Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang
menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan
menengah yang bermanifestasi sebagai batuk dan biasanyan membaik
tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus
seperti RSV, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus
rubella, paramyxovirus sedangkan untuk bakterinya berkaitan dengan
Mycoplasma pneumonia, Bardetella pertussis (Nanda, 2015
Tanda dan gejala bronchitis diawali dengan manifestasi infeksi
saluran pernafasan atas seperti: hidung berair, batuk berdahak, sesak napas
Ketika melakukan olah raga atau aktivitas berat,sering menderita infeksi
pernapasan (misalnya flu), lelah, menggigil,sakit kepala, gangguan
penglihatan, tenggorokan sakit. Kalau ada demam, jarang yang mencapai
39 derajad celcius, dan umumnya akan berakhir dalam waktu 3-5 hari.
Tanda utama bronchitis chronicadalah batuk yang pada awalnya kering
dan tidak produktif, namun kemudian menjadi produktif, makin kerap, dan
berdahak. Batuk umumnya terjadi selama 7 sampai 10 hari, meskipun pada
beberapa pasien mungkin dapat bertahan berminggu-minggu atau bahkan
bulanan (Zullies 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi bronchitis?
2. Apa saja klasifikasi bronchitis?
3. Bagaimana etiologi bronchitis?
4. Apa saja manifestasi klinis bronchitis?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic bronchitis?
6. Apa saja komplikasi bronchitis?
7. Apa saja penatalaksanaan medis bronchitis?
8. Bagaimana SOP penderita bronchitis di era pandemic covid19?
9. Bagaimana Skrining pada pasien bronchitis di era pandemi covid19?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi bronchitis
2. Mengetahui manifestasi klinis bronchitis
3. Mengetahui patofisiologis bronchitis
4. Mengetahui penatalaksanaan medis bronchitis
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang bronchitis
6. Mengetahui pencegahan bronchitis
7. Mengetahui SOP penderita bronkitis akut dengan baik dan benar
8. Mengetahui Skrining pada pasien bronchitis di era pandemi covid19

D. Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Menambah referensi sebagai bahan pengetahuan tambahan untuk
semua mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang.
2. Mahasiswa
Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang konsep asuhan
keperawatan pada penyakit bronchitis.
BAB 2
ISI
1.1Bronchitis
1.1.1. Definisi Bronchitis
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang
menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan
menengah yang bermanifestasi sebagai batuk dan biasanyan
membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya
disebabkan oleh virus seperti RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, adenovirus, virus rubella, paramyxovirus
sedangkan untuk bakterinya berkaitan dengan Mycoplasma
pneumonia, Bardetella pertussis (Nanda, 2015)
Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi
paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan
sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga
bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini
disertai emfisema paru. Berikut ini perbedaan antara bronkhus
normal dengan bronkhus yang meradang:

Perbedaan dari normal bronki versus bronkitis(Widiyanti,2011).

1.1.2 Klasifikasi Bronkitis


Terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Bronkitis akut
Merupakan infeksi saluran pernafasan akut bawah, di tandai
dengan gelaja mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada
bronkitis ini peradangan / inflamasi pada bronkus biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan kondisinya di
perparah oleh polutan seperti asap kendaraan, asap rokok, dan
asap kimiawi.
2) Bronkitis kronik
Di tandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan
dalam setahun selama 2 tahun berturut – turut). Pada
bronkitis kronik peradangan bronkus tetap berlanjut selama
beberapa waktu dan terjadi hambatan / obstruksi pada aliran
udara normal dalam bronkus. Pada bronkitis ini terbagi
atas :
a) Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis),
ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang
ringan.
b) Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent
bronchitis ), ditandai dengan batuk berdahak kental,
purulen (berwarna kekuningan).
c) Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (
chronic bronchitis with obstruction ), ditandai dengan
batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat
dan suara mengi. (Nanda, 2015)

1.1.3 Etiologi
Bronkhitis akut lebih sering di sebabkan oleh virus seperti
Rhinovirus Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus
parainfluenza dan Coxsackie virus sedangkan menurut laporan
penyebab lainnya terjadi melalui zat iritan seperti asam lambung /
polutan dan di temukan setelah pejanan berat seperti aspirasi setelah
muntah / zat kimia dan menjadi bronkitis kronis. Sedangkan pada
bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma
pneumonia, Bardetella pertuassis yang dapat menyebabkan bronkitis
akut dan terjadi pada anak-anak berusia di atas 5 tahun atau remaja
yang tidak diimunisasi. Gejala khas berupa batuk berturut turut
dalam satu ekpirasi di ikuti dengan usaha keras dan mendadak untuk
inspirasi menimbulkan whoo. Dan pada saat batuk mengeluarkan
mucus kental dan lengket. faktor polutan juga dapat memicu
terjadinya bronkitis sedangnkan faktor penderita meliputi usia, jenis
kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit (Nanda, 2015)

1.1.4 Manifestasi klinis


Perbedaan antara bronkitis akut dan bronkitis kronis antara lain:
a) Tanda gan gejala pada bronchitis akut
 Batuk
 Terdengar ronki
 Terdapat suara yg berat dan kasar
 Wrezhing
 Menghilang dalam 10-14 hari
 Demam
 Produksi sputum
b) Tanda gan gejala pada bronchitis akut
 Batuk parah pada pagi hari dengan kondisi lingkungan
lembab
 Sering mengalami infeksi saluran nafas seperti flu di ikuti
batuk
 Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu
 Demam tinggi
 Sesak nafas jika saluran nafas atas tersumbat
 Produksi dahak bertambah berwarna kuning atau hijau
(Nanda, 2015)

1.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Rontgen thoraks
Tampak adanya konsolidasi di bidang paru menunjukkan
terjadinya penurunan kapasitas paru.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Di gunakan untuk mengetahui volume dan kapasitas normal
paru jika lebih / kurang menunjukan malfungsi sistem paru.
Normalnya 12 -16 x /menit yang mengangkut 5 liter udara pada
orang dewasa sedangkan anak 24 x / menit Alatnya spirometer
3. Kadar gas darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH /
keseimbangan asam basa, oksigenasi, kadar karbondioksida,
kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
1) PH normal 7,35-7,45
2) Pa CO2 normal 35-45 mmHg
3) Pa O2 normal 80-100 mmHg
4) Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
5) HCO3 normal 21-30 mEq/l
6) Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
7) Saturasi O2 lebih dari 90%.

4. Pemeriksaan laboratorium
1) Untuk menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinophil. Sputum
(Nanda, 2015)

1.1.6 Komplikasi
Bronkitis kronik, yang berasal dari bronkitis akut yang tidak
ditangani.
1) Pleuritis dan efusi pleura yang dapat terjadi bersamaan dengan
timbulnya pneumonia.

2) Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak
dengan gizi kurang atau orang dengan penurunan kekebalan tubuh
dapat terjadi otitis media atau sinusitis.
3) Mudah terserang infeksi, Pada komplikasi bronkitis kronik,
sistem pernapasan mengalami penurunan fungsi sehingga pasien
rentan mengalami infeksi.

4) Bila dahak tetap tinggal, dapat terjadi atelektasis / bronkiektasis.

5) Gagal napas, komplikasi bronkitis terakhir yang paling berat dan


luas sehingga diperlukan pengobatan bronkitis yang lebih
mendalam

1.1.7 Penatalaksanaan
a) Tindakan Perawatan
 Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol
batuk dan mengeluarakan lender / secret.
 Sering mengubah posisi.
 Banyak minum.
 Inhalasi.
 Nebulizer
 Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak
muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau
makanan lain
b) Tindakan Medis
 Jangan beri obat antihistamin berlebih

 Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial

 Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/Kg BB tiga kali sehari

 Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

 Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka


belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang
diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum air
putih
1.2 Chronic Obstructive Pulmonary Disease

1.2.1. Definisi

COPD atau sering disebut PPOK adalah penyakit paru yang


progressive dimana akan membuat penderitanya susah untuk
bernafas. (National Heart, Lung, adn Blood Institue)

Menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia tahun 2011,


mengatakan jika PPOK adalah penyakit paru yang tidak menular
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan swmakin
tingginya pajanan faktor resiko seperti jumlah perokok yang
banyak, pencemaran udaradidalam ruangan maupun diluar
ruangan.

COPD terdiri dari Bronkitis Kronik, Emphysema, dan asma yang


lama diderita . Penyakit obstruksi kronik saluran pernafasan dan
paru diakibatkan inflamasi yang kronik sebagai respon dari
kebiasaan yang buruk seperti merkok dan lingkungan yang
semakin buruk. (Kaminsky,2011)

1.2.2. Etiologi

Menurut National Heart, Lung, adn Blood Institut (NIH) penyebab


dari COPD adalah paparan yang dapat mengiritasi paru dalam
jangka panjang. Penyakit ini berada termasuk 4 penyakit teratas
yang mematikan di Amerika, dikarenakan rata rata pasien datang
ke Yankes saat keadaan mereka sudah pada tipe II gagal nafas,
yaitu tidak adekuatnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida
di alveoli. (Chapman, 2009)
COPD penyalit paru yang memiliki karakter pengosongan laju
paru-paru secara peelahan saat ekspirasi yang di sengaja.
Pengosongan paru paru ini selaju dengan pertambahan usia
meskipun seseorang terseburt tanpa COPD. Akan tetapi, COPD
mengambarkan keadaan seseorang yang mengalamimgagal nafas
akibat merokok dan kebiasaan buruk lainnya, meskipun penurunan
fungsi paru dapat terjadi karena pertambahan usia. (Kaminsky.
2011)

NIH juga memaparkan jika seseorang yang memiliki kelainan


genetik yang disebjt dengan alpha-1 antitrypsin deficiency dapat
terkena COPD. Kondisi ini mmiliki keadaan rendahnya kadar AAT
(Alpha-1 antitrypsin), protein yang diproduksi di hati, sehingga
dapat memicu kerusakan paru dan COPD jika terpapar dengan
rokok dan penyebab iritasi paru lainya. Jika seseorang tersebut
mengalami kelainan AAT dan merokok, maka COPD akan
memburuk dengan cepat.

1.2.3. Faktor Resiko

Menurut dr. Merry Dame dalam website kesehatan Alodokter,


seseorang yang beresiko mengalami COPD adalah:

1. Seseorang yang terpapar asap rokok terus menerus dan seorang


perokok. Hal ini diperkuat dengan ungkapan NIH dalam
websitenya, lebih darim75% orang penderita COPD adalah
perkok aktif dan pasif serta seseorang yang memilikimriwayat
penyalit keliarga dengan COPD dan dia menjadi perokok aktif.

2. Polusi udara

3. Berusia 40tahun keatas

4. Menderita penyakit asma


5. Memiliki keluarga dengan riwayat COPD

1.2.4. Tanda dan Gejala

Menurut dr. Marry Dame dalam website Alodokter, tanda dan


gejala dari COPD atau PPOK adalah:

- Batuk berdahak yang tidak semabuh sembuh

- napas tersengal sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik

- wheezing

- Penurunan BB

- Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak

- Nyeri dada

1.2.5. Pemeriksaan diagnostik

 Riwayat Kesehatan, Keluarga, Merokok.

 tes Faal Paru (Spirometri) mengunakan alat spirometer untuk


menilai fungsi paru dengan menilai volume hembusan napas
pasien.

 X-ray dan CT-Scan untuk melohat gambaran paru paru dan


perderan darah yang lebih mendetail. Dikatakan COPD jika
terdapat kelainan paru berupa hiperinflso atau hiperlusen,
diafragma mendatar, corakam bronkovaskuler meningkat,
jantung pendulm, ruangretrosternal melebar. Meskipun
terkadang hasil tampak normal pada CCOPD ringan, akan tetapi
fungsi pemeriksaan ink untuk menyingkirkan diagnosis penyakit
paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan
pasien.

 tes darah : memriksa antitripsin alfa-1, dan juga apakah ada


penyalit lain seperri anemia dan polisitemiamyang dimana
memiliki gejala serupa dengan COPD. Nilai konfigurasi BGA
adalah :

1. PH normal 7,35-7,45

2. Pa CO2 normal 35-45 mmHg

3. Pa O2 normal 80-100 mmHg

4. Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l

5. HCO3 normal 21-30 mEq/l

6. Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3

7. Saturasi O2 lebih dari 90%

 BGA untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida

 Sampel dahak untuk mengetahui ada atau tidaknya bamteri atau


jamur pada sputum.

 EKG (Electrocardiogram) digunakan untuk mengetahui


komplikasi pada jantung yang ditandai oleh kor pulmonale atau
hipertensi pulmonal.

1.2.6. Klasifikasi berdasarkan derajat

1) Derajat 0 (beresiko)
Gejala klinik : memiloki satu atau lebih gejala batuk mronos,
produksi sputum, dan dispnea. Ada apaparan faktor resiko.
Spirometer : Normal

2) Derajat I (CCOPD ringan)

Gejala klinis : dengan atau tanpa baruk. Dengan atau tanpa


produksi sputum. Sesak nafas derajat sesak 0 sampai derajat
sesak 1. Spirometer : FEV1/FVC < 70%, 80% ≤ FEV1

3) Derajat II (COPD sedang)

Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa


produksi sputum. Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul
pada saat aktivitas).

Spirometer : FEV1/FVC < 70%; 50%< FEV1<80%

4) Derajat III (COPD berat)

Gejala klinis : sesak nafas derajat 3 dan 4. Ekserbasi lebih


sering terjadi.

spIrometri : FEV1/FVC <70%; 30%<FEV1<50%

5) Dderajat IV (COPD sangat berat)

Gejala klinik : pasien derajat III dengan gagal napas kronik.


Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal j antung kanan.

Spirometer : FEV1/FVC<70%; FEV1 <30% ATAU <50%

1.2.7. Penatalaksanaan CCOPD

1) Penatalksanaan medis
a. Berhenti merokok

b. Pemberian inhalwer Bronkodilator kandungan obat


kortikosteroid yang berfungsi menhurangi peradangan jalan
nafas. Jika tidak mengatasi, maka akan di beri obat oral, :

-teofilin untuk melegakan nafas dan membuka jalan nafas

- mukolitik untuk mengencerkan dahak atau lendir

-Kortikosteroid untuk mengurangi peradangan saluran


pernapasan

- Antibiotik jika terjadi tanda-tand infeksi paru paru

c. Program fisioterapi dada. Pemberian edukasi mengenai


COPD, efek kondisi psikologis dan pola makan yang
dianjurkan serta pemberian latihan fisik dan pernapasan
untuk COPD seperti berjalan dan mengayuh sepeda.

d. pemberian terapi oksigen jangka panjang swlama >16jam

e. Operasi. Untuk COPD berat yang tidak dapatdi tangani


dengan hanya pemberian terapī. Operasi ygang dilakukan
adalah donor paru paru

2) penatalksanaan keperawatan pada usia lanjut dengan COPD

- meniadakan faktor etiologi/presipitasi, contoh menghentikan


kebiasaan merokok

- membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai


cara

- pemberian antimikroba jika ada infeksi


- mengatasi bronkospasme dengan bronkodilator

- pemberian terapi oksigen 1-2liter/menit

- fisioterapi dada untuk membanru pengeluaran sekret

- latihan pernafasan

SOP COPD COVID 19

1.Pengertian Bronkhitis akut adalah peradangan pada bronkus yang disebabkan


oleh infeksi saluran napas yang ditandai dengan batuk (berdahak
maupun tidak berdahak) dan berlangsung hingga 3 minggu.
COPD adalah penyakit obstruksi paru terdiri dari Bronkitis kronik,
Empysema, dan asma yang telah lama diderit

2.Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan dapat


melakukan penanganan penderita COPD baik dan benar

3.Kebijakan Langkah- langkah Penanganan COPD wajib sesuai dengan langkah-


langkah SPO ini.
4.Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007 (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia)
Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
01.07/MENKES/104/2020 tentang penerapan infeksi corona virus
(infeksi 2019 nCOV) sebagai penyakit yang dapat menimbulkan
wabah dan penyakit penanggulangannya
5.Alat Alat : Tempat tidur, Tensimeter, Stetoskop,timer,Timbang Badan.,
handscoun, masker N95, google, termometer infrared,fluid resistan
full gown, shoe cover
6.Prosedur PENATALAKSANAAN
a. Pasien datang diterima oleh petugas dan sekuriti (petugas dan
sekuriti sudah memakai surgical mask dan handscoen)
b. Petugas dan sekuriti menanyakan keluhan pasien apa ada
demam, batuk, nyeri tenggorokan (gejala infeksi saluran
nafas/ISPA) dan sesak nafas atau kesulitan nafas (gejala
pneumonia)
c. Petugas dan sekuriti menanyakan riwayat kemungkinan kontak
dengan virus, seperti paska pergi ke luar negeri atau daerah
zona merah, kontak dengan penderita konfirm/probablw corona
d. Petugas dan sekuriti memeriksa suhu tubuh dengan infrared dan
catat di form.
e. ODP : 38°C ≤ Suhu tubuh ada riwayat demam, atau ada gejala
ISPA, tanpa gejala pneumonia
PDP : 38°C ≤ Suhu ada riwayat demam, atau ada gejala ISPA,
dan ada gejala Pneumonia
f. Berikan surgical mask pada semua pasien ODP dan PDP
masukkan ke isolasi.
g. 1 dokter 1 perawat menggunakan APD,headcap, google,
masker N95, Fluida resistan full gown, handscoen, dan shoe
cover untuk memeriksa pasien di ruang isolasi dan
mengkonfirmasi katagori pasien ODP atau PDP. Pemeriksaan
yang dilakukan:
- TTV (tensi, nadi, BB, TB, Saturasi, nafas)
- Pemeriksaan fisik Inspeksi :
1. Bentuk dada barrel cheat
2. Terdapat cara bernafas purse lips berating (seperti
meniup)
3. Terlihat pengunaan dan hipertrofi otot bantu nafas
4. Pelebaran sela iga
- Perkusi : Hipersonik
- Auskultasi :
1. Fremitus melemas
2. Suara vaskuler normal melemah atau normal
3. Ekspirasi memanjang
4. Mengi
h. Untuk pemeriksaan rapid test yang berhak menentukan
tindakan selanjutnya adalah DPJP
i. Bila perlu atau ragu di konfirmasi dengan rontgen thorax.
- Bronkitis acute
1. Hasil normal
2. Corakan bronkovaskuler yang meningkat disertai
sebagian bagian yang hiperlusen
- Emfisema
1. Hiperinflasi (diafragma rendah dan rata)
2. Hiperlusensi
3. Ruang retrosternal melebar
4. Diafragma mendatar
5. Jantung yang menggantung atau penular
(memanjang tipis vertikal)

PENGOBATAN
A. Pemberian oksigen (bila tersedia)
B. Kortikosteroid diberikan dalam dosis 30 mg/hari diberikan
maksimal 2 minggu. Pemberian 2 minggu tidak perlu
tapering off.
C. Antibiotik yang tersedia di Yankees
D. Pada kondisi telah terjadi kor pulmonale, dapat diberikan
diuretik dan perlu berhati hati dalam pemberian cairan
E. Memberitahukan pasien tentang hasil pemeriksaan

KONSELING DAN EDUKASI


a. Pemberian saran berhenti merokok dan mulai hidup sehat
b. Mengajarkan cara batuk dengan benar
c. Makan dan minum bergizi dan menjaga kebersihan
d. Aktivitas yang ringan
e. Menerapkan protocol sosial distance
f. Olahraga yang rutin dan penggunaan masker
KRITERIA RUJUKAN
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah
sakit yang memadai untuk monitor secara intensif dan konsultasi ke
spesialis terkait.
7.Unit terkait IGD
8.Dokumen Buku rekam medis pasien
Terkait

Skrining pada pasien bronchitis

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter,. 2020. Penyalit par obstruktif kronis. Diakses tanggal 15/08/2020 dari
https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis
Chhapman, Stephen. 2009. Oxford Handbook of Respiratory Medicine. New
York: Oxford University press
Ikawati, Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Kaminsky, David A. 2011. The Netter Collecrion ofMwdical Illustrations
Respiratory System second editon. Canada: SAUNDERS ELSEVIER
Nanda Internasional. 2015.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klarifikasi 2015-
2017. Edisi :10 EGC : Jakarta
NIH, 2019. COPD. Diakses pada tanggal 15/08/2020 dari
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/copd
Widiyanti. 2011. acute bronchitis. Diakses tanggal: 15/10/2020 dari
http://www.health.com

Anda mungkin juga menyukai