OLEH :
NIM 19650103
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKITIS
A. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau
bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau
polusi udara. Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi
dahak tidak lebih dari tiga minggu. Bronkitis kronis adalah batuk disertai
sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling
sedikit 2 tahun berturut-turut. Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan
pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit
paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius (Samer
Qarah, 2015).
Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut :
1. Bronchitis Akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh
hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita
bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
2. Bronchitis Kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada
perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan
disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.
B. ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting.
Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus
dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat
kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan
infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri.
Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan
streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma
pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada
sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum)
karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam
mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al.,
2007).
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan
industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen
sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah,
serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.
Gejalanya berupa:
Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin
berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau
tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi
infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak
sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva
(ludah)
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen
atau mukopuruen dan kental.
Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang
disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor
pulmonal yang menetap.
F. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain :
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya
kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh
darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan
tindakan beah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-
cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi
gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat da luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama
periode remisi.
Tes fungsi paruUntuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.
TLC : Meningkat.
Volume residu : Meningkat.
FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
Bronchogram Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,
pembesaran duktus mukosa.
Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II,
III, AVF
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-
anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk
beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan
bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau
hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-
sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan
walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak
diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat
berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu
menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik :
a) Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
Mencegah / menghentikan rokok
Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :
Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase
postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4
kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum
( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan
bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan
padapada punggung pasien dengan punggung jari.
Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat
tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase
sputum.
Mengontrol infeksi saluran nafas
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan
mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya
antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
b) Pengelolaan khusus
Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol
infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut
pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi
menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic
antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman
terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan
bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic.
Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic
diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan
beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang
semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).
Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama
pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop.
Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan
perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
Menentukan dari mana asal secret
Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah
obstruksi
Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien
Pengobatan obstruksi bronkus, Apabila ditemukan tanda obstruksi
bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat
diberikan obat bronkodilator
Pengobatan hipoksia, Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu
diberikan oksigen
Pemeriksaan Fisik
B1 – B6. Yaitu :
Perubahan paru MK: Pola Nafas Tidak
1. B1 (Breathing) Efektif
yang irreversibel
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan
membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan
MK : Kerusakan
batuk.
Pertukaran GasPada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan
demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan
pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
1. Takipnea (berat saat aktivitas)
2. Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3. Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali.
4. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5. Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
1. Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Cuping hidung
4. Bunyi nafas krekel (kasar)
5. Perkusi redup (pekak)
6.Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang terputus-
putus)
7. Warna kulit pucat,normal atau sianosis
2. B2 (Blood)
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup
(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis.
3. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5. B5 (Bowel)
Gejala:
1. Mual/muntah
2. Nafsu makan menurun
3. Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4. Penurunan berat badan.
5. Nyeri abdomen
Tanda:
1. Turgor kulit buruk
2. Edema
3. Berkeringat
4. Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegaly
6. B6 (Bone)
Gejala:
1. Keletihan, kelelahan
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
4. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
1. Keletihan
2. Gelisah
3. Insomnia
Head To Toe
1. Inspeksi
a. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
b. Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
c. Penggunaan otot bantu napas
d. Hipertropi otot bantu napas
e. Pelebaran sela iga
f. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
g. Penampilan pink puffer (Gambaran yang khas pada
emfisema,penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed
- lipsbreathing) atau blue bloater (Gambaran khas pada bronkitis
kronik,penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki
basah dibasal paru, sianosis sentral dan perifer)
2. Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
3. Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
4. Auskultasi
a. Suara napas vesikuler normal, atau melemah
b. terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
padaekspirasi paksa
c. ekspirasi memanjang
d. bunyi jantung terdengar jauh
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya
sekret, proses penyakit kronis.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
N DIAGNOSA
CRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
Tidak Efektif Respiratory Airway suction
status : 1. Pastikan kebutuhan
Definisi : Ventilation oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Respiratory suctioning
membersihkan sekresi status : 2. Auskultasi suara
atau obstruksi dari Airway nafas sebelum dan
saluran pernafasan untuk patency sesudah suctioning
mempertahankan Aspiration 3. Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. Control klien dan keluarga
tentang suctioning
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : 4. Minta klien nafas
Dispneu, Penurunan Mendemonstrasi dalam sebelum
suara nafas kan batuk efektif suction dilakukan
Orthopneu dan suara nafas 5. Berikan O2 dengan
Cyanosis yang bersih, menggunakan nasal
vital pasien
6. Onservasi adanya
berhubungan : hipoventilasi
Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur
positif
6 Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :
Energy Energy Management
Definisi : conservation 1. Observasi adanya
Ketidakcukupan energu Self Care : pembatasan klien
secara fisiologis maupun ADLs dalam melakukan
psikologis untuk aktivitas
meneruskan atau Kriteria Hasil : 2. Dorong anal untuk
menyelesaikan aktifitas Berpartisipasi mengungkapkan
yang diminta atau dalam aktivitas perasaan terhadap
aktifitas sehari hari. fisik tanpa keterbatasan
disertai 3. Kaji adanya factor
Batasan karakteristik : peningkatan yang menyebabkan
Melaporkan secara tekanan darah, kelelahan
verbal adanya nadi dan RR 4. Monitor nutrisi dan
kelelahan atau Mampu sumber energi yang
adekuat
kelemahan melakukan 5. Monitor pasien akan
Respon abnormal aktivitas sehari adanya kelelahan
dari tekanan darah hari (ADLs) fisik dan emosi
atau nadi terhadap secara mandiri secara berlebihan
aktifitas 6. Monitor respon
Perubahan EKG yang kardivaskuler
menunjukkan aritmia terhadap aktivitas
atau iskemia 7. Monitor pola tidur
Adanya dyspneu atau dan lamanya
ketidaknyamanan tidur/istirahat pasien
saat beraktivitas.
Activity Therapy
Faktor factor yang 1. Kolaborasikan
berhubungan : dengan Tenaga
imobilisasi dalammerencanakan
menyeluruh tepat
NANDA, 2015, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006.
Jakarta: Prima Medika
AIPNI. 2018. Uji Kompetensi Ners. Edisi R. Sinergi
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit
FKUI: Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.