Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG HCU RS SOEDONO MADIUN

OLEH :
NURDIAN INDAH PERTIWI
NIM 19650103

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Jl. Budi Utomo No. 10, Telp. (0352) 481124 Ponorogo – 63471

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. F


DENGAN CKD
DI RUANG HCU RS SOEDONO MADIUN

I.PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Tn. F
Umur : 58 Tahun
No. Register :-
Agama :-
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal masuk RS : 6 April 2020 Jam : 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 7 April 2020 Jam : 16.00 WIB
Diagnosa Medis : Gagal ginjal kronik stadium V ec. Nefropati diabetes +
Diabetes Melitus tipe 2 + Hipertensi grade I + Ulkus
diabetikum.

Identitas Penanggungjawab
Nama :-
Umur :-
Agama :-
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan klien :-
II.KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS
Keluhan kaki dan tangannya yang bengkak sejak 5 bulan
b. Saat pengkajian
Masih mengeluh kaki bengkak dan lemah

III.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke UGD RSSM dengan keluhan kaki dan tangannya yang bengkak sejak 5
bulan SMRS. Keluhan ini menetap dan dirasakan semakin bertambah parah. Pasien
mengatakan pada kelopak matanya juga mengalami pembengkakan terutama pada pagi
hari. Pasien juga mengatakan bahwa perutnya pernah bengkak dan terasa berisi cairan
sekitar 2 bulan yang lalu. Pasien juga merasa frekuensi berkemihnya menurun
dibandingkan sebelumnya, dari yang awalnya 5-6 kali sehari menjadi 2-3 kali sehari
dengan urine yang sedikit dan keruh. Pasien mengeluhkan luka koreng pada kaki
kanannya yang tidak kunjung sembuh walaupun sudah dirawat selama satu bulan. Pasien
mengatakan badannya lemas sehingga membuatnya sulit beraktivitas. Pada saat
pengkajian diruang HCU, pasien mengeluh kaki bengkak dan lemah. Pasien mengaku,
menderita diabetes melitus dan berobat rutin selama lebih dari 10 tahun kebelakang.
Pasien merupakan perokok aktif

IV.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi 8 bulan yang lalu

V.PEMERIKSAAN FISIK FOKUS


Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmetis
TTV :
TD : 150/90 mmHg
Suhu : 36,60C
Nadi : 96 x/ menit
RR : 24 x/ menit
BMI :20,7 KG/M2
 Pada Pemeriksaan Fisik :
Mata : konjungtiva anemis +/+
Leher, paru dan jantung : tidak ditemukan adanya kelainan.
Abdomen : inspeksi : perut cembung, auskultasi : bising usus 8 x/ menit, palpasi : tidak
ditemukan nyeri tekan, pada palpasi tidak ditemukan nyeri tekan pada seluruh regio
abdomen serta tidak ditemukan pembesaran hepar dan limpa, pada perkusi didapatkan
shifting dullness +.
Ekstremitas : superior dan inferior didapatkan normotonus, gerakan aktif dan edema
pitting.

 Pada Pemeriksaan Penunjang :


Laboratorium :
Darah Rutin didapatkan hasil Hb: 7,7 gr/dl, Ht: 22 %, Leukosit : 5700/µl, Hitung
jenis: Basophil 0%, Eosinophil 0%, Batang 0% Segmen 67%, Limfosit 5 %, Monosit
4%, Trombosit: 286000/µl, LED: 56 mm/jam.

Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil: GDS: 260 mg/dl, Ureum: 242 mg/dl,
Creatinine: 15,97 mg/dl.

 Terapi Medis
Terapi yang diberikan berupa non medikamentosa yaitu tirah baring, pembatasan
cairan 1 liter per hari, pembatasan protein 0,9 g/kgbb per hari, diet rendah garam 2-3
gr per hari, debridement luka, tranfusi PRC200 cc, hemodialisa.

Terapi medikamentosa yang diberikan berupa cairan intravena IVFD NaCl 0,9 % X
TPM, Captopril 2 x 12,5 mg, Furosemid Injeksi/ 8 Jam, asam folat 2 x 1 mg dan
Glimepiride 1 x 2 mg.
VI.DATA ANALISA

Nama : Tn. F No. Reg. :


Umur : 58 Tahun

No Tanggal Data Penyebab Masalah


.
1 7/4/20 DS : Kelebihan Volume Cairan Gagal Ginjal Kronik
16.00 - pasien mengatakan tangan
dan kaki bengkak Meningkatnya Kadar Protein Dalam Darah
- Pasien juga mengatakan
pada kelopak mata juga Penurunan Tekanan Osmosit
mengalami bengkak
- pasien mengatakan perutnya Cairan Keluar Ke Ektravaskuler
pernah bengkak dan terasa
berisi cairan Edema
DO :
- TD:150/90 mmHg Kelebihan Volume Cairan
- N: 96x/menit
- S:36,60C
- RR:24x/menit.
- Tampak oedem pada
kedua kaki
- Asites pada perut

DS : Kerusakan Integritas Kulit DM


2 7/4/20
- Pasien mengatakan luka
16.00 koreng pada kaki kanannya
Insulin Dalam Tubuh Tidak Adekuat
yang tidak kunjung sembuh
walaupun sudah dirawat
selama satu bulan
Kadar Glukosa Tinggi
DO :
- GDS: 260 mg/dl Penebalan dinding pembuluh darah
- Lokalis regio pedis dextra
- Look: Ulkus (+), jaringan
nekrotik (+), pus (+), Aliran darah ke kaki berkurang
perdarahan (-)
- Feel: hangat (+), pulsasi
arteri dorsalis pedis (+) Suplai nutrisi jaringan berkurang
- Sensibilitas ↓Move: ROM
aktif dan pasif terbatas
karena nyeri. Neuropati

Perubahan pada kulit dan otot


Ulkus diabetikum.

Kerusakan Integritas Kulit

Intoleransi Aktivitas Penurunan Fungsi Ginjal


3 7/4/20
16.00
Penurunan Eritroprotein

DS : Penurunan pembentukan eritrosit


- Pasien mengatakan
badannya lemas sehingga Edema
membuatnya sulit
beraktivitas Nyeri
DO :
- Sensibilitas ↓ Intoleransi Aktivitas
- Move: ROM aktif dan pasif
terbatas karena nyeri.
VII. DAFTAR MASALAH/DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

(Disusun berdasarkan Prioritas Masalah)

1. Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Gagal Ginjal Kronik


2. Kerusakan integritas kulit Berhubungan Dengan Ulkus Diabetikum
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Penurunan Fungsi Ginjal
VIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. F No. Reg. : -


Umur : 58 Tahun
No Diagnosa Tujuan Intervensi
. Keperawatan Dan Kriteria hasil
1 Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :
Fluid Management :
- Electrolit and acid base balance
1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan
- Fluid balance
masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema
- Hydration 2. Batasi masukan cairan
3. Identifikasi sumber potensial cairan
Kriteria Hasil:
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
- Terbebas dari edema, efusi, cairan
anaskara
5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
- BB post HD sesuai dry weight Hemodialysis therapy
- Bunyi nafas bersih, tidak ada 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
dyspneu/ortopneu (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium, tingkat
- Memelihara vital sign dalam batas phospor) sebelum perawatan untuk mengevaluasi respon
normal thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur
cairan dan elektrolit pergeseran antara pengobatan
5. Batasi masukan cairan pada saat priming & wash out
HD
6. Lakukan hd dengan uf & tmp sesuai dg kenaikan bb HD
sebelumnya
7. Identifikasi sumber masukan cairan
8. Jelaskan pada keluarga & klien rasional pembatasan
cairan
9. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk

2 Kerusakan Integritas Kulit NIC :


Pressure Management
1. Pemeliharaan akses dialisis : memelihara area akses
pembuluh darah (arteri vena)
2. Pemberian obat : mempersiapkan, memberikan dan
mengevaluasi keefektifan obat resep dan obat non resep
NOC : 3. Perawatan area insisi : membersihkan, memantau dan
- Tissue Integrity : Skin And meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang
Mucous Membranes ditutup dengan jahitan, klip, dan staples
- Hemodyalisis Akses 4. Perawatan ulkus dekubitus : memfasilitasi
penyembuhan ulkus dekubitus
Kriteria Hasil: 5. Surveilans kulit : mengumpulkan dan menganalisis data
 Tidak ada luka/lesi pada kulit pasien untuk mempertahankan integritas kulit dan
 Perfusi jaringan baik membran mukosa
 Pasien atau keluarga 6. Perawatan luka : mencegah komplikasi luka dan
menunjukkan rutinitas perawatan meningkatkan penyembuhan luka
kulit atau perawatan luka yang
optimal Pengkajian Keperawatan :
 Eritema kulit dan eritema 1. Perawatan area insisi (NIC) : inspeksi adanya
disekitar luka minimal kemerahan, pembengkakan, atau tanda-tanda dehisensi
 Tidak ada lepu atau maserasi pada atau eviserasi pada area insisi
kulit 2. Perawatan luka (NIC) : inspeksi luka pada setiap
 Nekrosis, selumur, lubang, mengganti luka balutan
perluasan luka ke jaringan 3. Kaji luka terhadap karakteristik berikut :
dibawah kulit, atau pembentukan - Lokasi, luas dan kedalaman
jaringan sinus berkurang atau - Adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan,
tidak ada warna, bau
- Adanya atau tidak nya granulasi atau epitelialisasi
- Ada atau tidaknya jaringan nekrotik. Deskripsikan
warna bau dan banyaknya
- Ada atau tidak nya tanda-tanda infeksi setempat
(nyeri saat palpasi, edema, pruritus, indurasi,
hangat, bau busuk, eskar, dan eksudat)
- Adda atau tidaknya perluasan luka kejaringan
dibawah kulit dan pembentukan jaringan sinus
3 Intoleransi Aktivitas

NIC :
Activity Therapy
 Bantu klien untuk mengidentifikasi yang mampu
dilakukan
 Kolaborasi dengan teaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan terapi yang tepat
 Bantu untuki memenuhi aktivitas konsisten yang
NOC : sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
- Energy conservation  Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
- Activity tolerance sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
- Self care : ADLs diinginkan
 Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi
Kriteria Hasil : kekurangan dalam beraktivitas
- Berpartisifasi dalam aktivitas  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
fisik tanpa disertai peningkatan beraktivitas
tekanan darah, nadi dan RR
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spritual
- Mampu melakukan aktivitas
- Mampu melakukan aktivitas
sehari –hari (ADLs) secara
mandiri
- Tanda-tanda vital normal
- Energy psikomotor
- Level kelemahan
TELAAH JURNAL PADA PADA PASIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD) DI RUANG HCU RS SOEDONO MADIUN

INTERVENSI NON FARMAKOLOGI TERHADAP TINGKAT STRES PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA : LITERATUR
REVIEW

Nama Penulis :
Rokhyati1,Meidiana Dwidiyanti1, Sri Padmasari, Universitas
Diponegoro Semarang
Email : rokhyatie@gmail.com

Tahun Jurnal :
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 13 – 18, Mei 2019
ISSN 2621-2978 (media online) Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa
Tengah
Tujuan :
Untuk mengetahui intervensi yang digunakan untuk mengurangi tingkat stres pasien
hemodialisa.

Telaah Jurnal PICO :

Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2012, penyakit Gagal Ginjal Kronik
(GGK) di dunia setiap tahunnya meningkat lebih dari 30%. Di Amerika Serikat insiden
Gagal Ginjal Kronik (GGK) diperkirakan 100 juta kasus penduduk pertahun dan angka ini
meningkat sekitar 8% setiap tahunnya, dan hampir setiap tahunnya sekitar 70 orang di
Amerika Serikat meninggal dunia akibat kerusakanginjal. Di Malaysia, diperkirakan
terdapat 1800 kasus baru Gagal Ginjal Kronik (GGK) pertahunnya. Di negara berkembang
lainnya,diperkirakan 40-60 kasus/1 juta penduduk pertahun. Berdasarkan data terbaru dari
United States National Center Of Health Statistics (US NCHS) 2007, penyakit ginjal masih
Problem menduduki peringkat 10 besar penyebab kematian terbanyak.Menurut Prevalensi Penyakit
Ginjal Kronis umur ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter menurut provinsi, dari tahun
2013 (2,0 permil) naik menjadi 3,8 permil pada tahun 2018. (Riskesdas, 2018). Pasien GGK
(Gagal Ginjal Kronik) harus menjalani therapi hemodialisa secara rutin (biasanya 2x
seminggu selama 4 – 5 jam per kali terapi) sampai mendapat ginjal baru melalui operasi
pencangkokan yang berhasil. Klien memerlukan terapi hemodialisa yang kronis, untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan kerja uremia, dan kegiatan ini
akan berlangsung terusmenerus sepanjang hidupnya. Pasien biasanya menghadapi masalah
finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang berkurang
dan menghilang, impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap
kematian (Bare & Smeltzer, 2010).

Metode yang digunakan dalam penulisan ini merupakan studi literature review. Sumber
pustaka yang digunakan dalam penyusunan literature ini menggunakan artikel dengan
Intervention proses pencarian artikel databasedan Jurnal keperawatan.Tahun penerbitan artikel yang
digunakan adalah tahun 2001 sampai tahun 2018.Jumlah artikel yang digunakan ada 18
artikel.

 Roy dalam Sudarta (2015) mengemukakan konsep keperawatan dengan model


adaptasi yang memiliki beberapa pandangan keyakinan serta nilai yang
dimilikinya, diantaranya sebagai berikut: 1)Manusia sebagai makhluk biologi,
psikologi dan sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. 2)Untuk
mencapai suatu homesostatis atau terintegrasi seseorang harus beradaptasi sesuai
dengan perubahan yang terjadi. 3)Terdapat tiga tingkatan adapatasi pada manusia
yang dikemukakan Roy yaitu a)Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung
beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap
seseorang individu, b)Konstekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami
seseorang dan baik stimulus internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif, c)Residual stimulus
yaitu sitmulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan
situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan
observasi. Tingkat penyesuaian diri individu dapat dikategorikan ke dalam
penyesuaian diri yang berhasil (well-adjusted) dan penyesuaian diri yang gagal
(mal- adjusted) (Calhoun & Cocela, 1990). Individu dengan penyesuaian dirinya
baik yaitu individu yang mampu mengatasi konflik, frustasi, dan menyelesaikan
Comparition
kesulitan dalam diri maupun kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan.
Individu dikatakan gagal penyesuaian diri apabila tidak mampu mengatasi konflik
yang dihadapi atau tidak menemukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi
masalah/tuntutan lingkungannya yang disebut reaksi frustasi. Reaksi frustasi ini
akan melemahkan fungsi penyesuaian diri yang dapat mengganggu efektivitas
penyesuaian diri individu. Penyesuaian diri yang tidak berhasil (mal-adjustment)
terjadi karena kondisi tertekan yang mengakibatkan individu bertindak tidak
rasional dan tidak efektif, serta mendorong individu melakukan usaha yang tidak
realistis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya (Chen, Tsai, Sun,Wu, Lee
& Wu, 2010).

 Penelitian Rahayu (2018) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara


frekuensi hemodialisis terhadap tingkat stres pada pasien gagal ginjal kronik,
hampir seluruh responden sering menjalani hemodialisis di instalasib hemodialisa
RS. dr. M.Yunus Kota Bengkulu, dari total 67 orang responden hampir sebagian
responden menglami tingkat stres sedang dan ada hubungan signifikan antara
prekuensi HD dengan tingkat stress pada pasien CKD di instalasi Hemodialisa
dengan nilai p value 0,041 < 0,05.

 Penelitian Auzan (2018) menunjukkan bahwa terapi relaksasi zikir terbuktisecara


signifikan dapat menurunkan tingkat stres pada penderita gagal ginjal. Penelitian
Purwaningrum (2013), hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat stres pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa menunjukkansebagian besar
responden 17 orang mengalami tingkat stres ringan, tingkat stres sedang sebanyak
8 orang dan yang mengalami tingkat stres berat sebanyak 5 orang diantaranya
berusia 46- 55 tahun. Pengelolaan stres yang dilakukan denganrelaksasi. Relaksasi
merupakan keadaan rileks seperti, keadaan santai, tidak tegang dan menyenangkan.
Relaksasi akan berpengaruh pada saraf parasimpatisyang akan aktif ketika individu
dalam kondisirileks. Terdapat beberapa jenis relaksasi yaitu relaksasi otot yang
merupakan stimulasi pada kulit tubuh secara umum atau dipusatkan pada punggung
dan bahu (Haryono, Permana, &Chayati, 2016).

Berdasarkan berbagai Intervensi keperawatan non farmakologi, intervensi keperawatan


psikososial, intervensi Mindfulness merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat
diterapkan untuk mengurangi masalah stres pada pasien Gagal Ginjal Kronik sesuai
dengan penelitian Sohn BK, et al, 2018 menyatakan bahwa Therapi Perilaku Kognitif
Out Come Kelompok dengan Mindfulness terbukti efektif menurunkan tingkat stres dan depresi pada
pasien Gagal Ginjal Kronik, intervensi Mindfulness spiritual islam meningkatkan
kepatuhan pengobatan dan kegiatan spiritual pasien. Mindfulness spiritual islam membantu
pasien mengenali masalah yang menyebabkan masalahnya (Dwidiyanti, 2018) seperti
manajemen stres kognitif-perilaku (CBSM), memiliki efek positif pada kualitas hidup
pasien dengan penyakit kronis (Schneiderman et al. 2001). Intervensi ini mengurangi stres
dan depresi, meningkatkan persepsi dukungan sosial, memfasilitasi koping yang berfokus
pada masalah, dan mengubah penilaian kognitif, serta mengurangi gairah SNS dan
pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Intervensi psikososial juga muncul untuk
membantu pasien nyeri kronis mengurangi kesusahan dan rasa sakit yang dirasakan
mereka serta meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan untuk kembali bekerja (Morley
et al. 1999). Intervensi psikososial ini juga dapat mengurangi penggunaan obat yang
berlebihan dan pemanfaatan sistem perawatan kesehatan. Ada juga beberapa bukti bahwa
intervensi psikososial mungkin memiliki pengaruh yang menguntungkan pada
perkembangan penyakit (Schneiderman et al. 2001).

Anda mungkin juga menyukai