Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS PADA An.

F DI RUANG
NAKULA 4 RSUD KRMT WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG

Disusun oleh :

KHAIRUN NUHAN

P1337420917031

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS
2017
Alamat: Jalan Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
Telp/Fax: 024-7460274
LAPORAN PENDAHULUAN ANAK BRONKITIS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. (anonim, 2009)
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada
pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (anonim, 2009).
Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.
1). Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam
waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh
total tanpa masalah yang lain.
2). Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang
dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini
juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama
berbulan-bulan hingga tahunan.
2. Etiologi
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan
resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang
dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren
karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain
seperti Mycoplasma pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5%
pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1
antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri
banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah.
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat
tubuh, yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup
maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya
tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri
yang dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkinektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi
dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus
sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

3. Patofisiologi
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus
merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.
Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau
mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau
paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non
infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema
mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi
jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran
udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan
mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada
pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami
kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar
mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan
dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal),
dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan
mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis
mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas
terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan
ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan
dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan
ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi
pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal
dan CHF (Congestive Heart Failure).
4. Tanda Dan Gejala
Gejalanya berupa:
Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat,
timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik
dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi,
umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi
tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid,
sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau
yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada
saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak ( celluler debris ).
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau
mukopuruen dan kental.
Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai
tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang
menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi
dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi
sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru
dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi (
wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar
tergantung pada distribusi kelainannya
sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
bengek
lelah
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung
meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri
tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya
batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna
putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau
hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa
minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi
nafas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
b. Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
c. TLC :Meningkat.
Volume residu : Meningkat.
d. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
e. GDA :PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
f. Bronchogram :Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran
duktus mukosa.
g. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
h. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

6. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.
Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif
pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah.
Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat
darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi
gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang
berat da luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi
klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan
pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.
7. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa
bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya
diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan
demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau
ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika
penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka
dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu
dilakukan penggantian antibiotik.
a. Pengelolaan umum
a) Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
Mencegah / menghentikan rokok
Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah
sebagai berikut :
1). Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai
drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural
dilakukan selama 10 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip
drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan
bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan
tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung jari.
2). Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan
obat-obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase
sputum.
3). Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan
mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic
yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
b. Pengelolaan khusus.
1). Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus (
ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-
duanya digunakan Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih,
pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas
kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak
pada setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat
aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy
tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum
yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi
dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah
sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi
keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini
penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya
antara lain:
a. Menentukan dari mana asal secret
b. Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
c. Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.
2). Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau
mebahayakan pasien.
3). Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru
(%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
4). Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
5). Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari
berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya
memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk
menghentikan perdarahan.
6). Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam,
lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu
juga diberikan obat antipiretik.
7). Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
a. Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon
yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat.
Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi.
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang
atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti
ini mutlak perlu tindakan operasi.
b. Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis
dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
c. Syarat-ayarat operasi.
- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
- Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
- Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau
bronchitis kronik.
d. Cara operasi.
- Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra
indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk
operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya
baik.
- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan
gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial )
yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.
e. Persiapan operasi :
- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
- Scanning dan USG
- Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
Memperbaiki keadaan umum pasien.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas
seharihari,Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat, Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna
kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.
3. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
4. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk
makan,Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, Penurunan berat badan,
palpitasiabdomen.
5. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3
bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat, Penggunaan otot bantu pernafasan,
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, Bunyi nafas ronchi, Perkusi
hyperresonan pada area paru, Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu
abu keseluruhan.
7. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, Adanya/berulangnya
infeksi.
8. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido.
9. Interaksi sosial.
Gejala : Hubungan ketergantungan, Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang
dekat,Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan, Keterbatasan mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota
keluarga lain.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
5) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
7) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan dirumah.
3. Rencana Keperawatan
TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA
CRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif 1. Respiratory status : Airway suction
Ventilation 1. Pastikan kebutuhan
Definisi : 2. Respiratory status : oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning
membersihkan sekresi atau 3. Aspiration Control 2. Auskultasi suara nafas
obstruksi dari saluran sebelum dan sesudah
pernafasan untuk Kriteria Hasil : suctioning.
mempertahankan 1. Mendemonstrasikan 3. Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. batuk efektif dan klien dan keluarga
suara nafas yang tentang suctioning
Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada 4. Minta klien nafas
1. Dispneu, Penurunan sianosis dan dyspneu dalam sebelum
suara nafas (mampu suction dilakukan.
2. Orthopneu mengeluarkan 5. Berikan O2 dengan
3. Cyanosis sputum, mampu menggunakan nasal
4. Kelainan suara nafas bernafas dengan untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) mudah, tidak ada suksion nasotrakeal
5. Kesulitan berbicara pursed lips) 6. Gunakan alat yang
6. Batuk, tidak efekotif 2. Menunjukkan jalan steril sitiap melakukan
atau tidak ada nafas yang paten tindakan
7. Mata melebar (klien tidak merasa 7. Anjurkan pasien
8. Produksi sputum tercekik, irama nafas, untuk istirahat dan
9. Gelisah frekuensi pernafasan napas dalam setelah
10. Perubahan frekuensi dalam rentang kateter dikeluarkan
dan irama nafas normal, tidak ada dari nasotrakeal
suara nafas 8. Monitor status
Faktor-faktor yang abnormal) oksigen pasien
berhubungan: 3. Mampu 9. Ajarkan keluarga
1. Lingkungan : merokok, mengidentifikasikan bagaimana cara
menghirup asap rokok, dan mencegah factor melakukan suksion
perokok pasif-POK, yang dapat 10. Hentikan suksion dan
infeksi menghambat jalan berikan oksigen
2. Fisiologis : disfungsi nafas apabila pasien
neuromuskular, menunjukkan
hiperplasia dinding bradikardi,
bronkus, alergi jalan peningkatan saturasi
nafas, asma. O2, dll.
3. Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, Airway Management
sekresi tertahan, 1. Buka jalan nafas,
banyaknya mukus, guanakan teknik chin
adanya jalan nafas lift atau jaw thrust bila
buatan, sekresi bronkus, perlu
adanya eksudat di 2. Posisikan pasien
alveolus, adanya benda untuk memaksimalkan
asing di jalan nafas. ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila
perlu
5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2

2 Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


1. Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Gas exchange 1. Buka jalan nafas,
kekurangan dalam 2. Respiratory Status : guanakan teknik chin
oksigenasi dan atau ventilation lift atau jaw thrust bila
pengeluaran 3. Vital Sign Status perlu
karbondioksida di dalam Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien
membran kapiler alveoli 1. Mendemonstrasikan untuk
peningkatan ventilasi memaksimalkan
Batasan karakteristik : dan oksigenasi yang ventilasi
1. Gangguan penglihatan adekuat 3. Identifikasi pasien
2. Penurunan CO2 2. Memelihara perlunya pemasangan
3. Takikardi kebersihan paru paru alat jalan nafas buatan
4. Hiperkapnia dan bebas dari tanda 4. Pasang mayo bila
5. Keletihan tanda distress perlu
6. somnolen pernafasan 5. Lakukan fisioterapi
7. Iritabilitas 3. Mendemonstrasikan dada jika perlu
8. Hypoxia batuk efektif dan 6. Keluarkan sekret
9. kebingungan suara nafas yang dengan batuk atau
10. Dyspnoe bersih, tidak ada suction
11. nasal faring sianosis dan dyspneu 7. Auskultasi suara
12. AGD Normal (mampu nafas, catat adanya
13. sianosis mengeluarkan suara tambahan
14. warna kulit abnormal sputum, mampu 8. Lakukan suction pada
(pucat, kehitaman) bernafas dengan mayo
15. Hipoksemia mudah, tidak ada 9. Berikan bronkodilator
16. hiperkarbia pursed lips) bial perlu
17. sakit kepala ketika 4. Tanda tanda vital 10. Barikan pelembab
bangun dalam rentang normal udara
18. frekuensi dan 11. Atur intake untuk
kedalaman nafas cairan
abnormal mengoptimalkan
keseimbangan.
Faktor faktor yang 12. Monitor respirasi dan
berhubungan : status O2
1. ketidakseimbangan
perfusi ventilasi Respiratory Monitoring
2. perubahan membran 1. Monitor rata rata,
kapiler-alveolar kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :


1. Respiratory status : Airway Management
Definisi : Pertukaran udara Ventilation 1. Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi 2. Respiratory status : guanakan teknik chin
tidak adekuat Airway patency lift atau jaw thrust bila
3. Vital sign Status perlu
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien
1. Penurunan tekanan 1. Mendemonstrasikan untuk
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan memaksimalkan
2. Penurunan pertukaran suara nafas yang ventilasi
udara per menit bersih, tidak ada 3. Identifikasi pasien
3. Menggunakan otot sianosis dan dyspneu perlunya pemasangan
pernafasan tambahan (mampu alat jalan nafas buatan
4. Nasal flaring mengeluarkan 4. Pasang mayo bila
5. Dyspnea sputum, mampu perlu
6. Orthopnea bernafas dengan 5. Lakukan fisioterapi
7. Perubahan mudah, tidak ada dada jika perlu
penyimpangan dada pursed lips) 6. Keluarkan sekret
8. Nafas pendek 2. Menunjukkan jalan dengan batuk atau
9. Assumption of 3-point nafas yang paten suction
position (klien tidak merasa 7. Auskultasi suara
10. Pernafasan pursed-lip tercekik, irama nafas, nafas, catat adanya
11. Tahap ekspirasi frekuensi pernafasan suara tambahan
berlangsung sangat dalam rentang 8. Lakukan suction pada
lama normal, tidak ada mayo
12. Peningkatan diameter suara nafas 9. Berikan bronkodilator
anterior-posterior abnormal) bila perlu
13. Pernafasan rata- 3. Tanda Tanda vital 10. Berikan pelembab
rata/minimal dalam rentang normal udara Kassa basah
a. Bayi : < 25 atau > 60 (tekanan darah, nadi, NaCl Lembab
b. Usia 1-4 : < 20 atau > pernafasan) 11. Atur intake untuk
30 cairan
c. Usia 5-14 : < 14 atau mengoptimalkan
> 25 keseimbangan.
d. Usia > 14 : < 11 atau 12. Monitor respirasi dan
> 24 status O2
14. Kedalaman pernafasan Terapi Oksigen
15. Dewasa volume 1. Bersihkan mulut,
tidalnya 500 ml saat hidung dan secret
istirahat trakea
16. Bayi volume tidalnya 2. Pertahankan jalan
6-8 ml/Kg nafas yang paten
17. Timing rasio 3. Atur peralatan
18. Penurunan kapasitas oksigenasi
vital 4. Monitor aliran
oksigen
Faktor yang berhubungan : 5. Pertahankan posisi
1. Hiperventilasi pasien
2. Deformitas tulang 6. Onservasi adanya
3. Kelainan bentuk dinding tanda tanda
dada hipoventilasi
4. Penurunan 7. Monitor adanya
energi/kelelahan kecemasan pasien
5. Perusakan/pelemahan terhadap oksigenasi
muskulo-skeletal 8. Vital sign Monitoring
6. Obesitas Monitor TD, nadi, suhu,
7. Posisi tubuh dan RR
8. Kelelahan otot 9. Catat adanya fluktuasi
pernafasan tekanan darah
9. Hipoventilasi sindrom 10. Monitor VS saat
10. Nyeri pasien berbaring,
11. Kecemasan duduk, atau berdiri
12. Disfungsi 11. Auskultasi TD pada
Neuromuskuler kedua lengan dan
13. Kerusakan bandingkan
persepsi/kognitif 12. Monitor TD, nadi,
14. Perlukaan pada RR, sebelum, selama,
jaringan syaraf tulang dan setelah aktivitas
belakang 13. Monitor kualitas dari
15. Imaturitas Neurologis nadi
14. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
15. Monitor suara paru
16. Monitor pola
pernapasan abnormal
17. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
18. Monitor sianosis
perifer
19. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
20. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan 1. Nutritional Status : Nutrition Management
tubuh food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan
Definisi : Intake nutrisi 1. Adanya peningkatan 2. Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk berat badan sesuai ahli gizi untuk
keperluan metabolisme dengan tujuan menentukan jumlah
tubuh. 2. Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
sesuai dengan tinggi dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : badan 3. Anjurkan pasien
1. Berat badan 20 % atau 3. Mampu untuk meningkatkan
lebih di bawah ideal mengidentifikasi intake Fe
2. Dilaporkan adanya kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien
intake makanan yang 4. Tidak ada tanda tanda untuk meningkatkan
kurang dari RDA malnutrisi protein dan vitamin C
(Recomended Daily 5. Tidak terjadi 5. Berikan substansi gula
Allowance) penurunan berat 6. Yakinkan diet yang
3. Membran mukosa dan badan yang berarti dimakan mengandung
konjungtiva pucat tinggi serat untuk
4. Kelemahan otot yang mencegah konstipasi
digunakan untuk 10. Berikan makanan
menelan/mengunyah yang terpilih ( sudah
5. Luka, inflamasi pada dikonsultasikan
rongga mulut dengan ahli gizi)
6. Mudah merasa kenyang, 11. Ajarkan pasien
sesaat setelah bagaimana membuat
mengunyah makanan catatan makanan
7. Dilaporkan atau fakta harian.
adanya kekurangan 12. Monitor jumlah
makanan nutrisi dan kandungan
8. Dilaporkan adanya kalori
perubahan sensasi rasa 13. Berikan informasi
9. Perasaan tentang kebutuhan
ketidakmampuan untuk nutrisi
mengunyah makanan 14. Kaji kemampuan
10. Miskonsepsi pasien untuk
11. Kehilangan BB dengan mendapatkan nutrisi
makanan cukup yang dibutuhkan
12. Keengganan untuk
makan Nutrition Monitoring
13. Kram pada abdomen 1. BB pasien dalam
14. Tonus otot jelek batas normal
15. Nyeri abdominal 2. Monitor adanya
dengan atau tanpa penurunan berat
patologi badan
16. Kurang berminat 3. Monitor tipe dan
terhadap makanan jumlah aktivitas yang
17. Pembuluh darah biasa dilakukan
kapiler mulai rapuh 4. Monitor interaksi
18. Diare dan atau anak atau orangtua
steatorrhea selama makan
19. Kehilangan rambut 5. Monitor lingkungan
yang cukup banyak selama makan
(rontok) 6. Jadwalkan
20. Suara usus hiperaktif pengobatan dan
21. Kurangnya informasi, tindakan tidak selama
misinformasi jam makan
7. Monitor kulit kering
Faktor-faktor yang dan perubahan
berhubungan : pigmentasi
Ketidakmampuan 8. Monitor turgor kulit
pemasukan atau mencerna 9. Monitor kekeringan,
makanan atau rambut kusam, dan
mengabsorpsi zat-zat gizi mudah patah
berhubungan dengan 10. Monitor mual dan
faktor biologis, psikologis muntah
atau ekonomi. 11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

5 Resiko infeksi NOC : NIC :


1. Immune Status Infection Control
Definisi : Peningkatan 2. Knowledge : (Kontrol infeksi)
resiko masuknya Infection control 1. Bersihkan lingkungan
organisme patogen 3. Risk control setelah dipakai pasien
Kriteria Hasil : lain
Faktor-faktor resiko : 1. Klien bebas dari 2. Pertahankan teknik
1. Prosedur Infasif tanda dan gejala isolasi
2. Ketidakcukupan infeksi 3. Batasi pengunjung
pengetahuan untuk 2. Mendeskripsikan bila perlu
menghindari paparan proses penularan 4. Instruksikan pada
patogen penyakit, factor yang pengunjung untuk
3. Trauma mempengaruhi mencuci tangan saat
4. Kerusakan jaringan dan penularan serta berkunjung dan
peningkatan paparan penatalaksanaannya, setelah berkunjung
lingkungan 3. Menunjukkan meninggalkan pasien
5. Ruptur membran kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
amnion mencegah timbulnya antimikrobia untuk
6. Agen farmasi infeksi cuci tangan
(imunosupresan) 4. Jumlah leukosit 6. Cuci tangan setiap
7. Malnutrisi dalam batas normal sebelum dan sesudah
8. Peningkatan paparan 5. Menunjukkan tindakan kperawtan
lingkungan patogen perilaku hidup sehat 7. Gunakan baju, sarung
9. Imonusupresi tangan sebagai alat
10. Ketidakadekuatan pelindung
imum buatan 8. Pertahankan
11. Tidak adekuat lingkungan aseptik
pertahanan sekunder selama pemasangan
(penurunan Hb, alat
Leukopenia, penekanan 9. Ganti letak IV perifer
respon inflamasi) dan line central dan
12. Tidak adekuat dressing sesuai
pertahanan tubuh primer dengan petunjuk
(kulit tidak utuh, trauma umum
jaringan, penurunan kerja 10. Gunakan kateter
silia, cairan tubuh statis, intermiten untuk
perubahan sekresi pH, menurunkan infeksi
perubahan peristaltik) kandung kencing
13. Penyakit kronik 11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur
positif

6 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


curah jantung yang rendah, 1. Energy conservation Energy Management
ketidakmampuan 2. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
memenuhi metabolisme Kriteria Hasil : pembatasan klien
otot rangka, kongesti 1. Berpartisipasi dalam dalam melakukan
pulmonal yang aktivitas fisik tanpa aktivitas
menimbulkan hipoksinia, disertai peningkatan 2. Dorong anal untuk
dyspneu dan status nutrisi tekanan darah, nadi mengungkapkan
yang buruk selama sakit dan RR perasaan terhadap
2. Mampu melakukan keterbatasan
Intoleransi aktivitas b/d aktivitas sehari hari 3. Kaji adanya factor
fatigue (ADLs) secara yang menyebabkan
Definisi : Ketidakcukupan mandiri kelelahan
energu secara fisiologis 4. Monitor nutrisi dan
maupun psikologis untuk sumber energi
meneruskan atau tangadekuat
menyelesaikan aktifitas 5. Monitor pasien akan
yang diminta atau aktifitas adanya kelelahan fisik
sehari hari. dan emosi secara
berlebihan
Batasan karakteristik : 6. Monitor respon
a. melaporkan secara kardivaskuler
verbal adanya kelelahan terhadap aktivitas
atau kelemahan. 7. Monitor pola tidur
b. Respon abnormal dari dan lamanya
tekanan darah atau nadi tidur/istirahat pasien
terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG yang Activity Therapy
menunjukkan aritmia 1. Kolaborasikan dengan
atau iskemia Tenaga Rehabilitasi
d. Adanya dyspneu atau Medik
ketidaknyamanan saat dalammerencanakan
beraktivitas. progran terapi yang
tepat.
Faktor factor yang 2. Bantu klien untuk
berhubungan : mengidentifikasi
1. Tirah Baring atau aktivitas yang mampu
imobilisasi dilakukan
2. Kelemahan 3. Bantu untuk memilih
menyeluruh aktivitas konsisten
3. Ketidakseimbangan yangsesuai dengan
antara suplei oksigen kemampuan fisik,
dengan kebutuhan psikologi dan social
4. Gaya hidup yang 4. Bantu untuk
dipertahankan. mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
6. Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual

7 Cemas b/d penyakit kritis, NOC : NIC :


takut kematian atau 1. Anxiety control 1. Anxiety Reduction
kecacatan, perubahan 2. Coping (penurunan
peran dalam lingkungan 3. Impulse control kecemasan)
social atau Kriteria Hasil : 2. Gunakan pendekatan
ketidakmampuan yang 1. Klien mampu yang menenangkan
permanen. mengidentifikasi dan 3. Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan harapan terhadap
Definisi : gejala cemas pelaku pasien
Perasaan gelisah yang tak 2. Mengidentifikasi, 4. Jelaskan semua
jelas dari ketidaknyamanan mengungkapkan dan prosedur dan apa yang
atau ketakutan yang menunjukkan tehnik dirasakan selama
disertai respon autonom untuk mengontol prosedur
(sumner tidak spesifik atau cemas 5. Pahami prespektif
tidak diketahui oleh 3. Vital sign dalam pasien terhdap situasi
individu); perasaan batas normal stres
keprihatinan disebabkan 4. Postur tubuh, 6. Temani pasien untuk
dari antisipasi terhadap ekspresi wajah, memberikan
bahaya. Sinyal ini bahasa tubuh dan keamanan dan
merupakan peringatan tingkat aktivitas mengurangi takut
adanya ancaman yang menunjukkan 7. Berikan informasi
akan datang dan berkurangnya faktual mengenai
memungkinkan individu kecemasan diagnosis, tindakan
untuk mengambil langkah prognosis
untuk menyetujui terhadap 8. Dorong keluarga
tindakan untuk menemani anak
Ditandai dengan 9. Lakukan back / neck
1. Gelisah rub
2. Insomnia 10. Dengarkan dengan
3. Resah penuh perhatian
4. Ketakutan 11. Identifikasi tingkat
5. Sedih kecemasan
6. Fokus pada diri 12. Bantu pasien
7. Kekhawatiran mengenal situasi yang
8. Cemas menimbulkan
kecemasan
13. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
14. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
15. Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

8 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


keterbatasan pengetahuan 1. Kowlwdge : disease Teaching : disease
penyakitnya, tindakan process Process
yang dilakukan, obat 2. Kowledge : health 1. Berikan penilaian
obatan yang diberikan, Behavior tentang tingkat
komplikasi yang mungkin Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
muncul dan perubahan 1. Pasien dan keluarga tentang proses
gaya hidup menyatakan penyakit yang spesifik
pemahaman tentang 2. Jelaskan
Definisi : penyakit, kondisi, patofisiologi dari
Tidak adanya atau prognosis dan penyakit dan
kurangnya informasi program pengobatan bagaimana hal ini
kognitif sehubungan 2. Pasien dan keluarga berhubungan dengan
dengan topic spesifik. mampu anatomi dan fisiologi,
melaksanakan dengan cara yang
Batasan karakteristik : prosedur yang tepat.
memverbalisasikan adanya dijelaskan secara 3. Gambarkan tanda
masalah, ketidakakuratan benar dan gejala yang biasa
mengikuti instruksi, 3. Pasien dan keluarga muncul pada penyakit,
perilaku tidak sesuai. mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang 4. Gambarkan proses
Faktor yang berhubungan : dijelaskan penyakit, dengan cara
keterbatasan kognitif, perawat/tim yang tepat
interpretasi terhadap kesehatan lainnya. 5. Identifikasi
informasi yang salah, kemungkinan
kurangnya keinginan untuk penyebab, dengna cara
mencari informasi, tidak yang tepat
mengetahui sumber- 6. Sediakan informasi
sumber informasi. pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan
yang kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion dengan
cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2009) http://satriaperwira.livejournal.com/tag/bronchiectasis . Anonim,
(2009) http://satriaperwira.wordpress.com/
Anonim, (2009) W. Finn, Patricia. Kim, Nick H. www.nejm.org. April 28, 2008 Copyright
2008 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit Massachusetts Medical
Anonim, (2009) Society Kasper, Braunwald, Fauci. Harrisons Principles of

Anda mungkin juga menyukai