas (<30 menit), penurunan fungsi
sendi, krepitus, gerakan terbatas dan enlargement tulang. Diagnosis OA selain
berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi. Namun pada awal
penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal. Pengobatan pada pasien OA
adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah terjadinya kontraktur atau atrofi
otot. Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian
faktor-faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada
fase lanjut sering diperlukan pembedahan. Tujuan pengobatan untuk memberi
edukasi kepada pasien, mengurangi rasa sakit dan kekakuan, mempertahankan
fungsi dari tulang rawan, meningkatkan mobilitas sendi, memelihara dan
meningkatkan kulaitas hidup pasien

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu osteoarthritis;
2. Unuk mengetahui penyebab osteoarthritis;
3. Untuk mengetahui pengobatan penyakit osteoarthritis;
4. Untuk mengetahui kasus – kasus penyakit osteoarthritis;

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan tentang sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang yang bersatu
dalam suatu koordinasi antara kapsul sendi, ligamen, tendon, otot dan
kartilago.
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas.
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak.
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan tekanan
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasise belum terjadi
tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh
permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di
balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima.
Kartilago berperan dalam membagi beban tubuh, juga berfungsi
sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumas oleh cairan sendi sehingga
mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak.
Kartilago tersusun atas dua jenis makromolekul utama, yaitu kolagen tipe dua
dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul-
molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul
proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan
kepadatan pada kartilago.
Proteoglikan adalah komponen utama cairan sinovial yang berfungsi
memberikan kekenyalan pada sendi dan sebagai pelumas sehingga
pergerakan sendiri menjadi baik. Ikatan silang antara kolagen tipe 2 dan
matriks protein lainnya mampu membentuk daya regang mempertahankan

3
volume dan bentuk tulang rawan. Proteoglikan utama pada kartilago adalah
kondroitin sulfat dan keratin sulfat. yang berfungsi mendukung stabilitas dan
kekuatan dari kartilago (Cote, 2001: 497). Dalam keadaan normal, matriks
kartilago setiap saat berubah secara dinamis untuk mencapai keseimbangan
dialkuakn oleh sel kondorisit. Pada kartilago terjadi proses remodeling secara
berkesinambungan. Struktur matriks kartilago (kolagen dan proteoglikan)
secara teratur dirombak oleh enzim autolitik dan diperbarui oleh sel kartilago.
Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan avaskular,
mensintesis seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit
menghasilkan enzim pemecah matriks, yaitu sitokin [Interleukin-1 (IL-1),
Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga faktor pertumbuhan. Umpan balik
yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk melakukan
sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan
dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan,
dan faktor lingkungan. Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks
(MPM) untuk memecah kolagen tipe dua dan aggrekan.
Sinovium merupakan bagian penting dari sendi diartrosis dan secara
fisiologis berfungsi dalam transport nutrient ke dalam rongga sendi serta
mengeluarkan sisia metabolismenya, membantu stabilitas sendi. Sinovium
adalah sinoviosit, terdapat sel-sel lain seperti fibroblast, makrofag, sel mast,
sel vaskular dan sel limfatik.
2. Tinjauan tentang Osteoartritis
Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif dengan perkembangan
slow progressive yang memiliki gambaran patologis karakteristik berupa
memburuknya rawan sendi sebagai hasil akhir perubahan biokimiawi,
metabolisme, fisiologis, dan patologis. Osteoartritis disebut juga dengan
penyakit sendi degeneratif (arthritis degenerative) dan arthritis hipertrofik.
Osteoartritis ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi,
meningkatnya ketebalan tulang subkondral, sklerosis dari lempeng tulang,
pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,
timbulnya peradangan, dan melemahnya otot yang menghubungkan sendi.
Osteoartritis merupakan gangguan keseimbangan metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi
yang diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga menimbulkan cedera.
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu kapsula
dan ligamen sendi, otot-otot.

4
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi kondrosit merupakan sel
yang tedapat dijaringan avaskular, mensintesis seluruh elemen yang terdapat
pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks,
yaitu sitokin [Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga
faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
molekul matriks yang baru.Kartilago memiliki metabolisme yang lambat,
dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara
sintesis dengan degradasi. Namun pada fase awal perkembangan
osteoarthritis, kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif
(Felson, 2008).
Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago
dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-
jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme
pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kejadian
osteoarthritis pada daerah sendi.
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah
menstimulasipergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah
memicu proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk
mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang
memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein
pada jaringan.
Terganggunya proses anabolisme dan katabolisme ini mempengaruhi
sintesis proteoglikan, sehingga sintesis proteoglikan menjadi terganggu dan
lama kelamaan menimbulkan kerusakan tulang rawan dan sendi.
Terganggunya sintesis proteoglikan menyebabkan kadar proteoglikan
menurun. Penurunan kadar proteoglikan ini menandakan tahap awal
terjadinya kerusakan tulang rawan (kartilago).
Perubahan awal yang terlihat ialah meningkatnya jumlah kandungan
air dalam rawan sendi yang muncul beberapa hari setealah distabilisasi sendi.
Perubahan ini merupakan perubahan awal matriks rawan sendi pada OA yang
bersifat irreversible. Peningkatan kandungan air (hiperhidrasi) pada rawan
sendi akan merangsang sintesa proteoglikan yang baru dengan perubahan
komposisi yaitu proporsi kandungan kondroitin sulfat lebih tinggi dan keratan

5
sulfat lebih rendah dibandingkan normal. Perubahan komposisi ini
menyebabkan agregasi proteoglikan terganggu. Berkurangnya proteoglikan
akan disertai memburuknya defek agregasi, sehingga berlanjutnya
abnormalitas dari komposisi glikosaminoglikan dan memendeknya rantai
kondroitin sulfat. Apabila jumlah proteoglikan yang hilang makin nyata maka
kandungan air yang pada awalnya meningkat akan turun menjadi kurang dari
normal sehingga warna matrix menjadi kekuningan dan timbul retakan dan
mulai terbentuk celah.
Bila penyakit bertambah berat maka konsentrasi proteoglikan
menurun tajam sampai level dibawah 50%, jumlah agregat berkurang dan
rantai glikosaminoglikan menjadi lebih pendek, konsentrasi keratan sufat
menurun sedangkan proporsi kondroitin-4-sulfat dan kondroitin-6sulfat relatif
meningkat. Hal ini menyebabkan celah yang terbentuk semakin dalam,
kondrosit mulai menurun dan mulai terbentuk kista. Kista dapat menjadi
sangat besar dan pecah. Akibat pecahnya kista, serpihan-serpihan rawan sendi
yang terapung dalam cairan sendi akan menstimulasi terjadinya reaksi
inflamasi.
Pada tepi sendi akan timbul respon terhadap tulang rawan yang rusak
dengan pembentukan tulang baru (osteofit). Selain itu juga terjadi pengikisan
yang progresif menyebabkan tulangdibawahnya juga ikut mengalami
destruksi. Hilangnya tulang-tulang tersebut menstimulasi respon dari tulang
subkondral dengan meningkatkan selularitas dan invasi vaskular, akibatnya
tulang menjadi tebal dan padat. Perubahan-perubahan ini merupakan suatu
sindroma klinis yang disebut OA, dimana terjadi perubahan struktur tulang
rawan sendi dan jaringan sekitarnya, yang ditandai dengan menipisnya
kartilago secara progresif, pembentukan tulang baru pada trabekula
subkondral dan kartilago serta terbentuknya tulang baru pada tepi sendi
(osteofit) diikuti atrofi dan destruksi tulang sekitarnya.
Osteoartritis merupakan penyakit yang sering terjadi, namun pada
sebagian besar kasus OA berkembang lambat selama bertahun-tahun.
Penyebab OA bukan faktor tunggal melainkan multifaktorial. Faktor resiko
yang berperan pada OA adalah:
a. Usia
Pertambahan usia berhubungan dengan terjadinya perubahan bentuk dan
struktur sendi tulang rawan termasuk perlunakan, kerusakan, penipisan
dan kehilangan daya regang matriks, serta kekakuan. Usia terbukti
menjadi faktor independen yang meyebabkan kondrosit cenderung

6
apoptosis dan hilangnya kemampuan untuk mempertahankan dan
memperbaiki jaringan.
b. Obesitas
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan faktor resiko OA karena
disebabkan peningkatan tekanan mekanik pada sendi yang menahan
beban dan perubahan biokimia. Pembebanan berlebih pada sendi
menyebabakan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen kerusakan struktur
tulang.
c. Jenis kelamin dan hormonal
Wanita lebih memiliki resiko menderita OA dari pada laki-laki.
Frekuensi OA banyak pada wanita dari pada laki-laki dikarenakan
turunnya kadar estrogen yang signifikan setelah monopause. Pada
kartilago terdapat reseptor estrogen yang mempengaruhi banyak penyakit
inflamasi dengan merubah pergantian sel, metabolisme, dan pelepasan
sitokin.
d. Faktor genetik
Struktural gen penting untuk meregulasi proliferasi kondrosit, ekspresi
gen dan pemeliharaan serta perbaikan sendi tulang rawan. Pendekatan
genomik, epigenetic, dan mikro RNA mengarah pada penemuan genotype
kecenderungan OA dan progresifitasnya. Mutasi pada gen yang
mengkode kolagen tipe II, IV, V, IX dan oligomeric matrix protein tulang
rawan telah diidentifikasi dalam pewarisan pembentukan OA. Dua gen
IL-1(α dan β) dan gen yang mengkode IL-Ra terletak pada kromosom
2q13 dan terkait dengan kerentana terhadap OA lutut.
e. Kelemahan pada otot
Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya
osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang disebabkan oleh faktor
usia, inaktivasi akibat nyeri atau karena adanya peradangan pada sendi.
f. Nutrisi
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D.
Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan
tulang untuk merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis
dan akan mempengaruhi perkembangannya.
Kemungkinan vitamin D mempunyai efek langsung terhadap kondrosit di
kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang terbukti membentuk
kembali reseptor vitamin D.
g. Faktor mekanik

7
Berupa trauma, bentuk sendi, penggunaan sendi yang berlebihan karena
pekerjaan/aktivitas. Kedua mekanisme tersebut saling berinteraksi.
3. Tanda-tanda dan gejala klinis
Gejala pada penyakit osteoarthritis bervariasi, tergantung padasendi
yang terkena dan seberapa parah sendinya berpengaruh. Namun, gejala yang
paling umum adalah kekakuan, terutamanya terjadi pada pagi hari atau
setelah istirahat, dan nyeri. Sendi yang sering terkena adalah punggung
bawah, pinggul, lutut, dan kaki. Ketika terkena didaerah sendi tersebut akan
mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan seperti berjalan, menaiki
tangga, dan mengangkat suatu beban. Bagian lain yang sering terkena juga
adalah leher dan jari, termasuk pangkal ibu jari. Ketika bagian jari dan sendi
tangan terkena, osteoarthritis dapat membuatkan keadaan bertambah sulit
terutamanya untuk memegang suatu objek dan untuk melakukan pekerjaan
Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-
keluhan yang dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara
perlahan. Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada
pasienosteoarthritis:
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
yang tertentu terkadang dapat menimbulkan rasanyeri yang melebihi
gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski osteoarthritis masih
tergolong dini (secara radiologis) .
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan
nyeri yang timbul pada osteoarthritis berasal dari luar kartilago. Pada
penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi,
dan edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab dari timbulnya rasanyeri. Ketika
osteofit tumbuh, terjadi proses inervasi neurovascularyang menembusi
bagian dasar tulang hingga ke bagian kartilago dan menuju ke osteofit
yang sedang berkembang. Hal ini yang menyebabkan timbulnya nyeri.
Nyeri juga dapat timbul dari bagian luar sendi, termasuk pada bagian
bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat
dari anserine bursitis dan sindrom iliotibal band
b. Hambatan gerakan sendi

8
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertumbuhan rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
setelah tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau
duduk di mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setiap bangun
tidur pada pagi hari
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien
atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit,
krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi padasendi
yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah.
g. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada
osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
Gejala ini sering dijumpai pada osteoarthritis lutut.
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang membebankan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien osteoarthritis, terutamanya
pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada osteosarthritis lutut.
4. Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis dapat dilakukan mendasari pada gambaran
klinis dan temuan pada hasil radiografis. Antara diagnosis yang sering
dilakukan adalah seperti:
a. Gejala/keluhan utama
Nyeri pada sendi, lokalisasi tidak jelas, nyeri bertambah ketika terjadi
pergerakan dan berkurang ketika beristirahat, nyeri dan kaku pada sendi

9
pada pagi hari, kaku setelah tidak beraktivitas, umumnya akan timbul
secara perlahan-lahan.
b. Pemeriksaan fisik
Peradangan pada sendi dapat dilihat karena adanya hipertrofi tulang,
dimana kulit di bagian atasnya berwarna merah, terasa nyeri, dan juga
terdapat Nodus Bouchard pada proksimal interphalangeal yang dapat
terjadi deformitas (kelainan bentuk).
c. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan darah dan cairan sendi biasanya tidak menunjukkan
kelainan, tetapi laju endap darah (LED) meninggi.
d. Gambaran radiologi
Terdapat beberapa metode yang dapat digunnakan untuk mendapatkan
gambaran radiologi, yaitu seperti berikut:
1) Plain radiography
Diagnosis dapat dilakukan menggunakan metode plain radiography
ini karena metode ini merupakan metode yang cost–effective dan
hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat. Metode radiografi
ini dapat menggambarkan terjadinya hilangnya sendi, atau terdapatnya
ruang, serta tulang subchondral sclerosis dan formasi kista.
2) Computed tomography (CT) scanning
Metode ini jarang digunakan dalam diagnosis osteoarthritis primer
(idiopatik). Namun dapat digunakan dalam mendiagnosis malaligment
dari sendi patellofemoral atau sendi pada kaki dan pada pergelangan
kaki.
3) Magnetic resonance imaging (MRI)
Metode ini tidak perlu dilakukan pada kebanyakan pasiendengan
osteoarthritis, kecuali pada kondisi tertentu yang mengharuskan
menggunakan metode ini. MRI dapat langsung memvisualisasikan
tulang rawan artikular dan jaringan sendi lainnya (misalnya meniskus,
tendon, otot, atau efusi).
4) Ultrasonography
Metode ini tidak ada peran dalam penilaian klinis rutin bagipasien
dengan osteoarthritis. Namun, metode ini sedang diselidiki sebagai
alat untuk pemantauan degenerasi tulangrawan, dan dapat digunakan
untuk suntikan pada sendi yangsukar untuk dilihat tanpa di scan
(Lozada, 2013).

10
5) Bone Scanning
Metode ini mungkin membantu dalam diagnosis awal osteoarthritis
tangan. Selain itu, metode ini juga dapat membantu membedakan
osteoarthritis dari osteomyelitis dan metastase tulang.
6) Arthrocentesis
Kehadiran cairan sendi peradangan membantu membedakan
osteoarthritis dari penyebab lain dari nyeri sendi. Selain temuan cairan
sinovial yang membantu dalam diferensiasi osteoarthritis dari kondisi
lain adalah adanya gram negatif serta tidak adanya kristal ketika
dilihat dibawah mikroskop (Lozada, 2013).
Sasaran diagnosis osteoarthritis adalah membedakan antara arthritis
primer dan sekunder, serta menegaskan lokasi sendi yang terkena,
keparahan dan respon terhadap terapi sebelumnya, menjadi dasar
pengobatan selanjutnya.
5. Terapi Pasien Osteoarthritis
Terapi pasien osteoarthritis harus disesuaikan pada masing-masing
individu dan dilakukan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
radiografi, dan penilaian skala osteoarthritis. Tujuan pengobatan osteoarthritis
adalah memberi edukasi kepada pasien, mengurangi rasa sakit dan kekakuan,
mempertahankan fungsi dari tulang rawan, meningkatkan mobilitas sendi,
memelihara dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
a. Terpai non farmakologi
1) Edukasi atau penerangan
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang
penyakit, prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu,
diperlukan konseling diet untuk pasien osteoarthritis yang mempunyai
kelebihan berat badan. Ahli bidang kesehatan harus memberikan
informasi pada pasien dengan penyakit osteoarthritis mengikut
kesesuaian keadaan dan keselarasan pasien.
2) Penurunan berat badan
Dapat diterapkan dengan mempunyai gaya hidup yang sehat.
Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi beban atau
mengurangi gejala pada bagian yang mengalami penyakit
osteoarthritis terutamanya pada lutut dan pinggul.
3) Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan
program olahraga bagi membantu untuk menjaga dan mengembalikan

11
rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot.
Program olahraga dengan menggunakan teknik isometric didesain
untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi dan pergerakan,
dan menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit, dan kebutuhan akan
penggunaan analgesik.
Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan,alat
bantu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga
atau aktivitas harian. Pasien osteoarthritis lutut yang memakai sepatu
dengan sol tambahan yang empuk yang bertujuan untuk meratakan
pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi
tekanan di lutut Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat
dilakukan untuk memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan
menghindari terjadinya kekakuan. Kompres hangat atau dingin ini
dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.
4) Braces dan orthosis
Dapat digunakan untuk memperbaiki gait dan membantu meringankan
beban lutut sehingga mengurangi nyeri. Namun brace dan orthosis
tidak dapat menggantikan fungsi latihan fisik.7 Jenis yang sering
digunakan adalah valgus brace dan lateral wedge insoles. Penggunaan
valgus knee brace dan lateral wedge insoles sama-sama dapat
mengurangi nyeri dan memperbaiki gambaran radiologis pada pasien
OA, di mana valgus knee brace hasilnya lebih baik.14
Pada 2013, AAOS tidak lagi menyarankan penggunaan lateral wedge
insoles dengan kekuatan rekomendasi moderate, sedangkan
rekomendasi penggunaan valgus brace bersifat inconclusive.
5) Elektroterapi
Modalitas eletroterapi meliputi TENS (transcutaneous electrical nerve
stimulation) dan neuromuscular electrical stimulation (NEMS). Pada
OA lutut, modalitas ini dapat menstimulasi otot quadriceps, sehingga
meredakan nyeri dan memperkuat otot tersebut. TENS lebih superior
dibandingkan injeksi hyaluronic acid. Namun, pada penelitian lain
terhadap 100 pasien terapi latihan saja dibandingkan terapi latihan dan
NMES, hasilnya tidak berbeda signifikan pada derajat nyeri dan
fungsi fisik.
Pada rekomendasi AAOS, elektroterapi direkomendasikan dengan
kekuatan rekomendasi inconclusive. Hal ini karena modalitas
elektroterapi tidak memberikan hasil yang konsisten.

12
6) Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan jika pasien tidak
membaik dengan tatalaksana konservatif dan modalitas non
farmakologi. Pertimbangan kualitas hidup pasien yang makin
menurun juga dapat menjadi indikasi. Pilihan operasi pada OA lutut
meliputi artroskopi, perbaikan kartilago, dan artroplasti.
b. Terapi Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit.
Karena osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang
memiliki kondisi medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif
terhadap pengobatan obat, antaranya :
1) Golongan Analgesik
Golongan Analgesik Non Narkotik :
a) Asetaminofen (Analgesik oral)
Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem
saraf pusat (SSP). Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang
mengalami nyeri ringan ke sedang dan juga pada pasien yang
demam. Obat yang sering digunakan sebagai lini pertama adalah
parasetamol. Parasetamol bekerja pada sentral yang menghasilkan
analgesia dengan menghambat sintesis prostaglanding di otak dan
sum-sum tulang belakang dengan nmenghambat kerja enzim
siklooksigenase. Namun, penghambatan biosintesisi prostaglandin
lemah, sehingga efektif sebagai NSAID untuk nyeri sendi ringan
sampai sedang dan tidak menyebabkan iritasi lambung.
b) Analgesik topikal
Analgesik topical digunakan untuk nyeri ringan dan sebagai
tambahan untuk terapi sistemik. Analgesic yang biasa digunakan
adalah krim casaicin yang terkandung dalam cabai efektif
meringankan rasa nyeri dengan cara menghilangkan suptansep
( mediator untukk nyeri) dari saraf sensorik neuron di tulang
belakang, sehingga transmisi rasa nyeri berkurang. Beberapa
pasien akan mengalami sensasi rasa terbakar pada bagian yang
diaplikasikan. Capsaicin tersedia dalam bentuk krim, gel, atau
lotion dengan konsentrasi 0,025% sampai 0,075 %. Agar efektif ,
capsaicin harus digunakan secara teratur dengan penggunaan 4
kali sehari selama 2 minggu .

13
NSAID topical juga dapat digunakan untuk mengatasi rasa nyeri
pada OA. Salah satu sediaan yang sering di guankan adalah
diklofenak topical dalam pembawa dmso, sediaan ini aman dan
efektif untuk mengatasin yeri pada OA lutut. Meknisme kerja
NSAID topical adalah dengan menghambat enzim COX-2 secara
local.
2) Golongan NSAID
Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID) mempunyai
aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol
lebih banyak dipakai terutamanya pada pasien lanjut usia. Dalam
dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus memperlihatkan efek
analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada
pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang.
NSAID lebih tepat digunakan daripada parasetamol atau analgesik
opioid dalam arthritis rematoid dan pada kasus osteoarthritis lanjut.
NSAID lebih tepat digunakan daripada parasetamol atau analgesik
opioid dalam arthritis rematoid dan pada kasus osteoarthritis lanjut.
3) Analgesik Narkotika
Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berat.
Penggunaan dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk
pasien yang tidak toleransi terhadap pengobatan asetaminofen,
NSAID, injeksi intra-artikular atau terapi secara topikal. Pemberian
narkotika analgesik merupakan intervensi awal, dan sering diberikan
secara kombinasi bersama asetaminofen. Pemberian narkotika ini
harus diawasi karena dapat menyebabkan ketergantungan.
4) Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan dalam
dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu,
agar dapat dijamin rasio manafaat dan risiko setinggi-tingginya.
Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk injeksi intra-artikular
dibandingkan dengan penggunaan oral.
5) Suplemen makanan
Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin,
kondroitin yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan
sendi atau mengurangi simptom osteoarthritis. Suplemen makanan ini
dapat digunakan sebagai obat tambahan pada penderita osteoarthritis
terutamanya diberikan pada pasien lanjut usia.

14
6) Obat osteoarthritis yang lain
a) Injeksi Hialuronat
Asam hialuronat membantu dalam rekonstitusi cairan sinovial,
meningkatkan elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi
sendi. Obat ini diberikan dalam bentuk garamnya (sodium
hialuronat) melalui injeksi intra-artrikular pada sendi lutut jika
bosteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain. Dua agen
intra-artrikular yang mengandung asam hialuronat tersedia untuk
mengobati rasa sakit yang berkaitan dengan osteoarthritis lutut.
Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien yang tidak lagi
toleransi terhadap emberian obat anti nyeri dan anti inflamasi yang
lainnya (Hansen & Elliot, 2005). Injeksi asam hialuronat diberikan
oleh tenaga medis yang mempunyai keahlian karena kesalahan
dalam memberikan injeksi ini akan memperparah kondisi lutut
pasien.
b) Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit
parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif
atau rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional
substansial dan mempengaruhi gaya hidup. Beberapa sendi,
terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti dengan sendi
buatan. Biasanya, dengan pembedahan dapat memperbaiki fungsi
dan pergerakan sendi serta mengurangi nyeri.
Terdapat beberapa jenis pembedahan yang dapat dilakukan.
Antara pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan
tidak dapat berespon dengan baik atau tidak efektif pada pasien
adalah Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion.

15
A. CONTOH KASUS PENYAKIT OSTEOARTHRITIS
1. Kasus I
Identitas Pasien
Nama : Tn. TW
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 5 bulan yang lalu penderita mengeluhkan lutut kirinya kaku,
sulit untuk digerakkan terutama setelah bangun tidur pagi. Lutut kaku juga
dirasakan bila pasien terlalu lama duduk di lantai. Kaku dirasakan selama
kurang lebih 15 menit. Pasien tidak meminum obat ataupun jamu apapun
untuk mengurangi kaku tersebut karena menurut pengakuan pasien kekakuan
lututnya berkurang dengan dipijat. Tiga bulan yang lalu pasien mulai merasa
lututnya makin sulit untuk digerakkan dan kadang-kadang disertai sedikit rasa
nyeri, terutama saat berjalan namun nyeri hilang dengan istirahat. Walaupun
pasien merasa ada sedikit gangguan dalam berjalan, namun pasien masih
tidak memerlukan alat bantu apapun untuk berjalan.
Satu bulan yang lalu pasien mengatakan keluhan-keluhan yang
dialaminya makin bertambah hebat. Lutut terasa nyeri dan panas, nyeri 3
dirasakan terus menerus dan makin bertambah bila digunakan untuk berjalan.
Nyeri sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien kesulitan untuk berjalan
hingga harus dibantu dengan menggunakan tongkat. Pasien kemudian berobat
ke Puskesmas tapi belum ada perbaikan. Pasien datang ke Poli Penyakit
Dalam dengan kondisi lutut kanan yang sudah agak bengkak, terasa sangat
nyeri dan tidak panas. Pasien mengatakan tidak ada keluhan serupa pada
sendi-sendi lainnya.
Masalah Medis :
- Geriatri
- Osteoarthtritis Genu Bilateral
Terapi Medikamentosa
- Meloksikam 7,5 mg 2x1
- Ranitidin 2x1
- Antasida syr 3x1

16
Fisioterapi :
Terapi Modalitas
- MWD ( Micro Wave Diathermy)
- Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation ( TENS )
- Latihan active movement
- Strengthening exercise otot quadriceps dan hamstring
Edukasi :
- Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi
- Usahakan memakai deker pada lututnya pada saat beraktifitas untuk
menjaga
- efisiensi sendi lutut
- Dianjurkan pada pasien untuk membatasi yang mengakibatkan
pembebanan
- sendi lutut secara berlebihan
- Planning Monitoring : Evaluasi hasil terapi.

2. Kasus II
Ny. S, 53 tahun, datang ke puskesmas untuk kedua kalinya dengan
keluhan nyeri pada kedua lututnya sejak 2 bulan terakhir ini. Keluhan sudah
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, namun makin lama makin terasa nyeri
terutama bila banyak aktivitas atau bekerja. Nyeri paling dirasakan saat
pasien mencuci pakaian dan melakukan gerakan dari jongkok kemudian
berdiri. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan dapat berkurang bila pasien
beristirahat. Nyeri tidak dipengaruhi cuaca maupun makanan yang
dikonsumsi. Pasien masih dapat berjalan tetapi pasien hanya bisa berjalan
pelan-pelan karena menahan nyeri di lututnya. Hal ini menyebabkan pasien
merasa khawatir dan mengganggu aktivitas fisiknya sehari-hari. Selain itu,
pasien juga sering merasakan kaku pada lututnya di pagi hari terutama saat
bangun tidur, namun rasa kaku tersebut berlangsung kurang dari 30 menit dan
lama kelamaan akan hilang dengan sendirinya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum pasien tampak sakit ringan. Tensi 180/110 mmHg,
nadi 81 x/menit, frekuensi napas 21 x/menit, suhu 36,7 0C, IMT 24,99 kg/m2.
Mata, telinga, hidung dan mulut dalam Status lokalis pada regio genue
dextraet sinistra didapatkan warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak

17
ditemukan massa, edema maupun sianosis. Pemeriksaan palpasi tidak
ditemukan benjolan maupun pembengkakan, range ofmovement tidak
terbatas.
Diagnosis pasien osteoarthritis genu bilateral dengan hipertensi grade
II. Terapi yang diberikan pada pasien yaitu berupa asam mefenamat 500 mg
(jika nyeri), amlodipin 1x5 mg. Non medikamentosa berupa edukasi pasien
tentang osteoarthritis, hipertensi, makanan yang dianjurkan berupa diet
rendah garam, pentingnya pengendalian faktor risiko, dan melakukan
pemeriksaan
Pada studi kasus, Ny. S bekerja sebagai pramuwisma kurang lebih
sudah selama 21 tahun. Pada pekerjaan tersebut, Ny. S sering melakukan
gerakan-gerakan antara lain finger press, radius dan ulnar deviasi, fleksi dan
ekstensi tangan serta pergelangan tangan, squatting, mengangkat beban
dengan tumpuan kaki. Gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang dan dengan
kekuatan sedang. Berdasarkan analisis kegiatan kerja yang dilakukan, Ny. S
mempunyai faktor risiko yang signifikan untuk mengalami osteoartritis.
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain usia, jenis kelamin perempuan,
pekerjaan, aktivitas fisik dan kebiasaan olah
Untuk terapi obat, pasien sudah diberikan asam mefenamat yang
berkerja sebagai penghilang rasa nyeri. Asam mefenamat yang merupakan
golongan NSAIDs (Non Steroidm Anti Inflammatory Drugs) merupakan obat
yang direkomendasikan untuk pengobatan osteoartritis, selain NSAIDs,
acetaminophen juga merupakan lini pertama untuk pengobatan osteoartritis.
Pasien ini juga mengalami hipertensi grade II. Hipertensi atau yang
lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di
mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kurang lebih terdapat 151.400.000 jiwa di seluruh dunia menderita
osteoarthritis Di Indonesia osteoartritis merupakan penyakit rematik yang paling
banyak di temui dibandingkan penyakit rematik lainnya, prevalensi penyakit
sendi berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 24,7%, dan prevalensi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 11,9%.
Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif dengan perkembangan slow
progressive yang memiliki gambaran patologis karakteristik berupa
memburuknya rawan sendi sebagai hasil akhir perubahan biokimiawi,
metabolisme, fisiologis, dan patologis. Osteoartritis disebut juga dengan penyakit
sendi degeneratif (arthritis degenerative) dan arthritis hipertrofik.
Terapi pasien osteoarthritis harus disesuaikan pada masing-masing
individu dan dilakukan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
radiografi, dan penilaian skala osteoarthritis. Tujuan pengobatan osteoarthritis
adalah memberi edukasi kepada pasien, mengurangi rasa sakit dan kekakuan,
mempertahankan fungsi dari tulang rawan, meningkatkan mobilitas sendi,
memelihara dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

19
Skema Terapi Osteoarthritis

20
DAFTAR PUSTAKA

Bunga, P.A. (2013). Pengelolaan Pasien Osteoartritis Genu Hipertensi Grade Ii


Dan Obesitas Grade I Dengan Pendekatan Medis Dan Perilaku.
Dalimi, N., Ahmad. (2013) .Karakteristik Pasien Dan Pola Pengobatan
Osteoarthritis Di Rsup Dr. Sardjito, Yogyakarta
Fadhilah, R., Nur. (2016). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Osteoarthritis
(Penelitian dilakukan di Poli Penyakit Dalam RS Universitas Airlangga
Surabaya)
Lestari, Desfi. (2014). Osteoarthritis Genu Bilateral On 53 Years Old Woman
With Grade Ii Hypertension
Maulina, M. (2017 ).Kerusakan Proteoglikan Pada Osteoartritis. Vol. 1 No. 1
Pratiwi, A., I . (2015). Diagnosis And Treatment Osteoarthritis . 4-4
Ramadhany, M., P. (2012). Seorang Pria 79 Tahun Geriatri Dengan Osteoarthritis
Genu Bilateral.
Wijaya, S. (2018). Osteoartritis Lutut. 45-6

21

Anda mungkin juga menyukai