Anda di halaman 1dari 5

1.6.

1 Pemeriksaan Fisik

Ditemukannya suara napas tambahan pada pemeriksaan fisik, termasuk crackles

(70%), wheezing (34%), dan ronki basah halus (44%) adalah petunjuk untuk diagnosis.

Clubbing finger atau jari tabuh dulunya adalah gambaran yang sering ditemukan, tapi saat

ini prevalensi gambaran tersebut hanya 3% (King, 2010; Drain, 2011).

Gambar 2.6. Gambaran Clubbed Finger (Drain, 2011).

1.6.2 Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah rutin, walaupun tidak spesifik, sangat penting untuk memonitor

masing-masing individu. Kadar hemoglobin dapat rendah sehubungan dengan anemia pada

penyakit kronik, dapat pula terjadi polisitemia sebagai akibat dari hipoksia kronik.

Peningkatan sel darah putih mengindikasikan keberadaan infeksi akut. Keadaan limfopenia

merupakan awal kecurigaan untuk pemeriksaan defisiensi imun. Eosinofilia dapat ditemukan

pada (walaupun tidak spesifik) allergic bronchopulmonary aspergillosis. C-Reactive Protein

(CRP) adalah protein fase akut yang sering diperiksakan pada penderita penyakit saluran

napas yang mengalami eksaserbasi akut untuk menentukan ada tidaknya respons inflamasi

sistemik. Pada pasien bronkiektasis stabil didapatkan kadar CRP di atas nilai normal. Pada

beberapa penelitian kadar CRP berhubungan dengan penurunan fungsi paru dan tingkat

keparahan penyakit (Radmacher, 2011).

1.6.3 Gambaran Radiologis

Diagnosis bronkiektasis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis, dengan

gold standard menggunakan HRCT. Pada foto toraks bronkiektasis dapat terlihat dengan
adanya gambaran tram track, densitas garis paralel, densitas berbentuk ring, dan gambaran

struktur tubuler, gambaran-gambaran tersebut mencerminkan dinding bronkial yang

mengalami penebalan dan dilatasi abnormal. Gambaran ring shadow dapat samar-samar

berukuran 5 mm sampai dengan bentukan cysts yang jelas. Gambaran opasitas tubuler

yang membentuk percabangan sesuai dengan bentuk percabangan bronkial dapat terlihat

sebagai akibat dari bronkus yang terisi cairan mucous. Gambaran vaskuler dapat kurang

terlihat sebagai akibat terjadinya fibrosis peribronkial. Tanda-tanda eksaserbasi/komplikasi

seperti bercak densitas terkait impaksi mucoid dan konsolidasi, volume loss terkait obstruksi

bronkus oleh sekret atau sikatrisasi kronik juga sering terlihat. Semakin difus gambaran

bronkiektasis akan tampak gambaran hiperinflasi dan oligemia sejalan dengan obstruksi

saluran napas kecil yang berat (Elborn, 2011; Perea, 2011).

Gambar 2.7. Gambaran bronkiektasis pada pasien yang sama

(a) foto toraks menunjukkan multipel kistik.

(b) gambaran yang tampak pada HRCT (Elborn, 2011).

Foto toraks berperan dalam kecurigaan awal bronkiektasis, follow up dalam

penatalaksanaan bronkiektasis, dan penanganan pada saat eksaserbasi. Dilatasi bronkus,

yang merupakan tanda kardinal bronkiektasis, pada HRCT dapat diidentifikasi dengan

adanya rasio bronkoarterial >1 (BAR >1), kurangnya bronchial tapering, dan terlihatnya

saluran napas sampai dengan 1 cm dari permukaan pleura atau berdekatan dengan

permukaan pleura mediastinal. Rasio bronkoarterial adalah perbandingan antara diameter

bronkial dengan diameter arteri yang berdampingan, rasio >1 adalah abnormal dan dikenal

dengan istilah signet ring sign (Elborn, 2011; Perea, 2011). Kurangnya bronchial tapering
atau tram like appearance adalah gambaran bronkiektasis yang sering dijumpai pada

lapangan tengah paru. Terlihatnya saluran napas perifer juga merupakan tanda langsung

adanya bronkiektasis pada penderita. Teknik HRCT terkini dapat memberikan visualisasi

saluran napas sampai dengan diameter 2 mm dan ketebalan dinding saluran napas hingga

0,2 mm. Penelitian yang dilakukan Kim dkk menunjukkan data bahwa bronkus normal tidak

tervisualisasi pada jarak 1 cm dari permukaan pleura costal, namun terlihat pada jarak 1 cm

dari pleura mediastinal. Tanda-tanda lain yang ditemukan pada bronkiektasi termasuk

penebalan dinding bronkial, impaksi mukoid, dan air trapping. Minor volume loss dapat

terlihat pada fase awal bronkiektasis, sedang area kolaps yang lebih besar sebagai akibat

dari mucous plugging pada penyakit yang lebih lanjut. Bercak konsolidasi kadang ditemukan

pada infeksi sekunder. Penebalan dinding bronkus dapat disebabkan oleh inflamasi saluran

napas, hipertrofi otot polos, dan proliferasi fibroblastic Penebalan bronkus minor juga dapat

ditemui pada individu normal, asma, perokok, dan infeksi saluran napas bawah (Elborn,

2011; Perea, 2011).

Dengan pemeriksaan foto toraks, maka pada bronkiektasis dapat ditemukan

gambaran seperti di bawah ini:

a. Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat mencapai

diameter 1 cm). dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga membentuk

gambaran ‘honeycomb appearance’ atau ‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut

menunjukkan kelainan yang terjadi pada bronkus menandakan adanya dilatasi bonkus

(Kusumawidjaya, 2006; Sutton, 2003; Patel, 2005).


Gambar 2.8. Tampak Ring Shadow yang pada bagian bawah paru yang menandakan

adanya dilatasi bonkus (Kusumawidjaya, 2006).

Gambar 2.9. Tampak dilatasi bronkus yang ditunjukkan oleh anak panah (Patel, 2005).

b. Tubular shadow

Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm.

gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret. Gambaran ini

jarang ditemukan, namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis (Kusumawidjaya, 2006;

Sutton, 2003; Patel, 2005).

c. Glove finger shadow

Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang terlihat seperti jari-

jari pada sarung tangan


d. Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini terlihat

terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna

hitam. Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline

shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus

(Kusumawidjaya, 2006; Sutton, 2003; Patel, 2005).

Drain, M dan Elborn, JS. “Assessment and investigation of adults with bronchiectasis” Eur

Respir Mon (2011) Vol 52. p: 32–43

Elborn JS, Drain M. Assesment and Investigation of Adult with Bronchiectasis. Eur Respir

Mon 2011; 2: 52–35

Kusumawidjaja K. 2006. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Editor Iwan Ekayuda. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta. hal 108-115.

Patel PR. 2005. Lecture Notes Radiologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. hal 40-41

Anda mungkin juga menyukai