Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BACA

OSTEOARTRITIS

Pembimbing:
dr. Nugroho, Sp.OT

Oleh:
Anis Khoirinnisa (220702110015)
Awwalatun Nur Khoiriah (220702110004)

DEPARTEMEN BEDAH
RSU KARSA HUSADA BATU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
BAB II DASAR TEORI................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di


masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat.
Osteoartritis dapat terjadi dengan etiologi yang berbeda-beda, namun mengakibatkan
kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama.
Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh
sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan
ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai
dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. OA
merupakan penyakit dengan progresifitas yang lambat, dengan etiologi yang tidak diketahui.
Osteoartritis saat ini tidak lagi dianggap penyakit degeneratif, namun usia tetap
merupakan salah satu faktor risikonya. Usia diatas 65 tahun, hanya 50% memberikan
gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita
diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar 10% mengalami disabilitas
karena OA nya, maka dapat difahami jika makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan
untuk terkena OA. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi dan Klasifikasi Osteoartritis


Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi kronik yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis kartilago sendi serta matriks
ekstraseluler, kondrosit dan tulang subkondral pada usia tua (Dejong, 2017).

Dalam bentuknya yang paling umum, penyakit ini tidak disertai dengan penyakit
sistemik apa pun dan terkadang terdapat tanda inflamasi lokal namun penyakit ini
bukanlah gangguan inflamasi yang utama. Osteoarthritis adalah fenomena yang
dinamis, menunjukkan ciri-ciri destruksi dan repair. Softening dan disintegrasi
kartilago disertai dengan pembentukan tulang baru yang hiperaktif yaitu osteofitosis
dan remodelling (Solomon, 2010).

Berdasarkan etiologi, OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun


sekunder. OA primer tidak diketahui penyebabnya dan dapat mengenai satu atau
beberapa sendi. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita kulit putih usia
pertengahan dan umumnya menyerang banyak sendi (poliartikuler) dengan nyeri akut
disertai rasa panas distal interfalangeal. Sedangkan untuk OA sekunder dapat
disebabkan oleh:

Klasifikasi Osteoartritis berdasarkan lokasi sendi yang terkena

Klasifikasi ini digunakan dalam penatalaksanaan OA secara menyeluruh, baik


secara farmakologi maupun non farmakologi untuk kepentingan rekomendasi.

4
Penanganan OA tidak hanya pada sendi lutut, panggul, lumbal tetapi juga dapat
mengenai sendi- sendi di bawah ini:

2.2 Epidemiologi
Osteoarthritis adalah masalah yang paling umum dari semua penyakit sendi. OA
merupakan gangguan yang universal, mempengaruhi kedua jenis kelamin dan semua
ras. Studi autopsi menunjukkan perubahan OA pada setiap orang di atas usia 65
tahun. Survei radiografi menunjukkan bahwa prevalensi meningkat dari 1% di bawah
usia 30 tahun menjadi lebih dari 50% pada orang di atas usia 60 tahun. Osteoarthritis
pada sendi jari sangat umum terjadi pada wanita lanjut usia, mempengaruhi lebih dari
70 persen. Pria dan wanita memiliki kemungkinan yang sama dalam perkembangan
OA, tetapi lebih banyak persendian yang terkena pada wanita dibandingkan pria.
Osteoarthritis jauh lebih banyak pada beberapa sendi (fingers, hip, knee, dan spine)
daripada yang lain (elbow, wrist, dan ankle). Hal tersebut menunjukkan beberapa
persendian lebih rentan terhadap kelainan predisposisi daripada yang lain. Penjelasan
serupa dapat menjelaskan perbedaan geografis dan etnis tertentu dalam prevalensi.
Seperti, rasio wanita dan pria untuk OA hip di Eropa Utara adalah sekitar 1:1
sedangkan di Eropa Selatan mendekati 2:1 di mana terdapat insiden tinggi displasia
acetabular pada anak perempuan. Bahkan, tidak adanya OA pinggul pada orang kulit
hitam Cina dan Afrika selatan Hal tersebut terjadi hanya karena faktor predisposisi
seperti perkembangan hip displacement, penyakit Perthes dan epifisis femoralis yang
jarang terjadi pada populasi ini (Solomon, 2010).

5
2.3 Patofisiologi
Pada prinsipnya, struktur sendi sinovium dirancang untuk memastikan agar
gerakan tulang halus; sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan pelumas
sendi, dan kedua ujung tulang ditutupi oleh tulang rawan yang bahannya lebih lembut
daripada tulang dan secara teratur diperbaharui. Pada sendi yang mengalami OA,
mekanisme ini tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi
cairan sinovial menjadi tebal dan kaku sehingga kemampuan pergerakan sendi
menurun dan ruangan untuk cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya
berkurang (Dejong, 2017)
Perubahan paling awal pada OA, kartilago masih utuh secara morfologis namun
terjadi peningkatan kadar air kartilago dan lebih mudah mengekstraksi matriks
proteoglikan. Hal tersebut dianggap berasal dari kegagalan jaringan kolagen internal
yang biasanya menahan gel matriks. Pada tahap selanjutnya terjadi kehilangan
proteoglikan dan muncul defek di tulang rawan. Saat tulang rawan menjadi kurang
kaku, kerusakan sekunder pada kondrosit dapat menyebabkan pelepasan enzim sel
dan pemecahan matriks lebih lanjut. Deformasi tulang rawan juga dapat menambah
tekanan pada jaringan kolagen, sehingga memperkuat perubahan dalam siklus yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Kartilago artikular memiliki peran penting dalam
mendistribusikan kekuatan yang terkait dengan beban sendi. Ketika kehilangan
integritasnya, kekuatan ini semakin terkonsentrasi di tulang subkondral. Hasilnya
degenerasi trabekuler fokal dan pembentukan kista, serta peningkatan vaskularisasi
dan sklerosis reaktif di zona beban maksimal. Kartilago yang tersisa masih mampu
beregenerasi, repair, dan remodelling. Ketika permukaan artikular menjadi semakin
tidak stabil dan sendi menjadi tidak stabil, tulang rawan di tepi sendi beralih ke
aktivitas pertumbuhan dan osifikasi endokhondral yang lebih muda, sehingga
menimbulkan ekskresi tulang, atau osteofit, yang dengan jelas membedakan
osteoarthritis (dulu disebut ' hypertrophic arthritis') dari gangguan 'atrophic' seperti
penyakit rheumatoid.
Patologi
Tanda kardinalnya adalah: (1) destruksi kartilago progresif; (2) pembentukan
kista subartikular, dengan (3) sklerosis tulang di sekitarnya; (4) pembentukan osteofit;
dan (5) fibrosis kapsul. Awalnya perubahan kartilago dan tulang terbatas pada satu

6
bagian sendi – bagian yang paling berat bebannya. Terdapat softening dan fibrilasi
pada tulang rawan yang biasanya halus dan berkilau (kondromalasia) istilah ini hanya
digunakan pada permukaan artikular patella yang merupakan salah satu penyebab
nyeri lutut anterior pada orang muda. Dengan disintegrasi kartilago yang progresif,
tulang di bawahnya menjadi terbuka dan beberapa area karena terjadi gesekan
menjadi halus. Terkadang berkas kecil fibrokartilago dapat terlihat tumbuh dari
permukaan tulang. Beberapa jarak dari area yang rusak, kartilago artikular terlihat
relatif normal, tetapi di tepi sendi terjadi remodeling dan pertumbuhan osteofit yang
ditutupi oleh kartilago tipis berwarna kebiruan. Di bawah tulang rawan yang rusak
tulangnya padat dan sklerotik. Seringkali di dalam area sklerosis subkondral dan tepat
di bawah permukaan, terdapat satu atau lebih kista yang mengandung bahan gelatin
yang tebal. Kapsul sendi biasanya menunjukkan penebalan dan fibrosis. Lapisan
sinovial terlihat sedikit inflamasi (Solomon, 2010).

2.4 Faktor Risiko Osteoartritis


Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OAyaitu faktor predisposisi
dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang
untuk terserang OA. Sedangkan faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis/
gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh,
sehingga meningkatkan risiko terjadinya OA.
2.4.1 Faktor Predisposisi
A. Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahandi sekitar
sendi, penurunan kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
B. Jenis Kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi perempuan lebih
tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Perbedaan tersebut menjadi
semakin berkurang setelah menginjak usia 50- 80 tahun. Hal trsebut
diperkirakan karena pada masa usia 50-80 tahunwanita mengalami
pengurangan hormone estrogen yang signifikan.
C. Ras/Etnis Prevalensi

7
OA lutut pada pasien di Negara Eropa dan Amerika tidak berbeda, sedangkan
suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika- Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia.
D. Faktor genetik
Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang
bersifat diturunkan.
E. Kebiasaan merokok
Banyaknya penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara
merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah dan mematikan
jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya
kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat merusak sel tulangrawan sendi.
Hubungan anatara merokok dengan hilangnya tulang rawanpada OA dapat
dijelaskan sebgai berikut:
1) Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang
rawan sendi.
2) Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi
hilangnya tulang rawan.
3) Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam
darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat
menghambat pembentukan tulang rawan.
F. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat di modifikasi.
Selamaberjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi. Peningkatan
berat badan akan melipat gandakan beban sendi saat berjalan terutama sendi
lutut. Obesitas dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Obesitas berat adalah indeks masa tubuh (IMT) > 27 kg/m2
2) Obesitas ringan adalah IMT 25-27 kg/m2
3) Tidak obesitas adalah IMT ≤ 25 kg/m
G. Osteoporosis
Osteoporosi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
menyebabkanosteoartritis. Salah satu faktor resiko osteopororsis adalah
minum-minumalkohol. Sehingga semakin banyak orang mengkonsumsi

8
alkohol sehinggaakan mudah menjadi osteoporosis dan osteoporosis akan
menyebabkan osteoarthritis.
2.4.2 Faktor Biomekanis
A. Riwayat trauma lutut
Trauma lutut yang aut termasuk robekan pada ligament krusiatum dan
meniscus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut. Studi Framingham
menemukan bahwa ornga dengan riwayat trauma lutut memiliki risiko5-6kali
lipat lebih tinggi untuk menderita OA lutut. Hal tersebut biasanya terjadi
pada kelompok usia yang lebih muda serta dapat menyebabkan kecacatan
yang lama dan pengangguran
B. Kelainan anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutu anatara lain kelainan local pada sendi lutut
seperti genu varum, genu valgus, legg-calve Perthes disease dan dysplasia
asetubulum. Kelemahan otot quadrisep dan laksiti ligamentum pada sendi
lutut termasuk kelainan local yang juga menjadi faktor risikoOA lutut
C. Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama yangbanyak
menggunakan kekuatan bertumpu pada lutut dan pinggang. Prevalensi lebih
tinggi menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan
penambang dibandingkan pekerja yang tidak menggunakan kekuatan lutut
seperti pekerja administrasi. Terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan
yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut
D. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama ( 2 jam atau lebih setiap hari),
berjalan jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10kg-
20 kg) selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut
E. Atlit olahraga
Kelemahan otot quadrisep primer merupakan faktor risikobagi 8 terjadinya
OA dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang
menyerap materi otot. Tetapi, disisi lain seseorangyangmemliki aktivitas
minim sehari-hari juga berisiko mengalami OA. Ketikaseseorang tidak
mengalami gerakan, aliran cairan sendi akan berkurangdan berakibat aliran

9
makanan yang masuk ke sendi juga berkurang. Hal tersebut akan
menyebabkan proses degeneratif berlebihan.
2.5 Diagnosis Osteoartritis
2.5.1 Anamnesis
Dari anamnesis, pasien biasanya akan mengeluhkan gejala sebagai berikut sebagai
tanda dari serangan osteoarthritis :
1. Persendiaan terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanya hanya terjadi
pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk dan menimbulkan rasa sakit
setiap melakuka gerakan tertentu, terutama pada waktu menopang berat badan, namun
bisa membaik bila diistirahatkan. Pada beberapa pasien, nyeri sendi dapat timbul
setelah istirahat lama, misalnya duduk dikursi atau di jok mobil dalam perjalanan
jauh. Kakusendi pada OA tidak lebih dari 15-30 menit dan timbul istirahat beberapa
saat misalnya setelah bangun tidur.
2. Adanya pembengkakan/peradangan pada persendiaan. Pembengkakan bisa pada salah
satu tulang sendi atau lebih. Hal ini disebabkan karena reaksi radang yang
menyebabkan pengumpulan cairan dalam ruang sendi, biasanya teraba panas tanpa
ada kemerahan.
3. Nyeri sendi terus-menerus atau hilang timbul, terutama apabila bergerak atau
menanggung beban.
4. Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.
5. Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendiaan
6. Kesulitan menggunakan persendiaan
7. Bunyi pada setiap persendiaan (krepitus). Gejala ini tidak menimbulkan rasa nyeri,
hanya rasa tidak nyaman pada setiap persendiaan (umumnya tulang lutut)
8. Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin rusak, tulang
mulai berubah bentuk dan meradang, menimbulakan rasa sakit yang amat sangat.
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dari osteoartritis dapat ditemukan ketegangan lokal dan
pembengkakan jaringan tulang atau jaringan lunak. Krepitus tulang (sensasi tulang
bergesekan dengan tulang, yang ditimbulkan gerakan sendi) merupakan karakteristik
osteoartritis. Pada perabaan dapat dirasakan peningkatan suhu pada sendi. Otot-otot sekitar
sendi yang atrofi dapat terjadi karena tidak digunakan atau karena hambatan reflek dari
kontraksi otot. Pada tingkat lanjut osteoartritis, dapat terjadi deformitas berat (misal pada
osteoartritis lutut, kaki menjadi berbentuk O atau X), hipertrofi (pembesaran) tulang,

10
subluksasi, dan kehilangan pergerakan sendi (Range of Motion,ROM). Pada saat melakukan
gerakan aktif atau digerakkan secara pasif. Adapun predileksi osteoartritis adalah pada sendi-
sendi tertentu seperti carpometacarpal I, matatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang
belakang, lutut (tersering) dan paha.
2.5.3 Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut
a) Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik nyeri lutut dan 3 dari berikut
ini:
 Umur > 50 tahun
 Kaku sendi < 30 menit
 Krepitus pada gerakan aktif
 Pembesaran sendi
 Nyeri tulang
 Hangat pada perabaan
b) Berdasrakan anamnesis pemeriksaan fisik dan radiologis nyeri lutut dan 1
diantara berikut ini:
 Umur > 50 tahun
 Kaku sendi < 30 menit
 Krepitus pada gerakan aktif dan osteofi
c) Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium: nyeri lutut dan 5
diantara berikut ini:
 Umur > 50 tahun
 Kaku sendi < 30 menit
 Krepitus pada gerakan aktif
 Pembesaran sendi
 Nyeri tulang
 Hangat pada perabaan
 LED< 40 Mm/ jam
 Rheumatoid faktor < 1: 40
 Analisis Cairan sendi Menunjukkan OA
Kriteria Diagnosis Osteoartritis Tangan
a) Nyeri atau kaku pada jari-jari tangan dan 3 dari berikut ini:

11
 Pembesaran sendi 2 atau lebih dari DIP II, III, PIP II, III danMCPI
(D/S)
 Pembesaran sendi 2 atau lebih DIP
 Pembengkakan MCP
Kriteria Diagnosis Osteoartritis Panggul
a) Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris. Nyeri pada sendi panggul/koksa
dan paling sedikit salah 1 dari 2 kelompok kriteria di bawah ini:
 Rotasi internal sendi panggul < 15º disertai LED ≤ 45 mm/jam atau
fleksi sendi panggul ≤ 115º (jika LED sulit dilakukan)
 Rotasi internal sendi panggul ≥ 15º disertai nyeri yang terkait
pergerakan rotasi internal sendi panggul, kekakuan sendi panggul pagi
hari ≤ 60 menit, dan usia > 50 tahun
b) Berdasarkan kriteria klinis, laboratoris dan radiologis. Nyeri pada sendi
panggul/koksa dan paling sedikit 2 dari 3 kriteria di bawah ini:
 LED < 20 mm pada jam pertama
 Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran radiologis
 Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau
medial)
2.6 Pemerikaan Penunjang
Pada pasien OA dapat dilakukan pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiografi yang mendukung diagnosis OA ialah
penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris, peningkatan densitas (sklerosis tulang
subkhondral), kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi sendi.

A B C

Gambar 1.1 a. panggul, b. lutut, c. ankle

12
Pada pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosis OA yaitu darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA generalisata
yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan. Pada OA disertai peradangan, mungkin
didapatkan penurunan viskositas, pleositosisringan sampai sedang, peningkatan sel
peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.
2.7 Tatalaksana
Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak
sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya.
Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara
keseluruhan, agar penatalaksanaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta
melakukan pendekatan multidisiplin. Tujuan:
1) Mengurangi/mengendalikan nyeri
2) Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
3) Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada orang
lain) dan meningkatkan kualitas hidup
4) Menghambat progresivitas penyakit
5) Mencegah terjadinya komplikasi
Rekomendasi ini meliputi terapi non farmakologi, dan farmakologi. Penatalaksanaan
Osteoartritis dimodifikasi berdasarkan guideline ACR tahun 2000.
Tabel 1.1 Terapi Osteoartritis
Tahap pertama Terapi Non farmakologi
 Edukasi pasien. (Level of evidence: II)
 Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):
modifikasi gaya hidup. (Level of evidence: II)
 Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat
badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target
BMI 18,5-25. (Level of evidence: I).
 Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
(Level of Evidence: I)
 Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu
gerak sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat
pada sisi yang sehat. (Level of evidence: II)

13
 Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas
fisik sehari-hari. (Level of evidence: II)
Tahap kedua Terapi Farmakologi: (lebih efektif bila dikombinasi dengan terapi
nonfarmakologi diatas)
Pendekatan terapi awal
a) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat
diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat
kontraindikasi pemberian obat tersebut :
 Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). (Level of
Evidence: II)
b) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang
memiliki risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai
penyakit komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus
peptikum, riwayat perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi
obat kortikosteroid dan atau antikoagulan), dapat diberikan salah
satu obat berikut ini:
 Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topical
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif,
dengan pemberian obat pelindung gaster (gastro-
protective agent).
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) harus dimulai dengan
dosis analgesik rendah dan dapat dinaikkan hingga dosis
maksimal hanya bila dengan dosis rendah respon kurang efektif.
Pemberian OAINS lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak
SR75 atau SR100) agar dipertimbangkan untuk meningkatkan
kenyamanan dan kepatuhan pasien. Penggunaan misoprostol atau
proton pump inhibitor dianjurkan pada penderita yang memiliki
faktor risiko kejadian perdarahan sistem gastrointestinal bagian
atas atau dengan adanya ulkus saluran pencernaan. (Level of
Evidence: I, dan II)

14
c) Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan
sendi, aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular
(misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk penanganan
nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat diberikan,
selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral
(OAINS). (Level of evidence: II)
Pendekatan terapi alternatif
Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:
a) Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan
memiliki kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan
OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis
terbagi). Manfaatnya dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala
klinis sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang
harus diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%),
pusing/dizziness (20%), somnolen (18%), dan muntah (13%).
b) Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan (Level of
Evidence: I dan II) atau kortikosteroid jangka pendek (satu hingga
tiga minggu) pada OA lutut. (Level of Evidence: II)
c) Kombinasi : Metaanalisis membuktikan: Manfaat kombinasi
paracetamol-kodein meningkatkan efektifitas analgesik hingga
5% dibandingkan paracetamol saja, namun efek sampingnya lebih
sering terjadi: lebih berdasarkan pengalaman klinis. Bukti-bukti
penelitian klinis menunjukkan kombinasi ini efektif untuk non-
cancer related pain.
Injeksi intraartikular/intra lesi
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan
utama dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan
selektifitas dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek
merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada
2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan
steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk memodifikasi
perjalanan penyakit. Dengan pertimbangan ini yang sebaiknya
melakukan tindakan adalah dokter ahli reumatologi atau dokter ahli
penyakit dalam dan dokter ahli lain, yang telah mendapatkan pelatihan.
15
1) Kortikosteroid
Dapat diberikan pada OA lutut, jika mengenai satu atau
dua sendi dengan keluhan nyeri sedang hingga berat yang
kurang responsif terhadap pemberian OAINS, atau tidak dapat
mentolerir OAINS atau terdapat penyakit komorbid yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian OAINS.
Diberikan juga pada OA lutut dengan efusi sendi atau secara
pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda inflamasi lainnya.
Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk
menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur tidak
menganjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam
kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar
penyangga tubuh.
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi,
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10
mg. Injeksi kortikosteroid intra-artikular harus dipertimbangkan
sebagai terapi tambahan terhadap terapi utama untuk
mengendalikan nyeri sedang-berat pada penderita OA
2) Viskosuplemen: Hyaluronan
Terdapat dua jenis hyaluronan di Indonesia: high
molecular weight dan low molecular weight atau tipe campuran.
Penyuntikan intra artikular viskosuplemen ini dapat diberikan
untuk sendi lutut. Karakteristik dari penyuntikan hyaluronan ini
adalah onsetnya lambat, namun berefek jangka panjang, dan
dapat mengendalikan gejala klinis lebih lama bila dibandingkan
dengan pemberian injeksi kortikosteroid intraartikular.
Cara pemberian: diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali
dengan interval satu minggu @ 2 sampai 2,5 ml Hyaluronan
untuk jenis low molecular weight, 1 kali untuk jenis high
molecular weight, dan 2 kali pemberian dengan interval 1
minggu untuk jenis tipe campuran. Teknik penyuntikan harus
aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai
penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril.
Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap unsur/bahan dasar
16
hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur.
Tahap ketiga Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:
bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik
dan teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah
ortopedi.
2) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi
(merupakan kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien
harus dirawat di Rumah Sakit)
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
a) Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap
atau bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar
sesuai dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan
farmakologik (gagal terapi konvensional).
b) Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu
aktivitas fisik sehari-hari.
c) Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan
gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup
mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang
dideritanya.
d) Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA
lutut
e) Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi
retinakular medial, distal patella realignment, lateral release.
f) Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut
terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda
adanya kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk
kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan
unicompartmental knee replacement or osteotomy/realignment
osteotomies.
g) Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial
unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral
unicompartmental) pada pasien dengan:

17
1. Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu
2. Kekakuan sendi yang berat
3. Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.

Gambar 1.2 Algoritma Penatalaksanaan Osteoartritis

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai