Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS DI RUANG 26 P


DI RS SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH :

NURDIAN INDAH PERTIWI

NIM 19650103

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKITIS

A. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau
bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau
polusi udara. Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi
dahak tidak lebih dari tiga minggu. Bronkitis kronis adalah batuk disertai
sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling
sedikit 2 tahun berturut-turut. Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan
pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit
paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius (Samer
Qarah, 2015).
 Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut :
1. Bronchitis Akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh
hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita
bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
2. Bronchitis Kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada
perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan
disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

B. ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting.
Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus
dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat
kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan
infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri.
Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan
streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma
pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada
sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum)
karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam
mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al.,
2007).
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan
industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen
sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah,
serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada


beberapa alat tubuh, yaitu:

a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada


katup maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus
melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan
cumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkinektasi), menyebabkan gangguan susunan dan
fungsi dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus
sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif
(berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau.
Batuk terus –menerus yang disertai dahak dalam jumlah banyak, dan batuk
terbanyak terjadi pada pada pagi hari. Sebagian besar penderita bronkitis
kronik tidak mengalami obstruksi aliran pernapasan, namun 10 – 15 %
perokok merupakan golongan yang mengalami penurunan aliran napas
normal disebut penderita bronkitis kronik simpleks (simplex chronic
bronkitis), sedangkan yang disertai dengan penurunan akiran napas yang
ringan sampai sedang, tetapi pada penderita yang mengalami obstruksi
napas, gejalanya telah tampak pada saat inspeksi , yaitu digunakannya otot
pernapasan tambahan (accessory respiratory muscle) (Darmanto, 2009).
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran
napas (ISNA) atas yang disebabkan oleh virus.Batuk mula – mula kering,
setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir.
Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan karena sering
ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu
berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder.anak besar sering mengeluh rasa
sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.Pada
beberapa hari pertama tidak terjadi kelainan pada pemeriksaan dada tetapi
kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara napas kasar. Baatuk
biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2 minggu
batuk masih tetap ada mungkin telah terjadi kolpas paru segmental atau
terjadi infeksiparu sekunder.Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada
pasien bronkitis.Mengi dapat murni merupakan tanda bronkitis akut, tetapi
juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih –
lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.Istilah bronktis asmatika
sebaiknya tidak digunakan (Ngastisyah, 2015).

Menurut Ngastiyah (2015), yang perlu diperhatikan adalah akibat


batuk yang lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
seseorang kurang istirahat.
b. Daya tahan tubuh yang menurun.
c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar
anak menurun.

D. TANDA DAN GEJALA

Gejalanya berupa:
 Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin
berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
 Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau
tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi
infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak
sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva
(ludah)
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).
 Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen
atau mukopuruen dan kental.
 Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang
disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor
pulmonal yang menetap.

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas.


Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis
kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi
jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang
biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak
nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada
distribusi kelainannya

 Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan


 Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
 Lelah
 Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
 Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
 Pipi tampak kemerahan
 Sakit kepala
 Gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu


hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan
nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis.
Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan
mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan
bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah
sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama
3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi
jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama
setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.
E. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau
dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada
umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi
saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika
pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang
lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun
berturut-turut. Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen
infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan
iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami :
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar
sehingga meningkatkan produksi mukus.
2. Mukus lebih kental
3. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme
pembersihan mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh
mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary
defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial
meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan
mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial
dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar,
namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi
jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami
kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi
ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis.
Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga
dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi
sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama
infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV
dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan
timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive
Heart Failure).

F. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain :
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya
kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh
darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan
tindakan beah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-
cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi
gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat da luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama
periode remisi.
 Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.
 TLC                 : Meningkat.
 Volume residu : Meningkat.
 FEV1/FVC     : Rasio volume meningkat.
 GDA               : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
 Bronchogram Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,
pembesaran duktus mukosa.
 Sputum            : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
 EKG                : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II,
III, AVF

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-
anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk
beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan
bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau
hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-
sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan
walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak
diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat
berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu
menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik :
a) Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,  meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
 Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
 Mencegah / menghentikan rokok
 Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :
 Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase
postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4
kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum
( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan
bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan
padapada punggung pasien dengan punggung jari.
 Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat
tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase
sputum.
 Mengontrol infeksi saluran nafas
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan
mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya
antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
b) Pengelolaan khusus
 Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol
infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut
pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi
menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic
antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman
terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan
bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic.
Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic
diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan
beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang
semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).
Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama
pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop.
Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan
perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
 Menentukan dari mana asal secret
 Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
 Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah
obstruksi
 Pengobatan simtomatik
 Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien
 Pengobatan obstruksi bronkus, Apabila ditemukan tanda obstruksi
bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat
diberikan obat bronkodilator
 Pengobatan hipoksia, Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu
diberikan oksigen

 Pengobatan haemaptoe, Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah


upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian
obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit
diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan
perdarahan.
 Pengobatan demam, Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi
akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada
kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.
 Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang
terkena.
 Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak
berespon yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif
yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi. Pasien
bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau
haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif
seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.
Kontra indikasi :
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien
bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
Syarat-ayarat operasi :
 Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
 Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
 Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis
atau bronchitis kronik.
Cara operasi :
 Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat
kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan
secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat
dan persiapan operasinya baik.
 Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami
keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif
( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terdapat
kontra indikasi operasi.
Persiapan operasi :
 Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,
pemeriksaan broncospirometri (uji fungsi paru regional)
 Scanning dan USG
 Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
Memperbaiki keadaan umum pasien.
Bakteremia/viremia
I. PATHWAY Virus, usia, rokok, lingkungan,
genetik, sosial ekonomi.
Metabolisme
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Iritasi jalan napas
BRONKITIS
Hipertorfi kelenjar Malaise
mucus & peningkatan Inflamasi
sel
goblet, fungsi silia
PENGKAJIAN
menurunKeperawatan Nafsu makan
 Riwayat
BRONKITIS
1. Biodata pasien (nama; tempat, tanggal lahir; usia; jenis kelamin; nama
Batuk produktif MK : Gangguan pemenuhan
ayah/ibu; pendidikan ayah/ibu; agama; suku bangsa; alamat; nomor
kebutuhan nutrisi
register; tanggal MRS; tanggal pengkajian;
Hipersekresi lendir sumber informasi;
MK : Bersihandiagnosa
jalan medis).
Ekskresi mediator inflamasi
napas tidak efektif
2. Keluhan utama Bronkiolus rusak  dindingnya melebar (prostaglandin, bradikinin,
Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan histamin
Alveolus rusak
mengeluarkan dahak.
Merangsang hipotalamus
3. Riwayat penyakit dahulu fibrosis
Fungsi makrofag menurun
Infeksi saluran pernapasan sebelumnya/batuk, pilek, takipnea, demam.
4. Riwayat tumbuh kembang Penurunan difusi gas
Peningkatan suhu
Orang tua menceritakan tentang bagaimana dia bersekolah, tentang
Hipoksia
prestasinya. Kadar oksigen dalam MK
darah: Hipertermia
menurun
5.Perubahan
Lingkungan, kopping stress
paru yang
Yang klien lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh
irreversibel
Dispnea
tekanan atau yang membangkitkan emosi. Orang tua menceritakan
MKtentang
: Kerusakan
bagaimana lingkungan sekitar anak tersebut tinggal. Dan
Pertukaran Gas MK: Pola Nafas Tidak Efektif
orang tua juga menjelaskan bagaimana anak tersebut dapat mengatasi
permasalahan.

 Pemeriksaan Fisik
B1 – B6. Yaitu :
Perubahan paru MK: Pola Nafas Tidak
1. B1 (Breathing) Efektif
yang irreversibel
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan
membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan
MK : Kerusakan
batuk.
Pertukaran GasPada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan
demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan
pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
1. Takipnea (berat saat aktivitas)
2. Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3. Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali.
4. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5. Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
1. Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Cuping hidung
4. Bunyi nafas krekel (kasar)
5. Perkusi redup (pekak)
6.Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang terputus-
putus)
7. Warna kulit pucat,normal atau sianosis
2. B2 (Blood)
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup
(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis.
3. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5. B5 (Bowel)
Gejala:
1. Mual/muntah
2. Nafsu makan menurun
3. Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4. Penurunan berat badan.
5. Nyeri abdomen
Tanda:
1. Turgor kulit buruk
2. Edema
3. Berkeringat
4. Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegaly
6. B6 (Bone)
Gejala:
1. Keletihan, kelelahan
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
4. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
1. Keletihan
2. Gelisah
3. Insomnia

 Head To Toe
1. Inspeksi
a. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
b. Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
c. Penggunaan otot bantu napas
d. Hipertropi otot bantu napas
e. Pelebaran sela iga
f. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
g. Penampilan pink puffer (Gambaran yang khas pada
emfisema,penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed
- lipsbreathing) atau blue bloater (Gambaran khas pada bronkitis
kronik,penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki
basah dibasal paru, sianosis sentral dan perifer)
2. Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
3. Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
4. Auskultasi
a. Suara napas vesikuler normal, atau melemah
b. terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
padaekspirasi paksa
c. ekspirasi memanjang
d. bunyi jantung terdengar jauh

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya
sekret, proses penyakit kronis.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
N DIAGNOSA
CRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
Tidak Efektif   Respiratory Airway suction
status : 1. Pastikan kebutuhan
Definisi : Ventilation oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk   Respiratory suctioning
membersihkan sekresi status : 2. Auskultasi suara
atau obstruksi dari Airway nafas sebelum dan
saluran pernafasan untuk patency sesudah suctioning
mempertahankan   Aspiration 3. Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. Control klien dan keluarga
tentang suctioning
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : 4. Minta klien nafas
 Dispneu, Penurunan  Mendemonstrasi dalam sebelum
suara nafas kan batuk efektif suction dilakukan
 Orthopneu dan suara nafas 5. Berikan O2 dengan
 Cyanosis yang bersih, menggunakan nasal

 Kelainan suara nafas tidak ada untuk memfasilitasi

(rales, wheezing) sianosis dan suksion nasotrakeal

 Kesulitan berbicara dyspneu 6. Gunakan alat yang


(mampu steril sitiap
 Batuk, tidak efekotif
mengeluarkan melakukan tindakan
atau tidak ada
sputum, mampu 7. Anjurkan pasien
 Mata melebar
bernafas dengan untuk istirahat dan
 Produksi
mudah, tidak ada napas dalam setelah
sputumGelisah
pursed lips) kateter dikeluarkan
 Perubahan frekuensi
 Menunjukkan dari nasotrakeal
dan irama nafas
jalan nafas yang 8. Monitor status
 Faktor-faktor yang
paten (klien oksigen pasien
berhubungan:
tidak merasa 9. Ajarkan keluarga
Lingkungan :
tercekik, irama bagaimana cara
merokok, menghirup
nafas, frekuensi melakukan suksion
asap rokok, perokok
pernafasan 10. Hentikan suksion
pasif-POK, infeksi
dalam rentang dan berikan oksigen
 Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, normal, tidak apabila pasien
hiperplasia dinding ada suara nafas menunjukkan
bronkus, alergi jalan abnormal) bradikardi,
nafas, asma.  Mampu peningkatan saturasi
 Obstruksi jalan mengidentifikasi O2, dll.
nafas : spasme jalan kan dan
nafas, sekresi mencegah factor Airway Management
tertahan, banyaknya yang dapat 1. Buka jalan nafas,
mukus, adanya jalan menghambat guanakan teknik chin
nafas buatan, sekresi jalan nafas lift atau jaw thrust
bronkus, adanya bila perlu
eksudat di alveolus, 2. Posisikan pasien
adanya benda asing untuk
di jalan nafas. memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan
4. Pasang mayo bila
perlu lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
5. Keluarkan sekret
dengan batu katau
suction
6. Auskultasi suara
nafas, catata dan
yasuara tambahan
7. Lakukan suction
pada mayo
8. Berikan
bronkodilator bila
perlu
9. Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
10. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
11. Monitor respirasi
dan status O2
2 Gangguan Pertukaran NOC : NIC :
gas   Respiratory Airway Management
Status : Gas 1. Buka jalan nafas,
Definisi : Kelebihan atau exchange guanakan teknik
kekurangan dalam   Respiratory chin lift atau jaw
oksigenasi dan atau Status : thrust bila perlu
pengeluaran ventilation 2. Posisikan pasien
karbondioksida di dalam   Vital Sign untuk
membran kapiler alveoli Status memaksimalkan
ventilasi
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien
 Gangguan  Mendemonstrasi perlunya
penglihatan kan peningkatan pemasangan alat
 Penurunan CO2 ventilasi dan jalan nafas buatan
 Takikardi oksigenasi yang 4. Pasang mayo bila

 Hiperkapnia adekuat perlu

 Keletihan  Memelihara 5. Lakukan fisioterapi


kebersihan paru dada jika perlu
 Somnolen
paru dan bebas 6. Keluarkan sekret
 Iritabilitas
dari tanda tanda dengan batuk atau
 Hypoxia
distress suction
 Kebingungan
7. Auskultasi suara
 Dyspnoe pernafasan nafas, catat adanya
 Nasal faring  Mendemonstrasi suara tambahan

 AGD Normal kan batuk efektif 8. Lakukan suction

 Sianosis dan suara nafas pada mayo

 Warna kulit yang bersih, 9. Berika


tidak ada bronkodilator bial
abnormal (pucat,
sianosis dan perlu
kehitaman)
dyspneu 10. Berikan pelembab
 Hipoksemia
(mampu udara
 Hiperkarbia
mengeluarkan 11. Atur intake untuk
 Sakit kepala ketika
sputum, mampu cairan
bangun
bernafas dengan mengoptimalkan
 Frekuensi dan
mudah, tidak ada keseimbangan
kedalaman nafas
pursed lips) 12. Monitor respirasi
abnormal
 Tanda tanda dan status O2
vital dalam
Faktor faktor yang
rentang normal Respiratory
berhubungan :
Monitoring
 Ketidakseimbangan
1. Monitor rata-rata,
perfusi ventilasi
kedalaman, irama
 Perubahan membran
dan usaha respirasi
kapiler-alveolar
2. Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas Tidak NOC : NIC :


Efektif  Menunjukkan Airway Management
jalan nafas yang 1. Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran paten (klien guanakan teknik
udara inspirasi dan/atau tidak merasa chin lift atau jaw
ekspirasi tidak adekuat tercekik, irama thrust bila perlu
nafas, frekuensi 2. Posisikan pasien
Batasan karakteristik : pernafasan untuk
memaksimalkan
 Penurunan tekanan dalam rentang ventilasi
inspirasi/ekspirasi normal, tidak 3. Identifikasi pasien
 Penurunan ada suara nafas perlunya
pertukaran udara per abnormal) pemasangan alat
menit  Tanda Tanda jalan nafas buatan
 Menggunakan otot vital dalam 4. Pasang mayo bila
pernafasan tambahan rentang normal perlu

 Nasal flaring (tekanan darah, 5. Lakukan fisioterapi

 Dyspnea nadi, dada jika perlu


pernafasan) 6. Keluarkan sekret
 Orthopnea
dengan batuk atau
 Perubahan
suction
penyimpangan dada
7. Auskultasi suara
 Nafas pendek
nafas, catat adanya
 Assumption of 3-
suara tambahan
point position
8. Lakukan suction
 Pernafasan pursed-lip
pada mayo
 Tahap ekspirasi
9. Berikan
berlangsung sangat
bronkodilator bila
lama
perlu
 Peningkatan diameter
10. Berikan pelembab
anterior-posterior
udara Kassa
 Pernafasan rata-
basah,NaCl Lembab
rata/minimal
11. Atur intake untuk
  Bayi : < 25 atau >
cairan
60
mengoptimalkan
  Usia 1-4 : < 20
keseimbangan
atau > 30
12. Monitor respirasi
  Usia 5-14 : < 14
dan status O2
atau > 25
  Usia > 14 : < 11
Terapi Oksigen
atau > 24
1. Bersihkan mulut,
 Kedalaman hidung dan secret
pernafasan trakea
 Dewasa volume 2. Pertahankan jalan
tidalnya 500 ml saat nafas yang paten
istirahat 3. Atur peralatan
 Bayi volume tidalnya oksigenasi
6-8 ml/Kg 4. Monitor aliran

 Timing rasio oksigen

 Penurunan kapasitas 5. Pertahankan posisi

vital pasien
6. Onservasi adanya

Faktor yang tanda tanda

berhubungan : hipoventilasi

 Hiperventilasi 7. Monitor adanya


kecemasan pasien
 Deformitas tulang
terhadap oksigenasi
 Kelainan bentuk
Vital Sign Monitoring
dinding dada
1. Monitor TD,
 Penurunan
nadi, suhu, dan RR
energi/kelelahan
2. Catat adanya
 Perusakan/pelemahan
fluktuasi tekanan
muskulo-skeletal
darah
 Obesitas
3. Monitor VS saat
 Posisi tubuh
pasien berbaring,
 Kelelahan otot
duduk, atau berdiri
pernafasan
4. Auskultasi TD
 Hipoventilasi pada kedua lengan
sindrom dan bandingkan
 Nyeri 5. Monitor TD,
 Kecemasan nadi, RR, sebelum,
 Disfungsi selama, dan setelah
Neuromuskuler aktivitas
 Kerusakan 6. Monitor kualitas
persepsi/kognitif dari nadi
 Perlukaan pada 7. Monitor
jaringan syaraf tulang frekuensi dan irama
belakang pernapasan
 Imaturitas Neurologis 8. Monitor suara
paru
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


Nutrisi Kurang Dari Nutritional Status : Nutrition Management
Kebutuhan Tubuh food and Fluid 1. Kaji adanya alergi
Intake makanan
Definisi : Intake nutrisi 2. Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk Kriteria Hasil : ahli gizi untuk
keperluan metabolisme  Adanya menentukan jumlah
tubuh. kalori dan nutrisi
peningkatan yang dibutuhkan
Batasan karakteristik : berat badan pasien
 Berat badan 20 % sesuai dengan 3. Anjurkan pasien
atau lebih di bawah tujuan untuk meningkatkan
ideal  Berat badan intake Fe
 Dilaporkan adanya ideal sesuai 4. Anjurkan pasien
intake makanan dengan tinggi untuk meningkatkan
yang kurang dari badan protein dan vitamin
RDA (Recomended  Mampu C
Daily Allowance) mengidentifikasi 5. Berikan substansi
 Membran mukosa kebutuhan gula
dan konjungtiva nutrisi 6. Yakinkan diet yang
pucat  Tidak ada tanda dimakan

 Kelemahan otot tanda malnutrisi mengandung tinggi

yang digunakan  Tidak terjadi serat untuk

untuk penurunan berat mencegah konstipasi

menelan/mengunya badan yang 7. Berikan makanan

 Luka, inflamasi berarti yang terpilih ( sudah

pada rongga mulut dikonsultasikan

 Mudah merasa dengan ahli gizi)

kenyang, sesaat 8. Ajarkan pasien

setelah mengunyah bagaimana membuat

makanan catatan makanan


harian
 Dilaporkan atau
9. Monitor jumlah
fakta adanya
nutrisi dan
kekurangan
kandungan kalori
makanan
10. Berikan informasi
 Dilaporkan adanya
tentang kebutuhan
perubahan sensasi
nutrisi
rasa
11. Kaji kemampuan
 Perasaan
pasien untuk
ketidakmampuan
untuk mengunyah mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
 Miskonsepsi
 Kehilangan BB Nutrition Monitoring
dengan makanan 1. BB pasien dalam
cukup batas normal
 Keengganan untuk 2. Monitor adanya
makan penurunan berat

 Kram pada badan

abdomen 3. Monitor tipe dan

 Tonus otot jelek jumlah aktivitas


yang biasa dilakukan
 Nyeri abdominal
4. Monitor interaksi
dengan atau tanpa
anak atau orangtua
patologi
selama makan
 Kurang berminat
5. Monitor lingkungan
terhadap makanan
selama makan
 Pembuluh darah
6. Jadwalkan
kapiler mulai rapuh
pengobatan  dan
 Diare dan atau
tindakan tidak
steatorrhea
selama jam makan
 Kehilangan rambut
7. Monitor kulit kering
yang cukup banyak
dan perubahan
(rontok)
pigmentasi
 Suara usus
8. Monitor turgor kulit
hiperaktif
9. Monitor kekeringan,
 Kurangnya
rambut kusam, dan
informasi,
mudah patah
misinformasi
10. Monitor mual dan
muntah
Faktor-faktor yang
11. Monitor kadar
berhubungan :
albumin, total
 Ketidakmampuan
pemasukan atau protein, Hb, dan
mencerna makanan kadar Ht
atau mengabsorpsi 12. Monitor makanan
zat-zat gizi kesukaan
berhubungan 13. Monitor
dengan faktor pertumbuhan dan
biologis, psikologis perkembangan
atau ekonomi. 14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5 Resiko Infeksi NOC : NIC :
  Immune Infection Control
Definisi : Peningkatan Status (Kontrol infeksi)
resiko masuknya   Knowledge : 1. Bersihkan
organisme patogen Infection lingkungan setelah
control dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko :   Risk control 2. Pertahankan teknik
 Prosedur Infasif isolasi
 Ketidakcukupan Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung
pengetahuan untuk  Klien bebas dari bila perlu
menghindari paparan tanda dan gejala 4. Instruksikan pada
pengunjung untuk
patogen infeksi mencuci tangan saat
 Trauma  Mendeskripsika berkunjung dan
 Kerusakan jaringan n proses setelah berkunjung
dan peningkatan penularan meninggalkan
paparan lingkungan penyakit, factor pasien
 Ruptur membran yang 5. Gunakan sabun
amnion mempengaruhi antimikrobia untuk

 Agen farmasi penularan serta cuci tangan

(imunosupresan) penatalaksanaan 6. Cuci tangan setiap

 Malnutrisi nya sebelum dan


sesudah tindakan
 Peningkatan paparan  Menunjukkan
kemampuan keperawatan
lingkungan patogen
 Imonusupresi untuk mencegah 7. Gunakan baju,
timbulnya sarung tangan
 Ketidakadekuatan
infeksi sebagai alat
imum buatan
 Jumlah leukosit pelindung
 Tidak adekuat
dalam batas 8. Pertahankan
pertahanan sekunder
normal lingkungan aseptik
(penurunan Hb,
 Menunjukkan selama pemasangan
Leukopenia,
perilaku hidup alat
penekanan respon
sehat 9. Ganti letak IV
inflamasi)
perifer dan line
 Tidak adekuat
central dan dressing
pertahanan tubuh
sesuai dengan
primer (kulit tidak
petunjuk umum
utuh, trauma
10. Gunakan kateter
jaringan, penurunan
intermiten untuk
kerja silia, cairan
menurunkan infeksi
tubuh statis,
kandung kencing
perubahan sekresi
         Tingktkan
pH, perubahan
intake nutrisi
peristaltik)
         Berikan
 Penyakit kronik
terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur
positif
6 Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :
  Energy Energy Management
Definisi : conservation 1. Observasi adanya
Ketidakcukupan energu   Self Care : pembatasan klien
secara fisiologis maupun ADLs dalam melakukan
psikologis untuk aktivitas
meneruskan atau Kriteria Hasil : 2. Dorong anal untuk
menyelesaikan aktifitas  Berpartisipasi mengungkapkan
yang diminta atau dalam aktivitas perasaan terhadap
aktifitas sehari hari. fisik tanpa keterbatasan
disertai 3. Kaji adanya factor
Batasan karakteristik : peningkatan yang menyebabkan
 Melaporkan secara tekanan darah, kelelahan
verbal adanya nadi dan RR 4. Monitor nutrisi  dan
kelelahan atau  Mampu sumber energi yang
adekuat
kelemahan melakukan 5. Monitor pasien akan
 Respon abnormal aktivitas sehari adanya kelelahan
dari tekanan darah hari (ADLs) fisik dan emosi
atau nadi terhadap secara mandiri secara berlebihan
aktifitas 6. Monitor respon
 Perubahan EKG yang kardivaskuler 
menunjukkan aritmia terhadap aktivitas
atau iskemia 7. Monitor pola tidur
 Adanya dyspneu atau dan lamanya
ketidaknyamanan tidur/istirahat pasien
saat beraktivitas.
Activity Therapy
Faktor factor yang 1. Kolaborasikan
berhubungan : dengan Tenaga

 Tirah Baring atau Rehabilitasi Medik

imobilisasi dalammerencanakan

 Kelemahan progran terapi yang

menyeluruh tepat

 Ketidakseimbangan 2. Bantu klien untuk

antara suplei oksigen mengidentifikasi

dengan kebutuhan aktivitas yang


mampu dilakukan
 Gaya hidup yang
3. Bantu untuk
dipertahankan.
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
6. Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

NANDA, 2015, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006.
Jakarta: Prima Medika
AIPNI. 2018. Uji Kompetensi Ners. Edisi R. Sinergi
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit
FKUI: Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.

Anda mungkin juga menyukai