Bronkitis
Disusun Oleh :
Dokter Pendamping:
dr. Venny Tiho
Bronkitis merupakan inflmasi yang terjadi pada bronkus. Biasanya terjadi akibat infeksi
primer virus sebagai komplikasi dari penyakit selesma, influenza atau infeksi sekunder akibat
bakteri, antara lain bakteri haemophilus influezae atau streptococcus pnemoniae. Peradangan
bronkus pada saluran pernapasan menyebabkan sekresi mucus yang banyak sehingga
mengakibatkan beberapa perubahan pada saluran pernapasan.
Angka kejadian bronkitis di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun,
bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit paru obstruktif kronik yang terdiri dari
bronkitis kronik dan emfisema/gabungan dari keduanya. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta
pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%. Angka tersebut bisa terus naik seiring banyaknya jumlah
perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok/mantan perokok. (Kementrian Kesehatan RI,
2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Bronkitis merupakan kondisi peradangan pada trakheobronkhial, yang tidak meluas
sampai alveoli. Yang biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya sembuh sempurna. Tetapi
pada penderita yang memiliki penyakit menahun sperti jantung dan paru – paru bisa menjadi
masalah serius (arif, 2008)
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Bronkhitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut :
1. Bronkhitis akut yaitu, bronkhitis yang biasanya sembuh hanya dalam waktu 2 hingga 3
minggu saja. Kebanyakan penderita bronkhitis akut akan sembuh total tanpa masalah
yang lain.
2. Bronkhitis kronis yaitu, bronkhitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam
jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronkhitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga
tahunan.
C. Gambaran klinis
Penyakit biasanya dimulai dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas yang tidak spesifik
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. Penyakit ini diikuti oleh fase kedua
ditandai dengan batuk persisten, sering dengan produksi dahak atau mengi, yang biasanya
berlangsung selama 1 hingga 3 minggu.
D. PATOFISIOLOGI
hipersekresi bronkus menyebabkan terjadinya iritasi. Akibat reaksi iritasi, sel- 9 sel
goblet memproduksi sekret bronkus cukup banyak serta kental. Karena kaya akan
kandungan protein, sekret bronkus menjadi tempat pembenihan yang ideal bagi berbagai
jenis kuman yang berhasil masuk dalam saluran pernapasan bawah sehingga mudah terjadi
infeksi sekunder, dahak akan menjadi semakin pekat, kental, dan lengket yang secara klinis
dapat digolongkan sebagai infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB). Akibat dari kuman
yang menjadi penyebab infeksi sekunder, pada mukosa saluran pernapasan bawah akan
didapatkan proses inflamasi, dan akan timbul juga edema mukosa sehingga lumen saluran
pernapasan akan menjadi semakin sempit. (Danusantoso, 2013).
Seiring berlanjutnya inflamasi, sel-sel Goblet dan kelenjar mukus submukosa terus
menerus bekerja keras, maka terjadi hipertrofi dan hiperplasi. Hipertrofi adalah
bertambahnya ukuran sel sedangkan hiperplasi adalah meningkatnya jumlah sel. Ini semua
akhirnya akan menyebabkan mukosa akan menjadi semakin tebal. Dengan demikian, lumen
saluran pernapasan menjadi semakin sempit (Danusantoso, 2013). Asap rokok juga
menghambat pembersihan mukosiliaris. Mukosiliaris berfungsi untuk menangkap dan
mengeluarkan partikel yang belum tersaring oleh hidung dan juga saluran napas besar.
Faktor yang menghambat pembersihan mukosiliar adalah karena adanya poliferasi sel goblet
dan pergantian epitel yang bersilia dengan yang tidak bersilia. Poliferasi adalah
pertumbuhan atau perkembangbiakan pesat sel baru. Perubahan-perubahan pada sel
penghasil mucus dan sel silia ini mengganggu sistem escalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mucus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran
napas. (Smeltzer & Bare, 2001). Penumpukan sputum berlebih akan menyebabkan
terjadinya masalah 10 bersihan jalan napas tidak efektif. Jika tidak segera ditangani maka
akan terjadi infeksi berulang, dimana tanda-tanda dari infeksi tersebut adalah perubahan
sputum seperti meningkatnya volume mukus, mengental dan perubahan warna.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan jumlah lekosit dan pada hitung jenis
lekosit didapatkan pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED. Pemeriksaan C-reaktif Protein
(CRP) adalah tes terbaik untuk membedakan antara pneumonia dan infeksi saluran nafas bawah-non
pneumonia.
b. Foto Toraks
Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosa serta
juga dapat untuk membedakan infeksi saluran nafas bawah yang lain. Pada bronkitis tidak terdapat
tanda-tanda konsolidasi dan tidak ada gambaran infiltrat pada foto toraks.
Spesimen yang dapat digunakan untuk mendiagnosa etiologi dari infeksi saluran nafas bawah
antara lain berasal dari sputum (dahak), aspirasi trakeobronkial, bilasan bronkus dan bilasan trakea.
Sputum purulen bukan suatu nilai prediktif untuk membedakan penyebab infeksi oleh karena virus
atau bakteri. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan kultur tidak membantu dalam
membedakan penyebab infeksi yang berasal dari saluran nafas atas atau saluran nafas bawah.
Namun beberapa pendapat menyatakan bahwa tes tersebut harus dilakukan untuk identifikasi
organisme penyebab.
F. DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
Pneumonia merupakan inflamasi pada jaringan paru yang disebabkan oleh infeksi virus
ataupun bakteri. Apabila terdapat tanda-tanda vital yang abnormal, seperti nadi lebih dari
100 kali/menit, napas lebih dari 24 kali/menit, suhu tubuh lebih dari 38oC, dokter harus
mencurigai adanya infeksi pneumonia. Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan tanda-
tanda konsolidasi. Pada kasus ini, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen dada
untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan rontgen, didapatkan adanya infiltrat.
Pertusis
Pertusis merupakan penyakit saluran napas akibat bakteri yang sangat menular dan sangat
cepat menimbulkan komplikasi, berupa dehidrasi, hipoksia, sinkop, kejang, pneumonia,
pneumothoraks, dan bahkan fraktur iga akibat batuk yang berat. Pertussis harus dicurigai
apabila batuk terjadi lebih dari 2 minggu dan biasanya ada beberapa gejala tambahan seperti
batuk paroksismal (batuk yang terus menerus dan berat sehingga sulit bernapas), bunyi
“whoop” pada inspirasi, dan muntah setelah batuk.
Influenza
Influenza merupakan penyakit akibat virus yang sangat menular. Pada kasus influenza
pasien juga akan mengalami batuk-batuk, nyeri tenggorok, dan hidung berair. Beberapa
keluhan pada influenza yang dapat membedakan dengan bronkitis adalah adanya demam,
myalgia, sefalgia, dan malaise. Demam dan nyeri pada badan berlangsung 3-5 hari, namun
batuk dapat bertahan selama 2 minggu atau lebih.
Asthma Bronkial Eksaserbasi Akut
Pada pasien asthma, dapat terjadi batuk-batuk yang disertai dengan wheezing. Perlu
ditanyakan riwayat asthma sebelumnya, alergi, dan pengobatan sebelumnya untuk
membedakannya dengan bronkitis. Biasanya pada asthma esksaserbasi akut juga ditemukan
adanya tanda-tanda vital yang abnormal, seperti takikardi, takipnea, dan penurunan saturasi
oksigen.
G. PENATALAKSANAAN
1. Bronkodilator
Bronkodilator untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan
adrenergik b dan anti kolinergik. Bronkodilator tergantung tingkat reversibiltas obstruksi
saluran napas tiap pasien maka perlu dilakukan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
2. Antibiotik
Infeksi pada umumnya, disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza
dan Mycoplasma. Untuk pencegahannya dapat diberikan antibiotik dengan spektrum luas.
Pemberian antibiotik dengan spektrum lebar bila sudah ada infeksi sekunder (Danusantoso,
2013).
3. Pemberian oksigen
Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2 (Manurung, 2018)
H. KOMPLIKASI
a. Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda
dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk Sterptokokus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis
menyebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan
sehingga terjadi infeksi.
b. Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh
komplikasi peradangan jalan napas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi.
Infeksi pada sinus dapat 23 menyebabkan bronkhospasme, oedema dan hipersekresi
sehingga mengakibatkan bronkhitis.
c. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Jika bronkhitis tidak ditangani dengan baik secara
tuntas atau jika daya tahan tubuh anak jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut
sebut bronkhopneumonia. Gejala yang muncul umumnya berupa napas yang memburu atau
cepat dan sesak napas karena paru-paru mengalami peradangan. Pada bayi usia 2 bulan
sampai 6 tahun pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran bernapas, sesak
napas ataupun penarik dinding dada sebelah bawah ke dalam.
d. Bronkhitis kronis
e. Pleuritis.
f. Efusi pleura atau empisema
I. PROGNOSIS
a. Pada kasus bronkhitis yang berat dan tidak diobati, 24 prognosisnya jelek, survivalnya
tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, empisema, gagal jantung
kanan, haemaptoe dan lainnya.
b. Pada pasien bronkhitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu
pasien berobat pertama kali. Bila tidak ada komplikasi, prognosis brokhitis akut pada anak
umumnya baik. Pada bronkhitis akut yang berulang. Bila anak merokok (aktif dan pasif) maka
dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkhitis kronik kelak pada usia dewasa.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. L.R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : pensiunan
Status : Menikah
Alamat : Tandengan
No. Rekam Medik : 09-22-XX
Tanggal Masuk RS : 11 April 2022
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis pada:
Tanggal : 11 April 2022
Tempat : IGD
A. Keluhan Utama
Batuk disertai sesak sejak 1 minggu SMRS
Motorik
- Trofi Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Normotonus Normotonus
- Tonus
Normotonus Normotonus
Hematokrit 40 37-54%
V. RESUME
Tn. L.R , 63 tahun, datang dengan keluhan keluhan Batuk yang terus menerus dirasakan
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit disertai dahak kental , Sesak napas ada,
Nyeri dada (+) minimal, Demam (+) Nyeri otot (+). Menurut pasien, keluhan dirasakan
hilang timbul, setiap serangan hilang dengan sendiri. Keluhan dirasakan lebih parah
terpajan asap rokok. Berkurang saat tidak mencium asap rokok, waktu istirahat sangat
sedikit karena setiap batuk pasien tidak bisa tertidur pulas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
- Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal dan simetris
: Gerak napas tertinggal (-)
Palpasi : Tactile fremitus simetris, sama kuat
: Ekspansi normal
Perkusi : Bunyi sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, wheezing -/-, ronki +/+ minimal
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Bronkitis
bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus, dapat bersifat akut dan kronik. Gejala-
gejala yang biasanya termasuk demam, batuk dan ekspektorasi.
Pneumonia merupakan inflamasi pada jaringan paru yang disebabkan oleh infeksi virus
ataupun bakteri. Apabila terdapat tanda-tanda vital yang abnormal, seperti nadi lebih dari
100 kali/menit, napas lebih dari 24 kali/menit, suhu tubuh lebih dari 38oC, dokter harus
mencurigai adanya infeksi pneumonia. Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan tanda-
tanda konsolidasi. Pada kasus ini, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen dada
untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan rontgen, didapatkan adanya infiltrat.
Influenza
Influenza merupakan penyakit akibat virus yang sangat menular. Pada kasus influenza
pasien juga akan mengalami batuk-batuk, nyeri tenggorok, dan hidung berair. Beberapa
keluhan pada influenza yang dapat membedakan dengan bronkitis adalah adanya demam,
myalgia, sefalgia, dan malaise. Demam dan nyeri pada badan berlangsung 3-5 hari, namun
batuk dapat bertahan selama 2 minggu atau lebih.
IX. TATALAKSANA
a. Nonmedikamentosa
1. Postural drainage
Postural drainage merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru
dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri.
2. Massage
Massage adalah teknik untuk mengurangi spasme yang digunakan metode stroking
yaitu sentuhan ringan dengan menggunakan permukaan tangan dan efflurage dengan
tekanan ringan sampai kuat.
b. Medikamentosa
1. O2 3-5 liter / menit
2. cefixime 2 x 200mg p.o
3. daneuron 2 x 1 p.o
4. paracetamol 3 x 1 p.o
5. n asetilsistein 3 x 200mg p.o
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Pharmaceutical care untuk pasien infeksi saluran pernafasan. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan. Sistem Imunologi.
Jakarta: Salemba Medika
Baloguris, 2010. Patofisiologi bronchitis. Diakses pada tanggal 18/10/2014. Dikutip dari
www.dokterz-journal.blogspot.com
Braman, SS. 2006. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis. Volume,1:1 Januari 2006:hal 95-98
Buhagiar, B. 2009. Acute Bronchitis. Volume,21:1 Maret 2009:hal 45-47 Ginsber, L. 2005. Lecture
Notes Neurology. Edisi 8. Erlangga Medical Series. Jakarta
Menezes, AM. 2010. Prevalensi dan factor Risiko Bronkitis Kronik di Pelotas,RS. Brazil.Thorax
2010,49:1217-1221 doi:10.1136/thx.49.12.1217.
Vender, JS. 2007. Oxygen delivery systems, inhalation therapy, and respiratory therapy. In
Hagberg, ed. Benumof’s Airway Management. 2nd ed. Philadelphia, Pa: Mosby
Elsevier:chap 13.