Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan
kronik, persisten atau irrevesibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis,
otot polos brokus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Brokus yang
terkena umumnya adalah bronkus ukuran sedang (medium size), sedangkan
bronkus besar umumnya jarang.(Rahmatullah, P.2009)
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan oleh Leannec pada 1819, adalah suatu
keadaan dilatasi abnormal dari bronkus dan bronkiolus yang berkaitan dengan
infeksi dan inflamasi saluran napas yang berulang.( Rademacher, J., & Welte,
T. 2011).
Peran tenaga medis kususnya fisioterapi mempunyai peran penting dalam
mengatasi permasalahan fisik dan kemampuan fungsional serta mencegah 3
permasalahan yang mungkin muncul pada penderita bronkiektasis. Salah satu
pendekatan yang dilakukan adalah terapi latihan berupa breathing exercise,
mobilisasi thorak, postural drainage, latihan batuk efektif, dan massage sesuai
dengan kondisi pasien yang akan penulis bahas lebih lanjut dalam karya tulis
ini.(Rahmatullah, 2009)

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari bronkiektasis?
1.2.2 Apa epidemiologi dari bronkiektasis?
1.2.3 Apa etiologi dari bronkiekstasis?
1.2.4 Apa manifestasi klinis dari bronkiekstasis?
1.2.5 Apa patofisiologi dari bronkiekstasis?
1.2.6 Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari bronkiekstasis?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan umum dari bronkiekstasis?
1.2.8 Bagaimana pencegahan dari bronkiekstasis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisidari bronkiektasis
1.3.2 Untuk mengetahui epidemiologi dari bronkiektasis
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi dari bronkiekstasis
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari bronkiektasis
1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi dari bronkiektasis
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari bronkiektasis
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan umum dari bronkiektasis
1.3.8 Untuk mengetahui pencegahan dari bronkiektasis

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita
akan apa itu bronkiektasis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
bronkiektasis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi bronkiektasis


Bronkiektesis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis
dan muskular dinding bronkus. Bronkiektasis diklasifikasikan dalam
bronkiektasis silindris,fusifrom,dan kistik atau sakula.
Bronkiektasis adalah kelainan yang menyebabkan perubahan dalam dinding
bronkus berupa dekstruksi elemen-elemen elastic, otot-otot polos
bronkus,tulang rawan dan pembuluh darah. Ditandai dengan adanya
dilatasi(ektsi) dan distorsi brokus local yang bersifat patofisiologis dan
berjalan kronik, persisten atau ireversibel. Bronkus yang terkena umumnya
adalah bronkus kecil(medium size), sedangkan bronkus besar jarang.(Maitra,
A., & Kumar, V,2007)

2.2 Epidemiologi
Di negeri-negeri barat, kekerapan bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3 %
di antara populasi. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan
yang berarti sesudah dapat ditekannya frekuensi kasus-kasus infeksi paru
dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai
penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-
klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita
mulai sejak anak-anak, bahkan dapat merupakan kelainan kongenital
(Rademacher, J., & Welte, T,2011)

3
2.3 Etiologi
Bronkiekstasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus
pada penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi
tersering adalah H. Influelza dan P. Aeruginosa. Infeksi oleh bakteri lain,
seperti klebsiela dan stapphylococus Aureus disebabkan oleh absen atau
terlambatnya pemberian atibiotik pada pengobatan pneumonia. Bronkiektasis
ditemukan pula pada pasien dengan infeksi HIV atau virus lainnya, seperti
adenovirus atau virus influenza.( (Daviskas, E.,2010)
Faktor penyebab noninfeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah
paparan substansi toksik, misalnya terhirup gas toksik(amonia,aspirasi asam
dari cairan lambung dan lain-lain). Kemungkinan adanya faktor imun yang
terlibat belum diketahui dengan pasti karena bronkiektasis dapat ditemukan
pula pada pasien kolitis ulseratif,reumathoid atritis,dan sindrom sjorgen.(
(Daviskas, E.,2010)
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektesis dapat dibagi menjadi tiga,yaitu:
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya
kelainan imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan
imunitas selular atau kekurangan alfa-1 antritipsin
2. Kelainan struktur konginital seperti fibrosis kistik, sindrom kartagener,
kekurangan kartilago bronkus,dan kifoskoliosis kongenital
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru,benda asing, atau tuberkolosis paru
(Daviskas, E.,2010)

2.4 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis dari bronkiekstasis adalah :
1. Batuk kronik dan produksi sputum purulen kehitaman dan berbau busuk
2. Batuk semakin berat kalau pasien berubah posisi
3. Jumlah sputum yang dikeluarkan bergantung stadium penyakit, tetapi
pada stadium yang berat dapat mencapai 200 ml sehari
4. Hemoptisis sering terjadi biasanya berupa sputum yang mengandung
darah (50-70% kasus dan dapat disebabkan oleh perdarahan mukosa yang
rapuh atau adanya inflamasi)

4
5. Pneumonia berat. Sesak napas, sianosis
6. Clubbing finger, terjadi akibat insufisiensi pernafasan.
7. Asimptomatik pada beberapa kasus
(Alsagaff, H., & Mukty, A,2006)

5
Tingkat Beratnya penyakit:
1. Bronkiekstasis ringan
Batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada
infeksi sekunder), produksi nsputum terjadi dengan adanya perubahan
posisi tubuh, biasanya ada hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat
dan fungsi paru normal. Foto dada normal.
2. Bronkiektasis sedang
Batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap saat (umumnya
warna hijau dan jarang mukoid, serta bau mulut busuk), hemotisis, tampak
sehat dan fungsi paru normal, jarang terdapat jari tabuh, ronki basah kasar,
foto dada bisa dikatakan normal.
3. Bronkiektasis berat
Batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan berbau. Sering
ditemukan jari tabuh, jika ada obstruksi saluran napas dapat ditemukan
dispnea, sianosis atau tanda kegagal paru. Keadaan umum kurang baik,
ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan sebagainya.
Mudah timbul pneumonia, septicemia, abses metastasis, terkadang terjadi
amilodosis, ronki basah kasar pada daerah yang terkena, fotop dada
ditemukan kelainan:1). Penambahan bronchovaskular making, 2). Multiple
cyst containning fluid levels 9honey comb appea-rance)
(Alsagaff, H., & Mukty, A,2006)

2.5 Patofisiologi
Bronkoektasis terjadi karena tiga hal,yaitu terjadi karena penyakit paru
primer(tumor paru,benda asing,TB paru),kelainan struktur congenital(fibrosis
kistik,sindroma kartagener,kurangnya kartilago bronkus),dan kekurangan
mekanisme pertahanan yang di dapat congenital(ig gama antitriptin alfa I).
Bronkoektasis yang di sebabkan oleh penyakit paru primer awal mulanya
terjadi obstruksi saluran nafas,yang menyebabkan atelektasis(penyerapan
udara di parenchim dan sekitarnya tersumbat,sehingga menyebabkan
ketidakefektifan pola nafas,atelektasis yang tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan tekanan intra pleura lebih negatif dari atmosfer,ketika brokus

6
dilatasi,maka akan terjadi pengumpulan sekret,infeksi sekunder dan terjadi
siklus,sehingga mudah terjadi infeksi.Brokoektasis yang terjadi karena
kelainan struktur congenital mengakibatkan terkumpulnya sekret,sehingga
kuman berkembang dan infeksi pada dinding brokus,mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh,sehingga menyebabkan hipertermi,kuman yang
berkembang juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan otot dan
elastin,kerusakan bronkus yang menetap,akan mengakibatkan kemampuan
bronkus untuk kontraksi bekurang dan selama ekspirasi menghilang.
Bronkoektasi yang terjadi karena kekurangan mekanisme pertahanan yang di
dapat congenital mengkibatkan pnumoni yang berulang,jika pnumoni tidak
teratasi,mengakibatkan kerusakan permanen pada dinding bronkus,ketika
kerusakan permanen pada dinding bronkus terjadi akan mengakibatkan
ketidakefektifan batuk yang menyebabkan kemampuan mengeluarkan sekret
menurun,sehingga menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas.(Alsagaff, H., & Mukty, A,2006)

2.6 Pemeriksaan diagnostik


2.6.1 Pemeriksaan laboratorium
-Pemeriksaan darah tepi
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya
leukositosis yang menunjukkan adanya supurasi aktif dan anemia yang
menunjukkan adanya infeksi menahun.
-Pemeriksaan urine
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria
yang bermakna dan disebabkan oleh amiloidosis. Namun
imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang bisa
meningkat atau menurun.
2.6.2 Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum meliputi volume dan warna sputum serta sel-sel
dan bakteri yang ada dalam sputum. Bila terdapat infeksi maka volume
sputum akan meningkat dan menjadi purulen serta mengandung lebih
banyak leukosit dan bakteri. Biakkan sputum dapat menghasilkan flora
normal dari nasofaring seperti Streptokokus pneumoniae, Hemofilus

7
influenza, Staphylococcus aureus, Kleibsiela, Aerobacter, Amoeba
proteus, dan Pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum
berbau busuk berarti menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
2.6.3 Pemeriksaan Radiologi Thoraks Foto (AP dan Lateral)
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas
corakan menjadi kabur, mengelompok, kadang-kadang ada gambaran
sarang tawon (honey comb structure) serta gambaran kistik dan batas-
batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri
karena mempunyai diameter yang lebih kecil daripada paru kanan dan
letaknya menyilang di mediastinum, segmen lingual lobus atas kiri, dan
lobus medius paru kanan.
Pada klien dengan TB paru, gambaran bronkhiektasis dapat berbentuk
sakular atau silindris, dan dapat ditemukan pada lobus atau segmen
yang mengalami gangguan. Kadang-kadang, kelainn ini juga ditemukan
pada daerah yang kurang nyata mengalami gangguan. Diduga
bronkhiektasis yang terjadi pada TB paru dapat ditetapkan berdasarkan
pada hal ini di mana tidak ada kecurigaan dari Rontgen thoraks yang
menyangkut atas keterlibatan parenkrin paru.

8
2.6.4 Pemeriksaan Bronkhogram
Bronkhogram tidak rutin dikerjakan, tetapi bila ada indikasi dilakukan
untuk mengevaluasi klien yang akan dioperasi, yaitu klien dengan
pneumonia yang terbatas pada suatu tempat dan berulang serta tidak
menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif
atau klien dengan hemoptisis yang masif. Bronkhogram diiakukan pada
kondisi klien yang sudah stabil setelah pemberian antibiotik dan
postural drainase yang adekuat sehingga bronkhus bersih dari sekret.
(Alsagaff, 2006).

2.7 Penatalaksanaan umum


Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati
infeksi.Penatalaksanaan meliputi:
1) Pengendalian infeksi akut maupun kronik : pemberian antibiotik dengan
spekrum luas ( Ampisilin , Kontrimpksasol , Amoksilin ) selama 5-7 hari.
2) Fisioterapi dada
3) Drainage postural dengan teknik eksprasi paksa untuk mengeluarkan
sekret
4) Bronkodilator
5) Aerosal dengan garam faali atau beta agonis
6) Hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan
dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret
7) Kontrikosteroid bila ada Bronchospasme yang hebat
(Rahmatullah, P.,2009)

2.8 Pencegahan
1. Makan makanan yang bergizi sehingga meningkatkan kekebalan tubuh
2. Hindari paparan dengan asap rokok dan zat toksik lainnya yang dapat
terhirup
3. Ketahui tanda dan gejala penyakit dan cara penanganan pertamanya
4. Konsultasikan dengan dokter jika gejala semakin parah
5. Teratur dalam pengobatan ( mengurangi timbulnya bronkiektasis ) dan
biasakan hidup bersih dan sehat

9
6. Vaksinasi dan istirahat yang cukup
(Alsagaff, 2006).

10
BAB III
PATHWAY

Bronkoektasis Penyakit paru Obtruksi saluran nafas


primer

atelektasis

Kekurangan Kelainan struktur


mekanisme congenital
Ketidakefektifan pola
pertahanan yang di
nafas
dapat congenital

Terkumpulnya sekret Kuman berkembang


Pnumoni berulang dan infeksi bakteri
pada dinding bronkus

Kerusakan permanen
pada dinding bronkus
Kerusakan pada Peningkatan suhu
jaringan otot dan tubuh
Ketidakefektifan elastin
batuk
Hipertermi
Kemampuan bronkus
Inhalasi uap dan
untuk kontraksi
gas,aspirasi cairan Tekanan intra pleura
berkurang dan selama lebih negatif dari
lambung
ekspirasi menghilang atmosfer

Ketidakefektifan
kebersihan jalan Bronkus dilatasi
nafas
Kemampuan Pengumpulan
Mudah terjadi infeksi
mengeluarkan secret sekret,infeksi
menurun sekunder dan terjadi
siklus
Bronkoektasis yang
menetap

11
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
Bronkiektasis merupakan penyakit yang sering dijumpai pada usia muda.
Batuk kronis merupakan keluhan utama bronkiektasis. Klien biasanya
mempunyai adanya riwayat alergi pada keluarga, adanya riwayat asma pada
anak-anak.Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu
atau tidak ada gejala sama sekali (bronkiektasis ringan). Batuk yang terus-
menerus dengan sputum yang banyaknya ± 200-300cc, disertai demam, tidak
ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah
badan dan kadang-kadang sesak napas dan sianosis. Selain itu sputum juga
mengandung bercak darah dan batuk darah. Pada pemeriksaantangan klien
dengan bronkiektasis sering ditemukan jari-jari tabuh (clubbing finger).pada
riwayat imunisasi pasien anak bronkiektasis biasanya tidak dilakukannya
imunisasi campak dan pertusis untuk menurunkn angka kejadian
bronkiektasis,serta vaksin influenza berkala untuk mencegah kerusakan
bronkus oleh virus flu.
(Alsagaff, 2006).

Pemeriksaan fisik :
1. Inspeksi : klien dengan bronkiektasis terlihat mengalami batuk-batuk
dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari setelah tiduran dan
berbaring. Pada inspeksi, bentuk dada biasanya normal. Adanya batuk
darah sering dijumpai pada sekitar 50% dari klien dengan bronkiektasis
biasanya bersifat massif karena sering melibatkan pecahnya pembuluh
darah arteri yang meregang pada dinding bronkus dan melemahnya pada
dinding bronkus akibat stimulus batuk lama dapat menyebabkan batuk
darah masif.
2. Palpasi : pada palpasi ekspansi meningkat dari taktil fremitus biasanya
menurun.
3. Perkusi : pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor.

12
4. Auskultasi : sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing
sesuai tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus.

13
4.2 Diagnosa Keperawatan
4.2.1 Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
Berlebihan,hiperplasia pada dinding brokus,penyakit paru obtrukti
kronis,infeksi, ditandai oleh penurunan bunyi nafas,perubahan
frekwensi nafas,sianosis,suara nafas tambahan
4.2.2 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
Pernafasan,sindrom hipoventilasi, ditandai oleh pola nafas
abnormal,penurunan kapasitas normal
4.2.3 Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai oleh kulit terasa
Hangat
4.2.4 Resiko infeksi berhubungan dengan batuk tidak efektif
(diagnosa keperawatan,2015)

14
4.3 Intervensi Keperawatan
(NOC & NIC,2015)
No Tanggal Diagnosa yang Noc dan indicator serta skor Uraian rencana TTD
ditegakkan/kod awal dan skor target tindakan
e diagnosa keperawatan(noc)
1 07 Ketidakefektif Tujuan:setelah dilakukan  Monitor status perawat
Oktober an kebersihan asuhan keperawatan selama pernafasan dan
2016 jalan nafas 2x24 jam ketidakefektifan oksigenasi,seba
berhubungan kebersihan jalan nafas gaimana
dengan mukus teratasi. semestinya
Berlebihan,hip Kriteria Hasil(noc):  Buang sekret
erplasia pada Kepatenan jalan nafas(0410) dengan
dinding Kode Indikat S. S. memotifasi
brokus,penyaki or A T pasien untuk
t paru obtrukti 0410 Frekue 1 3 melakukan
kronis,infeksi, 04 nsi batuk atau
ditandai oleh pernafa menyedot lendir
penurunan san  Auskultasi
bunyi 0410 Kemam 1 3 suara nafas,catat
nafas,perubaha 12 puan area yang
n frekwensi untuk vemtilasinya
nafas,sianosis,s mengel menurun atau
uara nafas uarkan adanya suara
tambahan(000 sekret tambahan
31) 0410 batuk 1 4  Ajarkan pasien
19 untuk batuk
0410 Akumu 1 3 efektif
20 lasi  Kolaborasi
sputum dengan dokter
Keterangan kode 041004 & untuk
041012 melalukan
1:Devisiasi berat dari prosedur

15
kisaran normal Nebulizer
2:devisiasi cukup berat dari ataupun suction
kisaran normal jika diperlukan
3:devisiasi sedang dari
kisaran normal
4:devisiasi ringan dari
kisaran norma
5:tidak ada devisiasi dari
kisaran normal

Keterangan kode 041019 &


041020
1:sangat berat
2:berat
3:cukup
4:ringan
5:tidak ada

16
No Tanggal Diagnosa yang Noc dan indicator serta skor Uraian rencana TTD
ditegakkan/kod awal dan skor target tindakan
e diagnosa keperawatan(noc)
2 07 Ketidakefektif Tujuan:setelah dilakukan  Monitor perawat
Oktober an pola nafas asuhan keperawatan selama kecepatan,irama
2016 berhubungan 1x24 jam ketidakefektifan ,kedalaman dan
dengan pola nafas teratasi. kesulitan
keletihan otot bernafas
Pernafasan,sin
Kriteria Hasil(noc):  Catat perubahan
drom pada saturasi
Status pernafasan(0415)
hipoventilasi,
Kode Indikat S. S. O2,volume tidal
ditandai oleh
or A T akhir CO2,dan
pola nafas perubahan nilai
0415 Sianosi 1 5
abnormal,penu analisa gas
13 s
runan darah dengan
0415 Atelekt 1 5
kapasitas tepat
21 asis
normal  Posisikan
pasien untuk
Keterangan kode 041015 &
Kode memaksimalkan
041521
Diagnosa: ventilasi
1:sangat berat
00032
2:berat  Ajarkan

3:cukup keluarga pasien

4:ringan tentang tanda-

5:tidak ada tanda kesulitan


bernafas pada
pasien
 Berikan terapi
oksigen sesuai
kebutuhan
pasien
 Kolaborasi
dengan dokter

17
untuk
pemberian
bronkodilator
jika diperlukan

No Tanggal Diagnosa yang Noc dan indicator serta skor Uraian rencana TTD
ditegakkan/kod awal dan skor target tindakan
e diagnosa keperawatan(noc)
3 07 Hipertermi Tujuan:setelah dilakukan  Monitor tingkat perawat
Oktober berhubungan asuhan keperawatan selama keparahan
2016 dengan 2x24 jam Hipertermi penyakit yang
penyakit teratasi. menyebabkan
ditandai oleh infeksi makin
kulit terasa bertambah
Kriteria Hasil(noc):
Hanga
Keparahan infeksi(0703)  Berikan

Kode Indikat S. S. kompres hangat


Kode untuk
or A T
Diagnosa:(000 meredakan
0703 Sputum 1 5
demam

18
07) 04 purulen  Ajarkan
0703 Demam 1 5 keluarga pasien
07 untuk menjaga
0703 Hilang 1 5 gizi pasien
32 nafsu ketika pasien
makan dalam kondisi
sakit
Keterangan kode 041019 &  Kolaborasi
041020 dengan dokter
1:sangat berat untuk terapi
2:berat antibiotik yang
3:cukup sesuai
4:ringan  Berikan
5:tidak ada imunisasi yang
sesuai
 kolaborasikan
dengan ahli gizi
untuk makanan
susai dengan
selera maupun
kesukaan pasien
namun kaya gizi

19
4.4 Implementasi dan Efaluasi keperawatan
(mengacu pada Intervensi diatas)
No Tangg Implementasi Efaluasi TTD
al
1 07  Memonitor status S: perawat
Oktob pernafasan dan lendir yang keluar tidak
er oksigenasi,sebagaiman sebanyak kemarin
2016 a semestinya
 Membuang sekret dan O:
memotifasi pasien Sputum berkurang,menjadi 202
untuk melakukan batuk cc
atau menyedot lendir
 Mengauskultasi suara A:
nafas,catat area yang Masalah Teratasi Sebagian
vemtilasinya menurun kode indikat S. S. C
atau adanya suara or A T
tambahan 0410 Frekue 1 3 3
 Mengajarkan pasien 04 nsi
untuk batuk efektif pernafa

 Mengkolaborasi san

dengan dokter untuk 0410 Kemam 1 3 3


melalukan prosedur 12 puan

20
Nebulizer ataupun untuk
suction jika diperlukan mengel
uarkan
sekret
0410 batuk 1 4 4
19
0410 Akumu 1 3 3
20 lasi
sputum

P:
Memberikan penkes

No Tangg Implementasi Efaluasi TTD


al

21
2 07  Memonitor S: perawat
Oktob kecepatan,irama,kedala Tidak merasa kesulitan bernafas
er man dan kesulitan kembali
2016 bernafas
 Mencatat perubahan O:
pada saturasi Tidak mengalami sianosis dan
O2,volume tidal akhir alektasis kembali
CO2,dan perubahan
nilai analisa gas darah A:
dengan tepat Masalah Teratasi Sebagian
 Memposisikan pasien kode indikat S. S. C
untuk memaksimalkan or A T
ventilasi 0415 Sianosi 1 5 5
 Mengajarkan keluarga 13 s
pasien tentang tanda- 0415 atelekta 1 5 5
tanda kesulitan 21 sis
bernafas pada pasien
 Memberikan terapi P:
oksigen sesuai Memberikan penkes
kebutuhan pasien
 Mengkolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian
bronkodilator jika
diperlukan

22
No Tangg Implementasi Efaluasi TTD
al
3 07  Memonitor tingkat S: perawat
Oktob keparahan penyakit Demam turun,mulai
er yang menyebabkan mendapatkan nafsu makan
2016 infeksi makin
bertambah O:
 Memberikan kompres Akral normal
hangat untuk
meredakan demam A:
 Mengajarkan keluarga Masalah Teratasi Sebagian
pasien untuk menjaga kode indikat S. S. C
gizi pasien ketika or A T
pasien dalam kondisi 0703 Sputum 1 5 5
sakit 04 purulen
 Mengkolaborasi 0703 Demam 1 5 5
dengan dokter untuk 07

23
terapi antibiotik yang 0703 Hilang 1 5 5
sesuai 32 nafsu
 Memberikan imunisasi makan
yang sesuai
 Mengkolaborasikan P:
dengan ahli gizi untuk Memberikan penkes
makanan susai dengan
selera maupun
kesukaan pasien namun
kaya gizi

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronkiektasis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasis) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan
kronik, persisten, ireversibel dan disebabkan oleh perubahan pada dinding
bronkus. Bronkiektasis dapat menyebabkan komplikasi gagal nafas yang
merupakan penyebab kematian pada negara berkembang. Bronkiektasis
merupakan penyakit yang sampai sekarang belum diketahui secara jelas, bisa
berupa kongenital ataupun didapat. Manifestasi klinis tersering adalah batuk,
hemoptisis, dispnea, dan demam berulang. CT scan resolusi tinggi merupakan
golden standard untuk membantu menegakkan diagnosis bronkiektasis.
Perbaikan drainase dan pengontrolan infeksi dengan pengunaan antibiotik
merupakan terapi umum yang diberikan kepada penderitsa bronkiektasis,
selain setelahnya dilakukan juga terapi simptomatik dan pembedahan.
(Alsagaff, H., & Mukty, A,2006)

5.2 Saran
Dari pengertian di atas dapat diketahui apa itu bronkiektasis, penyebab, tanda
dan gejala, bagaimana cara penatalaksanaan serta tindakan keperawatan yang
bisa dilakukan, oleh karena itu individu yang mengalami bronkiektasis atau
mengalami tanda dan gejala dari bronkiektasis segera melakukan tindakan
lanjut, yaitu dengan datang kedokter maupun rumah sakit untuk
memeriksakan keadaannya, dan juga untuk mendapatkan penyuluhan
keesehatan tentang bronkiektasis.Dalam makalah kami ini mungkin terdapat
kekurangan, oleh karena itu saran dari semua dosen pengajar dan teman-
teman yang membangun kami untuk lebih baik kedepannya.Amin.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmatullah, P. 2009. Bronkiektasis. In E. :. Suyono, Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga (pp. 861-871). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
2. Rademacher, J., & Welte, T. (2011). Bronchiectasis-Diagnosis and
Treatment. Deutsches Ärzteblatt International.
3. Maitra, A., & Kumar, V. (2007). Paru dan Saluran Napas Atas. In V.
Kumar, R. Cotran, & S. Robbins, Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Daviskas, E. (2010). Pathogenesis and Diagnosis of Bronchiectasis.
Melbourne: Dept of Respiratory and Sleep Medicine, Monash Medical
Centre.
5. Alsagaff, H., & Mukty, A. (2006). Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga.
6. Heather herdman, T. 2015. NANDA International Inc. Nursing
diagnoses:definitions 2015-2017,10th edition edisi bahasa indonesia:
penerbit buku kedokteran EGC
7. Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing interventions classification(NIC) edisi
bahasa Indonesia: Elsevier
8. Moorhead, Sue. 2013. Nursing outcomes classification(NOC) edisi bahasa
indonesia: Elsevier.

26

Anda mungkin juga menyukai